Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ANTIBODY MEDIATED IMMUNITY


(Imunitas yang diperantarai oleh antibody / Imunitas humoral)

DISUSUN OLEH :
ADE ERNA WIDYANI

(04021481518017)

DOSEN PEMBIMBING: DHONA ANDHINI S.Kep.Ns.,M.Kep

ALIH PROGRAM 2015


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2015-2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan nikmat sehat
yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Medikal Bedah ini yang berjudul Antibody-mediated
immunity (imunitas yang diperantarai oleh antibody / imunitas humoral) tepat
waktu yang telah ditentukan.
Adapun tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah ini untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan
serta bantuan dari semua pihak terutama untuk kedua orang tua yang terus
memberikan semangat akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan, baik dalam hal penulisan maupun penyusunan tata bahasa jauh dari
kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Indralaya,

April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................

1.2 Rumusan Masalah....

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................

1.4 Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian Sistem Imun..............................................
2.2 Respon Imun Antibody-mediated immunity.............................

6
7

2.3 Mekanisme Kerja Sistem Imun................................................

17

2.4 Sel-sel Sistem Imun .................................................................

17

2.5 Sistem Imun Spesifik Humoral (antibody-mediated immunity)

19

2.6 Struktur dan Fungsi Antibody ................................................

21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran .................................................................................................

28
28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

29

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang
mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada
bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia
terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya
gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang
berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya
bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik
tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus,
parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga
kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan
system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan
berbagai penyakit fatal.
Tubuh kita memiliki system imun untuk mencegah atau menolak suatu
penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Sistem imun melibatkan banyak sekali
komponen untuk menjalankan fungsinya dan tidak dapat bekerja sendirisendiri, melainkan harus terjalin dalam satu kesatuan. Pada prinsipnya, jika
sistem imun seseorang bekerja optimal, orang tersebut tidak mudah terkena
penyakit dan sistem keseimbangannya juga normal. Namun, sistem imun
tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat. Respon imun tubuh alamiah
terhadap serangan patogen baru akan muncul dalam waktu 24 jam. Sistem
imun tersusun dari sel-sel dan jaringan yang membentuk imunitas, yaitu
kekebalan tubuh terhadap infeksi atau penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah mengenai Antibody-Mediated
Immunity.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Antibody-Mediated Immunity pada sistem
imunitas tubuh
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian sistem imun dalam tubuh
b. Untuk mengetahui respon imun Antibody-Mediated Immunity
c. Untuk mengetahui mekanisme kerja sistem imun
d. Untuk mengetahui sel-sel sistem imun
e. Untuk mengetahui Sistem Imun Spesifik Humoral (antibody-mediated
immunity)
f. Untuk mengetahui Struktur dan Fungsi Antibody
1.4

Manfaat Penulisan
1) Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini kami harapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuan tentang antibody mediated immunity dalam
sistem kekebalan tubuh
2) Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan pembaca terhadap antibody
mediated immunity dalam tubuh

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
5

dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau


kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh
terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh
patogen serta sel tumor. Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari
imunitas alami atau system imun non spesifik dan imunitas adaptif atau system
imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik yang alami dan sistem imun spesifik.Sistem
imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan
dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan
silia, kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Untuk kekebalan didapati (acquired immunity) adalah kekebalan yang dibentuk
tubuh setelah mengenali suatu antigen, dan melakukan respon imun spesifik
dalam waktu lambat. Dengan Komponen-komponen kekebalan didapati
dilakukan oleh sel-sel limfosit B (antibody-mediated immunity) dan sel-sel
limfosit T (cell-mediated immunity).
Pembentukan

kekebalan

humoral

(antibody-mediated

immunity)

dilakukan setelah respon imun non-spesifik berhasil dilakukan. Kekebalan


humoral dibentuk dari pembentukan antibodi oleh sel limfosit B.
1) Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel fagosit.
2) Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit untuk diambil
pesannya oleh sel T helper melalui molekul MHC kelas II.
3) Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan oleh sel T helper
kepada sel B.
Sel limfosit B akan membentuk kekebalan humoral dengan membelah diri.

2.2 Respon Imun


Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian
yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut.
Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama
sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi
secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme
pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
1.

Imunitas Alami atau Non spesifik

Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon


pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari
invasi benda asing atau abnormal dari jenis apapun dan imunitas ini tidak
diperoleh melalui kontak dengan suatu antigen. Sistem ini disebut
nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan
agen patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan
umumnya memiliki durasi yang singkat.
Sistem imun nonspesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik
seperti kulit, selaput lendir, dan silia saluran napas yang dapat mencegah
masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh; sejumlah komponen
serum yang disekresikan tubuh, seperti sistem komplemen, sitokin
tertentu, dan antibody alamiah; serta komponen seluler,seperti sel natural
killer (NK).
a. Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya
yang penting. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi
biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak
berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen
bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
b. Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida
yang memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem
imun. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang
dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Contoh sitokin
yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri yaitu
:Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
c. Antibodi alamiah (immunoglobulin) didefinisikan sebagai antibodi
pada individu normal dan sehat yang belum distimulasi oleh antigen
eksogen.Antibodi alamiah berperan penting sebagai pertahanan lini
pertama terhadap patogen dan beberapa tipe sel, termasuk prakanker,
kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen.
d. Natural Killer Cells (Sel Natural Killer) diketahui secara morfologi
mirip dengan limfosit ukuran besar dan dikenal sebagai limfosit
granular besar. Sekitar 1015% limfosit yang beredar pembuluh
8

darah tepi adalah sel NK. Sel NK berperan penting pada respon dan
pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal dan melisiskan sel
terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK melisiskan sel dengan
melepaskan sejumlah granul sitolitik di sisi interaksi dengan target.
Komponen utama granul sitolitik adalah perforin. Sel NK juga
menghasilkan

sitokin

dan

kemokin

yang

digunakan

untuk

membunuh sel target, termasuk IFN-, TNF-a, IL-5, dan IL-13.


Sistem imun yang ada pada tubuh dapat kita lihat dari sel darah kita.
2. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system)
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit
infeksi, bersifat khusus dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel
limfoid. Imunitas ini bisa bersifat pasif dan aktif.
a. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk
sebelumnya dalam inang lain.
b. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif
denga antigen asing yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis,
imunisasi, pemaparan terhadap produk mikroba atau transplantasi se
lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai
kemampaun untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya.
Sistem

imun

adaptif

memiliki

beberapa

karakteristik,

meliputi

kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan


pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing
dan antigen sendiri; dan kemampuan untuk merespon antigen yang
ditemukan sebelumnya dengan memulai respon memori yang kuat.
Terdapat dua kelas respon imun spesifik :
a. Imunitas humoral (Humoral immunity), Imunitas humoral yang
terdiri dari kelompok protein globulin terlarut yaitu: Imunoglobulin
G, A, M, D, dan E ditengahi oleh sekelompok limfosit yang
berdiferiensasi di sumsum tulang, jaringan limfoid sekunder yaitu
meliputi limfonodus, limpa dan nodulus limfatikus yang terletak di
sepanjang saluran pernafasan, pencernaan dan urogenital.

b. Imunitas

selular

(cellular

immunity),

Sel

mengalami

perkembangan dan pematangan dalam organ timus. Dalam timus, sel


T mulai berdiferensiasi dan memperoleh kemampuan untuk
menjalankan fungsi farmakologi tertentu. Berdasarkan perbedaan
fungsi dan kerjanya, sel T dibagi dalam beberapa subpopulasi, yaitu
sel T sitotoksik (Tc), sel T penindas atau supresor (Ts) dan sel T
penolong (Th). Perbedaan ini tampak pula pada permukaan sel-sel
tersebut. Untuk mengetahui cara kerja sel T penindas atau sel T
pembunhuh dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik
Pembeda
Resistensi

Non spesifik
Spesifik
Tidak berubah oleh Membaik

Spesifitas

infeksi
Umumnya

berulang
efektif Spesifik

terhadap

semua mikroorganisme

mikroorganisme.
Sel

infeksi
untuk

sudah

yang

mensintesis

sebelumnya
Limfosit

yang Fagosit

penting

oleh

Sel NK

Sel K
Molekul yang Lizosim
penting

Antibody sitokin

Komplemen
Protein fase akut

Sel

Interferon ( sitokin )
yang didominasi
sel didominasi selT dan sel B

berada
dalamnya
Sifat

di polimorfonuklear
bersifat

general/ bersifat

umum

memori

diperlukan pajan pertama


dan efektik untuk pajanan
berikutnya dengan antigen

Cara kerja

cara kerja cepat

yang sama
cara
kerja

kualitas

meningkat karna memiliki


10

sifat memory

Jika pathogen memasuki tubuh, ada 2 cara yang dilakukan oleh tubuh
dalam memberikan respon terhadap masuknya pathogen tersebut yaitu respon
imun non-spesifik dan respon imun spesifik.
a. Respon Imun Non-spesifik
Dikatakan respon imun non-spesifik dikarenakan respon imun yang timbul
terjadi pada jaringan tubuh yang rusak/luka bukan terhadap penyebab kerusakan
itu sendiri. Respon imun non-spesifik berupa inflamasi dan fagositosis.

Inflamasi
Pembengkakan jaringan (inflamasi) merupakan reaksi cepat terhadap
kerusakan jaringan. Terjadinya inflamasi ditandai dengan:

Timbulnya warna kemerahan

Timbulnya rasa panas

Terjadinya pembengkakan

Timbulnya rasa sakit


Perhatikan penggambaran respon peradangan yang disederhanakan berikut

ini:

Keterangan: 1. Respon yang terlokalisasi dipicu ketika sel-sel jaringan


yang rusak oleh bakteri atau kerusakan fisik membebaskan sinyal kimiawi
seperti histamin dan prostaglandin. 2. Sinyal tersebut merangsang
pembesaran kapiler (yang mengakibatkan peningkatan aliran darah) dan
meningkatkan permeabilitas kapiler di daerah yang terserang. Sel-sel
jaringan juga membebaskan zat kimia yang mengandng fagositik dan
limfosit. 3. Ketika fagosit tiba ditempat luka, mereka memakan patogen dan
serpihan-serpihan sel dan jaringan itu sembuh.

11

Fagositosis
Fagositosis dilakukan oleh leukosit jenis neutrofil dan monosit.
Neutrofil menyusun sekitar 60%-70% dari semua leukosit. Sel-sel yang
dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang
menarik neutrofil dari darah untuk memasuki jaringan yang terinfeksi, lalu
menelan dan merusak mikroba tersebut. Akan tetapi neutrofil cendrung
akan merusak diri sendiri ketika neutrofil tersebut memfagositasi
pathogen. Masa hidup neutrofil rata-rata hanya beberapa hari.
Monosit menyusun sekitar 5% dari seluruh leukosit. Monosit bersirkulasi
dalam darah hanya beberapa jam kemudian bermigrasi kedalam jaringan
dan berkembang menjadi makrofag. Makrofag ini merupakan sel fagositik
terbesar, sangat efektif dan berumur panjang. Sel ini akan menjulurkan
pseudopodianya yang dapat menempel pada polisakarida permukaan
mikroba, menelan mikroba dan mencernanya dengan enzim-enzim lisozim
tersebut.

Gambar. Mikrograf ini menunjukkan kaki semu (pseudopodia) makrofag yang


menyerupai filamen sedang mengikat bakteri berbentuk batang, yang nantinya
akan ditelan dan dirusak.

12

b. Respon Imun Spesifik


Respons imun ada dua macam yaitu respons imun humoral yang
diperankan oleh sel B yang menghasilkan immunoglobulin, dan respons imun
seluler yang diperankan oleh sel T (Stites dan petterson)
Respon imun spesifik melindungi tubuh dari serangan pathogen dan juga
memastikan pertahanan tubuh tidak berbalik melawan jaringan tubuh sendiri.
Respon ini timbul dari dua sistem berbeda yang saling bekerja sama, yaitu
antibody-mediated immunity dan cell-mediated immunity. Dalam makalah ini
akan lebih membahas tentang Antibody-medited immunity, yaitu
1. Antibody-mediated

immunity

(imunitas

yang

diperantarai

oleh

antibody / imunitas humoral)


Antibodi menyerang pathogen sebelum masuk ke dalam sel tubuh. Senyawa
tersebut juga bereaksi terhadap zat-zat toksin dan protein asing. Antibodi
dihasilkan oleh sel limfosit B dan teraktivasi bila mengenali antigen yang terdapat
pada permukaan sel pathogen, dengan bantuan sel limfosit T. Respon imun ini
melibatkan suatu senyawa kimia yang disebut sebagai antibody. Antibody
dihasilkan oleh sel limfosit B yang akan aktif jika mengenali antigen yang
terdapat pada permukaan sel pathogen. Terdapat 3 jenis limfosit B, yaitu:

Sel B plasma mensekresikan antibodi ke sistem sirkulasi tubuh. Setiap


antibodi sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma
memproduksi antibodi dengan sangat cepat, yaitu sekitar 2000 per detik

untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4-5 hari.
Sel B memori mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon
dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua. Sel ini hidup untuk waktu

yang lama dalam darah.


Sel B pembelah menghasilkan lebih banyak lagi sel-sel limfosit B
Setelah infeksi berkahir, sel B akan mati. Serangkaian respon tersebut
dinamakan respon imun primer.

Meskipun demikian, sel-sel B yang telah mengingat patogen yang menginfeksi


masih tetap hidup untuk beberapa tahun. Jika patogen yang sama menginfeksi, sel

13

B tersebut akan membelah menghasilkan sel B aktif dalam jumlah besar. Respon
tersebut dinamakan respon imun sekunder. (respon sekunder lebih cepat dan
efektif dibandingkan respon primer)

Gambar. Sel B dan sel T bersama mengenali antigen dengan jumlah yang tidak
terbatas, tetapi masing-masing individu hanya mengenali satu antigen (perhatikan
adanya perbedaan bentuk reseptor antigen antara keenam sel B diatas). Ketika
suatu antigen berikatan dengan sel B atau sel T, sel tersebut akan memperbanyak
diri dan membentuk klon sel yang sama. proliferasi sel-sel ini akan membentuk
sel-sel plasma dan sel-sel memori.
Berikut ini adalah mekanisme imunitas yang diperantarai oleh antibody:
1. Ketika pathogen masuk kedalam tubuh, masing-masing antigen akan
mengaktifkan satu sel B.
2. Sel B tersebut akan membelah menbentuk populasi sel yang besar.
3. Semua klon sel tersebut kemudian mensekresikan antibody yang spesifik
terhadap pathogen yang menyerang.
4. Setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresikan antibody akan mati.
(mekanisme dari 1 4 disebut dengan respon imun primer)

14

5. Sel B memori telah mengingat pathogen yang menginfeksi dan sel B ini akan
bertahan hidup beberapa tahun dalam tubuh. Jika pathogen dengan antigen
yang sama menginfeksi kembali, maka sel B memori ini akan membelah
dengan cepat membentuk populasi sel B yang besar dan mensekresikan
antibody spesifik. (mekanisme ini disebut respon imun sekunder)
Apabila suatu masuk dalam tubuh dan mampu melewati pelindung lapis
pertama dan kedua pada sistem pertahanan alami, misal sel limfosit B dan sel
limfosit T yang memiliki reseptor antigen A akan membelah dan berdiferensiasi.
Hasil pembelahan dan diferensiasi tersebut akan membentuk dua klon. Klon
pertama menghasilkan sel-sel efektor, sedangkan klon kedua menghasilkan sel-sel
memori.
Apabila kemudian antibodi menang melawan antigen mak morang tersebut
akan sehat dan memiliki sel memori untuk melawan antigen yang sama di waktu
yang akan datang. Oleh karena itu, jika suatu saat orang tersebut dimasuki oleh
antigen (kuman) berjenis sama, tubuh orang tersebut akan mengaktifkan sel-sel
memori yang telah terbentuk sebelumnya. Waktu untuk menanggapi dan melawan
kuman tersebut cenderung lebih pendek di bandingkan respons pertahanan primer.
Hal ini disebut respons pertahanan sekunder.
Untuk respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam
proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan
respon imun sekunder.
Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B
membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua
Limfosit b segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel
Mast untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut
limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang
sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak
sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan

15

merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut.


Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari
sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat
daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan
yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh
antigen yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati.
Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi
kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang
menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan
individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi
jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari
awal.

2.3 Mekanisme kerja sistem imun


Keberadaan mikroba patogen dapat menimbulkan dampak-dampak
yang tidak diharapkan akan memicu sistem imun untuk melakukan tindakan
dengan urutan mekanisme sebagai berikut : introduksi, persuasi, dan represi.
Meskipun komplemen dapat diasosiasikan sesuai artinya, yaitu
pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya amatlah vital. Faktor komplemen
bertugas untuk menganalisa masalah untuk selanjutnya mengenalkannya
kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah dandipecah-pecah
menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh. Setelah itu
limfosit T bekerja dengan memakan mikroba patogen. Sel limfosit terdiri dari
dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak akan
bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan
imunoglobulin (G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T helper, T
sitotoksik, dan T supresor.

16

Sedangkan Sel limfosit B bertugas untuk membangun sistem


manajemen komunikasi terpadu di wilayah cairan tubuh (imunitas humoral).
Bila ada antigen dari unsur asing yang masuk, maka sel limfosit B akan
merespon dengan cara membentuk sel plasma yang spesifik untuk
menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan karakteristik
antigen dari unsur asing tersebut.
2.4 Sel sel sistem imun
Sel Imun Spesifik
1. Sel T
Petanda Permukaan: mempunyai resptor sel yang dapat dibedakan
dengan yang lain, beberapa macam sel T :
a. T11 : Penanda bahwa sel T sudang matang
b. T 4 dan T8 : T4 berfungsi sebagai pengenalan molekul kelas II MHC
dan T8 dalam pengenalankelas I MHC
c. T3 : resptor yang diperlukan untukperangsangan sel T
d. TcT (Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) : enzim yang
diperlukan untuk menemukan pre T cell
e. Petanda Cluster Differentiation (CD) : berperan dalam meneruskan
sinyal aktivasi yang datang dari luar sel ke dalam sel (bila ada
interaksi antara antigen molekul MHC dan reseptor sel T)
f. Petanda fungsional
Mitogen dan lectin merupakan alamiah yang berkemampuan mengikat
dan merangsang banyak klon limfoid untuk proliferasi dan
diferensiasi.
Subkelas Sel T
a. Sel Th (T Helper) : menolong sel b dalam memproduksi antibody
b. Sel Ts (T Supresor): menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B.
Sibagi menjadi Sel Ts spesifik untuk antigen tertentu dan sel Ts
nonspesifik
c. Sel Tdh / Td (delayed hypersensivity): berperan pada pengerahan
makrofag ddan sel inflamasi lain ke tempat terjadinya reaksi
hipersensivitas tipe lambat.
d. Sel Tc (cytotoxic): berkemampuan untuk menghancurkan sel
allogeneic dan sel sasaran yang mengandung virus.
2. Sel B
17

Sel yang berploriferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang


mampu membentuk dan melepan antibody atas pengaruh sel T. Macam
macam antibody yang dihasilkan :
a. Ig G : berjumlah 75% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam
jaringan & serum (darah, cairan SSP) mengaktifkan sistem
komplemen sehingga berperan dalam imunitas selular Ig G dapat
menembus plasenta masuk k fetus
b. Ig A : berjumlah 15% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam
cairan tubuh (darah,saliva,air mata, ASI, sekret paru, GI, dll), Ig A
dpt menetralisir toksin & mencegah terjadinya kontak antara toksin
dgn sel sasaran
c. Ig M : berjumlah 10% dari seluruh Imunoglobin, Merupakan
antibodi pertama yang dibentuk dalam respon imun, kebanyakan sel
B mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen,
dapat

mencegah

gerakan

mikroorganisme,

memudahkan

fagositosis & aglutinator kuat terhadap antigen


d. Ig D : berjumlah 0,2% dari seluruh Imunoglobin, merupakan
komponen utama pada permukaan sel B & penanda dari
diferensiasi sel B yang lebih matang, Ditemukan dgn kadar rendah
dlm sirkulasi
e. Ig E : berjumlah 0,004% dari seluruh Imunoglobin, Ig dengan
jumlah tersedikit namun sangat efisien, terdapat dalam serum,
mudah diikat oleh mast cell, basofil& eosinofil yang pada
permukaannya memiliki reseptor untuk fraksi Fc dr Ig E.
2.5 Sistem Imun Spesifik Humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral. Sel B
tersebut berasal dari sel asal multipoten. Pada unggas sel asal tersebut akan
berdiferensiasi menjadi sel B di dalam alat yang disebut Bursa Fabricius yang
terletak dekat kloaka. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, maka sel tersebut
akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk
zat antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum. Fungsi
18

utama antibodi ini ialah untuk pertahanan terhadap infeksi virus, bakteri
(ekstraselular), dan dapat menetralkan toksinnya.
Sel B merupakan asal dari sel plasma yang membentuk imunoglobulin
(Ig) yang terdiri atas IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD. IgD berfungsi sebagai opsonin,
dapat

mengaglutinasikan

kuman/virus,

mengaktifkan komplemen (jalur

menetralisir

toksin

dan

virus,

klasik) dan berperanan pada Antibody

Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC). ADCC tidak hanya merusak

sel

tunggal tetapi juga mikroorganisme multiselular seperti telur skistosoma,


kanker, penolakan transplan, sedang ADCC melalui neutrofil dan eosinofil
berperan pada imunitas parasit. IgM dibentuk terdahulu pada respons imun
primer sehingga kadar IgM yang tinggi menunjukkan adanya infeksi dini.
IgM merupakan aglutinator antigen serta aktivator komplemen (jalur klasik)
yang poten. IgA ditemukan sedikit dalam sekresi saluran napas, cerna dan
kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu ibu dalam bentuk IgA sekretori
(sIgA). IgA dan sIgA dapat menetralisir toksin, virus, mengaglutinasikan
kuman dan mengaktifkan komplemen (jalur alternatif). IgE berperanan pada
alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid, trikinosis. Peranan IgD
belum banyak diketahui dan diduga mempunyai efek antibodi pada alergi
makanan dan autoantigen (Baratawidjaja, 1993).
Sel B mengenali epitop pada permukaan antigen dengan menggunakan
molekul antibodi. Jika dirangsang melalui kontak langsung, sel B berproliferasi,
dan klon yang dihasilkan dapat mengeluarkan antibodi yang spesifisitas adalah
sama dengan reseptor permukaan sel yang mengikat epitop tersebut. Tanggapan
biasanya melibatkan klon yang berbeda dari limfosit dan oleh karena itu disebut
sebagai poliklonal. Untuk setiap epitop terdapat beberapa klon limfosit yang
berbeda dengan berbagai sel B reseptor, yang masing-masing mengenali epitop
dengan cara yang sedikit berbeda dan dengan kekuatan mengikat yang berbeda
pula (afinitas)
Gambar . Pengenalan epitop pada sel B

19

Pada manusia belum didapatkan hal yang analog dengan bursa tersebut
dan pematangan terjadi di sumsum tulang atau di tempat yang belum diketahui.
Setelah matang sel B bergerak ke alat-alat seperti limpa, kelenjar limfoid atau
tonsil.

Sel B ditemukan dalam hati fetus dan sumsum tulang dan belum
mempunyai imunoglobulin permukaan atau petanda. Perkembangan sel B dalam
sumsum tulang adalah antigen independent tetapi perkembangan selanjutnya
memerlukan rangsangan dari antigen. Sel B dalam istirahat berukuran kecil
dengan sedikit sekali sitoplasma. Bila diaktifkan berkembang menjadi limfoblas.
Beberapa diantaranya menjadi matang atau sel plasma yang tidak memiliki Ig
pada permukaannya, tetapi mampu memproduksi antibodi bebas. Beberapa
limfoblast berkembang menjadi sel T memori.
Atas pengaruh antigen melalui sel T, sel B berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu membentuk Ig dengan spesifitas
yang sama, sebagian sel yang dibentuk akan kembali ke dalam fase istirahat, sel B
yang matang sebagai sel B memori yang dapat memberikan respon imun yang
lebih cepat.

20

Berperan dalam imunitas humoral. Terdapat 3 jenis Limfosit B yaitu :


1. Limfosit B plasma : berfungsi memproduksi antibodi.
2. Limfosit B pembelah : berfungsi menghasilkan Limfosit B dalam jumlah
banyak dan cepat.
3. Limfosit B memori : berfungsi menyimpan mengingat antigen yang
pernah masuk ke dalam tubuh.
2.6 Struktur dan Fungsi Antibody
Antibody merupakan respon terhadap gangguan dari luar ayng dibentuk
oleh sekelompok sel limfosit B. Antibody tersusun atas suatu serum globulin
yang disebut dengan Immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody
umumnya mengandung dua tempat pengikatan antigen yang spesifik.
Perhatikan struktur antibody dibawah ini dan cara pelekatannya terhadap
antigen.

Gambar. antibodi akan berikatan dengan epitop pada permukaan


antigen. pada gambar ini, tiga molekul antobodi yang berbeda bereaksi
dengan epitop yang berbeda pada molekul antigen besar yang sama.

21

Gambar. Molekul antibodi

Immunoglobulin terdiri dari 5 jenis yaitu:


Kelima Kelas Immunoglobulin (Ig)
IgM
IgM merupakan
bersirkulasi

antibody

sebagai

respon

pertama
awal

yang

terhadap

pemaparan antigen. Berfungsi sangat efektif


dalam
IgG

mengaglutinasi

atau

menggumpalkan

antigen.
IgG merupakan antibody yang sangat berlimpah
pada sirkulasi. IgG melindungi tubuh dari bakteri,
virus dan toksin yang beredar dalam darah dan

IgA

limfa.
Terdapat berlimpah pada membrane mukosa. Iga
ditemukan dalam sebagian besar sekresi tubuh
seperti ludah, keringat, da air mata. IgA juga

IgD

terkandung didalam kolostrum.


IgD terdapat pada permukaan limfosit B yang
merupakan reseptor antigen yang diperlukan
dalam memula diferensiasi sel B menjadi sel B

IgE

plasma dan sel B memori


Ketika dipicu oleh antigen, akan menyebabkan sel
membebaskan histamine dan zat kimia lain yang
menyebabkan reaksi alergi.

Berikut ini merupakan aksi antibody terhadap antigen:

22

Gambar.

Mekanisme efektor pada kekebalan yang diperantarai antibodi.

Pengikatan antibodi ke antigen menandai sel asing dan molekul asing agar dirusak
oleh fagosit atau sistem komplemen protein.
Aksi antibodi terhadap antigen seperti terlihat pada gambar diatas meliputi:

Menyebabkan antigen saling melekat

Menstimulasi fagositosis oleh neutrofil

Berperan sebagai antitoksin dan menyebabkan pengendapan toksin bakteri

Mencegah bakteri pathogen melekat pada membrane sel tubuh.


Sel B memiliki dua fungsi esensial : berdiferensiasi menjadi sel plasma

yang menghasilkan imunoglobulin dan merupakan salah satu kelompok APC. Sel
B mengalami pematangan dalam dua tahap, tetapi tidak seperti sel T, tidak matang
di timus. Fase pertama pematangan sel B bersifat independen-antigen. Dan fase
kedua adalah fase dependen antigen, sel B berinteraksi dengan suatu imunogen,
menjadi aktif dan membentuk sel plasma yang mampu mengeluarkan antibodi
(Baratawidjaja, 1996).
Ada zat yang sangat penting yang terdapat pada secret system pernafasan ,
yaitu immunoglobulin dan antiprotease mekanisme imun humoral didalam system
pernafasan tampak dalam 2 bentuk antibody berupa imuniglobulin IgA dan IgB.
Antibody ini terutama IgA penting sebagai pertahanan dinasofaring dan saluran

23

udara pernafasan bagian atas. IgA yang terdapat didaerah ini merupakan produk
local sehingga kadar iga jenis ini lebih banyak terdapat pada system pernafasan
dibandingkan di dalam darah. Dapat dikatakan bahwa iga yang paling berperan di
system pernafasan. Seperti halnya IgA, IgG yang ada di paru sebagian besar
merupakan hasil produksi local paru sedangkan sebagan kecil lainnya berasal dari
serum. Igg berperan dalam menggumpalkan partikel, menetralkan toksin yang
diproduksi oleh virus dan bacteria, mengaktifkan komplemen, dan melisiskan
gram negatif (Dinejad, 2005).
Kekebalan humoral (humoral immunity) melibatkan aktivasi limfosit B.
limfosit B akan mensekresikan antibody, antibody yang dibentuk akan beredar
dalam plasma darah atau limfa. Pembentukan antibody ini dipicu oleh adanya
antigen. Antibody yang beredar sebagai respon humoral bekerja melawan bakteri
bebeas, racun, virus dan mikroorganisme lainnya yang berada di dalam cairan
tubuh. pengikatan antibody dan antigen merupaakan dasara dari mekanisme
pembuangan antigen (Yahya, 2002).
Banyak antigen dapat memicu respon kekebalan humoral oleh sel B hanya
dengan partisipasi sel T helper. Antigen seperti ini disebut antigen yang
bergantung pada sel T, dan sebagian besar antigen, protein termasuk dalam jenis
ini.
Adapun proses penghasilan antibodi yang dilakukan oleh sel B yaitu:
1. Makrofaga menelan pathogen yang masuk ke dalam tubuh
2. Fragmen antigen dari pathogen yang dicerna sebagian lalu membentuk
kompleks dengan protein MHC kelas II. Kompleks ini kemudian diangkut ke
permukaan sel, tempat kompleks tersebut disajikan ke sel-sel lain milik system
kekebalan.
3. Sel T helper dengan reseptor yang spesifik untuk antigen yang disajikan itu
berinteraksi dengan makrofaga dengan cara berikatan dengan kompleks MHC
dan antigen.

24

4. Sel T helper yang diaktifkan kemudian berinteraksi dengan sel B yang telah
menghancurkan antigen dengan cara endositosis dan memperlihatkan fragmen
antigen bersama dengan protein MHC kelas II. Sel T helper mensekresikan IL2 dan sitokin lain yang mengaktifkan sel B.
5. B lalu membelah secara berulang-ulang dan berdiferensiasi menjadi sel B
memori dan sel plasma, yang merupakan sel ecfektor yang mensekresi antibodi
pada kekebalan humoral (Yahya, 2002).
Pembentukan Antibodi
Sebelum terpajan dengan antigen yang spesifik,kelompok limfosit B tetap
dalam keadaan dormant ( tidur ) didalam jaringan limfoid. Bila ada antigen asing
yang masuk,makrofag dalam jaringan limfoid akan memfagositosis antigen dan
kemudian membawanya ke limfosit B didekatnya. Disamping itu antigen dapat
juga dibawanya ke limfosit T pada saat yang bersamaan. Limfosit B yang spesifik
terhadap antigen segera membesar tampak seperti gambar limfoblas, limfoblas
kemudian berdiferensiasi lebih lanjut untuk membentuk plasmablas ( prekursor
dari sel plasma ). Sel plasma yang matur kemudian menghasilkan antibodi.
Antibodi yang disekresi ini kemudian masuk kedalam cairan linfe dan diangkut ke
darah sirkulasi. Proses ini berlanjut terus selama beberapa hari atau beberapa
minggu sampai sel plasma kelelahan dan mati.
Beberapa limfoblas yang terbentuk oleh pengaktifan kelompok limfosit
B,tidak berlanjut membentuk sel plasma, melainkan membentuk sel limfosit baru.
Sel limfosit baru ini ditambahkan ke limfosit asal. Limfosit B baru ini juga
bersirkulasi keseluruh tubuh untuk mendiami jaringan limfoid ( tetap dalam
keadaan dormant ). Limfosit ini disebut sel memori. Pajanan berikutnya oleh
antigen yang sama akan menimbulkan respon antibodi yang jauh lebih cepat dan
jauh lebih kuat.
Sifat Antibodi
Antibodi merupakan gamma globulin yang disebut imunoglobulin ( Ig ).
Imunoglobulin merupakan sekitar 20% dari seluruh protein plasma. Yang

25

digolongkan menjadi IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE . Antibodi bersifat apesifik
untuk antigen tertentu.
Mekanisme kerja antibodi
Reaksi

antigen-antibodi

membentuk

ikatan

komplek,ikatan

ini

memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses fiksasi,netralisasi,aglutinasi,atau


presipitasi.
1. Fiksasi komplemen, terjadi jika bagian molekul antibodi mengikat komplemen.
Ikatan komplemen diaktivasi melalui jalur klasik yang memicu efek cascade
untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat organisme atau toksin penyusup.Efek
yang paling penting meliputi:
a. Opsonisasi. Salah satu produk komplemen ( C3b ) dengan kuat
mengaktifkan fagositosis netrofil dan makrofag,menyebabkan sel ini
menelan bakteri yang telah dilekati komplek antigen-antibodi.
b. Lisis. Kombinasi dari faktor-faktor komplemen multipel mengakibatkan
rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup lain dan menyebabkan
isi seluler keluar.
c. Inflamasi. Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui
aktivasi sel mast,basofil, dan trombosit darah.
2. Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi tosik antigen dan menjadikannya
tidak bebahaya.
3. Aglutinasi. ( penggumpalan ) terjadi bila antigen adalah materi partikulat,
seperti bakteri atau sel-sel darah merah.
4. Presipitasi, merubah antigen yang larut ( misal racun tetanus ) menjadi tak laru
dan membentuk presifitan ( endapan

26

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antibody-mediated immunity (imunitas yang diperantarai oleh antibody /
imunitas humoral) yaitu antibodi menyerang pathogen sebelum masuk ke
dalam sel tubuh. Senyawa tersebut juga bereaksi terhadap zat-zat toksin dan
protein asing. Antibodi dihasilkan oleh sel limfosit B dan teraktivasi bila
mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen, dengan
bantuan sel limfosit T. Respon imun ini melibatkan suatu senyawa kimia yang
disebut sebagai antibody. Antibody dihasilkan oleh sel limfosit B yang akan
aktif jika mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen.
Terdapat 3 jenis limfosit B, yaitu: Sel B plasma, Sel B memori dan Sel B
pembelah.

27

3.2 Saran
Diharapkan nantinya pembaca dapat memahami tentang antibodymediated immunity di dalam sistem kekebalan dalam tubuh manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja KG. 2006. Imunologi Dasar. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Baratawidjaja KG. 2009. Imunologi Dasar. 8th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universit as Indonesia
Brunner, Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Dinejad, Ahmad. 2005. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Cv.Swasada
Price, Wilson. 2005. Pathophysiology Edisi 6. Jakarta: EGC
Petterson RC, Watts A. Pulp responses to two strains of bacteria isolated from
human carious dentine (L. Plantarum) (NTCT 1406) and S. mutans (NTCT
10919). Int Endod J 1992; 25: 13441.
Stites DP, Terr AL, Parslow TG. Basic and clinical immunology. 8th ed. London:
Appleton and Lange; 1994. p. 4079

28

Trijoedani Widodo. 2005. Respons imun humoral pada pulpitis. Maj. Ked. Gigi.
(Dent. J.), Vol. 38. No. 2 AprilJuni 2005: 4951
Yahya, Harun. 2002. Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban didalamnya.
Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.

29

Anda mungkin juga menyukai