UNIVERSAL PRECAUTION
(Kewaspadaan Universal)
Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Segalah puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-NYA sehingga saya bisa menyelesaikan Makalah ini, dengan judul “ Universal
Precaution “ , akan tetapi penulis sadari meskipun banyak masukan, arahan, bimbingan yang
penyusunan Makalah ini, penulis merasakan bahwa Makalah ini masih jauhdari kesempurnaan
dan banyak kekurangan. Hal ini merupakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis,
Dengan kerendahaan hati penulis mengharapkan adanya masukan, kritik serta saran yang
Dalam kesempatan yang baik ini dan dengan kerendahaan hati serta penuh rasa hormat
yang tinggi penulis menghanturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat:
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAAN
A. Kesimpulan………………………………………………..…………………12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…..13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman) sehingga
menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai suatu reaksi tubuh menolak antigen
(kuman) agar dapat melumpuhkan atau mematikan kuman tersebut. Dalam Kamus Besar
penyakit.
penyakit infeksi penting dilaksanakan, mengingat dewasa ini di Indonesia telah memasuki
epidemi HIV/AIDS gelombang kelima yang ditandai dengan munculnya kasus HIV/AIDS
pada ibu rumah tangga/para isteri, bahkan Ibu dengan janin yang sedang dikandungnya.
Data sampai 2001 tercatat 2000 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia dan
sepertiga diantaranya adalah wanita. Ternyata kasus infeksi HIV bertambah lebih cepat
diantara wanita dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan menyusul jumlah infeksi pada
laki-laki. Kasus HIV (+) tidak menampilkan gejala dan tanda klinik yang spesifik, tetapi
dapat menularkan penyakit sebagaimana kasus Hepatitis B(+). Sementara itu dalam
melakukan pengelolaan kasus HIV/AIDS, petugas mesehatan dapat terinfeksi bila terjadi
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas,
ataupun diluar masa itu, petugas kesehatan selalu memiliki risiko terinfeksi oleh
mikroorganisme melalui darah/cairan tubuh. Maka setiap petugas pelaksana pelayanan
untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah/cairan tubuh di
lingkungan rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya. Konsep yang dianut adalah bahwa
semua darah/cairan tubuh harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV,
Hepatitis B dan berbagai penyakit lain yang ditularkan melalui darah/cairan tubuh.
B. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu menjaga diri dari penyebaran infeksi dan mampu mencegah infeksi.
BAB II
PEMBAHASAN
Menggunakan sarung tangan bila mungkin ada hubungan dengan cairan tubuh.
cairan tubuh.
Buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman (yang sekali pakai, tidak boleh
dipakai ulang).
Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur.
keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit, baik
yang berasal dari pasien maupun petugas kesehatan. Prosedur Kewaspadaan Universal ini
dari kemungkinan terkena infeksi penyakit yang ditularkan melalui darah/cairan tubuh,
Kurang dana untuk menyediakan pasokan yang dibutuhkan, misalnya sarung tangan
dan masker
Namun kebijakan ini kurang berhasil serta menimbulkan banyak masalah lain.
Perhatian pada masalah ini menjadi semakin tinggi dengan munculnya HIV pada 1985,
Sesuai dengan kebijakan ini yang dikembangkan pada 1970, semua pasien yang
diketahui terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib diisolasi. Kebijakan ini menentukan
tujuh kategori isolasi berdasarkan sifat infeksinya (daya menular, ganas, dll.). Kewaspadaan
khusus (sarung tangan dsb.) dengan tingkat yang ditentukan oleh kategori hanya dipakai
tantangan:
Peningkatan dalam jenis dan jumlah infeksi menular, sehingga semakin banyak tes harus
Biaya sangat tinggi, bila semua orang dites untuk setiap infeksi
Stigma dan diskriminasi meningkat bila hanya pasien yang dianggap berisiko tinggi dites
Hasil tes dapat negatif palsu (hasil negatif walau terinfeksi), terutama dalam masa
Sebaliknya hasil tes positif palsu (hasil positif walau tidak terinfeksi), dengan akibat
Sejak AIDS diketahui, kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal (KU)
dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap darah dan cairan tertentu lain dapat
mengandung infeksi, tidak memandang status sumbernya. Lagipula, semua alat medis harus
dianggap sebagai sumber penularan, dan penularan dapat terjadi pada setiap layanan
kesehatan, termasuk layanan kesehatan gigi dan persalinan, pada setiap tingkat (klinik dan
melindungi terhadap penularan HIV tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain
yang dapat parah dan sebetulnya lebih mudah menular, misalnya virus Hepatitis B dan C.
Petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam
Kita biasanya menganggap cairan yang dapat menular HIV sebagai darah, cairan
kelamin dan ASI saja. Namun ada cairan lain yang dapat mengandung kuman lain, dan dalam
sarana kesehatan, lebih banyak cairan tubuh biasanya tersentuh. Contohnya, walaupun tinja
tidak mengandung HIV, cairan berikut mengandung banyak kuman lain nanah, cairan
A. KESIMPULAN
Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh
tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip
bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan.
Perawat sebagai petugas kesehatan yang memberikan pelayanan keperawatan dan
melakukan prosedur keperawatan baik yang invansive maupun non invansive untuk
memenuhi kebutuhan passion akan kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh pasien.
Hal ini sangat berisiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya dan
menjadi tempat dimana agen infeksius dapat berkembang biak yang kemudian menularkan
infeksi dari satu pasien ke pasien lain. Oleh karena itu, tindakan Kewaspadaan Univeersal
sangat penting dilakukan.
Jadi kita harus mengerti dasar pemikiran kewaspadaan universal dan terus menerus
mengadvokasikan untuk penerapannya. Kita harus mengajukan keluhan jika kewaspadaan
universal diterapkan secara pilih-pilih (‘kewaspadaan Odha’) dalam sarana medis. Kita harus
protes dan menolak bila ada tes HIV wajib sebelum kita diterima di rumah sakit. Kita
mungkin juga harus beradvokasi pada pemerintah daerah melalui KPAD dan pada DPRD
agar disediakan dana yang cukup untuk menerapkan kewaspadaan universal dalam sarana
medis pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
http://kbbi.web.id/infeksi
http://kamuskesehatan.com/arti/infeksi/
http://deaulfiah.wordpress.com/2013/10/15/pencegahan-infeksi/
http://www.diskes.baliprov.go.id/id/PENGENDALIAN-PENYAKIT-INFEKSI---PPI--PADA-
PELAYANAN-OBSTETRI-NEONATAL-EMERGENSI-DASAR--PONED-