Anda di halaman 1dari 46

“KONSEP UNIVERSAL PRECAUTION DALAM PERAWATAN LUKA”

Dosen Pengajar : Ns. Pipin Yunus, M.Kep

OLEH
KELOMPOK 1 – A KEPERAWATAN 2017

1. REVA MELANI ARSAD 9. WINDA BALIU


2. CICIN S. KODU 10. RISKA YUSUF
3. FEBRI DWIYANTO ENGAHU 11. RAHMONA MONENGO
4. FRANSISKA MUSTAFA 12.WINDA BALIU
5. ANISA M. USMAN 13. RAHMONA MONENGO
6. ANISA BOTUTIHE 14. FIRAWATI ISHAK
7. MOH AFANDI ISI/’NI
8. UCI LATIF

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
T.A 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul “KONSEP UNIVERSAL PRECAUTION DALAM PERAWATAN LUKA “ini
disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan dari mata kuliah Keperawatan Bencana
diprogram studi ilmu keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
di masa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat di jadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.

Gorontalo, 4 Februati 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................5
BAB II......................................................................................................................5
TIJAUAN PUSTAKA
A. Universal Precautions………………………………………………………………………………6
B. Tujuan Universal Precautions………………………………………………………………………6
C. Indikasi Universal Precautions……………………………………………………………………..7
D. Standart Universal Precation………………………………………………………………………8
E. Hal-hal yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam kampanye keamanan pasien……….10
F. Dapat mengetahui Kekhususan dalam menggunakan perlengkapan berkaitan dengan
standard universal precaution………………………………………………………………………...13

BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP..............................................................................................................23
3.1. Kesimpulan..............................................................................................23
3.2. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Universal Precautions merupakan upay a yang dilakukan dalam rangka


perlindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi silang (cross infections)
antara petugas pasien akibat adanya kontak langsung deng an pasien atau cairan
tub uh pas ien yang terinleksi penyakit menular (seperti HIV/AIDS dan
hepatitis). Prinsip kewaspadaan universal ada lah bahwa darah dan semua jenis
cairan tubuh, sekreta, kulit yang tida k uluh dan selaput lendir penderita
dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan infeksi termasuk HIV
(Depkes dan Kesos Ri, 2001). Sehingga diharap kan set iap pe tugas pe layanan
keseh a tan mampu menerapkan prinsip universal precautions. Penetapan
kewaspadaan u/›iversal ini benujuan tidak hanya melindung i petugas dafi resiko
lerpajan oleh inTeksi namun juga melindungi klien yang

mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala macam infeksi yang mungkin


terbawa oleh petugas. Menurut data dinkes provinsi Jawa Timur (2004), Jawa T
imur merupakan uru tan nomor empat terbanyak dalam kasus HIV/AIDS di
Indonesia.

Dalam data terakhir disebutkan bahwa dalam kurun waktu 2 tah un (Juni 2002
sampai Agustus 2004) terjadi peningkatan kasus HIV dan AIDS sekitar 2 kali lipat
lebih besar. Hal ini perlu diwaspadai terutama bagi petugas kesehatan tempat
pemberi pe!ayanan kesehatan. Menurut WHO, untuk setiap kasus HIV positif yang
terdeteksi dianggap ada 100 orang yang sudah terinfeksi HIV tetapi belum
terdeteksi (fenomena gunung es).

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Universal Precautions?
2. Apa Tujuan Universal Precautions?
3. Apa saja Indikasi Universal Precautions?
4. Bagaimana Standart Universal Precation?
5. Apa Hal-hal yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
kampanye keamanan pasien?
6. Apa Kekhususan dalam menggunakan perlengkapan berkaitan dengan
standard universal precaution?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui Universal Precautions.
2. Dapat mengetahui Tujuan Universal Precautions.
3. Dapat mengetahui Indikasi Universal Precautions.
4. Dapat mengetahui Standart Universal Precation.
5. Dapat mengetahui Hal-hal yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam kampanye keamanan pasien.
6. Dapat mengetahui Kekhususan dalam menggunakan perlengkapan berkaitan
dengan standard universal precaution.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Universal Precautions

World Health Organisation (WHO) dalam Nasronudin (2007), universal


precautions merupakan suatu pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) Atlanta dan the Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang
ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
Kurniawati dan Nursalam (2009) universal precautions merupakan upaya-
upaya yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengendalikan dan
mengurangi resiko penyebaran infeksi yang ditujukan pada semua pasien pada saat
melakukan setiap tindakan, dan dilakukan disemua tempat pelayanan kesehatan
tanpa memandang status infeksi pasien.
Universal precautions merupakan tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang ditujukan pada semua pasien, saat melakukan setiap tindakan oleh
seluruh tenaga kesehatan yang terlibat di semua fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Tujuan Universal Precautions

Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa universal precautions perlu


diterapkan dengan tujuan :

6
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten

Universal precautions merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus


diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu untuk
mengurangi resiko infeksi yang ditularkan melalui darah.
1. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat seperti beresiko.
Prinsip universal precautions diharapkan akan mendapat perlindungan
maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah maupun cairan tubuh yang lain
baik infeksi yang telah didiagnosis maupun yang belum diketahui.
2. Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien

Universal precautions tersebut bertujuan tidak hanya melindungi petugas


dari resiko terpajan oleh infeksi HIV, HBV, HCV namun juga melindungi klien
yang mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin
terbawa oleh petugas.
3. Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya

Universal precautions ini juga sangat diperlukan untuk mencegah infeksi


lain yang bersifat nosokomial terutama untuk infeksi yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh.

C. Indikasi Universal Precautions

Universal precautions diterapkan secara rutin oleh semua tenaga kesehatan


dalam merawat seluruh pasien di rumah sakit dan di fasilitas kesehatan lainnya,
baik pasien sudah terdiagnosa infeksi, diduga terinfeksi atau kolonisasi (Rekam
Medik Instalasi Keamanan dan Keselamatan Kerja RSUP dr. Sardjito, 2011).
Universal precautions juga diterapkan ketika petugas kesehatan kontak dengan
cairan infeksius seperti darah, cairan sekresi dan ekskresi (kecuali keringat), luka
pada kulit, selaput lendir,
7
D. Standart Universal Precation

Data dari WHO bahwa 1 dari 4 pasien mengalami kejadian tidak diinginkan saat
perawatan. Sebanyak 134 juta pasien mendapatkan adverse events dengan angka kematian
2.6 juta pasien setiap tahun. Kejadian medication error mengakibatkan kerugian material
kurang lebih 42 miliar dolas AS setiap tahun. (WHO, 2019). Masalah patient safety
dititikberatkan salah satunya terkait dengan standard universal precaution (WDoHS,
2018).

Hasil penelitian oleh Powers, D.; Armellino, D.; Dolansky, M. & Fitzpatrick, J. di
Northwell, New York pada tahun 2016, didapatkan hasil hanya 1 dari 5 perawat (total
responden 116 perawat) yang melakukan universal precaution secara lengkap dalam
pencegahan infeksi. Bisa diartikan juga hanya ada 23 perawat dari seluruh responden
yang patuh menerapkan APD (Alat Pelindung Diri) untuk pencegahan infeksi secara
lengkap. Sebagian besar faktor kepatuhan penggunaan APD dikarenakan faktor prilaku
dari perawat sendiri. Dari 116 responden, dilaporkan sekitar 92% perawat patuh
menggunakan sarung tangan, sekitar 70% menggunakan masker. Sebanyak 63%
responden mengaku melakukan cuci tangan (hand wash) setelah melepas sarung tangan,
dan 82% mengaku melakukan cuci tangan (hand wash) setelah melakukan asuhan
keperawatan.

Peneliti melakukan pengamatan terkait universal precaution & patient safety (Powers et al., 2016):

1. Bagaimana perawat melakukan asuhan keperawatan terhadap semua pasien


termasuk yang berpotensi menular
2. Perawat melakukan cuci tangan (hand wash) setelah melepas sarung tangan
3. Perawat tidak mengambil/ membawa benda dengan tangan terbuka
4. Perawat tidak menggunakan jarum berulang
5. Perawat tidak memindahkan jarum suntik dari spuit yang sudah digunakan
6. Perawat menggunakan masker ketika merawat
7. Pasien melakukan cuci tangan (hand wash) setelah melakukan tindakan keperawatan
8
8. Perawat membuang material yang tajam kedalam tempat yang sudah disediakan
9. Perawat menggunakan sarung tangan disetiap tindakan keperawatan.

Evaluasi kejadian terkait patient safety berhubungan dengan darah ataupun cairan harus
dilakukan jika: ada tusukan jarum, lanset atau benda tajam lainnya yang mengenai kulit
atau jaringan didalamnya; terkena semprotan atau cipratan cairan di atas yang masuk ke
jaringan mukosa (mata, mulut atau hidung); transmisi pada luka terbuka, adanya aliran
pada lesi atau area lain yang signifikan adanya kerusakan struktur kulit (WDoHS, 2018).

Selain produk darah, ada beberapa cairan berpotensi infeksius dengan pasien HIV atau
Hepatitis (B dan C). Cairan yang berpotensi infeksius diantaranya yaitu (WDoHS, 2018):

1. Semua cairan tubuh


2. Cairan ketuban
3. Cairan tubuh yang terkontaminasi darah
4. Jaringan tubuh atau organ (hidup atau mati)
5. Darah
6. Organ atau cairan hewan ekperimen yang diinfeksi dengan darah pathogen
7. Pathogen pada kultur sela
8. Jaringan atau organ
9. Cairan serebrospinal
10. Pathogen media kultur
11. Cairan pericardium
12. Cairan pleura
13. Cairan peritonium
14. Saliva (dental procedural)
15. Semen
16. Cairan sinovial
17. Sekresi vagina.

Infeksi dapat menyebar melalui berbagai cara melalui mikroorganisme baik diluar
maupun didapam tubuh kita. Mikroorganisme dapat menyebar melalui udara, tanah, air
udara. Beberapa diantaranya dapat menguntungkan dan sebagian diantaranya merugikan.
9
Banyak mikroorganisme di tubuh kita hidup tanpa merugikan kesehatan dan beberapa
juga membantu manusia tetap sehat. Bagaimana infeksi dapat menyebar? Mereka
(mikroorganisme) dapat masuk ke dalam tubuh dan melakukan replikasi. Dari replikasi
mikroorganisme, sekumpulan (koloni) mikroorganisme menyebabkan kritikal
mikroorganisme yang pada akhirnya menyebabkan reaksi dengan tubuh (infeksi) (CDC,
2017).

Standard precaution adalah perlengkapan minimum yang harus selalu dipakai oleh tenaga
kesehatan dalam pencegahan infeksi. Hal ini untuk melindungi tenaga kesehatan dan
mencegah tenaga kesehatan menyebarkan infeksi dari pasien (APIC, 2019). Standard
precaution termasuk hand hygiene; penggunaan APD (sarung tangan, gaun, google dan
masker); melakukan injeksi secara aman; penanganan keamanan dari peralatan atau area
permukaan pasien yang berpotensi terkontaminasi; dan respiratory hygiene (contoh etika
batuk).

Setiap orang, termasuk pasien dan tenaga kesehatan professional mempunyai peran
penting dalam memastikan terlaksananya keselamatan medikasi. Berbekal dari third
WHO Global Patient Safety Challenge: Medication Without Harm (Medikasi tanpa
merugikan), maka kampanye ini ditujukan kepada masyarakat luas pada umumnya dan
pada tenaga kesehatan professional pada khususnya untuk tetap melaksanakan
keselamatan pasien dengan cara: Tahu, Cek dan Tanya. Tahu tentang fungsi obat yang
diberikan oleh anda, cek waktu dan dosis pemberian, tanyakan kepada petugas kesehatan
(WHO, 2019).

E. Hal-hal yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam kampanye keamanan pasien

Berikut adalah hal yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam kampanye keamanan pasien
dan standard universal precaution (elemen kunci yang harus ada) (WHO, 2006):

1. Hand Hygiene (cuci tangan)


Mencuci tangan bisa dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien secara
langsung atau tidak, baik menggunakan ataupun tanpa sarung tangan. Cuci tanganlah
sesegera mungkin, seketika setelah melepas sarung tangan. Cuci tangan juga harus
10
dilakukan sebelum menyentuh peralatan medis dalam melakukan tindakan invasive.
Cuci tangan juga harus dilakukan setelah terkena darah, cairan tubuh, sekresi tubuh,
ekskresi, kulit terbuka (luka), peralatan yang terkontaminasi, meskipun masih
menggunakan sarung tangan. Ketika melakukan perawatan kepada pasien, dari yang
terkontaminasi menuju area tubuh yang bersih. Ketika melakukan kontak dengan benda
disekitar pasien.
Cuci tangan bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu: hand washing (40 – 60 detik) dan hand
rubbing (20 – 30 detik). Tata cara hand washing yaitu dengan membasahi tangan dengan
sabun, usap sampai berbusa seluruh permukaan tangan dan sela-sela jari serta ibu jari,
kemudian bilas serta keringkan dengan handuk sekali pakai. Gunakan handuk tersebut
untuk mematikan keran.
Tata cara hand rubbing hampir sama dengan hand washing, hanya saja tidak
menggunakan sabun sebagai media untuk anti infeksi nya akan tetapi menggunakan
disinfektan seperti alcohol yang diusapkan ke seluruh permukaan tangan dan biarkan
hingga tangan mengering dengan sendiri.
2. Gloves (sarung tangan)
Sarung tangan digunakan ketika tenaga kesehatan berinteraksi, menyentuh produk darah,
cairan tubuh, sektresi, ekskresi, membrane mukosa dan kulit terbuka (luka). Penggantian
sarung tangan sebaiknya dilakukan setiap melakukan tindakan yang berkaitan dengan
prosedur-prosedur tersebut walaupun masih berinteraksi dengan pasien yang sama (1
pasien). Setelah menggunakan, lepas sebelum anda menyentuh barang-barang atau area
yang tidak terkontaminasi dan sebelum anda melakukan tindakan keperawatan kepada
pasien yang lain. Lakukan hand hygiene segera setelah melepas sarung tangan.
3. Pelindung wajah (mata, hidung dan mulut)
Gunakan masker operasi atau pelindung matan (pelindung wajah, google) untuk
melindungi membrane mukosa mata, hidung dan mulut ketika melakukan tindakan yang
berpotensi terkena semprotan atau tetesan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi tubuh
pasien.
4. Gown (gaun)
Gaun dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian agar tidak terkontaminasi saat
melakukan tindakan keperawatan yang beresiko menghasilkan cipratan atau semprotan

11
produk darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi tubuh pasien. Lepas gaun yang kotor
segera setelah tindakan selesai agar tidak mengkontaminasi area yang bersih dan lakukan
hand hygiene.
5. Pencegahan cidera tusukan jarum
Cegah tusukan benda tajam ketika menggunakan peralatan tajam seperti jarum, pisau
bedan atau instumen tajam lainnya. Hati-hati jika membersihkan instrument kotor, serta
perhatikan kejadian tusukan jarum jika membuang atau memusnahkan jarum bekas pakai.

6. Respiratory hygiene & cough etiquette (masker & etika batuk)


Pasien (gejala sakit pernafasan):
Lindungi hidung dan mulut ketika batuk atau bersin dengan tisu atau masker. Segera
buang tisu atau masker tersebut ketika kontak sekret paru dan segera lakukan hand
hygiene setelahnya.
Petugas kesehatan:
Beri jarak pasien kurang lebih satu meter dari orang lain di ruang tunggu. Pasang banner
(patient education) di dekat pintu masuk fasilitas layanan kesehatan untuk mempraktekan
etika batuk.
Sediakan wastafel didekat layanan kesehatan publik untuk melakukan hand hygiene,
sediakan juga tisu atau masker gratis untuk bisa digunakan pasien yang mengalami
masalah pernapasan.
7. Kebersihan lingkungan
Dengan prosedur kebersihan lingkungan, dilakukan secara berkala dengan disinfektan dan
ultraviolet (di bangsal) pada aera yang sering dikunjungi pasien berpotensi menyebarkan
infeksi
8. Linen
Penanganan linen, transport linen bersih dan kotor jangan sampai terjadi kontaminasi.
Cegah kontaminasi kulit dan membrane mukosa dari linen kotor. Cegah linen kotor
mengkontaminasi pasien lain maupun lingkungan sekitar pasien. Segara cuci tangan
setelah bersinggungan dengan lingkungan.
9. Manajemen sampah
Pastikan penanganan sampah secara aman. Dengan regulasi dari pemerintahan setempat,

12
pastikan limbah sampah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi
tubuh dikelola dengan aman. Jaringan tubuh, sampah laboratorium harus segera
dimusnahkan sebagai limbah rumah sakit. Buang alat-alat sekali pakai.
10. Perlengkapan perawatan pasien
Tangani peralatan yang tercemar dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi yang dapat
mencegah kontak kulit dan membran mukosa, kontaminasi pakaian, atau penularan
pathogen dari pasien lain ataupun lingkungan. Lakukan pembersihan, disinfektan dan
proses re-sterilisasi peralatan yang dapat digunakan kembali sebelum digunakan ke pasien
lain.

F. Kekhususan dalam menggunakan perlengkapan berkaitan dengan standard universal


precaution

Dari beberapa hal yang berkaitan dengan standard universal precaution, terdapat
kekhususan dalam penggunaannya di setiap item perlengkapan. Kita sebagai petugas
kesehatan harus mengetahui apa yang sedang dipakai.

a. Sarung tangan

Sarung tangan, sesuai dengan fungsi nya melindungi tangan dari kontaminan terdiri
dari beberapa jenis, diataranya:

1. Sarung tangan steril

Gambar 2: sarung tangan steril (APIC, 2016)

Sarung tangan ini dipakai pada tindakan-tindakan steril, tidak terbatas pada saat proses
melahirkan, prosedur radiologi secara invasive, penggantian balutan pada peralatan
13
vascular sentral, dan saat melakukan tindakan pada port the entry implant vena sentral.

2. Sarung tangan non steril

Gambar 3: sarung tangan non-steril (APIC, 2016)

Sarung tangan non steril yang dipakai berbahan dasar latex, nitrile ataupun medical vinyl.
Sering dipakai pada situasi yang memungkinkan petugas kesehatan terjadi kontak
langsung dengan materi infeksius dan bukan tindakan invasive (contoh: darah, cairan
tubuh, mikroorganisme)

3. Sarung tangan non medis

Gambar 4: sarung tangan non-medical (APIC, 2016)

Biasanya sarung tangan ini dipakai untuk memasak pada ahli gizi di dapur atau petugas
kebun.
4. Sarung tangan peralatan

Gambar 5: sarung tangan perlengkapan


Digunakan oleh petugas kebersihan atau petugas dekontaminasi pada alat yang
14
terkontaminasi bahan kimia keras.

15
Untuk lebih memahami penggunaan sarung tangan berikut yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan saat menggunakan sarung tangan.

Lakukan:

1. Pakai sarung tangan untuk mengurangi resiko kontaminasi atau terpapar bahan seperti
darah, cairan tubuh, material berbahaya dan penularan infeksi.
2. Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan pada tindakan steril (contoh: pemasangan
kateter)
3. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
4. Seantiasa cuci tangan dan ganti sarung tangan di setiap tindakan (contoh setelah ganti
linen penuh cairan)
5. Pastikan sarung tangan yang anda pakai cocok dengan ukuran tangan anda, sebelum
melakukan tindakan keperawatan
6. Pastikan tipe sarung tangan yang tersedia cocok untuk anda, tidak menyebabkan alergi
atau sensitive pada kulit.
7. Gunakan sarung tangan khusus di ruangan Hemodialisis disetiap kontak dengan pasien
ataupun peralatan pasien
8. Ikuti aturan terkait SOP penggunaan sarung tangan dan harus diingat untuk konsul
kepada pihak kesehatan terkait (PPI, CDC, WHO)

Jangan lakukan:

1. Jangan mencuci atau menggunakan sarung tangan berulang kecuali jenis sarung tangan
peralatan (setelah dibersihkan secara memadai)
2. Jangan mengganti penggunaan sarung tangan hanya untuk alasan kebersihan tangan
3. Jangan menggunakan lotion tangan yang tidak direkomendasikan
4. Jangan menggunakan sarung tangan yang rusak
5. Jangan menyentuh muka saat menggunakan sarung tangan
6. Jangan menggunakan satu sarung tangan untuk banyak pasien
7. Jangan memakai sarung tangan di luar atau tempat luas terbuka, kecuali anda sudah
diijinkan oleh pihak berwajib terkait di rumah sakit
8. Jangan lupa untuk mengganti dan membuang sarung tangan secara aman
b. Gaun

Gaun, salah satu perlengkapan APD digunakan untuk melindungi tenaga kesehatan dari cipratan
darah atau cairan tubuh. Melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme yang berada di
lingkungan luar, pada peralatan ataupun yang menginfeksi dan berkoloni di jaringan manusia.
Digunakan juga oleh pasien saat prosedur invasive (operasi).

Klasifikasi gaun:

1. Gaun isolasi

Gambar 6: Gaun isolasi

Gaun isolasi adalah gaun non steril yang digunakan untuk menjaga pakaian tenaga kesehatan
tetap bersih (tidak terkontaminasi). Gaun ini memiliki kemampuan kedap air, sehingga
memungkinkan tidak akan menyerap produk darah dan cairan tubuh sehingga baju tetap bersih
dalam waktu yang relative singkat. Digunakan pada saat perawatan luka, bisa disposable (sekali
pakai) maupun non- disposable.

2. Gaun tindakan
Gambar 7: Gaun tindakan

Gaun ini tidak steril (reusable, dapat disterilkan), biasanya digunakan sekali pakai karena
kemampuan kedap cairannya (tergantung jumlah cairan yang menempel di gaun). Contoh: saat
endoskopi, proses persalinan.

Lakukan:

1. Cuci tangan sebelum memakai gaun dan alat APD lainnya (sarung tangan, masker)
2. Cuci tangan setelah memakai gaun dan alat APD lainnya (sarung tangan, masker)
3. Pakai gaun jika kemungkinan akan terpapar dengan darah atau cairan tubuh lainnya saat melakukan
tindakan
4. Gunakan gaun yang menutupi dari area leher sampai dengan pinggang sesuai dengan yang
direkomendasikan
5. Pastikan gaun aman dan nyaman menutupi pakaian anda dari depan sampai belakang
6. Pastikan gaun terpasang aman menutupi pergelangan tangan yang dapat ditutup oleh sarung tangan
steril
7. Lepas gaun perlahan, gulung ke depan dan menjauhi sumbu tubuh anda. Jaga area yang
terkontaminasi dibagian depan kemudian gulung ke dalam pada sisi bagian dalam gaun
anda.
8. Lepas gaun yang terkontaminasi di dalam ruangan pasien
9. Masukkan gaun yang terkontaminasi ke dalam keranjang laundry (jika reusable)
10. Ikuti petunjuk pembuatan gaun sesuai dengan tipe gaun yang akan digunakan (contoh:
gaun yang menutupi kepala)

Jangan lakukan:

1. Jangan pakai gaun yang sama pada pasien yang sama (tindakan beda waktu) atau bahkan
pada pasien yang berbeda
2. Jangan gulung lengan gaun anda
3. Jangan biarkan gaun yang terkontaminasi tergeletak di tempat sampah
4. Jangan gunakan gaun yang terkontaminasi diluar area perawatan pasien (area bersih,
nurse station, ruangan gizi, ruang tunggu)
5. Jangan gunakan non-steril gaun pada saat prosedur invasive atau operasi.
c. Masker

Masker ini biasa disebut masker disposable untuk melindungi pemakai dari droplet yang
mungkin infeksius. Dengan bentuk mengikuti wajah, masker ini juga dapat menghindari
penularan melalui percikan (darah, sekresi, ekskresi atau cairan tubuh yang lain).

Gambar 8: Masker tali

Gambar 9: Masker tali kuping


.
Lakukan:

1. Pastikan pakai masker untuk melindungi dari droplet infeksius ketika pasien batuk,
bersin, tertawa atau berbicara.
2. Pastikan masker tersebut tidak cacat pabrik (masker sobek, tali putus, tali karet telinga
putus)
3. Ikat satu tali di atas ubun-ubun kepala dan tali satunya mengikat di kepala bagian belakang
4. Lepas masker ketika anda sudah tidak berada di ruang klinik dan selesai melakukan
tindakan
5. Untuk masker dengan tali telinga, lepas masker dengan kepala dimiringkan ke depan.
Untuk masker dengan tali, lepas tali di belakang kepala, kemudian baru lepas tali di atas
kepala
6. Buang masker dengan menyentuh tali telinga ataupun tali kepala. Lakukan cuci tangan
sebelum dan setelah melepas masker.

Jangan lakukan:

1. Jangan gunakan untuk melindungi kasus-kasus seperti TB, campak atau cacar air.
2. Jangan gunakan jika basah atau rusak, gunakan yang baru
3. Jangan mengikat silang
4. Jangan biarkan masker terselip dibawah leher atau di atas ubun-ubun kepala setelah
digunakan.
5. Tidak boleh digunakan lagi, gunakan sekali pakai
6. Jangan sentuh bagian depan masker, bagian ini merupakan bagian terkontaminasi

Masker N95
Masker N95 disebut juga masker respirator. Masker ini mengikat dan melindungi hidung dan mulut
dengan baik sehingga partikel kecil seperti TB, campak dan cacar air bisa dapat terhindar. Dengan syarat,
disesuaikan dengan ukuran, menutupi sampai area hidung dan rahang mulut bagian bawah. Masker ini
melindungi dengan lebih baik daripada disposable masker yang dapat

menangkap partikel kecil berukuran 0.3 mikron. N95 teruji anti air sehingga aman digunakan di
setting peroperatif.

Lakukan:

1. Cek, pastikan masker N95 berfungsi dengan baik, tidak ada kerusakan seperti sobek
ataupun putus tali
2. Gunakan untuk melindungi partikel sangat kecil yang dapat terbang di udara (TB,
campak dan cacar air)
3. Ikuti petunjuk penggunaaan cara memasang dan melepas masker N95 termasuk
pemilihan ukuran masker
4. Pastikan seluruh mulut dan hidung tertutup sempurna. Pengecekan segel wajah dicek
setelah memasang masker
5. Pastikan besi dapat membentuk ukuran hidung anda agar menutup dengan pas dan benar.
Hal ini dapat membantu dengan cara menekan bagian bawah agar menutup semua area
mulut dan hidung dengan benar
6. Miringkan (tekuk) kepala ke depan dan lepaskan masker N95 dengan cara melepas tali
bagian bawah, diikuti tali bagian atas tanpa menyentuh bagian depan. Pastikan tali masih
melekat saat proses pelepasan masker N95
7. Buang N95 dengan memegang talinya. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan
masker N95 atau APD lainnya
8. Lepas N95 segera setelah meninggalkan ruang atau selesai melakukan
intervensi. Jangan lakukan:
1. Jangan gunakan jika masker basah atau rusak, cari N95 yang baru
2. Jangan digunakan berulang kali, buang setelah digunakan
3. Jangan biarkan pasien atau pengunjung memakai N95 kecuali mereka sudah
direkomendasikan untuk memakainya
4. Jangan gunakan jika ada kebocoran di tepi respirator
5. Jangan sentuh bagian depan N95, karena merupakan area terkontaminasi. Jangan menarik
dan menjepret tali respirator karena dapat menyebarkan mikroorganisme
6. Jangan pinjamkan N95 anda kepada orang lain
7. Jangan biarkan N95 anda menggantung di leher anda.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Universal Precautions merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka
perlindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi silang (cross infections)
antara petugas pasien akibat adanya kontak langsung deng an pasien atau cairan
tub uh pas ien yang terinleksi penyakit menular (seperti HIV/AIDS dan hepatitis).

B.Saran
Universal precautions merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus
diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu untuk
mengurangi resiko infeksi yang ditularkan melalui darah.
DAFTAR PUSTAKA

Haris.fahni.2019.modul pelatihan basic certified wound care nurse:universal


precaution.
Hidayad,andryansya2005,pelaksanaan universal precautions oleh perawat dan pekarya
kesehata.,surabaya
Jurnaluniversal precaution

11
BAB II

TINJAUAN

PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Universal Precautions
a. Pengertian
World Health Organisation (WHO) dalam Nasronudin (2007),
universal precautions merupakan suatu pedoman yang ditetapkan oleh
the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Atlanta dan the
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk
mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui
darah di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
Kurniawati dan Nursalam (2009) universal precautions
merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan
untuk mengendalikan dan mengurangi resiko penyebaran infeksi yang
ditujukan pada semua pasien pada saat melakukan setiap tindakan, dan
dilakukan disemua tempat pelayanan kesehatan tanpa memandang
status infeksi pasien.
Universal precautions merupakan tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang ditujukan pada semua pasien, saat melakukan
setiap tindakan oleh seluruh tenaga kesehatan yang terlibat di semua
fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Tujuan Universal Precautions
Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa universal
precautions perlu diterapkan dengan tujuan :

1
1
12

1) Mengendalikan infeksi secara konsisten


Universal precautions merupakan upaya pengendalian infeksi
yang harus diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua
pasien, setiap waktu untuk mengurangi resiko infeksi yang ditularkan
melalui darah.
2) Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis
atau tidak terlihat seperti beresiko.
Prinsip universal precautions diharapkan akan mendapat
perlindungan maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah
maupun cairan tubuh yang lain baik infeksi yang telah didiagnosis
maupun yang belum diketahui.
3) Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien
Universal precautions tersebut bertujuan tidak hanya
melindungi petugas dari resiko terpajan oleh infeksi HIV, HBV, HCV
namun juga melindungi klien yang mempunyai kecenderungan rentan
terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas.
4) Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya
Universal precautions ini juga sangat diperlukan untuk
mencegah infeksi lain yang bersifat nosokomial terutama untuk infeksi
yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
c. Indikasi Universal Precautions
Universal precautions diterapkan secara rutin oleh semua tenaga
kesehatan dalam merawat seluruh pasien di rumah sakit dan di fasilitas
kesehatan lainnya, baik pasien sudah terdiagnosa infeksi, diduga terinfeksi
atau kolonisasi (Rekam Medik Instalasi Keamanan dan Keselamatan Kerja
RSUP dr. Sardjito, 2011). Universal precautions juga diterapkan ketika
petugas kesehatan kontak dengan cairan infeksius seperti darah, cairan
sekresi dan ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, selaput lendir,
Thank you for using www.freepdfconvert.com service!

Only two pages are converted. Please Sign Up to convert all pages.

https://www.freepdfconvert.com/membership
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/343863430

Modul pelatihan basic certified wound care nurse: universal precaution

Chapter · January 2019

CITATIONS
READS
0
17

1 author:

Fahni Haris
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
12 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

SEE P
ROFIL
E

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

WoundCare View project


All content following this page was uploaded by Fahni Haris on 25 August 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAB X
STANDARD UNIVERSAL PRECAUTION

Data dari WHO bahwa 1 dari 4 pasien mengalami kejadian tidak diinginkan saat perawatan.
Sebanyak 134 juta pasien mendapatkan adverse events dengan angka kematian 2.6 juta pasien
setiap tahun. Kejadian medication error mengakibatkan kerugian material kurang lebih 42 miliar
dolas AS setiap tahun. (WHO, 2019). Masalah patient safety dititikberatkan salah satunya terkait
dengan standard universal precaution (WDoHS, 2018).
Hasil penelitian oleh Powers, D.; Armellino, D.; Dolansky, M. & Fitzpatrick, J. di Northwell,
New York pada tahun 2016, didapatkan hasil hanya 1 dari 5 perawat (total responden 116
perawat) yang melakukan universal precaution secara lengkap dalam pencegahan infeksi. Bisa
diartikan juga hanya ada 23 perawat dari seluruh responden yang patuh menerapkan APD (Alat
Pelindung Diri) untuk pencegahan infeksi secara lengkap. Sebagian besar faktor kepatuhan
penggunaan APD dikarenakan faktor prilaku dari perawat sendiri. Dari 116 responden,
dilaporkan sekitar 92% perawat patuh menggunakan sarung tangan, sekitar 70% menggunakan
masker. Sebanyak 63% responden mengaku melakukan cuci tangan (hand wash) setelah melepas
sarung tangan, dan 82% mengaku melakukan cuci tangan (hand wash) setelah melakukan asuhan
keperawatan.
Peneliti melakukan pengamatan terkait universal precaution & patient safety (Powers et al., 2016):
10. Bagaimana perawat melakukan asuhan keperawatan terhadap semua pasien termasuk
yang berpotensi menular
11. Perawat melakukan cuci tangan (hand wash) setelah melepas sarung tangan
12. Perawat tidak mengambil/ membawa benda dengan tangan terbuka
13. Perawat tidak menggunakan jarum berulang
14. Perawat tidak memindahkan jarum suntik dari spuit yang sudah digunakan
15. Perawat menggunakan masker ketika merawat
16. Pasien melakukan cuci tangan (hand wash) setelah melakukan tindakan keperawatan
17. Perawat membuang material yang tajam kedalam tempat yang sudah disediakan
18. Perawat menggunakan sarung tangan disetiap tindakan keperawatan.
Evaluasi kejadian terkait patient safety berhubungan dengan darah ataupun cairan harus
dilakukan jika: ada tusukan jarum, lanset atau benda tajam lainnya yang mengenai kulit atau
jaringan didalamnya; terkena semprotan atau cipratan cairan di atas yang masuk ke jaringan
mukosa (mata, mulut atau hidung); transmisi pada luka terbuka, adanya aliran pada lesi atau area
lain yang signifikan adanya kerusakan struktur kulit (WDoHS, 2018).
Selain produk darah, ada beberapa cairan berpotensi infeksius dengan pasien HIV atau Hepatitis
(B dan C). Cairan yang berpotensi infeksius diantaranya yaitu (WDoHS, 2018):
18. Semua cairan tubuh
19. Cairan ketuban
20. Cairan tubuh yang terkontaminasi darah
21. Jaringan tubuh atau organ (hidup atau mati)
22. Darah
23. Organ atau cairan hewan ekperimen yang diinfeksi dengan darah pathogen
24. Pathogen pada kultur sela
25. Jaringan atau organ
26. Cairan serebrospinal
27. Pathogen media kultur
28. Cairan pericardium
29. Cairan pleura
30. Cairan peritonium
31. Saliva (dental procedural)
32. Semen
33. Cairan sinovial
34. Sekresi vagina.
Infeksi dapat menyebar melalui berbagai cara melalui mikroorganisme baik diluar maupun
didapam tubuh kita. Mikroorganisme dapat menyebar melalui udara, tanah, air udara. Beberapa
diantaranya dapat menguntungkan dan sebagian diantaranya merugikan. Banyak mikroorganisme
di tubuh kita hidup tanpa merugikan kesehatan dan beberapa juga membantu manusia tetap
sehat. Bagaimana infeksi dapat menyebar? Mereka (mikroorganisme) dapat masuk ke dalam
tubuh dan melakukan replikasi. Dari replikasi mikroorganisme, sekumpulan (koloni)
mikroorganisme menyebabkan kritikal mikroorganisme yang pada akhirnya menyebabkan reaksi
dengan tubuh (infeksi) (CDC, 2017).
Standard precaution adalah perlengkapan minimum yang harus selalu dipakai oleh tenaga
kesehatan dalam pencegahan infeksi. Hal ini untuk melindungi tenaga kesehatan dan mencegah
tenaga kesehatan menyebarkan infeksi dari pasien (APIC, 2019). Standard precaution termasuk
hand hygiene; penggunaan APD (sarung tangan, gaun, google dan masker); melakukan injeksi
secara aman; penanganan keamanan dari peralatan atau area permukaan pasien yang berpotensi
terkontaminasi; dan respiratory hygiene (contoh etika batuk).
Setiap orang, termasuk pasien dan tenaga kesehatan professional mempunyai peran penting
dalam memastikan terlaksananya keselamatan medikasi. Berbekal dari third WHO Global Patient
Safety Challenge: Medication Without Harm (Medikasi tanpa merugikan), maka kampanye ini
ditujukan kepada masyarakat luas pada umumnya dan pada tenaga kesehatan professional pada
khususnya untuk tetap melaksanakan keselamatan pasien dengan cara: Tahu, Cek dan Tanya.
Tahu tentang fungsi obat yang diberikan oleh anda, cek waktu dan dosis pemberian, tanyakan
kepada petugas kesehatan (WHO, 2019).
Gambar 1: Tahu, cek dan Tanya (WHO, 2019)
Berikut adalah hal yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam kampanye keamanan pasien
dan standard universal precaution (elemen kunci yang harus ada) (WHO, 2006):
11. Hand Hygiene (cuci tangan)
Mencuci tangan bisa dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien secara
langsung atau tidak, baik menggunakan ataupun tanpa sarung tangan. Cuci tanganlah
sesegera mungkin, seketika setelah melepas sarung tangan. Cuci tangan juga harus
dilakukan sebelum menyentuh peralatan medis dalam melakukan tindakan invasive.
Cuci tangan juga harus dilakukan setelah terkena darah, cairan tubuh, sekresi tubuh,
ekskresi, kulit terbuka (luka), peralatan yang terkontaminasi, meskipun masih
menggunakan sarung tangan. Ketika melakukan perawatan kepada pasien, dari yang
terkontaminasi menuju area tubuh yang bersih. Ketika melakukan kontak dengan benda
disekitar pasien.
Cuci tangan bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu: hand washing (40 – 60 detik) dan hand
rubbing (20 – 30 detik). Tata cara hand washing yaitu dengan membasahi tangan dengan
sabun, usap sampai berbusa seluruh permukaan tangan dan sela-sela jari serta ibu jari,
kemudian bilas serta keringkan dengan handuk sekali pakai. Gunakan handuk tersebut
untuk mematikan keran.
Tata cara hand rubbing hampir sama dengan hand washing, hanya saja tidak
menggunakan sabun sebagai media untuk anti infeksi nya akan tetapi menggunakan
disinfektan seperti alcohol yang diusapkan ke seluruh permukaan tangan dan biarkan
hingga tangan mengering dengan sendiri.
12. Gloves (sarung tangan)
Sarung tangan digunakan ketika tenaga kesehatan berinteraksi, menyentuh produk darah,
cairan tubuh, sektresi, ekskresi, membrane mukosa dan kulit terbuka (luka). Penggantian
sarung tangan sebaiknya dilakukan setiap melakukan tindakan yang berkaitan dengan
prosedur-prosedur tersebut walaupun masih berinteraksi dengan pasien yang sama (1
pasien). Setelah menggunakan, lepas sebelum anda menyentuh barang-barang atau area
yang tidak terkontaminasi dan sebelum anda melakukan tindakan keperawatan kepada
pasien yang lain. Lakukan hand hygiene segera setelah melepas sarung tangan.
13. Pelindung wajah (mata, hidung dan mulut)
Gunakan masker operasi atau pelindung matan (pelindung wajah, google) untuk
melindungi membrane mukosa mata, hidung dan mulut ketika melakukan tindakan yang
berpotensi terkena semprotan atau tetesan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi tubuh
pasien.
14. Gown (gaun)
Gaun dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian agar tidak terkontaminasi saat
melakukan tindakan keperawatan yang beresiko menghasilkan cipratan atau semprotan
produk darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi tubuh pasien. Lepas gaun yang kotor
segera setelah tindakan selesai agar tidak mengkontaminasi area yang bersih dan lakukan
hand hygiene.
15. Pencegahan cidera tusukan jarum
Cegah tusukan benda tajam ketika menggunakan peralatan tajam seperti jarum, pisau
bedan atau instumen tajam lainnya. Hati-hati jika membersihkan instrument kotor, serta
perhatikan kejadian tusukan jarum jika membuang atau memusnahkan jarum bekas pakai.
16. Respiratory hygiene & cough etiquette (masker & etika batuk)
Pasien (gejala sakit pernafasan):
Lindungi hidung dan mulut ketika batuk atau bersin dengan tisu atau masker. Segera
buang tisu atau masker tersebut ketika kontak sekret paru dan segera lakukan hand
hygiene setelahnya.
Petugas kesehatan:
Beri jarak pasien kurang lebih satu meter dari orang lain di ruang tunggu. Pasang banner
(patient education) di dekat pintu masuk fasilitas layanan kesehatan untuk mempraktekan
etika batuk.
Sediakan wastafel didekat layanan kesehatan publik untuk melakukan hand hygiene,
sediakan juga tisu atau masker gratis untuk bisa digunakan pasien yang mengalami
masalah pernapasan.
17. Kebersihan lingkungan
Dengan prosedur kebersihan lingkungan, dilakukan secara berkala dengan disinfektan
dan ultraviolet (di bangsal) pada aera yang sering dikunjungi pasien berpotensi
menyebarkan infeksi
18. Linen
Penanganan linen, transport linen bersih dan kotor jangan sampai terjadi kontaminasi.
Cegah kontaminasi kulit dan membrane mukosa dari linen kotor. Cegah linen kotor
mengkontaminasi pasien lain maupun lingkungan sekitar pasien. Segara cuci tangan
setelah bersinggungan dengan lingkungan.
19. Manajemen sampah
Pastikan penanganan sampah secara aman. Dengan regulasi dari pemerintahan setempat,
pastikan limbah sampah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi
tubuh dikelola dengan aman. Jaringan tubuh, sampah laboratorium harus segera
dimusnahkan sebagai limbah rumah sakit. Buang alat-alat sekali pakai.
20. Perlengkapan perawatan pasien
Tangani peralatan yang tercemar dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi yang dapat
mencegah kontak kulit dan membran mukosa, kontaminasi pakaian, atau penularan
pathogen dari pasien lain ataupun lingkungan. Lakukan pembersihan, disinfektan dan
proses re-sterilisasi peralatan yang dapat digunakan kembali sebelum digunakan ke
pasien lain.

Dari beberapa hal yang berkaitan dengan standard universal precaution, terdapat kekhususan
dalam penggunaannya di setiap item perlengkapan. Kita sebagai petugas kesehatan harus
mengetahui apa yang sedang dipakai.

Sarung tangan
Sarung tangan, sesuai dengan fungsi nya melindungi tangan dari kontaminan terdiri dari
beberapa jenis, diataranya:
G. Sarung tangan steril

Gambar 2: sarung tangan steril (APIC, 2016)

Sarung tangan ini dipakai pada tindakan-tindakan steril, tidak terbatas pada saat proses
melahirkan, prosedur radiologi secara invasive, penggantian balutan pada peralatan
vascular sentral, dan saat melakukan tindakan pada port the entry implant vena sentral.
H. Sarung tangan non steril

Gambar 3: sarung tangan non-steril (APIC, 2016)

Sarung tangan non steril yang dipakai berbahan dasar latex, nitrile ataupun medical vinyl.
Sering dipakai pada situasi yang memungkinkan petugas kesehatan terjadi kontak
langsung dengan materi infeksius dan bukan tindakan invasive (contoh: darah, cairan
tubuh, mikroorganisme)
I. Sarung tangan non medis

Gambar 4: sarung tangan non-medical (APIC, 2016)

Biasanya sarung tangan ini dipakai untuk memasak pada ahli gizi di dapur atau petugas
kebun.
J. Sarung tangan peralatan

Gambar 5: sarung tangan perlengkapan


Digunakan oleh petugas kebersihan atau petugas dekontaminasi pada alat yang
terkontaminasi bahan kimia keras.
Untuk lebih memahami penggunaan sarung tangan berikut yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan saat menggunakan sarung tangan.
Lakukan:
9. Pakai sarung tangan untuk mengurangi resiko kontaminasi atau terpapar bahan seperti
darah, cairan tubuh, material berbahaya dan penularan infeksi.
10. Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan pada tindakan steril (contoh: pemasangan
kateter)
11. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
12. Seantiasa cuci tangan dan ganti sarung tangan di setiap tindakan (contoh setelah ganti
linen penuh cairan)
13. Pastikan sarung tangan yang anda pakai cocok dengan ukuran tangan anda, sebelum
melakukan tindakan keperawatan
14. Pastikan tipe sarung tangan yang tersedia cocok untuk anda, tidak menyebabkan alergi
atau sensitive pada kulit.
15. Gunakan sarung tangan khusus di ruangan Hemodialisis disetiap kontak dengan pasien
ataupun peralatan pasien
16. Ikuti aturan terkait SOP penggunaan sarung tangan dan harus diingat untuk konsul
kepada pihak kesehatan terkait (PPI, CDC, WHO)
Jangan lakukan:
9. Jangan mencuci atau menggunakan sarung tangan berulang kecuali jenis sarung tangan
peralatan (setelah dibersihkan secara memadai)
10. Jangan mengganti penggunaan sarung tangan hanya untuk alasan kebersihan tangan
11. Jangan menggunakan lotion tangan yang tidak direkomendasikan
12. Jangan menggunakan sarung tangan yang rusak
13. Jangan menyentuh muka saat menggunakan sarung tangan
14. Jangan menggunakan satu sarung tangan untuk banyak pasien
15. Jangan memakai sarung tangan di luar atau tempat luas terbuka, kecuali anda sudah
diijinkan oleh pihak berwajib terkait di rumah sakit
16. Jangan lupa untuk mengganti dan membuang sarung tangan secara aman

Gaun
Gaun, salah satu perlengkapan APD digunakan untuk melindungi tenaga kesehatan dari cipratan
darah atau cairan tubuh. Melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme yang berada di
lingkungan luar, pada peralatan ataupun yang menginfeksi dan berkoloni di jaringan manusia.
Digunakan juga oleh pasien saat prosedur invasive (operasi).
Klasifikasi gaun:
Gaun isolasi

Gambar 6: Gaun isolasi


Gaun isolasi adalah gaun non steril yang digunakan untuk menjaga pakaian tenaga kesehatan
tetap bersih (tidak terkontaminasi). Gaun ini memiliki kemampuan kedap air, sehingga
memungkinkan tidak akan menyerap produk darah dan cairan tubuh sehingga baju tetap bersih
dalam waktu yang relative singkat. Digunakan pada saat perawatan luka, bisa disposable (sekali
pakai) maupun non- disposable.

Gaun tindakan

Gambar 7: Gaun tindakan


Gaun ini tidak steril (reusable, dapat disterilkan), biasanya digunakan sekali pakai karena
kemampuan kedap cairannya (tergantung jumlah cairan yang menempel di gaun). Contoh: saat
endoskopi, proses persalinan.
Lakukan:
1. Cuci tangan sebelum memakai gaun dan alat APD lainnya (sarung tangan, masker)
2. Cuci tangan setelah memakai gaun dan alat APD lainnya (sarung tangan, masker)
3. Pakai gaun jika kemungkinan akan terpapar dengan darah atau cairan tubuh lainnya saat
melakukan tindakan
4. Gunakan gaun yang menutupi dari area leher sampai dengan pinggang sesuai dengan
yang direkomendasikan
5. Pastikan gaun aman dan nyaman menutupi pakaian anda dari depan sampai belakang
6. Pastikan gaun terpasang aman menutupi pergelangan tangan yang dapat ditutup oleh
sarung tangan steril
7. Lepas gaun perlahan, gulung ke depan dan menjauhi sumbu tubuh anda. Jaga area yang
terkontaminasi dibagian depan kemudian gulung ke dalam pada sisi bagian dalam gaun
anda.
8. Lepas gaun yang terkontaminasi di dalam ruangan pasien
9. Masukkan gaun yang terkontaminasi ke dalam keranjang laundry (jika reusable)
10. Ikuti petunjuk pembuatan gaun sesuai dengan tipe gaun yang akan digunakan (contoh:
gaun yang menutupi kepala)
Jangan lakukan:
6. Jangan pakai gaun yang sama pada pasien yang sama (tindakan beda waktu) atau bahkan
pada pasien yang berbeda
7. Jangan gulung lengan gaun anda
8. Jangan biarkan gaun yang terkontaminasi tergeletak di tempat sampah
9. Jangan gunakan gaun yang terkontaminasi diluar area perawatan pasien (area bersih,
nurse station, ruangan gizi, ruang tunggu)
10. Jangan gunakan non-steril gaun pada saat prosedur invasive atau operasi.

Masker
Masker ini biasa disebut masker disposable untuk melindungi pemakai dari droplet yang
mungkin infeksius. Dengan bentuk mengikuti wajah, masker ini juga dapat menghindari
penularan melalui percikan (darah, sekresi, ekskresi atau cairan tubuh yang lain).

Gambar 8: Masker tali

Gambar 9: Masker tali kuping


Lakukan:
7. Pastikan pakai masker untuk melindungi dari droplet infeksius ketika pasien batuk,
bersin, tertawa atau berbicara.
8. Pastikan masker tersebut tidak cacat pabrik (masker sobek, tali putus, tali karet telinga
putus)
9. Ikat satu tali di atas ubun-ubun kepala dan tali satunya mengikat di kepala bagian belakang
10. Lepas masker ketika anda sudah tidak berada di ruang klinik dan selesai melakukan
tindakan
11. Untuk masker dengan tali telinga, lepas masker dengan kepala dimiringkan ke depan.
Untuk masker dengan tali, lepas tali di belakang kepala, kemudian baru lepas tali di atas
kepala
12. Buang masker dengan menyentuh tali telinga ataupun tali kepala. Lakukan cuci tangan
sebelum dan setelah melepas masker.
Jangan lakukan:
7. Jangan gunakan untuk melindungi kasus-kasus seperti TB, campak atau cacar air.
8. Jangan gunakan jika basah atau rusak, gunakan yang baru
9. Jangan mengikat silang
10. Jangan biarkan masker terselip dibawah leher atau di atas ubun-ubun kepala setelah
digunakan.
11. Tidak boleh digunakan lagi, gunakan sekali pakai
12. Jangan sentuh bagian depan masker, bagian ini merupakan bagian terkontaminasi

Masker N95

Gambar 10: Masker N95


Masker N95 disebut juga masker respirator. Masker ini mengikat dan melindungi hidung dan
mulut dengan baik sehingga partikel kecil seperti TB, campak dan cacar air bisa dapat terhindar.
Dengan syarat, disesuaikan dengan ukuran, menutupi sampai area hidung dan rahang mulut
bagian bawah. Masker ini melindungi dengan lebih baik daripada disposable masker yang
dapat
menangkap partikel kecil berukuran 0.3 mikron. N95 teruji anti air sehingga aman digunakan di
setting peroperatif.
Lakukan:
9. Cek, pastikan masker N95 berfungsi dengan baik, tidak ada kerusakan seperti sobek
ataupun putus tali
10. Gunakan untuk melindungi partikel sangat kecil yang dapat terbang di udara (TB,
campak dan cacar air)
11. Ikuti petunjuk penggunaaan cara memasang dan melepas masker N95 termasuk
pemilihan ukuran masker
12. Pastikan seluruh mulut dan hidung tertutup sempurna. Pengecekan segel wajah dicek
setelah memasang masker
13. Pastikan besi dapat membentuk ukuran hidung anda agar menutup dengan pas dan benar.
Hal ini dapat membantu dengan cara menekan bagian bawah agar menutup semua area
mulut dan hidung dengan benar
14. Miringkan (tekuk) kepala ke depan dan lepaskan masker N95 dengan cara melepas tali
bagian bawah, diikuti tali bagian atas tanpa menyentuh bagian depan. Pastikan tali masih
melekat saat proses pelepasan masker N95
15. Buang N95 dengan memegang talinya. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan
masker N95 atau APD lainnya
16. Lepas N95 segera setelah meninggalkan ruang atau selesai melakukan
intervensi. Jangan lakukan:
8. Jangan gunakan jika masker basah atau rusak, cari N95 yang baru
9. Jangan digunakan berulang kali, buang setelah digunakan
10. Jangan biarkan pasien atau pengunjung memakai N95 kecuali mereka sudah
direkomendasikan untuk memakainya
11. Jangan gunakan jika ada kebocoran di tepi respirator
12. Jangan sentuh bagian depan N95, karena merupakan area terkontaminasi. Jangan menarik
dan menjepret tali respirator karena dapat menyebarkan mikroorganisme
13. Jangan pinjamkan N95 anda kepada orang lain
14. Jangan biarkan N95 anda menggantung di leher anda.
DAFTAR PUSTAKA
Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology (APIC). 2019.
Follow all Posted Precaution Signs. http://professionals.site.apic.org/protect-
your-patients/follow- the-rules-for-isolation-precautions/
Centers for Disease Control and Prevention. 2017. How Infections Spread. US
Department of Health & Human Services.
Atlanta.
https://www.cdc.gov/infectioncontrol/spread/index.html
Diakses: http://www.oecd.org/health/health-systems/The-Economics-of-
Patient-Safety-in- Primary-and-Ambulatory-Care-April2018.pdf
Gambar WHO https://www.who.int/patientsafety/medication-safety/hp-
poster_print.pdf?ua=1 Powers, D.; Armellino, D.; Dolansky, M. & Fitzpatrick,
J. 2016. Factors influencing nurse
compliance with Standard Precautions. American Journal of Infection Control. Vol
44.
Issue 1 (Januari 2016).
WHO. 2006. Epidemic and Pandemic Alert and Response: Health-care facility
recommendations for standard precautions. Availabl
at:
https://www.who.int/csr/resources/publications/4EPR_AM2.pdf
WHO. 2019. Before you take it. Available at:
https://www.who.int/patientsafety/medication- safety/PATIENTS-
POSTER.jpg?ua=1
WHO. 2019. Global campaign: Medication Without Harm. Avalable at:
https://www.who.int/patientsafety/medication-safety/campaign/en/
Wisconsin Department of Health Services. 2018. Infection control and prevention –
standard precaution. Healthcare-Associated Infection (HAI) Prevention
Program, Division of Public Health Bureau of Communicable
Diseases, Wisconsin.
https://www.dhs.wisconsin.gov/ic/precautions.htm
View publication stats

PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTIONS OLEH PERAWAT DAN


PEKARYA KESEHATAN
(Studi Kasus di Rumah Sakit lslam Malang Unisma)

Hidayad Heny Sholikhah dan Andryansyah Arifin“

ABSTRACT
Universal precautions is important for prevention of nosocamial infections among patients and healih care providers (especialI)/
hepatitis B/C and HIV/AIDS). The objective of this study was to deiarmine implementation of universal precautions. This was a case
siudy. Data were collected using interview and observations, at Rumah Sakil Islam Malang Unisma year 2005. There were !en
nurses and assistant nurses working at hospital ward interviewed.
tesu// of this study indicated that in general the universal precautions had been implemented but noi in accordance wiih
iha standard prosedure of universal precautions. Only 50%• of the respondent practiced correctly hands washing and none hand
gloves. All respondents did incorrect procedure for sierilizations of hand p/ones and medical equipments. All needles were not
daoon!aminated before disposal. Supposing facilities panicularly the standard operating prosedure for universal prosedura and pra
service trainin9 were not avai/db/a.
It was concluded that the implemantaiion of universal precautions were not match with the standard prosedure. So tha
potential risks of nasocomial in/ec/ions cannot be reduced, In the other hand increase risks of hepatitis B/C and HIV/AIDS
transmission among patient and health providers. The nurses and assistant nurses nevergotpre-service training for universal
precautions by hospital management.
Based on the results, it recomended to provide the standard prosadure of universal precautions and to train all health
provider (nurses and assistant nurses) who deliver service in hospital ward to be ab/e to imp/amen/ universal precautions correctly.
And il is necessary to conduct further study on implemeniaiion of universal precautions at health centers with inpatient ward
and others hospital.

key words: universal precaulians, practices, hospital

PENDAHULUAN yang dilakukan dalam rangka perlindungan,


Universal Precautions merupakan upay a pencegahan dan meminimalkan infeksi silang
(cross infections) antara petugas pasien mempunyai kecenderungan rentan terhadap
akibat adanya kontak langsung deng an segala macam infeksi yang mungkin terbawa
pasien atau cairan tub uh pas ien yang oleh petugas. Menurut data dinkes provinsi
terinleksi penyakit menular (seperti Jawa Timur (2004), Jawa T imur merupakan
HIV/AIDS dan hepatitis). Prinsip uru tan nomor empat terbanyak dalam kasus
kewaspadaan universal ada lah bahwa darah HIV/AIDS di Indonesia. Dalam data terakhir
dan semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit disebutkan bahwa dalam kurun waktu 2 tah un
yang tida k uluh dan selaput lendir penderita (Juni 2002 sampai Agustus 2004) terjadi
dianggap sebagai sumber potensial untuk peningkatan kasus HIV dan AIDS sekitar 2 kali
penularan infeksi termasuk HIV (Depkes dan lipat lebih besar. Hal ini perlu diwaspadai
Kesos Ri, 2001). Sehingga diharap kan set terutama bagi petugas kesehatan tempat pemberi
iap pe tugas pe layanan keseh a tan mampu pe!ayanan kesehatan. Menurut WHO, untuk
menerapkan prinsip universal precautions. setiap kasus HIV positif yang terdeteksi
Penetapan kewaspadaan u/›iversal ini dianggap ada 100 orang yang sudah terinfeksi
benujuan tidak hanya melindung i petugas HIV tetapi belum terdeteksi (fenomena gunung
dafi resiko lerpajan oleh inTeksi namun juga es). Dengan kata lain kasus-kasus HIV positif
melindungi klien yang dan AIDS yang diketahui hanyalah sebagian
sangat kecil dari kasus-kasus HIV positiv dan
AIDS yang
sesungguhnya ada di masyarakat.

” Pu5at Penelitian uan Pengembangan Pela yanon dan Teknologi K esehatan - Surabaya

29
Walaupun bukti insiden kasus penyakit ses uai standar yang ber laku, baik melalui
menular seperti HIV/AIDS ataupun Hepatitis peningkatan kualitas SDM ma upun
B/C pada petugas kesehatan bslum banyak peningkatan sarana-prasarana termasuk
ditemukan, namun adanya peningkatan p pembakuan slandart operasional prosadure
revalensi tersebut memung kinkan timb tentang universal precautions di R umah Sakit.
ulnya peningkatan pen ularan pada petug as Den gan adanya penerapan universal
kesehatan medis maupun perawat yang precautions yang berkualitas, diharapkan
merawat pasien. WHO (2000) men yebutk an peningkatan prevalensi penyakit menular seperti
bahwa kemungkinan ris iko infeks i HIV dari HIV maupun Hepatitis B/C dapat ditekan.
pasien saat pelaksanaan pelayanan kesehatan Adapun pertanyaan peneliiian yang akan dijawab adalah
bagaimana pelaksanaan Universal Precautions oleh perawat di
adalah rendah yaitu sekitar 0,3%, dan
Rumah Sakit Islam Malang Unisma. Tujuan umum penelitian
kebanyakan berhubungan dengan kecelakaan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Universal Precautions
jarum suntik dar i pasien yang terinfeksi HIV oleh perawat di Rumah Sakit Islam Malang Unisma dan tujuan
yang belum melalui proses desinfeksi atau khusus adalah: mengetahui pelaksanaan upaya Universal
Precaulions oleh petugas kesehatan melipuli tindakan
sudah didesinfeksi namun tidak adekuat, atau
juga melalui proses tfansfusi darah. 30
Berdasarkan hasil penelitian jaringan
epidemiologi nasional tah un 1992 sert a
penelitian Agus W Budi tah un 1995,
pengetahuan, sikap, persepsi dan perilaku
petugas kesehatan dalam rangka pener apan
universal precautions terutama yang
berhubungan dengan potensi penyebaran
HIV/AIDS berada dalam tingkat yang
memprihatinkan. Sehingga peran dari
kelalaian petugas kesehatan yang kurang atau
bahkan tidak mematuhi protokol Universal
Precautions adalah cukup besar. Sehingga
pot ensi peningkatan penyebaran penyakit
menular terutama HIV/AIDS dan hepatitis
semakín besar.
Berdasarkan data rekam medik RSI
Malang Unisma, dalam 2 tahun terakhir
terdapat sekitar E4 orang penderita yang
terdeteksi positiu HIV. Dengan penelitian ini
diharapkan data yang diparoleh dapat
dimanfaatkan sebagai data primer dalam
menangani permasalahan yang ada
sehubungan dengan pelaksanaan universal
precautions di Rumah Sakit Islam Malang
mencuci tangan, pemakaian nandscoen. 3. Upaya sterilisasi dan desinteksi alat kesehatan, meLputi
a lat kesehatan logam/tajam (pinset, gunting, jarum
sterilisasi alat kesehatan logam/tajam,
spuit, spatel lidah logam, dll). alat kesehatan bukan
sterilisasí handscoen, desinfeksi banan kain, logam (seperti kain, handscoan)
desinteksi lantai/mena periksa dan 4. Upaya pengelolaan limbah medis,
pengelolaan limbah medis, sert a Waktu Penelitian pada bulan April 2005
mengetahui ketersediaan fasilitas penunjang (5 hàri), dilakukan wawanca ra dan
Universal Precauiions. Diharapkan, data observasi. Teknik analisa data dengan
yang diperoleh dapat sebagai masukan menggunakan teknik analisa deskriptif
dalam upaya menegakkan “disiplin yaitu persentase (%) dan disajikan dalam
universal precautions” di tempat pelayanan benIuk tabeI distribusi frekuensi yang
kesehatan dijadikan acuan guna penelitian diinterpretasíkan sec ara
selanjutnya. naratif/deskriptif.

METODOLOGI PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Metode penelitian merupakan studi H as il penelitian menunj ukkan pelak
kasus dengan design studi deskriptil sanaan
universal precautions anlara lain.
ekploratif. Populasi terdiri dari perawat
dan pekarya kesehatan. Sampel sebanyak Pelaksaan Tindakan Mencuci Tangan
10 orang terdiri dar i 8 orang perawat dan Hasil wawancara, 90% responden
2 orang pekarya keseh alan, yang berasal menyatakan bahwa mereka selalu mencuci
dar i ruang perawatan dewasa dan anak- tangan untuk setiap tindakan, sisanya 10%
anak yang dipilih secara acak sederhana petugas tidak selalu mencuci tangan, karena
di Rumah Sakit Islam Universitas Islam lupa. Waktu mencuci tangan dilakukan oleh
Malang. 80% p erawat dan pekar ya sesudah kon tak
den gan pas ier atau dara h /c airan t ubuh
Variabel Penelitian Meliputi pasıen , sedangkan 20% perawat mencuci
1. Upaya mencuci tangan,
2. Upaya pemakaian alat proteksi diri: sarung tangan,
tangan sebelum t indak an. N amun hasil o
bse rva s i pada sa at
Thank you for using www.freepdfconvert.com
service!

Only two pages are converted. Please Sign Up to convert all pages.

https://www.freepdfconvert.com/membership

Anda mungkin juga menyukai