Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ” peralatan imunologi dan mikrobiologi”

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan
segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Martapura September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons
tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu cabang
yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis
sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan
imunologi karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun.
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon
imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya
gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan
untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler
atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain
untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan
tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system
pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini
adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi adalah salah
satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika, dan
biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi
dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-macam
mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara
umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang
lingkungan dan pertanian. Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi bermacam - macam
ilmu yaitu virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan, mikrobiologi
tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang mempelajari mikroba spesifik secara
lebih rinci atau menurut kemanfaatannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian imunologi ?
2. Apa saja yang termasuk dalam sistem imun?
3. Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi?
4. Apa saja macam-macam penyakit imunitas?
5. Apa Pengertian Mikrobiologi

1.3 Tujuan
1. Mengetahui lebih jauh gambaran tentang imunologi.
2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam system imun.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan antigen dan antibody.
4. Mengetahui penyakit Imunitas.
5. Mengetahui apa itu mikrobiologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai
disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti : malfungsi sistem
imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun,
penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem
imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi
penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi –
fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit ,
reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.

2.2 Sistem Imun


Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi
dan membunuh patogen serta sel tumor. Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari
imunitas alami atau system imunnon spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan dalam
sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level
larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri
dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hypersensitivity. Salah
satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan
asupan gizi yang baik dan seimbang. Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling
melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.
1. Imunitas Alami atau Non spesifik
Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan
inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau
abnormal dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu
antigen. Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme
tertentu. Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen
patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi
yang singkat.
Sistem imun non spesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik seperti kulit,
selaput lendir, dan silia saluran napas yang dapat mencegah masuknya berbagai kuman
patogen kedalam tubuh; sejumlah komponen serum yang disekresikan tubuh, seperti
sistem komplemen, sitokin tertentu, dan antibody alamiah; serta komponen seluler,seperti
sel natural killer (NK).
a. Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting.
Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan
dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem
komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
b. Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang memiliki
fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin
menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon
inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri
yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
c. Antibodi alamiah (immunoglobulin) didefinisikan sebagai antibodi pada individu
normal dan sehat yang belum distimulasi oleh antigen eksogen.Antibodi alamiah
berperan penting sebagai pertahanan lini pertama terhadap patogen dan beberapa tipe
sel, termasuk prakanker, kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen.
d. Natural Killer Cells (Sel Natural Killer) diketahui secara morfologi mirip dengan
limfosit ukuran besar dan dikenal sebagai limfosit granular besar. Sekitar 10–15%
limfosit yang beredar pembuluh darah tepi adalah sel NK. Sel NK berperan penting
pada respon dan pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal dan melisiskan sel
terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK melisiskan sel dengan melepaskan sejumlah
granul sitolitik di sisi interaksi dengan target. Komponen utama granul sitolitik adalah
perforin. Sel NK juga menghasilkan sitokin dan kemokin yang digunakan untuk
membunuh sel target, termasuk IFN-γ, TNF-a, IL-5, dan IL-13. Sistem imun yang ada
pada tubuh dapat kita lihat dari sel darah kita.
2. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system)
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat khusus
dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa bersifat pasif dan
aktif.
a. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam inang
lain.
b. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif denga antigen
asing yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan terhadap
produk mikroba atau transplantasi se lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki beberapa
karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan
pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri; dan
kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai respon
memori yang kuat. Terdapat dua kelas respon imun spesifik :
a. Imunitas humoral (Humoral immunity), Imunitas humoral ditengahi oleh sekelompok
limfosit yang berdiferiensasi di sumsum tulang, jaringan limfoid sekunder yaitu meliputi
limfonodus, limpa dan nodulus limfatikus yang terletak di sepanjang saluran pernafasan,
pencernaan dan urogenital.
b. Imunitas selular (cellular immunity), Sel T mengalami perkembangan dan pematangan
dalam organ timus. Dalam timus, sel T mulai berdiferensiasi dan memperoleh kemampuan
untuk menjalankan fungsi farmakologi tertentu. Berdasarkan perbedaan fungsi dan kerjanya,
sel T dibagi dalam beberapa subpopulasi, yaitu sel T sitotoksik (Tc), sel T penindas atau
supresor (Ts) dan sel T penolong (Th). Perbedaan ini tampak pula pada permukaan sel-sel
tersebut. Untuk mengetahui cara kerja sel T penindas atau sel T pembunhuh dapat kita lihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik
Non spesifik Spesifik

Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang

Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua Spesifik untuk mikroorganisme yang


mikroorganisme. sudah mensintesis sebelumnya

Sel yang Fagosit Limfosit


penting Sel NK

Sel K

Molekul yang Lizosim Antibody sitokin


penting Komplemen

Protein fase akut

Interferon ( sitokin )

Sel yang berada didominasi sel polimorfonuklear didominasi selT dan sel B
di dalamnya

Sifat bersifat general/ umum bersifat memori / diperlukan pajan


pertama dan efektik untuk pajanan
berikutnya dengan antigen yang sama

Cara kerja cara kerja cepat cara kerja kualitas meningkat karena
memiliki sifat memory

2.3 Antigen dan Antibodi


1. Antigen
Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh
sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan
normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat
dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun. Antigen
biasanya berbentuk protein atau polisakarida. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah
sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksibakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain
dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan
terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko
terkena beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu
antigen eksogen dan antigen endogen.antigen eksogen adalah antigen-antigen yang disajikan
dari luar kepada hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan atau
polutan.Antigen ini bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari
penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi, seperti pada
asma. Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan meliputi antigen-
antigen berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik atau
antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka
macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting
untuk mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai
arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu
individu spesies dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen
semacam ini terdapat pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan
permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen
histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau lebih
bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.ciri – ciri antigen yang
menentukan imunogenitas dalam respon imun :
a. Keasingan,yaitu imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap
hospes
b. Ukuran molekul
c. Kekompleksian kimia dan struktural
d. Penentu antigen ( epilop )
e. Konstitusi genetik inang
f. Dosis, jalur, dan saat pemberian anti gen.
2. Antibodi
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar
tubuhvertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka
terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat
besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B.
Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi
yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai
berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh
mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang
tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui. Antibodi adalah molekul
immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan
dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin,
hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan
dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat
penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan).
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai
immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan
antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan
produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terdiri atas empat rantai
polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light
chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu
molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V)
rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini sangat
bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.Daerah V rantai berat dan daerah V rantai
ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik
antibodi.Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi
enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada
masing-masing molekul(Campbell).
3. Interaksi Antigen dan Antibodi
Interaksi Antigen dan Anti bodiadalahsebagaiberikut :
a. Reaksi ini pada umunya spesifik,biarpun ada beberapa ditemukan reaksi silang (cross –
reaction)
b. Pengabunggan antara antigen – antibodi adalah erat sekali, tetapi seringkali reversible.
c. Antigen dan antibodi bergabung dalam jumlah yang variabel ( Danysz phenomenon )
d. Antigen dan antibodi adalah suatu reaksi kimia, karena yang bergabung adalah gugus –
gugus spesifik dari kedua regens.
e. Dari suatu antigen dengan antiserumnya dapat diperihatkan tipe – tipe reaksi serologic
yang berbeda, mungkin disebabkan oleh molekul – molekul antibodi yang sama sering
merefleksikan yang berbeda.
4. Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Sistem ini
terdiri dari 30 protein-protein dalam serum atau di permukaan sel-sel tertentu. Aktivasi sistem
komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing
atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai
proenzim dalam cairan tubuh. Ketika diaktivasi, akan menghasilkan sejumlah fragmen
komplemen reaktif secara biologis. Fragmen komplemen tersebut akan memodulasi bagian lain
dari sistem imun dengan cara terikat secara langsung pada T limfosit dan sumsum tulang
penghasil limfosit (B limfosit) pada sistem imun adaptif dan juga menstimulasi sintesis dan
pelepasan sitokin. Komponen komplemen juga dapat meningkatkan fagositosis makrofag dan
neutrofil dengan bekerja sebagai opsionin.
Umumnya komplemen mempunyai efek utama , yakni :
1. Lisis sel ( misalnya bakteri dan sel tumor )
2. Menghasilkan perantara yang ikut serta dalam peradangan dan menarik fagositosis.
3. Opsinosasi organisme dan kompleks imun untuk pembersihan fagositosis.
4. Peningkatan respon imun berperantara antibody.
Protein komplemen terutama disintesis oleh hati dan sel fagositik. Karena tidak tahan
panas , komplemen dinonaktifkan pada suhu 56 0 c selama 30 menit.Efek – efek biologik
utama komplemen yakni opsonisasi, anafilaktosin, sitolisis.
Akibat klinik dari defisiensi komplemen secara umum mengakibatkan peningkatan
kepekaan terhadap penyakit infeksi , misalnya defisiensi C2 sering menimbulkan infeksi
bakteri piogenik yang serius. Defisiensi komponen kompleks penyerang selaput sangat
meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Neisseria . defisiensi pada komponen jalur
alternative juga telah diketahui , misalnya defisiensi properdin membuat orang lebih peka
terhadap penyakit meningokokus.
5. Sitokin dan Kemokin
a. Pengertian sitokin dan kemokin
Sitokin dan kemokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam regulasi
semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan respon imun alamiah dengan
cara mengatur atau mengontrol perkembangan, differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan
lokasi sel imun dalam organ limfoid. Sitokin merupakan suatu kelompok“messenger intrasel”
yang berperan dalam proses inflamasi melalui aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga
memainkan peran mediator poten untuk inflamasi sel. Sitokin dan kemokin menghasilkan
hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Telah dikenal
lebih 30 sitokin. Sebagian besar sel sistem imun dan beberapa sel lainnya melepaskan
sitokin. Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a) contoh sitokin yang
berperan penting dalam merespon infeksi bakteri, keduanya merupakan polipeptida
berbobotmolekul kecil yang memiliki efek yang luas dalam berbagai reaksi dalam tubuh,
termasuk respon imunologi, inflamasi, dan hematopoiesis.
b. Sitokin dan inflamasi
Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan pelepasan sitokin yang
berperan pada inflamasi akut, yang lokal maupun yang sistematik.
c. Sitokin dan pengobatan
Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun yang defesiensi
atau untuk menggerahkan sel – sel yang diperlukan dalam menanggulangi defisiensi
imun primer atau sekunder, merangsang sistem sel imun dalam respons terhadap tumor
infeksi bakteri atau virus yang berlebihan. Antisitokin telah digunakan untuk mengontrol
penyakit autoimun dan pada keadaan dengan sistem imun yang terlalu aktif / patologik.
6. Imunologi
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker.
1. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan
mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu antibodi
fagosit, komplemen dan sel – sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama masuk kedalam
tubuh, dalam beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya
belum memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun
nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk menghancurkannya.
2. Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel
tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun,
antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun
menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber;
beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker
leher rahim, sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat
rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh
adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah
beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma. Kemungkinan
sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal penting untuk mengatur
pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi menjadi kanker
membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel
tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel
abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen
tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini
menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga
membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul
MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan normal; hal ini
merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor
yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi
kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada
permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel
tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan
mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi
imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi
menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim
sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor
pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan
sitokin diproduksi oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein
yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker. telah
mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan sel kanker,
makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang akan membunuh sel
tumor.

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi adalah salah


satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika, dan
biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi
dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-macam
mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara
umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang
lingkungan dan pertanian. Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi bermacam -
macam ilmu yaitu virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan, mikrobiologi
tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang mempelajari mikroba spesifik secara
lebih rinci atau menurut kemanfaatannya.
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau
mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan hanya
karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga
pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat
tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Ukuran
mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron ( ), 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba
umumnya hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun
demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat
pembesar.

Secara klasik jasad hidup digolongkan menjadi dunia tumbuhan (plantae) dan
dunia binatang (animalia). Jasad hidup yang ukurannya besar dengan mudah dapat
digolongkan ke dalam plantae atau animalia, tetapi mikroba yang ukurannya sangat
kecil ini sulit untuk digolongkan ke dalam plantae atau animalia. Selain karena
ukurannya, sulitnya penggolongan juga disebabkan adanya mikroba yang mempunyai
sifat antara plantae dan animalia. Menurut teori evolusi, setiap jasad akan berkembang
menuju ke sifat plantae atau animalia. Hal ini digambarkan sebagai pengelompokan jasad
berturut-turut oleh Haeckel, Whittaker, dan Woese. Berdasarkan perbedaan organisasi
selnya, Haeckel membedakan dunia tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animalia),
dengan protista. Protista untuk menampung jasad yang tidak dapat dimasukkan pada
golongan plantae dan animalia. Protista terdiri dari algae atau ganggang, protozoa, jamur
atau fungi, dan bakteri yang mempunyai sifat uniseluler, sonositik, atau multiseluler tanpa
diferensiasi jaringan.

Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai produsen, konsumen,


maupun redusen. Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik
dengan energi sinar matahari. Mikroba yang berperanan sebagai produsen adalah algae
dan bakteri fotosintetik. Jasad konsumen menggunakan bahan organik yang dihasilkan
oleh produsen. Contoh mikroba konsumen adalah protozoa. Jasad redusen
menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur
kimia (mineralisasi bahan organik), sehingga di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia.
Contoh mikroba redusen adalah bakteri dan jamur (fungi).

Sel mikroba yang ukurannya sangat kecil ini merupakan satuan struktur biologi.
Banyak mikroba yang terdiri dari satu sel saja (uniseluler), sehingga semua tugas
kehidupannya dibebankan pada sel itu. Mikroba ada yang mempunyai banyak sel
(multiseluler). Pada jasad multiseluler umumnya sudah terdapat pembagian tugas
diantara sel atau kelompok selnya, walaupun organisasi selnya belum sempurna.
Setelah ditemukan mikroskop elektron, dapat dilihat struktur halus di dalam sel
hidup, sehingga diketahui menurut perkembangan selnya terdapat dua tipe jasad, yaitu:
Prokariota (jasad prokariotik/ primitif), yaitu jasad yang perkembangan selnya
belum sempurna dan Eukariota (jasad eukariotik), yaitu jasad yang perkembangan selnya
telah sempurna.

Selain yang bersifat seluler, ada mikroba yang bersifat nonseluler, yaitu virus.
Virus adalah jasad hidup yang bersifat parasit obligat, berukuran super kecil atau
submikroskopik. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Struktur virus
terutama terdiri dari bahan genetik. Virus bukan berbentuk sel dan tidak dapat
membentuk energi sendiri serta tidak dapat berbiak tanpa menggunakan jasad hidup
lain.

Selain virus ada jasad hidup yang disebut viroid, yaitu bahan genetik RNA yang
bersifat infeksius (dapat menginfeksi) sel inang. Viroid membawa sifat genetiknya sendiri
yang dapat diekspresikan di dalam sel inang. Jasad yang lebih sederhana dari virus adalah
prion, yang terdiri suatu molekul protein yang infeksius. Adanya kenyataan ini merupakan
perkecualian sistem biologi, sebab prion menyimpan sifat genetiknya di
dalam rantaian polipeptida, bukan di dalam RNA atau DNA. Prion dapat menggandakan
diri di dalam sel inang dengan mekanisme yang belum diketahui dengan jelas.
Suatu bahan yang ditumbuhi oleh mikroba akan mengalami perubahan susunan
kimianya. Perubahan kimia yang terjadi ada yang dikenal sebagai fermentasi
(pengkhamiran) dan pembusukan (putrefaction). Fermentasi merupakan proses yang
menghasilkan alkohol atau asam organik, misalnya terjadi pada bahan yang
mengandung karbohidrat. Pembusukan merupakan proses peruraian yang
menghasilkan bau busuk, seperti pada peruraian bahan yang mengandung protein.

Pada tahun 1837, C. Latour, Th. Schwanndon, dan F. Kutzing secara terpisah
menemukan bahwa zat gula yang mengalami fermentasi alkohol selalu dijumpai adanya
khamir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan gula menjadi alkohol dan CO2
merupakan fungsi fisiologis dari sel khamir tersebut. Teori biologis ini ditentang oleh Jj.
Berzelius, J. Liebig, dan F. Wahler. Mereka berpendapat bahwa fermentasi dan
pembusukan merupakan reaksi kimia biasa. Hal ini dapat dibuktikan pada tahun 1812
telah berhasil disintesa senyawa organik urea dari senyawa anorganik. Pasteur banyak
meneliti tentang proses fermentasi (1875-1876). Suatu saat
perusahaan pembuat anggur dari gula bit, menghasilkan anggur yang masam.
Berdasarkan pengamatannya secara mikroskopis, sebagian dari sel khamir diganti
kedudukannya oleh sel lain yang berbentuk bulat dan batang dengan ukuran sel lebih
kecil. Adanya sel-sel yang lebih kecil ini ternyata mengakibatkan sebagian besar proses
fermentasi alkohol tersebut didesak oleh proses fermentasi lain, yaitu fermentasi asam
laktat. Dari kenyataan ini, selanjutnya dibuktikan bahwa setiap proses fermentasi
tertentu disebabkan oleh aktivitas mikroba tertentu pula, yang spesifik untuk proses
fermentasi tersebut. Sebagai contoh fermentasi alkohol oleh khamir, fermentasi asam
laktat oleh bakteri Lactobacillus, dan fermentasi asam sitrat oleh jamur Aspergillus.

Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah
memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang
akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama
protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya
menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium
yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas
air sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat.

Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH yang tepat.


Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa, kecuali Vibrio cholerae
yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga merupakan variabel yang perlu dikendalikan.
Kelompok terbesar yaitu mesofil, suhu optimum untuk pertumbuhannya 20-40oC.
Menurut susunannya, media dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu media alam, media
semi sintetik, dan media sintetik. Dalam media alam, komponen nutrisi tidak dapat diketahui
dengan pasti setiap waktu karena dapat berubah-ubah dalam bahan yang digunakan dan
bergantung dari asalnya sebagai contoh ialah kentang, jagung, serangga, rambut dan sebagainya.
Dalam media semi sintetik, selain bahan hasil pertanian, digunakan pula zat-zat kimia yang
komposisinya diketahui dengan tepat.
Mikroorganisme tersebar di alam dengan berbagai macam jenis dan sifat fisiologis yang
beragam, dimana mikroorganisme tersebut mempunyai kebutuhan akan nutrien yang berbeda-
beda pula. Namun demikian susunan kimia selnya hampir sama atau lebih sama, yaitu terdiri atas
air yang merupakan bagian terbesar, yaitu 80-90%, sedangkan sisanya berupa komponen lainnya
seperti protoplasma, dinding sel, membran sitoplasma, cadangan makanan (lemak, polisakarida,
polifosfat, protein, dan lain-lain) yang berat keringnya kurang lebih 0-20%.
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang
hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang
menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme yang
dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut holofitik. Ada
beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padatan, tetapi
makanan tersebut sebelumnya harus dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar Biologis yang dilakukan oleh
sil dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapa berkembang dalam tubuh.
Media biakan berfungsi untuk memberikan tempat dan kondisi yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangbiakan dari mikroorganisme yang ditumbuhkan.
Komposisi media bahan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi sterilisasi
dilakukan bakteri demi mengoptimalkan pertumbuhannya, yang mana tiap-tiap komposisi
harus setimbang jumlahnya. Di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikrobaMedia dibagi menjadi 3
berdasarkan komposisinya, yaitu alami, semi sintetik dan sintetik. Media dibagi menjadi 3
berdasarkan konsistensinya, yaitu cair, padat, dan setengah padat.
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan
menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Ada beberapa
metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya.
- Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose.
- Pada medium agar miring, dilakukan metode gores dengan menggunakan loop ose.
- Pada medium petridisk, dapat digunakan metode streak plate(metode gores), pour
plate (metode tuang) atau spread plate (metode sebar) Setelah inokulasi, dilakukan
proses inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer ada temperatur
tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan yang menyediakan kondisi
cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Teknik penanaman dan isolasi mikroba sama – sama dibagi menjadi dua yaitu metode gores
(streak plate) dan metode tuang (pour plate). Metode gores adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menstreak (menggores)
permukaan agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri.
Sedangkan metode tuang dilakukan dengan menginokulasi medium agar yang sedang
mencair pada temperatur 50⁰C dengan suspensi bahan yang mengandung bakteri, dan
menuangkannya ke dalam petridishsteril.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan,
karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji ulang agar dapat sempurna dan
makalah ini harus digunakan sebagaimana mestinya
DAFTAR FUSTAKA

Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka Utama


: Jakarta

Volk , W. A & Wheeler. M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5. Erlangga,


Jakarta.
Power Point “ Penanaman Mikroba dan Isolasi Mikroba serta Mikroba Parasit Obligat “

http://maskiahbiologi09.blogspot.com/2012/05/teknik-isolasi-mikroba.html

http://goresanpenaseru.blogspot.com/2013/07/isolasi-mikroba_9476.html

http://12650116-si.blogspot.com/2011/05/mikroba.html

Anda mungkin juga menyukai