Anda di halaman 1dari 9

22_Nayla Habibah_D4 Gizi 2A

P17111203021
1. Pengertian imun, imunitas, imunologi, imunogen
Pengertian Imun
Secara Harfiah, kata imun menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti kebal terhadap
suatu penyakit. Namun secara terminologi, sistem imun adalah sistem daya tahan
tubuh terhadap serangan substansi asing yang terpapar ke tubuh kita. Substansi asing tersebut
bisa berasal dari luar maupun dalam tubuh sendiri. Contoh subtansi asing yang berasal dari
luar tubuh (eksogen) misalnya bakteri, virus, parasit, jamur, debu, dan serbuk sari. Sedangkan
substansi asing dari dalam tubuh dapat berupa sel-sel mati atau sel-sel yang berubah bentuk
dan fungsinya. Substansi-substansi asing tersebut disebut imunogen atau antigen.
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran ganda dalam
usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem indokrin, sistem imun yang
bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar diseluruh tubuh,
supaya dapat mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan fungsi imunitas,
didalam tubuh terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem limforetikuler. Sistem ini
merupakan jaringan atau kumpulan sel yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya
didalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus, sistem saluran napas, saluran cerna dan
beberapa organ lainnya. Jaringan ini terdiri atas bermacam-macam sel yang dapat
menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-
masing (Roitt dkk., 1993; Subowo, 1993; Kresno, 1991).
Pengertian Imunitas
Konsep imunitas dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang bersifat faali yang
melengkapi manusia dan binatang dengan suatu kemampuan untuk mengenal suatu zat
sebagai asing terhadap dirinya, yang selanjutnya tubuh akan mengadakan tindakan dalam
bentuk netralisasi, melenyapkan atau memasukkan dalam proses metabolisme yang dapat
menguntungkan dirinya atau menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri. Konsep imunitas
tersebut, bahwa yang pertama-tama menentukan ada tidaknya tindakan oleh 5 tubuh (respons
imun), adalah kemampuan sistem limforetikuler untuk mengenali bahan itu asing atau tidak
(Bellanti,1985: Marchalonis, 1980; Roitt,1993).
Pengertian Imunologi
Pada mulanya, Imunologi dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari respon tubuh terhadap
infeksi. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka imunologi
didefinisikan sebagai suatu ilmu eksperimental yang mempelajari tentang sistem imunitas
tubuh manusia/hewan, yang penjelasannya didasarkan atas observasi eksperimental dan
kesimpulan yang dihasilkan dan mengalami perluasan menjadi disiplin ilmu
kedokteran/kesehatan yang dalam perkembangannya berakar dari pencegahan dan pengobatan
penyakit infeksi yang secara khusus mempelajari system imunitas tubuh. (Antari, 2017)
Pengertian Imunogen
Imunogen atau juga bisa disebut dengan antigen merupakan potensi dari zat-zat yang dapat
menginduksi respons imun tubuh yang dapat diamati baik secara seluler ataupun humoral.
Dalam keadaan tertentu (patologik), sistem imun tidak dapat membedakan zat asing (non-self)
dari zat yang berasal dari tubuhnya sendiri (self), sehingga sel-sel dalam sistem imun
membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Kejadian ini disebut dengan
Autoantibodi (Abbas dkk., 1991; Roit dkk., 1993).
2. Pengertian antigen, antibodi, respon imun alami, respon imun adaptif
Pengertian Antigen
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, antigen bisa juga disebut dengan imunogen.
Antigen atau imunogen adalah setiap bahan yang dapat menimbulkan reaksi imun spesifik
pada manusia dan hewan. Komponen antigen yang disebut determinan antigen atau epitop
adalah bagian antigen yang dapat mengikat antibodi. Satu antigen dapat memiliki beberapa
epitop. Albumin serum memiliki 8 epitop dan masing-masing dapat merangsang sistem imun
untuk membentuk antibodi dan terbentuk 6 jenis antibodi yang berlainan. (Baratawidjaja,
2009).
Pengertian Antibodi
Antibodi atau imunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma
(proliferasi sel B) akibat kontak dengan antigen. Antibodi mengikat antigen yang
menimbulkannya secara spesifik. Bila serum protein tersebut dipisahkan secara elektroforesis,
lg ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin γ meskipun ada beberapa yang di temukan juga
dalam fraksi globulin α dan β. (Baratawidjaja, 2009).
Respon Imun
Respon imun adalah suatu respon dari semua komponen sistem imun secara bersama dan
terkoordinasi untuk mengeliminasi antigen yang masuk ke dalam tubuh. Respon imun diawali
dengan adanya pengenalan molekul antigen oleh komponen sistem imun melalui reseptor
yang menstimulasi sistem saraf di dalam otak guna membangkitkan dan melakukan reaksi
yang tepat guna mengeliminasi antigen tersebut. (Antari, 2017)
Sistem imun berdasarkan responnya terhadap suatu jenis penyakit diklasifikasikan sebagai
sistem imun bawaan (innate immunity system sering juga disebut respon/sistem nonspesifik
dan sistem imun adaptif ; (adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung
pada derajat selektivitas mekanisme pertahanan. (Huldani, 2018).
Respon Imun Alami
Sistem Respon lmun Non-Spesifik / Innate / Non-Adaptif adalah sistem imun yang melawan
penyakit dengan cara yang sama kepada semua jenis penyakit. Sistem kekebalan ini dimiliki
oleh seseorang sejak lahir. Sistem imun ini tidak membeda-bedakan responnya kepada setiap
jenis penyakit, oleh karena itu disebut nonspesifik. Mekanisme kekebalan ini efektif terhadap
mikroorganisme tanpa terjadinya pengalaman kontak sebelumnya dengan mikroorganisme
tersebut. Sistem imun ini bekerja dengan cepat dan selalu siap jika tubuh di datangkan suatu
penyakit. Kekebalan nonspesifik ada yang bersifat eksternal, ada pula yang bersifat internal.
Kekebalan ekstemal disebut juga sebagai perlindungan permukaan, karena melindungi di
bagian luar tubuh. Kekebalan internal lebih bersifat perlindungan seluler dan kimiawi.
(Huldani, 2018).
Respon Imun Adaptif
Jika bakteri, virus, maupun zat asing berhasil melewati system kekebalan bawaan
(nonspesifik), selanjutnya zat – zat asing tersebut akan dihadang oleh system kekebalan
adaptif. Kekebalan adaptif bersifat spesifik, artinya mekanisme pertahanannya bergartung
pada pembentukan respon imun terhadap mikroorganisme tertentu yang memberi rangsangan.
Sistem Imun Spesifik adalah sistem imun yang membutuhkan pajanan atau bisa disebut harus
mengenal dahulu jenis mikroba yang akan ditangani. Sistem imun ini bekerja secara spesifik
karena respon ter-hadap setiap jenis mikroba berbeda. Karena membutuhkan pajanan, sistem
imun ini membutuhkan waktu yang agak lama untuk menimbulkan respon. Namun jika
system imun ini sudah terpajan oleh suatu mikroba atau penyakit, maka perlindungan yang
diberikan dapat bertahan lama karena sistem imun ini mempunyai memori terhadap pajanan
yaug didapat. Kekebalan adaptif dapat bersifat alamiah maupun buatan. Kekebalan adaptif
alami pasif didapatkan oleh bayi dari ibunya dalam kandungaan sedangkan kekebalan adaptif
aktif didapatkan misalnya melalui infeksi (menderita penyakit terlebih dahulu). Kekebalan
adaptif buatan pasif berupa transfer antibodi dari orang lain. sedangkan kekebalan adaptif
buatan aktif diperoleh mnelalui imunisasi. Berdasarkan sel yang terlibat dalam
mekanismenya, kekebalain adaptif dibagi menjadi dua, yaitu : kekebalan humoral dan
kekebalan yang diperantarai sel (cell-mediated immunity). (Huldani, 2018).
3. Apa saja yang termasuk innate immunity ( respon alami), sel – sel apa saja yang
termasuk dalam innate immunity, apa peran mereka dalam system imun, dan apa
dampaknya bila kadarnya sedikit atau terlalu banyak dalam tubuh?

Komponen-komponen innate immunity /respon alami / non-spesifik


terdiri atas :
A. Pertahanan Fisis dan Mekanis
Kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk, dan bersin dapat mencegah berbagai kuman
patogen masuk ke dalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir
yang rusak oleh karena asap rokok akan meningkatkan risiko infeksi.

B. Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran napas, kelenjar sebaseus kulit, kelenjar kulit, telinga,
spermin dalam semen merupakan bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh. Asam
hidroklorik dalam cairan lambung, lisosim dalam keringat, ludah, air mata, dan air susu dapat
melindungi tubuh terhadap kuman gram positif dengan jalan menghancurkan dinding kuman
tersebut. Air susu ibu mengandung pula laktoferitin dan asam neurominik yang mem punyai
sifat antibakterial terhadap E.coli dan stafilokok
Lisozim yang dilepas makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dengan bantuan
komplemen. Laktoferitin dan transferin dalam serum dapat mengikat zat besi yang dibutuhkan
untuk kehidupan kuman pseudomonas.

C. Pertahanan Humoral
1. Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dan parasit dengan jalan
opsonisasi. Kejadian-kejadian tersebut di atas adalah fungsi sistem imun nonspesifik, tetapi
dapat pula terjadi atas pengaruh respons imun spesifik.
2.Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai sel manusia yang mengandung
nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat
antivirus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus tersebut. Di
samping itu, interferon dapat pula mengaktifkan natural killer cellsel NK untuk membunuh
virus dan sel neoplasma.
3. C-Reactive Protein (CRP)
CRP dibentuk tubuh pada keadaan Infeksi. Perannya ialah sebagai opsonin dan dapat
mengaktifkan komplemen.
D. Pertahanan Selular
Fagosit/makrofag dan sel NK berperan dalam sistem imun non-spesifik selular.
1. Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel utama yang ber peran
pada pertahanan non-spesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel
polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua golongan sel tersebut berasal dari sel hemopoietik
yang sama. Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah timbulnya
penyakit. Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut: kemotaksis,
menangkap, membunuh, dan mencerna.
2. Natural Killer Cell (sel NK)
Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan
dalam sirkulasi. Oleh karena itu disebut juga sel non B non T atau sel populasi ketiga atau
null cell. Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma.
Interferon mempercepat pematangan meningkatkan efek sitolitik sel NK.
 Kelebihan dan kekurangan sel pada innate immunity dapat beraibat pada gangguan fungsional
yang bermanifestasi sebagai toleransi imunologik disebabkan karena lumpuhnya mekanisme
respons imun terhadap suatu antigen tertentu. Dikarekanan sel mononuclear pada innate
immunity merupakah lapisan system imun utama yang juga mejadi pertahanan utama dalam
tubuh. Penyimpangan lain dalam mekanisme respons imun dapat berbentuk sebagai reaksi
alergi, anafilaksis ataupun hipersensitifitas tipe lambat, dimana semua ini kadang-kadang
menimbulkan kerugian pada jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan karena gangguan fungsi
pertahanan system imun (Kresno, 1991; Abbas dkk.,1991; Roitt dkk.,1993).
4. Apa saja yang termasuk adaptive immunity, sel – sel apa saja yang termasuk dalam
adaptive immunity, apa peran mereka dalam system imun, dan apa dampaknya bila
kadarnya sedikit atau terlalu banyak dalam tubuh?
Terdapat dua system pada bagian adaptive immunity, yakni :
A. Sistem Imun Spesifik Humoral
Yang berperan dalam sistem imun spe sifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B
tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi.
Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antibodi ialah memper
tahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan netralisasi toksin.
B. Sistem Imun Spesifik Selular
Yang berperan dalam sistem imun spe sifik selular adalah limfosit T atau sel T. Sel ter sebut
juga berasal dari sel asal yang sama seperti sel B, tetapi proliferasi dan diferensiasi nya terjadi
di dalam kelenjar timus. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa subset sel yang
mempunyai fungsi yang berlainan.
Fungsi sel T umumnya ialah : membantu sel B dalam memproduksi antibody, mengenal dan
menghancurkan sel yang terinfeksi virus, mengaktifkan makrofag dalam fagositosis dan
mengontrol ambang dan kualitas sistem imun.
Sel T terdiri atas beberapa subset sel sebagai berikut : Sel Th (T helper), sel Ts (T supresor),
sel Tdh (delayed hypersensitivity), sel Tc (cytotoxic), sel K.
 Kekurangan dan kelebihan sel T dan sel B dapat menyebabkan gangguan system imun
adaptif. Gabungan gangguan sel T dan sel B akan menyebabkan gangguan immunodefisiensi
sel B dan sel T(Combined Immunodeficiensies/ CIDs) (McCusker,2011:2,Abbas,2006:465).
Penyakit ini dikarakteristikan dengan defisiensi dari sel B maupun sel T atau hanya sel T.
Kasus ini dampak pada sistem humoral terjadi karenan tidak adanya bantuan dari sel T. Pada
saat kegagalan perkembangan sel T atau perkembangan sel T dan sel B berkontribusi pada
fenotipe SCID, maka kegagalan perkembangan sel B dan fungsinya akan berdampak pada
gangguan abnormalitas sintesis antibodi. Pada salah satu dampak yaitu sindrom hyper IgM,
defisiensi antibodi juga berkorelasi dengan gangguan pada aktivasi makrofag dan Antigen
Precenting Cell (APC) yang akan berpengaruh pada attenuated cell-mediated immunity.
5. Sebutkan faktor – faktor yang memengaruhi system imun tubuh, dan bagaimana
keterkaitan faktor tersebut terhadap system imun.

Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Imun


Selain faktor genetik, terdapat sejumlah factor yang dapat mempengaruhi mekanisme imun
seperti: faktor metabolik, lingkungan, gizi, anatomi, fisiologi, umur dan mikroba (Bellanti,
1985; Subowo 1993; Roitt dkk.,1993).
Faktor Metabolik
Beberapa hormon dapat mempengaruhi respons imun tubuh, misalnya pada keadaan
hipoadrenal dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya tahan terhadap infeksi.
Demikian juga pada orang-orang yang mendapat pengobatan dengan sediaan steroid sangat
mudah mendapat infeksi bakteri maupun virus. Steroid akan menghambat fagositosis,
produksi antibodi dan menghambat proses radang. Hormon kelamin yang termasuk kedalam
golongan hormone steroid, seperti androgen, estrogen dan progesterone diduga sebagai faktor
pengubah terhadap respons imun. Hal ini tercermin dari adanya perbedaan jumlah penderita
antara laki-laki dan perempuan yang mengidap penyakit imun tertentu.
Faktor lingkungan
Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering terjadi pada masyarakat yang taraf
hidupnya kurang mampu. Kenaikan angka infeksi tersebut, mungkin disebabkan oleh karena
lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau hilangnya daya tahan tubuh yang disebabkan
oleh jeleknya keadaan gizi.
Faktor Gizi
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang. Tubuh
membutuhkan enam komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan
dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen tersebut yaitu : protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang cukup dan sesuai sangat penting untuk
berfungsinya system imun secara normal. Kekurangan gizi merupakan penyebab utama
timbulnya imunodefisiensi.
Faktor Anatomi
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat pada kulit dan
selaput lender yang melapisi bagian permukaan dalam tubuh. Struktur jaringan tersebut,
bertindak sebagai imunitas alamiah dengan menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif.
Dalam hal ini kulit lebih efektif dari pada selaput lender. Adanya kerusakan pada permukaan
kulit, atau pada selaput lender, akan lebih memudahkan timbulnya suatu penyakit.
Faktor Fisiologis
Getah lambung pada umumnya menyebabkan suatu lingkungan yang kurang menguntungkan
untuk sebagian besar bakteri pathogen. Demikian pula dengan air kemih yang normal akan
membilas saluran kemih sehingga menurunkan kemungkinan infeksi oleh bakteri. Pada kulit
juga dihasilkan zatzat yang bersifat bakterisida. Didalam darah terdapat sejumlah zat protektif
yang bereaksi secara non spesifik. Faktor humoral lainnya adalah properdin dan interferon
yang selalu siap untuk menanggulangi masuknya zat-zat asing.
Faktor Umur
Berhubung dengan perkembangan sistem imun sudah dimulai semasa dalam kandungan,
maka efektifitasnya juga diawali dari keadaan yang lemah dan meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pada umur lanjut, sistem imun
akan bekerja secara maksimal. Malah sebaliknya fungsi sistem imun pada usia lanjut akan
mulai menurun dibandingkan dengan orang yang lebih muda, walaupun demikian tidak
berarti bahwa pada umur lanjut, sistem imun akan bekerja secara maksimal. Malah sebaliknya
fungsi sistem imun pada usia lanjut akan mulai menurun dibandingkan dengan orang yang
lebih muda, walaupun tidak mengalami gangguan pada sistem imunnya. Hal tersebut, selain
disebabkan karena pengaruh kemunduran biologik, secara umum juga jelas berkaitan dengan
menyusutnya kelenjar timus. Keadaan tersebut akan mengakibatkan perubahan-perubahan
respons imun seluler dan humoral. Pada usia lanjut resiko akan timbulnya berbagai kelainan
yang melibatkan sistem imun akan bertambah, misalnya resiko menderita penyakit autoimun,
penyakit keganasan, sehinggaakan mempermudah terinfeksi oleh suatu penyakit.
Faktor Mikroba
Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen pada permukaan tubuh,baik diluar
maupun didalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun. Misalnya dibutuhkan untuk
membantu produksi natural antibody. Flora normal yang tumbuh pada tubuh dapat pula
membantu menghambat pertumbuhan kuman pathogen. Pengobatan dengan antibiotika tanpa
prosedur yang benar, dapat mematikan pertumbuhan flora normal, dan sebaliknya dapat
menyuburkan pertumbuhan bakteri pathogen.
Faktor konsumsi obat
Terdapat beberapa golongan obat-obatan yang diketahui dapat menurunkan kemampuan
sistem imun kita untuk mempertahankan diri, salah satunya golongan kortikosteroid serperti
kortison, hidrokortison. Penggunaan obat-obat ini terutama dalam jangka waktu yang lama
sangat mungkin menurunkan kekebalan tubuh kita.
Hal lain yang perlu diketahui adalah bakteri, virus akan menyebabkan infeksi bila bakteri dan
virus tersebut melakukan kontak tubuh, misalnya melalui kulit, mata, saluran pencernaan
maupun saluran kemih. Bila kulit dalam kondisi baik bakteri maupun virus akan sulit masuk,
tetapi bila ada luka terbuka kan lebih mudah untuk masuk dan menginfeksi. Penggunaan
masker untuk menutup saluran nafas (mulut dan hidung) akan membantu mencegah infeksi
virus yang datang melalui udara.
Referensi :

Antasari. A. (2017). Imunologi Dasar : Dasar – Dasar Imunologi. Hlm. 3, 10. Yogyakarta:
Deepublish.
Baratawidjaja, K. G., & Rengganis, I. (2014). Imunologi Dasar: Sistem Imun. Hlm 3 - 7.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Fakultas Farmasi UGM. (2020). Perlunya Peningkatan Sistem Imun Pada Pandemi COVID-
19. Diakses dari https://farmasi.ugm.ac.id/id/2020/08/16/perlunya-peningkatan-
sistem-imun-pada-pandemi-covid-19/#:~:text=Sistem%20imun%20adalah%20sistem
%20daya,%2C%20debu%2C%20dan%20serbuk%20sari.
Huldani. (2018). Imunologi : Pengantar Imunologi dari Imunoseluler ke Exercise Imunologi.
Hlm. 22. Jakarta : Phoenix Publisher.
Kusumo, P. (2019). Gangguan Imunodefisiensi Primer (PID). Jurnal Kedokteran. Universitas
Kristen Indonesia. Diakeses dari https://media.neliti.com/media/publications/218675-
gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdf
Suardana, I. B. K. (2017). Diktat imunologi dasar sistem imun. Hlm 4, 13. Denpasar :Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Diakses dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/284a0e69155751dc6c459b07
f14bc03c.pdf

Anda mungkin juga menyukai