Dosen Pengajar
Giri Udani, SKp., M. Kes
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang disusun untuk memenuhi tugas ilum dasar keperawatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi yang telah memberikan kesempatan bagi kami
untuk mengerjakan tugas makalah ini,sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang
materi “sistem imunitas”. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya
penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril dan materil.
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan,kekurangan dan kehilafan dalam makalah ini. Untuk itu
saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini kedepan.akhir kata kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.
Terima kasih
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………..…………………………………………….……………………....................................….. ii
Daftar isi…………..……………………………………….……………….......................................................……………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
1. 2 Rumusan masalah..………………...……………...………….….…..……….…..............................................…......1
BAB II KEPUSTAKAAN
3. 1 Pengertian imunologi.....................................................................................................................4
3. 4 Sistem komplemen.........................................................................................................................5
3. 6 Hipersensitivitas............................................................................................................................6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................9
4.2 Saran.................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus disertai dengan
pola makan sehat, cukup berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan. Hal ini berdampak juga
pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan, makan siang serba tergesah-gesah, dan malam
karena kelelahan jadi tidak ada nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi
udara, kurang berolahraga dan stres. Apabila terus berlanjut maka daya tahan tubuh akan terus
menurun, lesu, cepat lelah dan mudah terserang penyakit. Sehingga saat ini banyak orang yang masih
muda banyak yang mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern serta polusi,
diet tidak seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga menurunkan kecukupan
antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh seringkali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit
infeksi, penuaan dini pada usia dini.
5. Macam-macam imunitas
1.3 Tujuan
BAB II
KEPUSTAKAAN
Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing
yang masuk ke tubuh. Adapun fungsi sistem imun adalah sebgai berikut:
2) Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
4) Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh. Sistem imun membentuk beberapa lapisan
pertahanan tubuh.
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan memiliki respon langsung serta
cepat terhadap adanya patogen pada individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama
dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena
tidak ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir.
Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh terhadap patogen yang
potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit, epitel mukosa, selaput lendir, gerakan
silia saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung. Pertahanan humoral non spesifik
berupa komplemen, interferon, protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar
protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon
inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat
menimbulkan lisis bakteri dan parasit. Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan protein yang
berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK dan
berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus.1
Peningkatan kadar C-reactive protein dalam darah dan Mannan Binding Lectin yang berperan untuk
mengaktifkan komplemen terjadi saat mengalami infeksi akut.
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing
yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut.
Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan.1
Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki
perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B dan
Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada
aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan
menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas. Menurut Gell dan
Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe I hipersensitif anafilaktik, tipe II
hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibodi, tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun, dan
tipe IV hipersensitif cell-mediated (hipersensitif tipe lambat). Selain itu masih ada satu tipe lagi yang
disebut sentivitas tipe V atau stimulatory hipersensitivity.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar sampai dengan aplikasi klinis .
imunologi mempelajari antigen, antibody dan fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh
sel, terutma yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, lergi
dan penolakan jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh melemah, kemampuan melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan
flu dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker
mennghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, virus, parasit, jamur serta tumor) yang
masuk kedalam tubuh, menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan,
menggenali sel atau jaringan yang abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri, patogen dan virus. Leukosit
merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).
3.3.1 Antigen
Antigen ( imunogen ) adalah suatu bahan bila dimasukkan ke dalam tubuh dapat membangkitkan
respons imun baik respons imun seluler maupun humoral. Karaktristik antigen yang sangat menentukan
imunogenitas respomn imun adalah sebagai berikut.
a). Asing ( berbeda dari sself) : pada umumnya, molekul yang bersifat self tidak bersifat imunogenik;
untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself .
b). Ukuran molekul : molekul dengan berat kurang dari 10.000 (misalnya asam amino) tidak bersifat
imunogenik. Mereka hanya bisa menjadi imunogenik hanya jika bergabung dengan protein pembawa.
c). Komplekstisitas kiiawi dan stuktural : jumlahhtetetu kompleksitas kmiawi diperlukan. Contohnya:
homo polimer lebih imunogenik dibanding heteropolimer .
d). Determinan antigeik ( epitop ) : unit terkecil dari suatu antigen kompleks yang dapat diikat oleh
antiboddi isebu antigen atau epitop.
e). tatanan genetic penjamu : dua strain bintang yang dari spesies yang sama dapat merespon secara
berbeda terhadap antigren yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
f). dosis, cara dan pemberian antigen : respon imun dapat dioptimalkan dengan cara menentukan dosis
antigen denga cermat .
3.3.2 Antibodi
Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifasi oleh antigen. Antibodi
merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke
tubuh manusia. Antibodi mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma (proliferasi sel B)
akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan IgD.
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk membuat antibodi spesifik untuk
masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat
terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan
musuh (antigen). Dia mengetahui polanya berdasarkan perasaan. Sulit bagi seseorang untuk mengingat
pola kunci, walau cuma satu, Akan tetapi, satu sel B yang sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata,
menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam
kombinasi yang tepat.
Sistem komplemen membantu antibodi atau sel fagositik untuk membersihkan patogen dalam tubuh.
Komplemen merupakan bagian dari sistem imun non-spesifik (innate immune system), tetapi dapat juga
berperan dalam sistem imun spesifik yang setiap waktu dapat diaktifkan kompleks imun. Istilah
komplemen merujuk pada kemampuan protein tersebut untuk mengkomlementasikan atau
menggabungkan efek komponen-komponen yang lain dari system imun ( misalnya antibody ).
Komplemen mempunyai beberapa pengaruh yaitu : (1) melisis sel (misalnya sel bakteri dan tumor ), (2)
produksi mediator yang berperan dalam inflamasi dan menarik fagosit, dan (3) penguatan respon imun
yang diperantarai antibody. Protein komplemen disintesis terutama olehh hepar dan oleh sel fagositik.
Komplemen yang tidak tahan panas, diinaktivasi pada suhu 56 ͦ C selama 30 menit; imunoglobulin tidak
mengalami inaktivasi pada suhu tersebut.
Beberapa komponen komplemen merupakan proenim, yang harus dipecahkan untuk membentuk enim
yang aktif. Aktivasi komponen komplemen terjadi melalui dua jalur yaitiu; (1) jalur klasik untuk
mengaktivasi IgM dan IgD, (2) jalur alternative: banyak senyawa yang tidak berkaitan, dari kompleks
kimiawi sampai dengan agen infeksius, mengaktifkan komplemen melalui jalur yang berbeda.
Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau limfosit yang telah dibentuk sebelumnya didalam tubuh
penjamu yang lain . pemberian secara pasif antibodi (dalam antiserum) terhadap bakteri menyebabkan
antitoksin tersedia dengan cepat dalam jumlah berlebih untuk menetralkan toksin. Keuntungan utama
imunitas pasif dengan antibodi yang telah dibentuk sebelumnya (siap pakai) adalah tersedianya antibodi
dalam jumlah banyak secara cepat. Kerugiannya adalah jangka waktu antibody yang pendek dan reaksi
hipersensitivitas yang dapat terjadi jika diiberikan antibodi (imunoglobulin) dari spesies lain.
Imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen. Kontak ini dapat berupa
Infeksi klinis atau sub klini, imunisasi dengan agen infeksius yang masih hidup atau sudah mati atau
antigennya, paparan terhadap hasil mikroba atau transplantasi se lasing. Pada semua keadaan ini, tubuh
penjamu aktif membentuk antibodi dan sel limfoid yang mampu merespon antigen. Keuntungan
imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka panjang. Kerugiaanya adalah onset imunitas lambat dan
membutuhkan kontak dengan antigen lebih lama atau kontak ulangan.
3.6 Hipersensitivitas
3.6.1 Pengertian
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi hipersensitif. Pada individu yang
rentan , reaksi tersebutv secara khas terjadi setelah kontak yang kedua dengan antigen spesifik. Kontak
yang pertama kali merupakan kejadian yang diperlukan untuk menginduksi sanitasi terhadap allergen
tersebut. Reaksi hipersensitif merupakan salah satu respon system imun yang berbahaya karena dapat
menimbulkan kerusakan jaringan maupun penyakit yang serius. Oleh Coobs dan Gell reaksi hipersensitif
dikelompokkan menjadi empat kelas.
Tipe ini disebut juga tipe cepat. Mekanisme umum dari tipe ini meliputi langkah-langkah berikut: antigen
menginduksi pembentukan antibodi IgE, yang terikat kuat dengan reseptor pada sel basofil dan sel mast
melalui bagian Fc antibody tersebut. Beberapa saat kemudian kontak yang kedua dengan antigen yang
sama mengakibatkan fiksasi antigen kee IgE yang terikat ke sel dan pelepasan mediator yang aktif secara
farmakologis dari sel tersebut ddalam waktu bebrraopa menit. Mediator tipe ini adalah histamine dan
prostaglandin .
• Hipersensitivitas tipe II
Tipe ini melibatkan pengikatan antibody (IgG atau IgM) ke antigen permukaan sel atau molekul matriks
ekstraseluler. Antibody yang ditujukan ke antigen permukaan sel dapat mengaktifkan komplemen untuk
menghancurkan sel tersebut.
Obat-obat sepeerti penisilin , fenasetin san kinidin sapat melekat pada protein permukaan sel darah
merah dan mengawali pembentukan antibody. Antibody autoimun ini ini kemudian dapat bergabung
dengan peermukaan ssel yang mengakibatkan hemolisis.
Antigen pada reaksi tipe III ini dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten (malaria), bahan
yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis alergik ekstrinsik) atau dari jaringan sendiri
(penyakit autoimun). Infeksi dapat disertai dengan antigen dalam jumlah berlebihan, tetapi tanpa
adanya respons antibodi yang efektif.
Hipersensitivitas tipe lambat merupakan fungsi dari limfosit T terrsensitosasi secara spesifik, bukan
merupakan fungsi antibody. Respon imun ini lambat, yakni respon ini dimulai beberapa jam atau
beberapa hari setelah kontak dengan antigen berlangsung selama berhari-hari.
Reaksi hipersensitivitas atau alergi menunjukan suatu kondisi respon imunitas yang menimbulkan reaksi
yang berlebihan atau reaksi yang tidak sesuai. Hipesensitivitas termasuk dalam penyakit autoimun.
Autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh kegagalan
mekanime normal yang berperan mempertahankan self tolerance sel B sel T atau keduanya. Potensi
autoimunditemukan pada semua individu oleh karena limfosit dapat mengekspresikan reseptor spesifik
untuk banyakl antigen.
Automunitas terjadi karena self antigen yang dapat menimbulkan aktivasi, prolifirasi serta diferensiasi
sel T. autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan dari berbagai organ, baik
antibody maupun sel T atau keduanaya dapat berperan dalam pathogenesis automun. Antigen disebut
auto antigen sedangkan antibody disebut autoantibody. (kamen, 2006) .
Autoimun secara teori berkembang sewaktu tolernsi terhadap self antigen belum terbentuk atau
sewaktu toleransi terhadap sel antigen hilang. Kebanyyakan dari kesalahan tersebut kemungkinan
karena factor genetic. Kegagalan dalam mendapatkan toleransi disebabkan sebagai berikut: kegagalan
clononal detection dari sel autoreaktif (kegagalan dari sel Tpusat), kegagalan anergi klononal (kegaglan
dari sel T perifer). Pelepasan antigen, pemisahan dimana toleransi bbelum berkembang, perubahan dari
self anti gen dimana tidak diknal sebagai antigen sendiri. Tiruan molekul antarra antigen dari lingkungan
dan self antigen. Penyimpangan ekspresi MHC , rangsangan super antigen dari klonal anergi autoreaktif
rangsangan sel B poliklonat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ
khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini terlalu aktif akan terjadi autoimunitas seperti alergi atau
hipersensitivitas.
4.2 Saran
setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, kita diharapkan mampu meningkatkan atau
mempertahankan kekebalan tubuh kita dengan menjalankan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari
berbagai macam infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Gorman dkk, 1982. Kimia dan biologi antibiotic laktan, London : academic press
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf
http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/Alergi-hipersensitif-diktat1.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43998/3/Josephine_Rahma_G2A009055_Bab2KTI.pdf