Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM IMUNOLOGI


MATA KULIAH ILMU BIOMEDIK DASAR
DOSEN PENGAMPUH : Ns. Pipin Yunus, M.Kep

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2 KEPERAWATAN C
Agnes Doki :CO1422008 Agung R. Hinta :CO1422176
Devani Tesya Latama :CO1422036 Rizka N Tutu :CO1422181
Dwi Rahayu Usman :CO1422041 Siltasya N. Zakaria :CO1422189
Indriyani Panigoro :CO1422078 Silvanda Lamaji :CO1422191
Mastian Eyato :CO1422103 Sri Anggun S. Moito :CO1422207
Nur Azizah Mahmud :CO1422132 Sri F. Gusasi :CO1422209
Nur Wahyuni Ahmad :CO1422142 Sulistiana Abdullah :CO1422217
Nurhalizah Hi Kader :CO1422146 Tria Tone :CO1422227
Radhiannisa P Bakri :CO1422165 Vidyawati Mahmud
Rhevalina P. Suleman :CO1422172

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH GORONTALO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Dasar
Biomedik dengan judul “SISTEM IMUNOLOGI”
Dalam membuat makalah ini, penyusun menyadari bahwa hasil makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk kami, dan teman-teman mahasiswa lainnya.

Gorontalo,November2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Sistem Imunologi...............................................................................................3
2.2 Anatomi Sistem Imunologi................................................................................3
2.2.1 Organ-organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid)...................................3
2.3 Fisiologi Sistem Imunologi................................................................................5
2.3.1 Fungsi Sistem Imun...................................................................................5
2.3.2 Sistem Imun Alami....................................................................................5
2.3.3 Organ Yang Terlibat Dalam Sintesis/ Produksi Sel Imun.........................6
2.3.4 Hasil sekresi dan fungsinya pada organ limfoid......................................12
2.4 Istilahh-Istilah Penyakit Dalam Imunitas........................................................14
2.4.1 Hipersensitivitas.......................................................................................14
2.4.2 Autoimun.................................................................................................14
2.4.3 Immunodefisiensi.....................................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi fisiologi dua cabang yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh
manusia. Anatomi fisiologi saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Anatomi
fisiologis adalah perlu dimengerti dan dipahami oleh tenaga kesehatan sebagai
dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan sebagai dasar dalam memberikan
pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan system tubuh. Anatomi
berarti mempelajari struktur sedagkan fisiologi akan mempelajari fungsinya. Ilmu
ini sangat erat berhubungannya, fisiologi dihubungkan secara langsung anatomi.
Salah satu ciri mahluk “manusia” adalah adanya transportasi dan sistem
transportasi yang terdapat dalam tubuhnya, tujuannya adalah untuk menyalurkan
bahan-bahan yang di perlukan tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak di
perlukan lagi.
Pada bab pertama, kita akan membahas tentang anatomi fisiologi dari imun
IMUNITAS adalah mengacu pada respons protektif tubuh yang spesifik terhadap
benda asing atau mikroorganisme yang menginvasinya. Imunopatologi berarti
ilmu tentang penyakit yang terjadi akibat disfungsi dalam sistem imun, struktur
sistem imun. (Desmawati, 2013)
Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang system
pertahanan tubuh. Terminology kata “imunologi” berasal dari kata “imuniats” dari
Bahasa latin yang berarti pengecualian atau pembebasan. Imunitas merupakan
suatu kemampuan tubuh untuk melawan organisme atau toksin yang cenderung
merusak jaringan dan organ tubuh (Ali S. , 2019)

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Yang Dimaksud Dengan Sistem Imunitas?
1.2.2 Jelaskan Anatomi Sistem Imunologi!
1.2.3 Apa Saja Fisiologi Pada Sistem Imunologi?
1.2.4 Apa Saja Istilah-Istilah Penyakit Dalam Imunitas?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Imunitas
1.3.2 Untuk Mengetahui Anatomi Sistem Imunologi
1.3.3 Untuk Mengetahui Fisiologi Pada Sistem Imunologi
1.3.4 Untuk Mengetahui Tentang Istilah-Istilah Penyakit Dalam Sistem Imunitas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Imunologi


IMUNITAS adalah mengacu pada respons protektif tubuh yang spesifik
terhadap benda asing atau mikroorganisme yang menginvasinya. Imunopatologi
berarti ilmu tentang penyakit yang terjadi akibat disfungsi dalam sistem imun,
struktur sistem imun. (Desmawati, 2013)
Respon imun diperlukan untuk melindungi tubuh dalam tiga hal antara lain
untuk pertahanan, homeostasis dan pengawasan. Fungsi pertahanan diperlukan
melindungi tubuh dari berbagai bahan di lingkungan yang bisa menyebabkan
penyakit seperti bahan organik dan anorganik, yang berasal dari hewan,
tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasit, debu rumah, asap, bahan iritan dan yang
lainnya. Bahan tersebut dapat masuk kedalam tubuh menyebabkan kerusakan dan
sistem imun akan berjaga melindungi melalui beberapa mekanisme pertahanan
mulai dari pintu masuk seperti saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan
mukosa sampai pada perlindungan berikutnya di humoral dan dijaringan.
(Togatorop, 2021)
2.2 Anatomi Sistem Imunologi
2.2.1 Organ-organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid).
Organ limfoid terdiri dari kelenjar limfe, tonsil, spleen (limpa), kelenjar thymus,
dan sumsum tulang. (Desmawati, 2013)
1. Kelenjar Limfe

Gambar 2.1 : Kelenjar Limfe


Kelenjar limfe berukuran 1-25 mm, ditemukan sepanjang pembuluh limfatik
dan dinamakan sesuai dengan tempatnya. Organ limfoid terdapat jaringan

3
limfoid dan di jaringan limfoid terdapat banyak limfosit yang akan melawan
agen perusak seperti organism asing atau toksin. (Ali S. , 2019)
a. Tonsil (Desmawati, 2013)

Gambar 2.2: Tonsil


Tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak dikanan dan
kiri faring diantara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh
darah dan pembuluh limfe dan mengandung banyak limfosit. (Desmawati,
2013)
b. Spleen (Desmawati, 2013)

Gambar 2.3. Spleen


Berada di region kiri atas rongga abdomen. Limfe dibersihkan kelenjar
limfe, darah dibersihkan spleen, limfosit T matur di thymus, dan leukosit
dibuat di bone marrow. (Desmawati, 2013)

4
2.3 Fisiologi Sistem Imunologi
2.3.1 Fungsi Sistem Imun:
1. Pertahanan (Ali S. , 2019)
Fungsi pertahanan sistem imun adalah membentuk imunitas spesifik untuk
melawan agen yang mematikan, seperti bakteri, virus, toksin dan bahkan jaringan
asing yang masuk ke dalam tubuh.
2. Homeostasis (Ali S. , 2019)
Sistem imun mempunyai peran homeostasis agar tubuh dapat mempertahankan
keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam. Sistem imun memiliki
fungsi sebagai eliminasi komponen-komponen tubuh yang sudah tua.
3. Pengawasan (Ali S. , 2019)
Sistem imun dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi terutama
yang menjadi ganas. Imunitas didapat tidak akan terbentuk sampai ada invasi
organisme asing, maka terdapat mekanisme tertentu untuk mengenali invasi ini.
Mekanismenya yaitu setiap jenis organisme atau toksin hampir selalu
mengandung satu atau lebih senyawa kimia spesifik (protein atau polisakarida
besar dengan berat molekul 8000 atau lebih dan terdapat epitop pada
permukaannya) yang membuatnya berbeda dari seluruh senyawa lainnya.
Senyawa ini disebut antigen (antibody generations). Setelah limfosit yang spesifik
diaktifkan oleh antigennya, maka ia akan berkembang biak dengan cepat dan
membentuk sel limfosit turunan. Jika segmen gen, maka terdapat jutaan
kombinasi segmen yang dapat tersusun dalam sel tunggal.
2.3.2 Sistem Imun Alami (Togatorop, 2021)
1. Pertahanan mekanik (Togatorop, 2021)
Pertahanan mekanik atau fisik berupa kulit, selaput lendir, silia saluran nafas,
batuk dan bersin. Pertahanan ini merupakan garis pertahan terdepan dari tubuh
terhadap infeksi.
2. Pertahanan Biokimia (Togatorop, 2021)
Kebanyakan mikroba mampu menembus kulit yang sehat, namun beberapa
dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. Pertahanan
biokimia pada kulit seperti pH asam keringat. sekresi sebaseus dan beberapa asam

5
lemat mempunyai efek denaturasi protein membran sel sehingga dapat mencegah
infeksi.
3. Lisozim dalam keringat, ludah, airmata dan air susu ibu melindungi tubuh
terhadap bakteri gram positif dengan menghancurkan lapisan peptidoglikan
bakteri tersebut. Air susu ibu mengandung laktooksidase dan asam neuraminik
yang mempunyai sifat antibakterial terhadap E coli. (Togatorop, 2021)
4. Pertahanan Humoral (Togatorop, 2021)
Pertahanan humoral berada dalam sirkulasi seperti komplemen, interferon,
CRP, dan kolektin. Serum normal dapat membunuh dan menghancurkan beberapa
bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan karena adanya kerja sama antara antibodi
dan komplemen-komplemen terdiri atas sejumlah protein yang bila diaktifkan
akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi.
Komplemen dengan spektrum aktivitas yang luasdiproduksi oleh hepatosit dan
monosit.
5. Pertahanan Seluler (Togatorop, 2021)
Dalan isistem imun alami terdapat pertahanan imun seluler antaralain sel
fagosit, sel makrofag, sel NK dan sel mast.
2.3.3 Organ Yang Terlibat Dalam Sintesis/ Produksi Sel Imun
Organ Limfoid Primer: organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun,
yaitu kelenjar timus dan sumsum tulang, dan kemungkinan hati. Sumsum tulang
menghasilkan limfosit T, dan limfosit B. Sel B mengalami kematangan di dalam
sumsum Tulang dan kemudian memasuki sirkulasi. Sel T bergerak ke kelenjar
Timus yang merupakan tempat pematangan sel T ke dalam beberapa tipe sel yg
berbeda, yang mampu melakukan beberapa fungsi. (Desmawati, 2013)

6
1. Kelenjar Timus (Desmawati, 2013)

Gambar 2.4: Kelenjar Timus


Terletak di bagisan posterior toraks terhadap sternum dan melapisi bagian
atas jantung Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi yang
baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10gram atau lebih sedikit.
Ukurannya bertambah pada usia remaja, beratnya 30-40 gr dan kemudian
menyusut lagi. Timus merupakan jaringan limfatik yang terletak sepanjang trakea
di rongga dada bagian atas. (Desmawati, 2013)
Hormon yg diproduksi kelenjar ini meliputi: 6 peptida, yang secara kolektif
disebut timosin. Fungsi timosin adalah: (Desmawati, 2013)
a. Mengendalikan perkembangan sistem imun dependen timus dengan
menstimulasi diferensiasi dan proliferasi sel Limfosit T.
b. Timosin mungkin berperan dalam penyakit Immunodefisiensi kongenital,
seperti agammaglobulinemia yaitu ketidakmpuan total untuk memproduksi
antibodi.
c. Memproses limfosit muda (protimosit) menjadi T-Limfosit. (Desmawati, 2013)
Kelenjer Timus terletak di dalam mediastinum di belakang os sternum, dan di
dalam torak kira-kira setinggi bifurkasi trakea. Warnanya kemerah-merahan dan
terdiri dari 2 lobus, Kelenjar timus hanya dijumpai pada anak dibawah 18 tahun.
Fungsi kelenjar timus adalah: (Desmawati, 2013)
a. Mengaktifkan pertumbuhan badan.
b. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin. (Desmawati, 2013)
Timus adalah "sarang" yang berlokasi dimedia stinum bagian atas. Timus
berkembang sampai masa pubertas, dan setelah itu ia akan menyusut atau
digantikan oleh jaringan lemak. Kelenjar timus normalnya berfungsi secara efektif

7
sepanjang umur manusia, namun fungsinya menurun seiring usia. Limfosit sel B
tidak akan sanggup mengubah diri mereka menjadi immunoglobulin yang
memproduksi sel-sel plasma jika tidak ada sel-sel T-helper atau faktor timus.
(Desmawati, 2013)
Sel-sel T-supresor memiliki efek penghambat pada limfosit-limfosit sehingga
tidak telalu banyak antibodi yang terbentuk. Penyakit autoimun, atau penyakit
imun yang kompleks akan sulit sekali dijelaskan tanpa adanya sel-sel supresor ini.
Tanpa timus (misalnya yang dibuang atau rusak karena radiasi). Limfosit T tidak
bisa bekerja. Kerja timus menurun setelah masa pubertas berakhir. (Desmawati,
2013)
Setelah 5 dekade, artinya saat manusia memasuki usia 50 tahun, timus
menyusut menjadi residu yang amat kecil. Penurunan aktivitas timus menjadi
salah satu latar belakang berkembanganya penyakit-penyakit degeneratif, penyakit
ganas, dan penyakit autoimun. Faktor-faktor penurunan kinerja timus menjadi
penyebab pertahanan tubuh mulai kendor. (Desmawati, 2013)
2. Sum-Sum Tulang. (Desmawati, 2013)

Gambar 2.5: Sum-sum Tulang

Sum-sum tulang adalah tempat produksi untuk semua elemen darah yang
dibentuk eritrosit, granulosit, monosit, limfosit, dan megakariosit. Semua sel
darah muncul dari sel progenitor umum yang disebut sel sistem. Kelompok sel
induk dapat memperbaiki diri: untuk setiap sel induk yang masuk Diferensi dan
maturasi, sel lain kembalike kelompok sel induk. Kondis ini yang menyebabkan
destruksi kelompok sel induk menimbulkan terjadinya aplasia sum-sum. Sel induk
dapat pleuripotensial (tidak bekerja) atau unipotensial (bekerja). Sum-sum tulang

8
juga termasuk jaringan limfatik karena memproduksi protimosit yang akan
diproses pada timus untuk menjadi T-limfosit atau B-limfosit. (Desmawati, 2013)
3. Limpa (Lien). (Desmawati, 2013)

Gambar 2.6: Limpa

Limpa adalah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah
kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga ke-9, 10, dan 11. Limpa
berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma, limpa
menyentuh ginjal kiri, belokan kolon dikiri atas, dan ekor pankreas. Limpa terdiri
atas jalinan struktur jaringan ikat. Diantara jalinan-jalinan itu terbentuk isi limpa
atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah.
(Desmawati, 2013)
Bagian dalam limpa mengandung: (Desmawati, 2013)
a. Pulpa merah yang terdiri dari sinusoid yang mengandung darah. Dinding
sinusoid mengandung banyak makrofag Fungsi pulpa merah adalah
memfagositosis bakteri dan sel-sel darah yang sudah tua, juga sebagai
reservoar darah.
b. Pulpa putih yang terdiri dari kumpulan limfosit. Fungsi pulpa putih adalah
produksi limfosit dan antibodi.
c. Serat-serat retikuler.
Fungsi Limpa: (Desmawati, 2013)
Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin masih
tetap bekerja pada orang dewasa bila fungsi sumsum tulang rusak. Sel darah
merah yang sudah usang dipisahkan dari sirkulasi. Limpa juga menghasilkan
Limfosit. Diperkirakan limpa juga berguna menghasilkan sel darah putih dan
trombosit. Sebagai bagian besar dari sistem retikulo-endotelial limpa juga terlibat

9
dalam perlindungan terhadap penyakit. Dan menghasilkan zat-zat antibodi. Limpa
bukanlah sesuatu yang harus ada untuk hidup.
Anatomi limpa bisa di lihat dari gambar sebelah: (Desmawati, 2013)
a. Kelenjar limfe besar.
b. Terletak di sebelah kiri abdomen (hipogastrium kiri).
c. Berdekatan fundus gaster, menyentuh diafragma,
Kesimpulan Fungsi Limpa adalah: (Desmawati, 2013)
a. Membentuk sel darah merah.
b. Menghasilkan limfosit.
c. Pembongkaran sel darah merah, sel darah putih & trombosit.
d. Bagian dari RES.
Sel-sel pada sistem ini dikenal dengan imunokompeten yaitu sel yang mampu
membedakan sel tubuh dengan zat asing dan menyelenggarakan inaktivasi atau
perusakan benda-benda asing. (Desmawati, 2013)
Sel imuno kompeten terdiri atas: (Desmawati, 2013)
a. Sel utama bergerak, yakni sel limfosit dan makrofag.
b. Sel utama menetap, yakni retikuloendotel dan sel.
4. Kelenjar limfe atau nodus limfe (Desmawati, 2013)

Gambar 2.7: Nodus Limfa

Kelenjar Limfe berbentuk kecil, lonjong atau seperti kacang dengan suatu
lekukan yang disebut hilus, dan terletak di sepanjang pembuluh limfe.
Diameternya 0,1 - 2,4 cm. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di tempat-
tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher,
aksila, toraks, abdomen, dan lipatan paha. Sebuah kelenjar limfe mempunyai
pinggiran yang cembung dan cekung Pinggiran yang cekung disebut hilum,

10
sebuah kelenjar terdiri atas jaringan fibrus, di sebelah luar, jaringan limfe
terbungkus kapsul fibrus. Disini keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan fibrus,
yaitu trabekulae, diantara trabekula terdapat kumpulan limfosit. Masuk ke dalam
kelenjar dan membentuk sekat-sekat. (Desmawati, 2013)
Ruang diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak sel
darah putih atau limfosit. Kelenjar limfe memproduksi limfosit dan antibodi yang
keluar melalui pembuluh eferen, akhirnya masuk ke dalam peredaran darah.
Limfosit dibagi menjadi T-limfosit dan B-limfosit. Kelenjar limfe t. (Desmawati,
2013)
5. Cairan Limfe (Sistem Limfatik) (Desmawati, 2013)
Suatu cairan yang transparan, berwarna kekuningan, memiliki berat jenis
1,015-1,023 dan terdapat di dalam pembuluh limfe. Cairan ini terdiri dari air,
glukosa, dan kira-kira sama dengan plasma darah. Cairan limfe mengandung
limfosit dan antibodi dan sedikit granulosit, tetapi tidak mengandung trombosit
sehingga cairan ini sangat lambat membeku. (Desmawati, 2013)
a. Susunan limfe (Desmawati, 2013)
1) Mirip plasma, kadar protein lebih kecil, penambahan oleh kelenjar limfe
menjadikan kadar limfosit tinggi.
2) Komponen sistem yang lain: saluran limfe dan kelenjar limfe (nodus limfe).
3) Bersama organ limpa, hati dan sumsum tulang membentuk Retikulo
Endotelial sistem (RES).
b. Fungsi (Desmawati, 2013)
1) Mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah
2) Mengangkut limfosit.
3) Membawa lemak emulsi dari usus.
4) Menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan
penyebaran
5) Menghasilkan zat antibodi.

11
2.3.4 Hasil Sekresi dan fungsinya pada Organ Limfoid (Desmawati, 2013)
1. Sel T-Limfosit. (Desmawati, 2013)
Sel T-limfosit berasal dari protomosit yang berasal dari sumsum tulang yang
kemudian protomosit akan bermigrasi menuju timus, di dalam timus protomosit
akan diproses menjadi T-Limfosit. T-Limfosit yang terbentuk sudah memiliki
kemampuan imunologis. Kemudian T-Limfosit meninggalkan timus menuju
jaringan limfatik. (Desmawati, 2013)
a. Pembunuh (killer). Sel-T pembunuh yang telah terbentuk meninggalkan
jaringan limfatik menuju tempat dimana antigen terdapat dan menghancurkan
antigen-antigen tersebut secara langsung, menghasilkan suatu protein limfokin
yang berfungsi: (Desmawati, 2013)
1) Memperkuat daya fagositosis makrofag.
2) Menarik makrofag ke daerah infeksi.
3) Menarik granulosit
4) Mengikut sertakan limfosit lain yang belum aktif menjadi aktif seperti sel-T
pembunuh.
b. Sel-T pembantu (helper-T₁) Fungsinya adalah untuk: (Desmawati, 2013)
1) Menghasilkan interleukin-2 yang menyebabkan sel-T pembunuh lebih cepat
berkembang biak.
2) T, dan zat kimia yang diproduksinya sangat diperlukan oleh B-Limfosit (sel
plasma) untuk memproduksi antibodi.
c. Sel-T supresor (T) (Desmawati, 2013)\
Fungsinya adalah untuk mengurangi produksi antibodi oleh sel plasma dengan
cara menghambat aktivitas T, atau sel plasma, Mengurangi keaktifan dari sel-T
pembunuh. Dalam keadaan normal fungsi sel T supresor biasanya terlaksana
setelah infeksi mereda, supresor ini sangat penting karena antibodi dan sel-T
pembunuh yang terlalu aktif kemungkinan besar dapat merusak sel-sel.
d. Sel-T memori (Desmawati, 2013)
Sel-T memori diproduksi untuk "mengingat" antigen yang telah masuk ke
dalam tubuh. Bila kelak suatu antigen yang sama menyerang tubuh kembali maka

12
dengan adanya sel-T memori, akan menjadi respon sekunder yang lebih cepat dan
kuat.
2. Sel-B Limfosit (Desmawati, 2013)
Pada manusia diduga sel-B limfosit diproduksi pada sum-sum tulang atau hati.
Sel g adalah antigen spesifik yang berproloferasi untuk merespons antigen
tertentu. Sel B berdiferensit menjadi sel plasma nonproliferasi yang menyintesis
dan mensekresi antibodi. Setelah berdiferensiasi dari sel-sel batang prekursor, sel
B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti limpa, nodus limfe.
Antibodi (Imunoglobulin, Ig) adalah suatu protein globulin yang diproduksi oleh
B-Limfosit. Sel B matur membawa molekul imunoglobulin permukaan yang
terikat dengan membran selnya. Saat diaktivasi oleh antigen tertentu dan dengan
bantuan limfosit-T, sel-B akan berdiferensiasi melalui 2 cara: (Desmawati, 2013)
a. Sel plasma adalah sel B yang telah terinferensiasi penuh, sel ini mampu
mensintesis dan mensekresi antibodi untuk menghancurkan antigen tertentu.
(Desmawati, 2013)
b. Sel memori B adalah sel yang tidak membelah yang berasal dari pecahan
Limfosit B antigen teraktivasi. Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan
siap merespon antigen. Rangsang yang muncul selanjutnya dengan respon
imun sekunder yang lebih cepat dan lebih besar. (Desmawati, 2013)
3. Makrofag (Desmawati, 2013)
Bila mikroorganisme atau antigen telah masuk ke dalam tubuh, maka makrofag
akan "menelan" (fagositosis), kemudian dengan suatu cara yang belum jelas
diketahui akan memproses antigen atau mikroorganisme tersebut. Antigen yang
telah diproses akan muncul pada permukaan membran sel dari makrofag dan
kemudian akan "disajikan kepada B-Limfosit dan T-Limfosit pada jaringan
limfatik, sambil makrofag mensekresi interleukin = I yang dapat merangsang
pembelahan B-Limfosit dan T limfosit

13
b.4 Istilahh-Istilah Penyakit Dalam Imunitas
b.4.1 Hipersensitivitas (Togatorop, 2021)

Gambar 2.8: Reaksi Hipersentivitas

Hipersensitivitas adalah refleksi dari respons imun yang berlebihan. Reaksi


hipersensitivitas dapat terjadi pada dua situasi. Pertama, respons terhadap antigen
asing (mikroba dan antigen lingkungan non infeksius) yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan, khususnya bila reaksinya berulang dan tidak terkontrol.
Kedua, respons imun dapat bekerja langsung terhadap antigen diri sendiri
(autolog) sebagai akibat kegagalan toleransi diri (self-tolerance) (Togatorop,
2021)
Respons imun yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut reaksi
hipersensitivitas, dan penyakit yang disebabkan oleh reaksi ini disebut penyakit
hipersensitivitas atau penyakit inflamasi yang diperantarai imunitas. Reaksi
hipersensitivitas muncul dari respons abnormal atau yang tak terkontrol terhadap
antigen asing atau respons autoimun terhadap antigen sendiri. Reaksi
hipersensitivitas diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerusakan jaringan.
(Togatorop, 2021)
2.4.2 Autoimun (Togatorop, 2021)

Gambar 2.9: Klasifikasi Penyakit Autoimun

14
Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang
disebabkan oleh hilangnya toleransi. Autoimunitas terjadi akibat gagalnya
mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel
T. Potensi untuk autoimunitas ditemukan pada semua individu, karena selama
perkembangannya, limfosit dapat mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyak
self antigen yang mudah terpajan dengan sistem ini (Togatorop, 2021)
Tiga kategori gangguan autoimun diklasifikasikan menurut seberapa hus
gangguan tersebut memengaruhi jaringan tubuh (Togatorop, 2021)
1. Lokal, yang memengaruhi hanya satu organ atau jaringan;
2. Sistemik, yang memengaruhi banyak organ atau jaringan; dan
3. Campuran lokal dan sistermik (Togatorop, 2021)
b.4.2 Immunodefisiensi (Desmawati, 2013)

Gambar 2.10: Immunodefisiensi


Penyakit Immunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan,
dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih
sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama
dari biasanya. Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru
lahir, anak-anak maupun (dewasa), serta tidak memberikan respon terhadap
antibiotik, maka kemungkinan masalahnya terletak pada sistem kekebalan.
Gangguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi virus,
jamur atau bakteri yang tidak biasa. (Desmawati, 2013)

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian makalah system imunologi ini dapat disimpulkan
Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi
dan membunuh patogen. Fungsi pertahanan diperlukan melindungi tubuh dari
berbagai bahan di lingkungan yang bisa menyebabkan penyakit seperti bahan
organik dan anorganik, yang berasal dari hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus,
parasit.
3.2 Saran
3.2.1 Makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca
3.2.2 Jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit
3.2.3 Jagalah kebersihan lingkungan sekitar

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. (2019). Imunologi Dasar. Badan Penerbit Cendekia Publisher : Jakarta.

Desmawati. (2013). System Hematologi dan Imunologi. Badan Penerbit In Media:


Jakarta.

Togatorop, L. B, dkk. (2021). Keperawatan Sistem Imun dan Hematologi. Badan


Penerbit Cendekia Publisher : Jakarta.

17
LAMPIRAN

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai