Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DASAR – DASAR IMUNOLOGI


DisusununtukmemenuhitugasmatakuliahMikrobiologidanParasitologi

DosenPengampu : Noor Azizah, M. Keb


Disusunolehkelompok 1:
AISHA YULYANTICHA(12020170001)
SRI ZULAIKAH(12020170002)
ANITA SAFITRI(12020170003)
ZUYYINATI AWALIYANI(12020170004)
AMALIA YULIANTI(12020170005)
NOVIA ISMAWATI(12020170006)
SITI MUAFIFAH(12020170007)
NOOR FAUZIATI(12020170008)

PRODI S1 KEBIDANAN KUDUS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata kuliah MikrobiologidanParasitologi dengan membahas Dasar-dasar Imunologi 
dalam bentuk makalah.
Makalah ini kami tulis berdasarkan hasil pencarian kami dari beberapa sumber. isi
makalah ini mencakup tentang  pengertian imunologi, fungsi sistem imun, respon imun,
jenis-jenis imun, penyakit infeksi karena imunologi pada ibu dan anak, prinsip-prinsip vaksin
dan hipersensitivitas.
Makalah ini di harapkan cukup untuk memberikan pengertian tentang dasar-dasar
imunologi, walaupun tidak secara detail.
Sudah tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangannya. Maka saran, petunjuk  pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sangat
kami harapkan.
Semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Kudus, 23 Juli 2020


                                           
                                                Penyusun

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Dasar-dasar imunologi............................................................................................... 3
B. Penyakit infeksi karena imunologi pada ibu dan anak............................................... 7
C. Prinsip-prionsip vaksin dan hypersensitive............................................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 16
A. Simpulan.................................................................................................................... 16
B. Saran.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus
disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa
beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera
dikeluarkan.
Immunologi (latin) atau imunologi berasal dari kata imunis atau logos Imunologi
adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yangorganisme kajian mengenai semua
aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat
maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun,
hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan
fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vvivo
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat
terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga
prima. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna
dan memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya
tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun,
pada orang lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya
timbul penyakit degeneratif atau penyakit penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan. Hal ini
berdampak juga pada pola makan. Sarapan di dalam kendaraan, makan siang serba tergesa,
dan malam karena kelelahan tidak ada nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang
dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan
tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak
orang yang masih muda mengidap penyakit degeneratif.
Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan kelelahan
menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya
daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan
dini pada usia produktif.

1
B. Rumusan masalah
1) Apa pengertian imunologi?
2) Apa fungsi sistem imun?
3) Bagaimana respon imun?
4) Apa saja jenis-jenis imun?
5) Macam-macam infeksi karena imunologi pada ibu dan anak
6) Apa prinsip-prinsip vaksin hypersensitif

C. Tujuan
1.     Untuk mengetahui bagaimana sejarah imunologi
2.      Untuk mengetahui  pengertian imunologi
3.      Untuk mengetahui fungsi sistem imun
4.      Untuk mengetahui bagaimana respon imun
5.      Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis imun
6.      Untuk mengetahui Macam-macam infeksi karena imunologi pada ibu dan anak
7.      Untuk mengetahui apa prinsip-prinsip vaksin hypersensitif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar-dasar Sistem Imunologi


1. Pengertian imunologi
Immunologi (latin) atau imunologi berasal dari kata imunis atau logos
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yangorganisme kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua
organisme.Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik
dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi
(penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft);
karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro,
in situ, dan in vivo.
2. Sistem Imun
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap
sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko
terkena beberapa jenis kanker.
3. fungsi sistem imun
Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh, Menghilangkan jaringan atau sel yg
mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, Mengenali dan menghilangkan sel yang
abnormal. Dan Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan
sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).

3
4. Respons Imun
Tahap :
Deteksi dan mengenali benda asing, Komunikasi dengan sel lain untuk berespons,
Rekruitmen bantuan dan koordinasi respons dan estruksi atau supresi penginvasi
5. Jenis-Jenis Sistem Imun
1) Sistem imun non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )
Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme.
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Terdiri dari:
a) Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan
mencegah masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh. Kulit yang
rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap
rokok akan meninggikan resiko infeksi.
b) Pertahanan biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit,
kel kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan
dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam HCL dalam cairan
lambung , lisozim dalam keringat, ludah , air mata dan air susu dapat
melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif  dengan
menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin
dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli
dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman
gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan
transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk
kehidupan kuman pseudomonas.
c) Pertahanan humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara
humoral. Bahan-bahan tersebut adalah:
1. Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan
parasit karena:
         Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri

4
         Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke
tempat bakteri
         Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan
bakteri memudahkan   makrofag untuk mengenal dan memfagositosis
(opsonisasi).
2. Interferon
Adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia
yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap
infeksi virus. Interveron mempunyai sifat anti virus dengan jalan
menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi
resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat
mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau
menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya.
Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian
membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.
2) Sistem imun spesifik atau adaptasi
Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang
pertama kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi
sel-sel imun tersebut. Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan benda
asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat,
kemudian akan dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya
mengahancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu
disebut spesifik.sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan
benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara
antibodi, komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag.
Sistem imun spesifik ada 2 yaitu;
a) Sistem imun spesifik humoral
Yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B atau
sel B. sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang
oleh benda asing maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang
menjadi sel plasma yang dapat menbentuk zat anti atau antibody. Antibody
yang dilepas dapat ditemukan didalam serum. Funsi utama antibody ini ialah
untuk pertahanan tehadap infeksi virus, bakteri (ekstraseluler), dan dapat
menetralkan toksinnya.

5
b) Sistem imun spesifik selular
Yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T
atau sel T. sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama dari sel B. factor
timus yang disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai
hormon asli dan dapat memberikan pengaruhnya terhadap diferensiasi sel T
diperifer. Berbeda dengan sel B , sel T terdiri atas beberapa sel subset yang
mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama sel imun spesifik adalah untuk
pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan
keganasan.
Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai berikut:
1. Alamiah
         Pasif
Imunitas alamiah pasif ialah pemindahan antibody atau sel darah
putih yang disensitisasi dari badan seorang yang imun ke orang lain
yang imun, misalnya melalui plasenta dan kolostrum dari ibu ke anak.
         Aktif
Imunitas alamiah katif dapat terjadi bila suatu mikoorgansme secara
alamiah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan pembentukan
antibody atau  sel yang tersensitisasi.
2. Buatan  
         Pasif
Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan serum,
antibody, antitoksin misalnya pada tetanus, difteri, gangrengas,
gigitan ular dan difesiensi imun atau pemberian sel yang sudah
disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar.
         Aktif
Imunitas buatan aktif dapat ditimbulkan dengan vaksinasi
melalui pemberian toksoid tetanus, antigen mikro organism baik yang
mati maupun yang hidup.

B. Infeksi Torch Pada KehamilanBerbahaya bagi janin


TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti
infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.

6
kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan
secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik
taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda
asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan
Imunoglobulin G (IgG)

1.TOXOPLASMA
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira
hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah,
malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah
abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis
bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan
mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak
spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan
laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang
lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma
IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma,
ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali
khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu
yang terinfeksi Toxoplasma.

2.RUBELLA
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak
dan dewasa muda.

7
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkankelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka
risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka
risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana
IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan
pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis
infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

3.CYTOMEGALOVIRUS(CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan
virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal
secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya
bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga
mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi
mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau
infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan
laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV
IgG.
4. Herpes Simpleks Tipe II
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe
II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf
sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada
kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada
bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah
bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

8
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya.
Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena
gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga
menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat
memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
5.HIV/AIDS
Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang
berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami
peningkatan pesat. Peningkatan yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang dewasa
terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya.
Menurut data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak April 1987 hingga Maret
2004 terdapat 4.159 kasus HIV/ AIDS dengan 2.746 menderita HIV, 1.413 menderita AIDS
dan 493 meninggal dunia. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/
AIDS sekitar 120.000 orang dan infeksi baru sekitar 80.000 orang. Angka-angka tersebut
diatas diperoleh dari pemeriksaan darah anonymunlinked yang artinya darah yang diperiksa
tidak diketahui orangnya. Karena masa inkubasi HIV/ AIDS sekitar 5-10 tahun dan masih
adanya penolakan dari penderita yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa HIV/ AIDS belum ada
vaksin untuk mencegah dan cara pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada
kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu hidup sehat dan penggunan kondom
bagi yang berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari penanggulangan ini adalah
megurangi dampak sosial dan ekonomi serta mencegah dan memberantas penyakit infeksi
menular seksual. Bayangan ancaman pada tahun 2010 sekitar 100.000 orang yang menderita/
meninggal akibat AIDS dan 1 juta orang mengidap virus HIV.
Definisi
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan
gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang
diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan
HIV adalah singkatan dari  Human Immunodeficiency Virus.
Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan
risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga
semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati
dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56 oC selama 10-20 menit. HIV juga

9
tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup
dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV
juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan
sodium hidroksida.

Gejala Infeksi HIV/ AIDS


 Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2
minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak
kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan  tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada
otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual,
maupun muntah-muntah.
 Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai
10 tahun.
 Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan
penderita masuk dalam fase AIDS.
 AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak
tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu
merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang
berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,  penurunan berat badan yang tidak
bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang,
pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama,  infeksi jamur (candida) pada
mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa
dijelaskan penyebabnya.

C. Prinsip-prinsip vaksin dan hipersensitif


Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh
terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat
asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru
agar dapat menginfeksi organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi yang menetralisir
patogen. Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang

10
melindungi terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno
dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut
termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem komplemen.
Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya
evolusi vertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ
tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari
respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen
khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat
perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut. Proses
imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul
ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi
imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency,
atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS)
yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang
hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit
autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus
erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari
penelitian.

Perkembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian dan produksi obat untuk diagnosis,
pengobatan, maupun pencegahan telah menimbulkan berbagai reaksi obat yang tidak diinginkan
yang disebut reaksi adversi. Reaksi tersebut tidak saja menimbulkan persoalan baru di samping
penyakit dasarnya, tetapi kadang-kadang dapat membawa maut. Hiperkalemia, intoksikasi
digitalis, keracunan aminofilin, dan reaksi anafilaktik merupakan contoh reaksi adversi yang
potensial sangat berbahaya. Gatal karena alergi obat, dan efek mengantuk antihistamin merupakan
contoh lain reaksi adversi obat yang ringan. Karena pada umumnya adversi obat dan pada
khususnya alergi obat sering terjadi dalam klinik, pengetahuan mengenai diagnosis,
penatalaksanaan dan pencegahan masalah tersebut amat penting untuk diketahui.

Insidensi
Insidensi reaksi adversi obat belum diketahui dengan pasti. Penelitian di luar negeri
menunjukkan bahwa reaksi adversi obat yang terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit
berkisar antara 6-15%. Angka insidensi di luar rumah sakit biasanya kecil, karena kasus-kasus
tersebut bila ringan tidak dilaporkan. Reaksi alergi obat merupakan 6-10% dari reaksi adversi

11
obat. Di masyarakat nilai ini berkisar 1-3% tetapi mungkin angka ini lebih kecil lagi, mengingat
idiosinkrasi dan intoleransi obat sering dilaporkan sebagai reaksi alergi obat.
Klasifikasi Reaksi Adversi
A. Reaksi adversi yang terjadi pada orang normal.
Overdosis yaitu reaksi adversi yang secara langsung berhubungan dengan pemberian dosis
yang berlebihan. Contoh : depresi pemapasan karena obat sedatif.
Efek samping yaitu efek farmakologis suatu obat yang tidak diinginkan tetapi juga tak dapat
dihindarkan yang terjadi pada dosis terapeutik. Misalnya efek mengantuk pada pemakaian
antihistamin.
Efek sekunder yaitu reaksi adversi yang secara tidak langsung berhubungan dengan efek
farmakologis primer suatu obat.
Contoh: penglepasan antigen atau endotoksin sesudah pemberian antibiotik (reaksi Jarisch-
Herxheimer)
Interaksi obat yaitu efek suatu obat yang mempengaruhi respons satu atau lebih obat-obat lain
misalnya induksi enzim suatu obat yang mempengaruhi metabolisme obat lain.
B. Reaksi adversi pada orang-orang yang sensitif.
Intoleransi yaitu reaksi adversi yang disebabkan oleh efek farmakologis yang meninggi.
Misalnya gejala tinitus pada pemakaian aspirin dosis kecil.
Idiosinkrasi adalah reaksi adversi yang tidak berhubungan dengan efek farmakologis dan tidak
juga disebabkan reaksi imunologis, misalnya primakuin yang menyebabkan anemia hemolitik.
Reaksi alergi atau hipersensitivitas dapat tejadi pada pasien tertentu. Gejala yang ditimbulkan
adalah melalui mekanisme imunologis. Jadi reaksi alergi obat merupakan sebagian dari reaksi
adversi.
Pseudoalergi (reaksi anafilaktoid) yaitu tejadinya keadaan yang menyerupai reaksi tipe I tanpa
melalui ikatan antigen dengan IgE (lgE independenf). Beberapa obat seperti opiat, vankomisin,
polimiksin B. D tubokurarin dan zat kontras (pemeriksaan radiologis) dapat menyebabkan sel
mast melepaskan mediator (seperti tipe I). Proses di atas tanpa melalui sensitisasi terlebih dahulu
(non-imunologis).
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis alergi obat dapat diklasifikasikan menurut organ yang terkena atau menurut
mekanisme kerusakan jaringan akibat reaksi imunologis Gell dan Coombs (Tipe I s/d IV). Untuk
memudahkan pengertian patogenesis dan pengobatannya, dalam makalah im digunakan
klasifikasi Gell dan Coombs.
Tipe I (Hipersensitivitas Tipe Cepat)

12
Manifestasi klinis yang tejadi merupakan efek mediator kimia akibat reaksi antigen dengan IgE
yang telah terbentuk yang menyebabkan kontraksi otot polos. meningkatnya permeabilitas kapiler
serta hipersekresi kelenjar mukus.
 Kejang bronkus gejalanya berupa sesak. Kadang-kadang kejang bronkus. disertai kejang
laring. Bila disertai edema laring keadaan ini bisa sangat gawat karena pasien tidak dapat
atau sangat sulit bernapas.
 Urtikaria.
 Angioedema.
 Pingsan dan hipotensi. Renjatan anafilaktik dapat terjadi beberapa menit setelah suntikan
seperti penisilin.
Manifestasi klinis renjatan anafilaktik dapat terjadi dalam waktu 30 menit setelah pemberian obat.
Karena hal tersebut mengenai beberapa organ dan secara potensial membahayakan, reaksi ini
sering disebut sebagai anafilaksis. Penyebab yang tersering adalah penisilin.
Pada tipe I ini terjadi beberapa fase yaitu :
1. Fase sensitasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE.
2. Fase aktivasi, yaitu fase yang terjadi karena paparan ulang antigen spesifik. Akibat aktivasi
ini sel mast/basofil mengeluarkan kandungan yang berbentuk granul yang dapat menimbulkan
reaksi.
3. Fase efektor, yaitu fase terjadinya respons imun yang kompleks akibat penglepasan mediator.
Tipe II
Reaksi hipersensitivitas tipe II atau reaksi sitotaksik terjadi oleh karena terbentuknya IgM / IgG
oleh paparan antigen. Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel-sel yang memiliki reseptornya
(FcgR). Ikatan antigen-antibodi juga dapat mengaktifkan komplemen melalui reseptro
komplemen.
Manifestasi klinis reaksi alergi tipe II umumnya berupa kelainan darah seperti anemia hemolitik,
trombositopenia, eosinofilia, dan granulositopenia. Nefritis interstisial dapat juga merupakan
reaksi alergi tipe ini.
Tipe III
Reaksi ini disebut juga reaksi kompleks imun dan akan terjadi bila kompleks ini mengendap pada
jaringan. Antibodi yang berperan disini ialah IgM dan IgG. Kompleks ini akan mengaktifkan
pertahanan tubuh yaitu dengan penglepasan komplemen.
Manifestasi klinis reaksi alergi tipe III dapat berupa :
1. Urtikaria. angioedema, eritema. makulopapula, eritema multiforme, dan lain-Iaih. Gejala
tersebut sering disertai pruritus.
2. Demam.
3. Kelainan sendi, artralgia, dan efusi sendi.

13
4. Limfadenopati.
5. Lain-Iain :
 kejang perut, mual
 neuritis optik
 glomerulonefritis
 sindrom lupus eritematosus sistemik
 gejala vaskulitis lain
Gejala tadi timbul 5-20 hari setelah pemberian obat, tetapi bila sebelumnya pernah mendapat obat
tersebut, gejala dapat timbul dalam waktu 1-5 hari.
Tipe lV
Reaksi tipe IV disebut Delayed Type Hypersensitivity (DTH) juga dikenal sebagai Cell Mediated
Immunity (reaksi imun seluler). Pada reaksi ini tidak ada peranan antibodi. Reaksi terjadi karena
respons sel T yang telah disensitasi oleh antigen tertentu.
Berbagai jenis DTH (Delayed Type Hypersensitivity) :
1. Cutaneous Basophil Hypersensitivity
2. Hipersensitivitas kontak (contact Dermatitis)
3. Reaksi tuberkulin
4. Reaksi granuloma
Manifestasi klinis reaksi alergi tipe IV dapat berupa reaksi paru akut seperti demam, sesak, batuk,
infiltrat paru, dan efusi pleura. Obat yang tersering menyebabkan reaksi ini yaitu nitrofurantoin,
Nefritis interstisial, ensefalomielitis, dan hepatitis juga dapat merupakan manifestasi reaksi alergi
obat.
Namun demikian dermatitis merupakan manifestasi yang paling sering. Kadang-kadang gejala
baru timbul bertahun-tahun setelah sensitisasi. Contohnya pemakaian obat topikal (sulfa, penisilin
atau antihistamin). Bila pasien telah sensitif, gejala dapat muncul 18-24 jam setelah obat
dioleskan.

14
BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh
sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa
jenis kanker.
C. Saran
setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, kita diharapkan mampu
meningkatkan atau mempertahankan kekebalan tubuh kita dengan menjalankan gaya
hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai macam infeksi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Zewert,dkk. 2011. Mikrobiologi kedokteran . jakarta: salemba Kimbal,1983. Biologi,


Jakarta : erlangga
Gorman dkk, 1982. Kimia dan biologi antibiotic laktan, London : academic press

16

Anda mungkin juga menyukai