Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENYAKIT PADA GANGGUAN IMUNITAS

Dosen Pembimbing :
Dr. Padoli, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 03 :


1. Galuh Indra L. P27820122021 6. Laura Ratna Juwita P27820122026
2. Hammas Rasul S.K. P27820122022 7. Lia Nur Ervani P27820122027
3. Jasmine Caesya N.A. P27820122023 8. Mazidatun Ni'mah P27820122028
4. Khonsa' Fikrotus Z. P27820122024 9. Mbarep Ramadhani M. P27820122029
5. Laura Jenita Listy P27820122025 10. Mella Nanda Salsa M. P27820122030

TINGKAT I SEMESTER 2
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SOETOMO POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah
penyakit pada gangguan imunitas” dengan baik dan lancar tanpa kendala yang berarti.
Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Etika
Keperawatan, Kelas Reguler A, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Oleh karena itu,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Dr. Padoli, S.Kp., M.Kes
3. Teman-teman Anggota Kelompok 03 Kelas Reguler A, Program Studi DIII
Keperawatan Soetomo
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis berharap kritik dan saran demi kesempurnaan
pembuatan makalah di masa yang akan datang. Akhirnya, Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya masyarakat dan mahasiswa Jurusan Kesehatan
Surabaya.

Surabaya, 31 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau imunitas
terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk kedalam tubuh.
Secara historis istilah ini kemudian digunakan untuk menjelaskan perlindungan
terhadap penyakit infeksi. ntuk melindungi dirinya, tubuh memerlukan mekanisme yang
dapat membedakan sel-sel itu sendiri (Self) dari agen-agen penginVasi (nonself).
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu sistem imun?
2. Apa fungsi dari sistem imun?
3. Apa saja macam macam sistem kekebalan tubuh?
4. Apa saja penyakit pada gangguan sistem imunitas

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu sistem imun
2. Mengetahui apa fungsi dari sistem imun
3. Mengetahui apa saja macam macam sistem kekebalan tubuh
4. Mengetahui apa saja penyakit pada gangguan sistem imunitas

4
1.4 Manfaat
Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui apa
itu sitem imun, fungsi sistem imun, macam macam sistem kekebalan tubuh dan apa saja
penyakit gangguan pada sistem imunitas

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Imun
Istilah Imunologi berasal dari bahasa latin yaitu Imunis dan Logos, Imun yang
berarti kebal dan logos yang berarti ilmu. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang mekanisme kekebalan tubuh. Imunitas adalah perlindungan dari penyakit,
khususnya penyakit infeksi. Sel-sel dan molekul-molekul dalam tubuh manusia yang
terlibat di dalam mekanisme perlindungan akan mengaktifkan respon kekebalan
dengan cara membentuk sistem imun. Sedangkan respon yang terjadi untuk
menyambut paparan benda asing disebut respon imun. Imunologi adalah suatu cabang
ilmu yang luas dari biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem
imun (kekebalan) pada semua organisme (Encyclopedia, 2019).
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama
dalam mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit,
seperti bakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan sistem
imun untuk mengenali dan menghancurkankan serangan ini. Jadi kelainan sistem
imun berarti kemampuan untuk mempertahankan kekebalan tubuh terganggu
sehingga mudah diserang penyakit. Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system)
adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari
makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan
parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi
menjadi tumor.
2.2 Fungsi Sistem Imun
Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu:
1. Pertahanan
Fungsi pertahanan sistem mun adalah membentuk imunitas spesifik untuk

6
melawan agen yang mematikan, seperti bakteri, virus, toksin dan bahkan jaringan
asing yang masuk ke dalam tubuh.

2. Homeostasis atau keseimbangan


Sistem imun mempunyai peran homeostasis agar tubuh dapat
mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam Satem
imun memiliki fungsi sebagai eliminasi komponen komponen tubuh yang sudah
tua.
3. Pengawasan
Sistem imun dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi
terutama yang menjadi ganas.
Imunitas didapat tidak akan terbentuk sampai ada invasi organisme asing,
maka terdapat mekanisme tertentu untuk mengenali invasi ini. Mekanismenya
yaitu setiap jenis organisme atau toksin hampir selalu mengandung satu atau lebih
senyawa kimia spesifik (protein atau polisakarida besar dengan berat molekul
8000 atau lebih dan terdapat epitop pada permukaannya) yang membuatnya
berbeda dari seluruh senyawa lainnya. Senyawa ini disebut antigen (antibody
generations).

2.3 Macam Macam Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2 yaitu:
 Sistem kekebalan tubuh non spesifik
Disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah,
artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis
antigen, tetapi untuk 2berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak
bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik.Jadi bukan
merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
a. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh

7
alami. Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya
patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena
lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan
mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap
senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut.
Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi
antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen
yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-
paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring
udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh
tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzim yang disebut lisozim.
Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel
bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila
patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua
akan aktif.
b. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik,
dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan
menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi
yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh
darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit
keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa
kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah
putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut. Peristiwa ini disebut
fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda
cair, maka disebut pinositosis.
Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara
menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh
patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa
melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau

8
lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba.
Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke
bagian tubuh lain, antara lain : paru- paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel
Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel–sel microgial), jaringan
penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil
berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan menempatkan
diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-
granul sitoplasma yang dimiliki.
Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam
menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam
darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan
penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon.
Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi
menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil
melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera
berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
 Sistem kekebalan tubuh spesifik
Pertahanan spesifik: imunitas diperantarai antibodi untuk respon imun
yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit
B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika
sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah
secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b
segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk
menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut
limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen
yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih
banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan
merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut.

9
Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang
ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh
lebih cepat daripada respon imun primer. Suatu saat, jika suatu individu lama
tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa
saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang
mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur
panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika
tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama,
maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten
terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh
proses respon imun harus diulang dari awal.

2.4 Penyakit Pada Gangguan Sistem Imunitas


1. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan
berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus) yang
menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma
dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh
dalam melawan berbagai kuman penyakit. Sel T pembantu menjadi target utama
HIV karena pada permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor.
Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke
reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam
sel T pembantu secara endositosis dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-
virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini
menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan

10
tampak sehat, tetapi dapat menularkan virus HIV. Penderita AIDS adalah penderita
HIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan
seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama, yaitu
antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak
menjadi penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus HIV di dalam tubuh
membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita.
Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan
menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS
atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
2. Autoimun
Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang
menyerang tubuh sendiri. Normalnya, sistem kekebalan tubuh menjaga tubuh dari
serangan organisme asing seperti bakteri atau virus. Namun, pada seseorang yang
menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuhnya melihat sel tubuh yang
sehat sebagai organisme asing. Sehingga sistem kekebalan tubuh akan melepaskan
protein yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Penyakit autoimun merupakan bagian dari hipersensitivitas. Penyakit autoimun
adalah penyakit dimana respon imun tubuh mengenali dan bereaksi dengan protein
tubuh (self antigen) sendiri. Oleh karena itu penyakit autoimun akan bersifat kronis
dikarenakan protein tubuh tidak akan hilang, namun menetap dalam tubuh. Pada
manusia autoimun ini belum diketahui secara jelas penyebabnya.
Mekanisme penyakit autoimun yang menyebabkan kerusakan sel merupakan
suatu siklus yang dapat berulang. Dimulai dari pengenalan self antigen oleh antibodi
dan sel limfosit akan menyebabkan terjadinya aktivasi antibodi dan limfosit
tersebut. Hasil dari aktivasi ini adalah adanya reaksi inflamasi pada tempat tertentu.
Stimulasi perbanyakan antibodi terhadap sel antigen terus berlanjut dan siklus akan
kembali dari awal. (Elshemy, Ahmed, 2013).

11
Belum diketahui apa penyebab penyakit autoimun, namun menurut Hikmah (2010)
terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita
penyakit ini antara lain:
1. Etnis
Beberapa penyakit autoimun umumnya menyerang etnis tertentu.
Misalnya, diabetes tipe 1 umumnya menimpa orang Eropa, sedangkan lupus
rentan terjadi pada orang Afrika, Amerika dan Amerika Latin.
2. Gender
Wanita lebih rentan terserang penyakit autoimun dibanding pria.
Biasanya penyakit ini dimulai pada masa kehamilan.
3. Lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti cahaya matahari, bahan kimia serta
infeksi virus dan bakteri, bisa menyebabkan seseorang terserang penyakit
autoimun dan memperparah keadaannya.
4. Riwayat keluarga
Umumnya penyakit autoimun juga menyerang anggota keluarga yang
lain. Meski tidak selalu terserang penyakit autoimun yang sama, mereka rentan
terkena penyakit autoimun yang lain.
5. Hormon
Terdapat asumsi bahwa penyakit autoimun terkait dengan perubahan
hormon, seperti saat hamil, melahirkan, atau menopause. Infeksi Gejala
autoimun juga dapat dipicu atau diperburuk infeksi tertentu.
6. Infeksi
Gejala autoimun juga dapat dipicu atau diperburuk infeksi tertentu.

12
 Jenis Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun bisa berdampak pada banyak bagian tubuh. Ada lebih
dari 80 jenis penyakit autoimun mulai dari yang ringan sampai berat. Dari sekian
banyaknya jenis penyakit autoimun, beberapa penyakit autoimun di bawah ini
merupakan yang sering sekali ditemui, di antaranya: (Elshemy, Ahmed, 2013).
A. Penyakit autoimun melalui antibodi:
1. Anemia Hemolitik Autoimun
Salah satu sebab menurunnya jumlah sel darah merah dalam sirkulasi
ialah destruksi oleh antibodi terhadap antigen pada permukaan sel tersebut.
Destruksi dapat terjadi akibat aktivasi komplemen dan hal ini akan
menimbulkan Hb dalam urin (hemoglobinuria). Destruksi sel dapat pula terjadi
melalui opsonisasi oleh antibodi dan komponen komplemen lainnya. Sel darah
merah yang dilapisi antibodi difagositosis makrofag ( yang memiliki reseptor Fc
dan C3).
2. Miastenia Gravis
Sasaran dari penyakit ini ialah reseptor asetilkolin pada hubungan
neuromuskuler. Reaksi antara reseptor dan Ig akan mencegah penerimaan
impuls saraf yang dalam keadaan normal dialirkan oleh molekul asetilkolin. Hal
ini menimbulkan kelemahan otot yang begitu berat yang ditandai dengan gejala
yang sulit mengunyah dan bernafas sehingga dapat mengakibatkan kematian
karena gagal nafas.
Timbulnya miastenia gravis berhubungan dengan timus. Pada umumnya
penderita menunjukkan hipertrofi timus dan bila kelenjar timus diangkat,
penyakit kadang-kadang dapat menghilang.
Molekul yang menunjukkan rekasi silang dengan reseptor asetilkolin
telah ditemukan dalam berbagai sel timus seperti timosit dan sel epitel.
Keterlibatan sel-sel dalam perannya menimbulkan penyakit belum diketahui.
3. Tirotoksikosis
Pada keadaan ini autoantibodi dibentuk terhadap reseptor hormon.
Antibodi terhadap reseptor hormon. Antibodi akan terbentuk terhadap reseptor

13
tiroid stimulating hormone (TSH). Autoantibodi dapat menembus plasenta
sehingga ibu dengan tirotoksikosis dapat melahirkan bayi dengan hiperaktivitas
tiroid. Bila autoantibodi pada bayi tersebut dihancurkan beberapa minggu
kemudian, tanda-tanda hiperreaktivitas tiroid juga akan hilang.
Sel tiroid dirangsang bila reseptor untuk TSH mengikat hormon.
Antibodi terhadap reseptor TSH ditemukan dalam serum penderita dengan
penyakit Grave atau basedow dan bila antibodi tersebut diikat reseptor TSH
akan terjadi rangsangan yang sama terhadap sel tiroid. Banyak ahli
menggolongkan reaksi tersebut sebagai reaksi Gel dan Coombs type V. Contoh
penyakit autoimun lain ialah infertilitas pada pria yang mengandung antibodi
aglutinin terhadap sperma, yang menyebabkan sperma tidak dapat bergerak
untuk bertemu dengan ovum.
B. Penyakit autoimun melalui kompleks imun:
1. Rematik (Rheumatoid Arthritis)
Rematik (Rheumatoid arthritis) adalah gangguan peradangan kronis
yang dapat mempengaruhi lebih dari sekedar persendian. Pada beberapa
orang, kondisi ini dapat merusak berbagai sistem tubuh, termasuk kulit,
mata, paru-paru, jantung dan pembuluh darah. Gangguan autoimun, rematik
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara jahat menyerang jaringan tubuh.
Tidak seperti kerusakan akibat keausan pada osteoarthritis, rematik
mempengaruhi lapisan sendi, menyebabkan pembengkakan yang
menyakitkan dan pada akhirnya dapat menyebabkan erosi tulang serta
kelainan bentuk sendi.
Peradangan yang terkait dengan rematik adalah apa yang dapat
merusak bagian lain dari tubuh juga. Sementara jenis obat baru telah
meningkatkan pilihan pengobatan secara dramatis, rematik yang parah
masih dapat menyebabkan cacat fisik (Elshemy, Ahmed, 2013).

14
Rematik dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan kelainan
bentuk. Ketika jaringan yang melapisi persendian (membran sinovial)
meradang dan menebal, cairan menumpuk dan persendian terkikis dan
terdegradasi. Rematik terjadi ketika sistem kekebalan tubuh, menyerang
sinovium (selaput membran) yang mengelilingi sendi. Peradangan yang
dihasilkan mengentalkan sinovium, yang akhirnya dapat menghancurkan
tulang rawan dan tulang di dalam sendi. Tendon dan ligamen yang
menyatukan sendi melemah dan meregang. Secara bertahap, sambungan
kehilangan bentuk dan pelurusannya (Goldsby RA, 2000)
2. Lupus
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit kronis yang
menyebabkan peradangan pada jaringan ikat, seperti tulang rawan dan
lapisan pembuluh darah, yang memberikan kekuatan dan fleksibilitas pada
struktur di seluruh tubuh. Tanda-tanda dan gejala
SLE bervariasi di antara individu yang terkena, dan dapat melibatkan
banyak organ dan sistem, termasuk kulit, sendi, ginjal, paru-paru, sistem
saraf pusat, dan sistem pembentuk darah (hematopoietik). SLE adalah salah
satu dari sekelompok besar kondisi yang disebut gangguan autoimun yang
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh
sendiri (Siagian, Ernawati, 2018). SLE pertama kali dapat muncul sebagai
kelelahan ekstrim, perasaan tidak nyaman atau malaise, demam, kehilangan
nafsu makan, dan penurunan berat badan. Kebanyakan individu yang

15
terkena juga memiliki nyeri sendi, biasanya mempengaruhi sendi yang sama
di kedua sisi
tubuh, dan nyeri dan kelemahan otot. Masalah kulit sering terjadi pada SLE.
Ciri khas adalah ruam merah pipih di pipi dan pangkal hidung, disebut
"ruam kupu-kupu" karena bentuknya. Ruam, yang umumnya tidak sakit atau
gatal, sering muncul atau menjadi lebih jelas saat terkena sinar matahari.
Masalah kulit lain yang mungkin terjadi pada SLE termasuk endapan
kalsium di bawah kulit (calcinosis), pembuluh darah yang rusak (vasculitis)
di kulit, dan bintikbintik merah kecil yang disebut petechiae.
3. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun. Pankreas tidak dapat membuat
insulin karena sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel-sel yang
memproduksi insulin. Penyebab pasti diabetes tipe 1 tidak diketahui. Tetapi
pada kebanyakan orang dengan diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh -
yang biasanya melawan bakteri dan virus berbahaya - keliru menghancurkan
sel-sel penghasil insulin (pulau) di pankreas. Genetika dan faktor lingkungan
tampaknya berperan dalam proses ini. Insulin melakukan pekerjaan penting
untuk memindahkan gula (glukosa) dari aliran darah ke sel-sel tubuh. Gula
memasuki aliran darah ketika makanan dicerna. Setelah sel pulau pankreas
dihancurkan, tubuh akan memproduksi sedikit atau tidak ada insulin.
Akibatnya, glukosa menumpuk di aliran darah, di mana ia dapat
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa (Abbas K A, 2007).
Komplikasi diabetes tipe 1 berkembang secara bertahap. Jika kadar gula
darah tidak terkontrol dengan baik dalam jangka waktu yang lama,
komplikasi diabetes pada akhirnya dapat melumpuhkan atau bahkan
mengancam jiwa (Delves, P.J, 2011).
4. Multiple sclerosis
Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit yang berpotensi melumpuhkan otak
dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat) (gambar 6.16). Pada MS,
sistem kekebalan tubuh menyerang selubung pelindung (myelin) yang

16
menutupi serat saraf dan menyebabkan masalah komunikasi antara otak dan
seluruh tubuh. Akhirnya, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan
permanen atau kerusakan saraf (Lodish, H., A. 2000). Tanda dan gejala MS
sangat bervariasi dan tergantung pada jumlah kerusakan saraf dan saraf
mana yang terpengaruh. Beberapa orang dengan MS parah mungkin
kehilangan kemampuan untuk berjalan secara mandiri atau tidak sama
sekali, sementara yang lain mungkin mengalami remisi yang lama tanpa
gejala baru (Lodish, H., A. 2000) Tidak ada obat untuk multiple sclerosis.
Namun, perawatan dapat membantu mempercepat pemulihan dari serangan,
memodifikasi perjalanan penyakit dan mengelola gejala . Penyebab multiple
sclerosis tidak diketahui. Ini dianggap sebagai penyakit autoimun di mana
sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri. Dalam kasus MS,
kerusakan sistem kekebalan ini menghancurkan zat berlemak yang melapisi
dan melindungi serabut saraf di otak dan sumsum tulang belakang (mielin)
(Murphy, K. Janeway’s, 2012). Myelin dapat dibandingkan dengan lapisan
isolasi pada kabel listrik. Ketika mielin pelindung rusak dan serabut saraf
terbuka, pesan yang bergerak di sepanjang saraf itu mungkin melambat atau
tersumbat. Saraf juga bisa rusak itu sendiri. Tidak jelas mengapa MS
berkembang pada beberapa orang dan tidak pada orang lain (Murphy, K.
Janeway’s, 2012).
5. Penyakit graves
Penyakit Graves adalah kelainan sistem kekebalan yang menyebabkan
produksi hormon tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme) (gambar 6.17).
Meskipun sejumlah gangguan dapat menyebabkan hipertiroidisme, penyakit
Graves adalah penyebab umum. Karena hormon tiroid memengaruhi
sejumlah sistem tubuh yang berbeda, tanda dan gejala yang terkait dengan
penyakit Graves bisa luas dan secara signifikan memengaruhi kesejahteraan
secara keseluruhan. Tanda dan gejala umum penyakit Graves meliputi
kecemasan dan lekas marah, getaran halus tangan atau jari, sensitivitas panas
dan peningkatan keringat atau kulit hangat dan lembab, penurunan berat

17
badan, meski kebiasaan makannya normal, pembesaran kelenjar tiroi
(gondok), ubah siklus menstruasi, disfungsi ereksi atau penurunan libido,
sering buang air besar, mata menonjol (Oftalmopati Graves), kelelahan, kulit
tebal dan merah biasanya di tulang kering atau di atas kaki. Penyakit Grave
disebabkan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh yang melawan
penyakit, meskipun alasan pasti mengapa hal ini terjadi masih belum
diketahui. Satu respon sistem imun yang normal adalah produksi antibodi
yang dirancang untuk menargetkan virus, bakteri, atau zat asing tertentu.
Pada penyakit Graves, tubuh memproduksi antibodi pada satu bagian sel di
kelenjar tiroid, kelenjar penghasil hormon di leher (Parham P. 2000).
Biasanya, fungsi tiroid diatur oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar
kecil di dasar otak (kelenjar hipofisis). Antibodi yang terkait dengan
penyakit Graves adalah antibody reseptor thyrotropin (TRAb) yang
bertindak seperti hormon hipofisis pengatur. Itu berarti bahwa TRAb
mengesampingkan regulasi normal tiroid, menyebabkan produksi hormon
tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme) (Parham P. 2000).
6. Psoriasis
Psoriasis adalah kondisi kulit umum yang mempercepat siklus hidup sel-sel
kulit. Ini menyebabkan sel-sel menumpuk dengan cepat di permukaan kulit
(gambar 6.19). Sel-sel kulit ekstra membentuk sisik dan bercak merah yang
gatal dan kadang menyakitkan. Psoriasis adalah penyakit kronis yang sering
datang dan pergi. Tujuan utama perawatan adalah menghentikan sel-sel kulit
agar tidak tumbuh begitu cepat (Baratawidjaya KG, 2006). Tidak ada obat
untuk psoriasis, tetapi gejalanya bisa diatasi seperti gaya hidup, seperti
pelembab, berhenti merokok dan mengatur stress. Tanda dan gejala psoriasis
berbeda untuk semua orang. Tanda dan gejala umum meliputi bercak merah
pada kulit ditutupi dengan sisik tebal berwarna perak, tempat bersisik kecil
(biasanya terlihat pada anak-anak), kulit kering dan pecah-pecah yang
mungkin berdarah, gatal, terbakar atau pegal, kuku menebal, berlubang atau
bergerigi, sendi yang bengkak dan kaku, bercak psoriasis dapat berkisar dari

18
beberapa titik penskalaan seperti ketombe hingga erupsi besar yang meliputi
area yang luas . Sebagian besar jenis psoriasis mengalami siklus, melebar
selama beberapa minggu atau bulan, kemudian mereda untuk sementara
waktu atau bahkan mengalami remisi total (Baratawidjaya KG, 2006).
Penyebab psoriasis belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga terkait
dengan masalah sistem kekebalan dengan sel T dan sel darah putih lainnya,
yang disebut neutrofil, di dalam tubuh. Sel T biasanya melakukan perjalanan
ke seluruh tubuh untuk bertahan melawan zat asing, seperti virus atau
bakteri. Tetapi jika penderita psoriasis, sel-sel T menyerang sel-sel kulit
yang sehat secara tidak sengaja, seolah menyembuhkan luka atau melawan
infeksi. Sel T yang terlalu aktif juga memicu peningkatan produksi sel kulit
yang sehat, lebih banyak sel T, dan sel darah putih lainnya, terutama
neutrofil. Ini berjalan ke kulit menyebabkan kemerahan dan terkadang nanah
pada lesi pustular. Pembuluh darah melebar di daerah yang terkena psoriasis
menciptakan kehangatan dan kemerahan pada lesi kulit. Proses ini menjadi
siklus berkelanjutan di mana sel-sel kulit baru bergerak ke lapisan kulit
terluar terlalu cepat. Sel-sel kulit menumpuk dalam bercak tebal dan bersisik
di permukaan kulit, berlanjut sampai pengobatan menghentikan siklus. Apa
yang menyebabkan sel T tidak berfungsi dengan benar pada penderita
psoriasis tidak sepenuhnya jelas. Para peneliti percaya faktor genetika dan
lingkungan berperan.
7. T Hashimoto thyroiditis (HT)
Penyakit kelenjar tiroid yang sering ditemukan pada wanita dewasa tua
adalah goiter (pembesaran kelenjar tiroid) atau hipotiroidism yang
mengakibatkan rusaknya fungsi kelenjar. Infiltrat terdiri terutama atas sel
mononuclear yang ditemukan dalam folikel kelenjar. Bila infiltrasi mencapai
derajat. Hal ini serupa dengan reaksi lambat melalui sel T lainnya. Destruksi
Folikel kelenjar yang progresif disertai dengan infiltrasi sel. Bila infiltrasi
mencapai derajat tertentu, pengeluaran hormon tiroid menurun dan gejala
hipotiroidism timbul seperti kulit kerang, puffy face, rambut tipis mudah

19
rontok dan perasaan dingin. Beberapa alat sasaran an yang terkena pada
proses ini adalah tiroglobulin yang merupakan hormon utama tiroid.
Mikrosom dari epitel tiroid juga ikut berperanan dan Ig terhadap kedua jenis
antigen tersebut ditemukan pada penderita dengan HT.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau
Imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Zat
asing dapat berupaVirus, Bakteri, Protozoa atau parasit. Sistem imun terbagi dua berdasarkan
perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem Imun Nonspesifik (Sistem imun alami) merupakan lini
pertama sedangkan Sistem Imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi) merupakan lini
kedua dan juga berfungsi terhadap serangan berikutnya oleh mikroorganisme patogen yang sama.

Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen seluler dan komponen humoral, walaupun
demikian, kedua sistem imun tersebut saling bekerjasama dalam menjalankan fungsinya untuk
mempertahankan tubuh.

3.2 Saran
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan
Pembelajaran bagi pembaca.Serta untuk selanjutnya makalah “Gangguan Sistem Imun pada Bayi”
yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang membangun.Dikarenakan penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Khotimah, K., Sihombing, K. P., Limbong, M., Shintya, L. A., Purnamasari, N., Hidayah,
N., ... & Siringoringo, S. N. (2022). Penyakit Gangguan Sistem Tubuh. Yayasan
Kita Menulis. Tersedia dari https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=VDJtEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA67&dq=gangguan+sistem+imun
itas&ots=37qb4CeOoz&sig=WxdB7kML45AmslS5oIRVkfgWL6U&redir_esc=y#
v=onepage&q=gangguan%20sistem%20imunitas&f=false. (Diakses pada 31
Januari 2023)
Togatorop, L. B., Mawarti, H., Saputra, B. A., Elon, Y., Malinti, E., Manalu, N. V., ... &
Faridah, U. (2021). Keperawatan Sistem Imun dan Hematologi. Yayasan Kita
Menulis. Tersedia dari https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=uLczEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR15&dq=gangguan+sistem+imuni
tas&ots=0WweqsiVSA&sig=uvnCJgX64S3BZjoJyHGr0iKv8HQ&redir_esc=y#v=
onepage&q=gangguan%20sistem%20imunitas&f=false. (Diakses pada 31 Januari
2023)
Syarifuddin. (2019). Prinsip Dasar Sistem Kekebalan Tubuh. Cendekia Publisher. Tersedia
dari https://www.google.co.id/books/edition/Imunologi_Dasar/SlzPDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=0. (Diakses pada 31 Januari 2023)

21

Anda mungkin juga menyukai