LINGKUP IMUNOLOGI
1
tetapi, ketika virus yang sama (real virus) benar-benar menyerang tubuh untuk
yang kedua kalinya, sistem pertahanan tubuh akan merespon dengan sangat cepat
disebabkan karena sistem imun mempunyai memori yang dapat mengingat bahwa
tubuh pernah terserang oleh virus tersebut. Sehingga tubuh dapat
menghancurkannya dengan cepat.
2. Diagnosis
Penyakit Alam mendiagnosa suatu penyakit, ternyata dapat dilakukan dengan
mengecek antibodi terhadap virus/bakteri yang seseorang miliki. Antibodi tersebut
bisa menggambarkan seberapa parah kondisi orang yang terkena virus tersebut.
3. Terapi
Jika antibodi terhadap virus/bakteri dapat digunakan untuk mendeteksi atau
mendiagnosa suatu penyakit, maka antibodi terhadap toksin/bisa juga dapat
dimanfaatkan. Antibodi terhadap toksin/bisa dapat digunakan dalam terapi,
contohnya seperti ketika seseorang tergigit oleh ular yang memiliki bisa, maka
antibodi terhadap bisa tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkannya.
4. Pembuatan Obat yang Mempengaruhi Respon Imun
Obat yang dapat mempengaruhi sistem imun yaitu Transfer Factor. Pada
awalnya, transfer factorini dicetuskan oleh Dr. Sherwood yang menyatakan bahwa
sistem imun seseorang yang pernah terkena penyakit TBC dapat dipindahkan ke
sistem imun seseorang yang belum pernah terkena penyakit TBC melalui sel darah
putih. Sehingga ketika itu, para peneliti gencar untuk meneliti hal tersebut. Namun,
suatu ketika penelitian tersebut sempat terhenti karena 2 hal yaitu, ditemukannya
antibiotik yang harganya lebih murah dibandingkan dengan transfer factor dan
ditemukannya indikasi virus HIV serta Hepatitis C pada serum darah yang sedang
diteliti tersebut. Setelah berpuluh-puluh tahun, ternyata terdapat dua orang ahli
yang menemukan bahwa transfer factor diturunkan dari setiap ibu kepada anaknya
melalui plasenta dan kolostrum. Oleh karena itu, ketika bayi baru lahir, penting
sekali agar ia mendapaytkan ASI (3 hari awal) yang mengandung kolostrum dari
ibunya, jika tidak maka sistem imunnya akan lemah dan mudah terserang penyakit.
5. Pembuatan Obat yang menginduksi Respon Imun
Obat yang menginduksi respons imun termasuk dalam golongan hapten. Hapten
merupakan suatu zat asing sejenis antigen tapi tidak dapat merangsang respon imun
kecuali jika berikatan dengan molekul pembawa yang lebih besar seperti protein.
Hapten diibaratkan sebagai antigen yang cacat karena ia hanya bisa berikatan
2
dengan produk hasil respons imun (antibodi) namun tidak dapat menghasilkan
antibodi. Lain halnya antibodi yang akan menuju ke limfosit T terlebih dahulu,
setelah itu baru ke Limfosit B, Hapten langsung menuju ke Limfosit B untuk
berikatan dengan antibodi tanpa melalui Limfosit T.
1.3. Komponen system imun dan Mekanisme system kekebalan tubuh
A. Komponen system imun
Sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan respons imun
non spesifik, misalnya fagositosis, maupun kemampuan untuk memberikan respons
imun spesifik yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan limfoid yang tergolong
kedalam system limforetikuler (Oppenheim dkk.,1987; Abbas dkk.,1991; Roit
dkk.,1993). Sistem ini terdiri atas sejumlah organ limfoid yaitu :
1. Kelenjar timus
2. Kelenjar limfa
3. Limfa
4. Tonsil
5. Berbagai jenis sel serta jaringan diluar organ limfoid, seperti :
a. Peyers patches yang terdapat pada dinding usus
b. Jaringan limfoid yang membatasi saluran nafas dan saluran urogenital
c. jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan dalam darah
Sistem limforetikuler inilah yang merupakan system kendali dari semua
mekanisme respons imun. Disamping system limforetikuler diatas, masih ada
unsur-unsur lain yang berperan dalam mekanisme respons imun, dan factor - faktor
humoral lain diluar antibody yang berfungsi menunjang mekanisme tersebut.
B. Mekanisme system kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh akan mulai bekerja ketika ada mikroorganisme asing
masuk ke dalam tubuh (patogen). Patogen asing ini kemudian masuk ke tubuh, dan
tubuh mengenalinya sebagai antigen. Saat antigen terdeteksi, limfosit B dari
sumsum tulang belakang, membuat semacam protein yang disebut antibodi.
Antibodi inilah yang akan mengenali dan mengunci antigen mikroorganisme
berbahaya tersebut.
Selanjutnya, limfosit T dari kelenjar timus akan bekerja untuk menghancurkan
antigen berbahaya. Itulah sebabnya, limfosit T (sel T) disebut juga sebagai sel
pembunuh. Selain itu, sel T ini juga berperan memberi sinyal pada sel lainnya,
seperti fagosit untuk melakukan tugasnya, yaitu melakukan perlawanan.
3
Beberapa respon sistem imun terhadap penyakit, antara lainnya peradangan,
kelelahan, dan demam. Kemampuan dalam melindungi tubuh dari penyakit inilah
yang disebut dengan imunitas tubuh.
Ketika tubuh sudah membentuk antibodi terhadap mikroorganisme tertentu,
antibodi ini akan berada dalam tubuh selama beberapa waktu. Jika mikroorganisme
yang sama kembali menyerang tubuh, antibodi sudah siap untuk melawannya.
Lingkungan mengandung sejumlah besar mikroba pathogen dan zat beracu
yang menantang inang melalui pilihan mekanisme patogenetik yang sangat luas.
Oleh karena itu, tidak mengeherankan bahwa system kekebalan menggunakan
serangkaian mekanisme perlindungan yang komplek untuk mengontrol dan
menghilangkan organisme ini. Ciri umum system kekebalan tubuh yaitu adanya
mekanisme pendeteksi ciri structural pathogen atau toksin yang menandainya
berbeda dari sel inang. Hal tersebut dilakukan agar inang menghilangkan pathogen
atau toksin tanpa merusak jaringannya sendiri.
Respon imun tubuh kita terbagi menjadi 2 golongan, yaitu respon imun non
spesifik/innate (innate immune response) dan respon imun spesifik/adaptif
(adaptive immune response) (Gambar 3). Kedua-duanya memiliki komponen
sendiri-sendiri. Meskipun terlihat terbagi menjadi 2 kelompok besar, namun
keduanya tidak saling terpisah dalam menjalankan fungsinya, saling bekerja sama.
Diibaratkan permainan orkestra, komponen-kompenen respon imun non spesifik
dan spesifik merupakan para pemain orkestra yang saling bekerja sama
menghasilkan alunan musik.
4
memasuki tubuh pertama kali akan dihadapi oleh mekanisme pertahanan
nonspesifik. Mekanisme ini memiliki dua garis pertahanan yaitu :
1. Garis pertahanan pertama oleh bagian eksternal (terluar) tubuh seperti kulit,
membran mukosa dan zat kimia antimikroba.
2. Garis pertahanan kedua terjadi di bagian dalam tubuh berupa fagositosis
oleh sel fagosit, reaksi inflamasi dan interferon.
B. Pertahanan Tubuh Spesifik
Imunitas dihasilkan dari produksi antibodi spesifik yang dikhususkan untuk
antigen tertentu. Antigen singkatan dari antibodi-generators, merupakan suatu
molekul penanda yang terdapat pada permukaan sel yang dapat merangsang
produksi antibodi. Sedangkan antibodi adalah protein plasma yang dihasilkan
oleh sistem imunitas sebagai respon terhadap keberadaan suatu antigen dan
akan bereaksi dengan antigen tersebut.
Pertahanan spesifik dapat mengenal benda asing atau antigen yang sama pada
pertemuan berikutnya. Hal ini karena terdapat kemampuan mengingat kembali
antigen tertentu. Hal ini dapat diaplikasikan pada konsep imunisasi. Imunisasi
adalah pemberian perlindungan pada tubuh dari serangan penyakit dengan
memberikan vaksin. Vaksin adalah suatu cairan yang berisi bakteri atau virus
yang telah dilemahkan atau dimatikan sehingga dapat menimbulkan kekebalan
(imunitas) oleh antibodi. Jika kekebalan muncul karena respon dari adanya
infeksi dan dapat sembuh, disebut kekebalan alamiah. Bila kekebalan timbul
karena dibuat, contohnya karena vaksin maka disebut kekebalan buatan.
5
DAFTAR PUSTAKA
Bratawidjaja, Karnen Garna. Imunologi Dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009. p. 68.
Radji, Maksum. 2015. Imunologi dan Virologi Edisi Revisi. Jakarta: PT isfi penerbitan
Sari, Yanita Nur Indah. 2021. Mekanisme daya tahan tubuh. Diakses dalam https://www-
sehatq-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/artikel/sistem-imun-tubuh-
manusia/amp?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw
%3D%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16645253425834&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fwww.sehatq.com
%2Fartikel%2Fsistem-imun-tubuh-manusia