DISUSUN OLEH :
ADE ERNA WIDYANI
(04021481518017)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan nikmat sehat
yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Medikal Bedah ini yang berjudul Antibody-mediated
immunity (imunitas yang diperantarai oleh antibody / imunitas humoral) tepat
waktu yang telah ditentukan.
Adapun tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah ini untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan
serta bantuan dari semua pihak terutama untuk kedua orang tua yang terus
memberikan semangat akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan, baik dalam hal penulisan maupun penyusunan tata bahasa jauh dari
kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Indralaya,
April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................
6
7
17
17
19
21
28
28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
29
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat Penulisan
1) Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini kami harapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuan tentang antibody mediated immunity dalam
sistem kekebalan tubuh
2) Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan pembaca terhadap antibody
mediated immunity dalam tubuh
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
5
kekebalan
humoral
(antibody-mediated
immunity)
darah tepi adalah sel NK. Sel NK berperan penting pada respon dan
pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal dan melisiskan sel
terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK melisiskan sel dengan
melepaskan sejumlah granul sitolitik di sisi interaksi dengan target.
Komponen utama granul sitolitik adalah perforin. Sel NK juga
menghasilkan
sitokin
dan
kemokin
yang
digunakan
untuk
imun
adaptif
memiliki
beberapa
karakteristik,
meliputi
b. Imunitas
selular
(cellular
immunity),
Sel
mengalami
Non spesifik
Spesifik
Tidak berubah oleh Membaik
Spesifitas
infeksi
Umumnya
berulang
efektif Spesifik
terhadap
semua mikroorganisme
mikroorganisme.
Sel
infeksi
untuk
sudah
yang
mensintesis
sebelumnya
Limfosit
yang Fagosit
penting
oleh
Sel NK
Sel K
Molekul yang Lizosim
penting
Antibody sitokin
Komplemen
Protein fase akut
Sel
Interferon ( sitokin )
yang didominasi
sel didominasi selT dan sel B
berada
dalamnya
Sifat
di polimorfonuklear
bersifat
general/ bersifat
umum
memori
Cara kerja
yang sama
cara
kerja
kualitas
sifat memory
Jika pathogen memasuki tubuh, ada 2 cara yang dilakukan oleh tubuh
dalam memberikan respon terhadap masuknya pathogen tersebut yaitu respon
imun non-spesifik dan respon imun spesifik.
a. Respon Imun Non-spesifik
Dikatakan respon imun non-spesifik dikarenakan respon imun yang timbul
terjadi pada jaringan tubuh yang rusak/luka bukan terhadap penyebab kerusakan
itu sendiri. Respon imun non-spesifik berupa inflamasi dan fagositosis.
Inflamasi
Pembengkakan jaringan (inflamasi) merupakan reaksi cepat terhadap
kerusakan jaringan. Terjadinya inflamasi ditandai dengan:
Terjadinya pembengkakan
ini:
11
Fagositosis
Fagositosis dilakukan oleh leukosit jenis neutrofil dan monosit.
Neutrofil menyusun sekitar 60%-70% dari semua leukosit. Sel-sel yang
dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang
menarik neutrofil dari darah untuk memasuki jaringan yang terinfeksi, lalu
menelan dan merusak mikroba tersebut. Akan tetapi neutrofil cendrung
akan merusak diri sendiri ketika neutrofil tersebut memfagositasi
pathogen. Masa hidup neutrofil rata-rata hanya beberapa hari.
Monosit menyusun sekitar 5% dari seluruh leukosit. Monosit bersirkulasi
dalam darah hanya beberapa jam kemudian bermigrasi kedalam jaringan
dan berkembang menjadi makrofag. Makrofag ini merupakan sel fagositik
terbesar, sangat efektif dan berumur panjang. Sel ini akan menjulurkan
pseudopodianya yang dapat menempel pada polisakarida permukaan
mikroba, menelan mikroba dan mencernanya dengan enzim-enzim lisozim
tersebut.
12
immunity
(imunitas
yang
diperantarai
oleh
untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4-5 hari.
Sel B memori mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon
dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua. Sel ini hidup untuk waktu
13
B tersebut akan membelah menghasilkan sel B aktif dalam jumlah besar. Respon
tersebut dinamakan respon imun sekunder. (respon sekunder lebih cepat dan
efektif dibandingkan respon primer)
Gambar. Sel B dan sel T bersama mengenali antigen dengan jumlah yang tidak
terbatas, tetapi masing-masing individu hanya mengenali satu antigen (perhatikan
adanya perbedaan bentuk reseptor antigen antara keenam sel B diatas). Ketika
suatu antigen berikatan dengan sel B atau sel T, sel tersebut akan memperbanyak
diri dan membentuk klon sel yang sama. proliferasi sel-sel ini akan membentuk
sel-sel plasma dan sel-sel memori.
Berikut ini adalah mekanisme imunitas yang diperantarai oleh antibody:
1. Ketika pathogen masuk kedalam tubuh, masing-masing antigen akan
mengaktifkan satu sel B.
2. Sel B tersebut akan membelah menbentuk populasi sel yang besar.
3. Semua klon sel tersebut kemudian mensekresikan antibody yang spesifik
terhadap pathogen yang menyerang.
4. Setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresikan antibody akan mati.
(mekanisme dari 1 4 disebut dengan respon imun primer)
14
5. Sel B memori telah mengingat pathogen yang menginfeksi dan sel B ini akan
bertahan hidup beberapa tahun dalam tubuh. Jika pathogen dengan antigen
yang sama menginfeksi kembali, maka sel B memori ini akan membelah
dengan cepat membentuk populasi sel B yang besar dan mensekresikan
antibody spesifik. (mekanisme ini disebut respon imun sekunder)
Apabila suatu masuk dalam tubuh dan mampu melewati pelindung lapis
pertama dan kedua pada sistem pertahanan alami, misal sel limfosit B dan sel
limfosit T yang memiliki reseptor antigen A akan membelah dan berdiferensiasi.
Hasil pembelahan dan diferensiasi tersebut akan membentuk dua klon. Klon
pertama menghasilkan sel-sel efektor, sedangkan klon kedua menghasilkan sel-sel
memori.
Apabila kemudian antibodi menang melawan antigen mak morang tersebut
akan sehat dan memiliki sel memori untuk melawan antigen yang sama di waktu
yang akan datang. Oleh karena itu, jika suatu saat orang tersebut dimasuki oleh
antigen (kuman) berjenis sama, tubuh orang tersebut akan mengaktifkan sel-sel
memori yang telah terbentuk sebelumnya. Waktu untuk menanggapi dan melawan
kuman tersebut cenderung lebih pendek di bandingkan respons pertahanan primer.
Hal ini disebut respons pertahanan sekunder.
Untuk respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam
proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan
respon imun sekunder.
Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B
membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua
Limfosit b segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel
Mast untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut
limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang
sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak
sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan
15
16
mencegah
gerakan
mikroorganisme,
memudahkan
utama antibodi ini ialah untuk pertahanan terhadap infeksi virus, bakteri
(ekstraselular), dan dapat menetralkan toksinnya.
Sel B merupakan asal dari sel plasma yang membentuk imunoglobulin
(Ig) yang terdiri atas IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD. IgD berfungsi sebagai opsonin,
dapat
mengaglutinasikan
kuman/virus,
menetralisir
toksin
dan
virus,
sel
19
Pada manusia belum didapatkan hal yang analog dengan bursa tersebut
dan pematangan terjadi di sumsum tulang atau di tempat yang belum diketahui.
Setelah matang sel B bergerak ke alat-alat seperti limpa, kelenjar limfoid atau
tonsil.
Sel B ditemukan dalam hati fetus dan sumsum tulang dan belum
mempunyai imunoglobulin permukaan atau petanda. Perkembangan sel B dalam
sumsum tulang adalah antigen independent tetapi perkembangan selanjutnya
memerlukan rangsangan dari antigen. Sel B dalam istirahat berukuran kecil
dengan sedikit sekali sitoplasma. Bila diaktifkan berkembang menjadi limfoblas.
Beberapa diantaranya menjadi matang atau sel plasma yang tidak memiliki Ig
pada permukaannya, tetapi mampu memproduksi antibodi bebas. Beberapa
limfoblast berkembang menjadi sel T memori.
Atas pengaruh antigen melalui sel T, sel B berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu membentuk Ig dengan spesifitas
yang sama, sebagian sel yang dibentuk akan kembali ke dalam fase istirahat, sel B
yang matang sebagai sel B memori yang dapat memberikan respon imun yang
lebih cepat.
20
21
antibody
sebagai
respon
pertama
awal
yang
terhadap
mengaglutinasi
atau
menggumpalkan
antigen.
IgG merupakan antibody yang sangat berlimpah
pada sirkulasi. IgG melindungi tubuh dari bakteri,
virus dan toksin yang beredar dalam darah dan
IgA
limfa.
Terdapat berlimpah pada membrane mukosa. Iga
ditemukan dalam sebagian besar sekresi tubuh
seperti ludah, keringat, da air mata. IgA juga
IgD
IgE
22
Gambar.
Pengikatan antibodi ke antigen menandai sel asing dan molekul asing agar dirusak
oleh fagosit atau sistem komplemen protein.
Aksi antibodi terhadap antigen seperti terlihat pada gambar diatas meliputi:
yang menghasilkan imunoglobulin dan merupakan salah satu kelompok APC. Sel
B mengalami pematangan dalam dua tahap, tetapi tidak seperti sel T, tidak matang
di timus. Fase pertama pematangan sel B bersifat independen-antigen. Dan fase
kedua adalah fase dependen antigen, sel B berinteraksi dengan suatu imunogen,
menjadi aktif dan membentuk sel plasma yang mampu mengeluarkan antibodi
(Baratawidjaja, 1996).
Ada zat yang sangat penting yang terdapat pada secret system pernafasan ,
yaitu immunoglobulin dan antiprotease mekanisme imun humoral didalam system
pernafasan tampak dalam 2 bentuk antibody berupa imuniglobulin IgA dan IgB.
Antibody ini terutama IgA penting sebagai pertahanan dinasofaring dan saluran
23
udara pernafasan bagian atas. IgA yang terdapat didaerah ini merupakan produk
local sehingga kadar iga jenis ini lebih banyak terdapat pada system pernafasan
dibandingkan di dalam darah. Dapat dikatakan bahwa iga yang paling berperan di
system pernafasan. Seperti halnya IgA, IgG yang ada di paru sebagian besar
merupakan hasil produksi local paru sedangkan sebagan kecil lainnya berasal dari
serum. Igg berperan dalam menggumpalkan partikel, menetralkan toksin yang
diproduksi oleh virus dan bacteria, mengaktifkan komplemen, dan melisiskan
gram negatif (Dinejad, 2005).
Kekebalan humoral (humoral immunity) melibatkan aktivasi limfosit B.
limfosit B akan mensekresikan antibody, antibody yang dibentuk akan beredar
dalam plasma darah atau limfa. Pembentukan antibody ini dipicu oleh adanya
antigen. Antibody yang beredar sebagai respon humoral bekerja melawan bakteri
bebeas, racun, virus dan mikroorganisme lainnya yang berada di dalam cairan
tubuh. pengikatan antibody dan antigen merupaakan dasara dari mekanisme
pembuangan antigen (Yahya, 2002).
Banyak antigen dapat memicu respon kekebalan humoral oleh sel B hanya
dengan partisipasi sel T helper. Antigen seperti ini disebut antigen yang
bergantung pada sel T, dan sebagian besar antigen, protein termasuk dalam jenis
ini.
Adapun proses penghasilan antibodi yang dilakukan oleh sel B yaitu:
1. Makrofaga menelan pathogen yang masuk ke dalam tubuh
2. Fragmen antigen dari pathogen yang dicerna sebagian lalu membentuk
kompleks dengan protein MHC kelas II. Kompleks ini kemudian diangkut ke
permukaan sel, tempat kompleks tersebut disajikan ke sel-sel lain milik system
kekebalan.
3. Sel T helper dengan reseptor yang spesifik untuk antigen yang disajikan itu
berinteraksi dengan makrofaga dengan cara berikatan dengan kompleks MHC
dan antigen.
24
4. Sel T helper yang diaktifkan kemudian berinteraksi dengan sel B yang telah
menghancurkan antigen dengan cara endositosis dan memperlihatkan fragmen
antigen bersama dengan protein MHC kelas II. Sel T helper mensekresikan IL2 dan sitokin lain yang mengaktifkan sel B.
5. B lalu membelah secara berulang-ulang dan berdiferensiasi menjadi sel B
memori dan sel plasma, yang merupakan sel ecfektor yang mensekresi antibodi
pada kekebalan humoral (Yahya, 2002).
Pembentukan Antibodi
Sebelum terpajan dengan antigen yang spesifik,kelompok limfosit B tetap
dalam keadaan dormant ( tidur ) didalam jaringan limfoid. Bila ada antigen asing
yang masuk,makrofag dalam jaringan limfoid akan memfagositosis antigen dan
kemudian membawanya ke limfosit B didekatnya. Disamping itu antigen dapat
juga dibawanya ke limfosit T pada saat yang bersamaan. Limfosit B yang spesifik
terhadap antigen segera membesar tampak seperti gambar limfoblas, limfoblas
kemudian berdiferensiasi lebih lanjut untuk membentuk plasmablas ( prekursor
dari sel plasma ). Sel plasma yang matur kemudian menghasilkan antibodi.
Antibodi yang disekresi ini kemudian masuk kedalam cairan linfe dan diangkut ke
darah sirkulasi. Proses ini berlanjut terus selama beberapa hari atau beberapa
minggu sampai sel plasma kelelahan dan mati.
Beberapa limfoblas yang terbentuk oleh pengaktifan kelompok limfosit
B,tidak berlanjut membentuk sel plasma, melainkan membentuk sel limfosit baru.
Sel limfosit baru ini ditambahkan ke limfosit asal. Limfosit B baru ini juga
bersirkulasi keseluruh tubuh untuk mendiami jaringan limfoid ( tetap dalam
keadaan dormant ). Limfosit ini disebut sel memori. Pajanan berikutnya oleh
antigen yang sama akan menimbulkan respon antibodi yang jauh lebih cepat dan
jauh lebih kuat.
Sifat Antibodi
Antibodi merupakan gamma globulin yang disebut imunoglobulin ( Ig ).
Imunoglobulin merupakan sekitar 20% dari seluruh protein plasma. Yang
25
digolongkan menjadi IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE . Antibodi bersifat apesifik
untuk antigen tertentu.
Mekanisme kerja antibodi
Reaksi
antigen-antibodi
membentuk
ikatan
komplek,ikatan
ini
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antibody-mediated immunity (imunitas yang diperantarai oleh antibody /
imunitas humoral) yaitu antibodi menyerang pathogen sebelum masuk ke
dalam sel tubuh. Senyawa tersebut juga bereaksi terhadap zat-zat toksin dan
protein asing. Antibodi dihasilkan oleh sel limfosit B dan teraktivasi bila
mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen, dengan
bantuan sel limfosit T. Respon imun ini melibatkan suatu senyawa kimia yang
disebut sebagai antibody. Antibody dihasilkan oleh sel limfosit B yang akan
aktif jika mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen.
Terdapat 3 jenis limfosit B, yaitu: Sel B plasma, Sel B memori dan Sel B
pembelah.
27
3.2 Saran
Diharapkan nantinya pembaca dapat memahami tentang antibodymediated immunity di dalam sistem kekebalan dalam tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja KG. 2006. Imunologi Dasar. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Baratawidjaja KG. 2009. Imunologi Dasar. 8th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universit as Indonesia
Brunner, Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Dinejad, Ahmad. 2005. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Cv.Swasada
Price, Wilson. 2005. Pathophysiology Edisi 6. Jakarta: EGC
Petterson RC, Watts A. Pulp responses to two strains of bacteria isolated from
human carious dentine (L. Plantarum) (NTCT 1406) and S. mutans (NTCT
10919). Int Endod J 1992; 25: 13441.
Stites DP, Terr AL, Parslow TG. Basic and clinical immunology. 8th ed. London:
Appleton and Lange; 1994. p. 4079
28
Trijoedani Widodo. 2005. Respons imun humoral pada pulpitis. Maj. Ked. Gigi.
(Dent. J.), Vol. 38. No. 2 AprilJuni 2005: 4951
Yahya, Harun. 2002. Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban didalamnya.
Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.
29