SISTEM IMUN
Kelompok 8
Sulistiani 1931011012
2022
1
Kata Pengantar
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah yang maha kuasa berkat
rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu . Shalawat serta
salam semoga tetap tecurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, dan
semoga shalawat juga tercurah limpahkan kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Sistem Imun”. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Bapak Dr. Aa Juhanda selaku dosen
pengampu mata kuliah Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia.
Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna pembenahan dalam
penyusunan makalah yang lebih baik lagi
Kelompok 8
i
Daftar Isi
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 8
B. Saran ....................................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan
akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh manusia.
Manusia memiliki sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda asing yang dikenal
dengan sistem imun, dimana akan melindungi tubuh terhadap penyebab penyakit,
patogen seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur.
Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh
mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau
memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi infeksi atau cedera. Pada individu normal
sebagian besar infeksi berlangsung dalam jangka waktu terbatas dan menyebabkan
sedikit sekali kerusakan permanen karena sistem imun melawan agen infeksi dengan
mengendalikan atau menghancurkannya
Sistem imun dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya
terhadapbahaya yang dapat ditimbulkan bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun
dapat dibagi menjadi sistem imun non-spesifik dan spesifik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem imun?
2. Apa fungsi sistem imun?
3. Ada berapa macam sistem imun?
4. Apa saja jenis-jenis antibodi?
5. Gangguan pada sistem imun?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem imun
2. Mengetahui fungsi dari sistem imun
3. Mengetahui macam-macam sistem imun
4. Mengetahui jenis-jenis antibodi
5. Mengetahui gangguan pada sistem imun
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Macam-Macam Sistem Imun
a) Sistem Kekebalan Tubuh Non Spesifik
Sistem kekebalan tubuh non spesifik disebut juga komponen
nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan
yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai
macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas
berbagai macam elemen non spesifik.Jadi bukan merupakan pertahana khusus
untuk antigen tertentu. Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai berikut : salah
satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen
misalnya, bakteri, adalah dengan cara menghancurkan bakteri tersebut dengan
cara nonspesifik melalui proses fagositosis.
Selain fagositosis, respons imun nonspesifik lainnya adalah reaksi
inflamasi. Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu
oleh beberapa jenis sel, misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan
mastosit, Vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin
yang berasal dari komponen – komponen komplemen, sebagai reaksi umpan
balik dari mastosit dan basophil.
4. Jenis-Jenis Antibodi
Terdapat beberapa jenis antibodi dan masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Berikut ini adalah jenis-jenis antibodi:
1. Immunoglobulin A (IgA)
Antibodi IgA merupakan jenis antibodi yang paling umum ditemukan di dalam
tubuh dan terlibat dalam proses terjadinya reaksi alergi. Di dalam tubuh, antibodi
IgA banyak ditemukan di lapisan mukosa (selaput lendir) tubuh, terutama yang
melapisi saluran pernapasan dan saluran pencernaan. IgA juga banyak ditemukan
pada cairan tubuh, seperti air liur, dahak, air mata, cairan vagina, dan ASI.
Pemeriksaan antibodi IgA juga biasanya dilakukan oleh dokter untuk
mendiagnosis gangguan pada sistem imunitas, misalnya penyakit celiac.
2. Immunoglobulin E (IgE)
Antibodi IgE umumnya ditemukan di darah dalam jumlah yang sedikit. Namun,
jumlah antibodi IgE akan meningkat ketika tubuh mengalami reaksi peradangan
akibat alergi. Secara medis, tes antibodi IgE dilakukan untuk mendeteksi penyakit
alergi dan infeksi parasit.
3. Immunoglobulin G (IgG)
Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di dalam darah
dan cairan tubuh lainnya. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh, sel-sel darah
putih akan "mengingat" antigen tersebut dan membentuk antibodi IgE untuk
melawannya. Dengan demikian, jika antigen tersebut kembali masuk ke dalam
tubuh atau menyerang tubuh Anda, sistem kekebalan tubuh akan mudah
mengenalinya dan melakukan perlawanan karena antibodi sudah terbentuk lebih
dulu.
4. Immunoglobulin M (IgM)
Tubuh akan membuat antibodi IgM saat Anda pertama kali terinfeksi bakteri atau
virus sebagai bentuk pertahanan pertama tubuh untuk melawan infeksi. Kadar
5
IgM akan meningkat dalam waktu singkat saat terjadi infeksi, kemudian perlahan
menurun dan digantikan oleh antibodi IgG.
Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan IgM dengan nilai yang tinggi, sering kali
dianggap sebagai tanda adanya infeksi yang masih aktif. Dokter biasanya akan
melakukan pemeriksaan antibodi IgM bersamaan dengan tes antibodi IgA dan IgG
untuk memantau kondisi dan fungsi sistem kekebalan tubuh. Tes ini juga bisa
dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tertentu, seperti infeksi atau penyakit
autoimun.
Selain itu, dokter juga mungkin merekomendasikan tes antibodi jika Anda
memiliki beberapa gejala berikut ini:
• Ruam kulit
• Alergi
• Sakit setelah bepergian
• Sering pilek
• Sesak napas
• Diare yang tak kunjung sembuh
• Penurunan berat badan tanpa sebab
6
• Demam yang tidak diketahui penyebabnya
Meningkatnya produksi antibodi dalam tubuh dapat disebabkan oleh berbagai
kondisi medis. Oleh karena itu, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
untuk mempertimbangkan apakah tes antibodi perlu dilakukan atau tidak, terlebih
jika Anda memiliki riwayat penyakit alergi atau penyakit lain yang sering
kambuh. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan medis, termasuk tes alergi,
dokter akan menentukan diagnosis penyakit yang Anda alami dan memberikan
penanganan yang sesuai.
5. Gangguan Pada Sistem Imun
Ganggun atau kelainan pada sistem imum bisa saja terjadi. Bahkan jika tidak segera
diatasi akan semakin parah dan bisa menyebabkan kematian. Gangguan sistem
pertahanan tubuh ada beberapa gangguan yang menganggu sistem pertahanan tubuh,
yakni:
1. Penyakit autoimun
Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), gangguan autoimun di mana kegagalan
sistem imunitas untuk membedakan sel tubuh dengan sel asing sehingga sistem
imunitas menyerang tubuh sendiri. Mengidentifikasi gangguan autoimun sulit
dilakukan. Karena semua manusia memiliki banyak antibodi reaktif diri dalam darah.
Tapi kebanyakan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit. Akibatnya identifikasi tes
autoantibodi bukan alat diagnostik yang memadai untuk menentukan adanya
gangguan autoimun. Faktor genetik penyakit autoimun bisa terjangkit karena dari
cacat genetik yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Meski tidak
selalu terserang penyakit autoimun yang sama, mereka rentan terkena penyakit
autoimun yang lain.
2. Hipersensitivitas (Alergi)
Alergi adalah peningkatan reaksi terhadap antigen tertentu. Antigen menyebabkan
alergi disesebut allergen. Ketika allergen membuat tubuh sensitif, saat terkena lagi
akan mengakibatkan reaksi alergi Gejala alergi dapat berupa gatal-gatal, ruam
kemerahan dikulit, mata merah atau kesulitan bernapas.
3. Imunodefisiensi
Menurunnya keefektifan sistem imunitas untuk merespons dapat mengganggu sistem
kerja dari pertahanan tubuh. Penurunan sistem kekebalan tubuh dapat disebabkan oleh
antara lain obesitas, pengguna alkohol, narkoba, kekurangan nutrisi, dan virus yang
menyerang tubuh (seperti virus HIV yang menyebabkan AIDS).
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pada tulisan ini penulis sangat yakin masih banyak kekurangan dalam
menyajikan data dan informasi terkait imunologi maka dari itu penulis memohon
saran dan kritik dari para pembaca sehingga tulisan ini dapat diperbarui dan tidak
menyampaikan diskonsepsi terhadap konsep imunologi ini.
8
Daftar Pustaka
Abbas, A.K. and Lichtman, A.H. 2007. Cellular and Molecular Immunology. 6th ed.
WB Saunders Company Saunders, Philadelphia.
Myhre, J. & Sifris, D. Verywell Health (2020). What Antibodies and Antigens Do
During HIV Infection.