Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT HEPATITIS

Dosen Pengampu :

Ns. Rutmauli Hutagol, M. Kep.

Disusun oleh :

1. Cindy NIM : 2114401006


2. Dea Fitriani NIM : 2114401007
3. Ika Raniati NIM : 2114401011
4. Melania Susanti Sunga NIM : 2114401021
5. Yulia Puspitasari NIM : 2114401033

AKADEMI KEPERAWATAN ANDALUSIA


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Penyakit Hepatitis” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang asuhan keperawatan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Rutmauli Rutagol. M.Kep., selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami pelajari. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritikan dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang, Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………….….………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….………...… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………..………………….…… 1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………….………. 3
C. TUJUAN PEMBAHASAN ………………………………………………….……. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI HEPATITIS………………………………………………………… 4


2.2 JENIS-JENIS HEPATITIS ……………………………………………………. 4
2.3 ETIOLOGI …………………………………………………………………….. 5
2.4 MANIFESTASI KLINIS………………………………………………………. 7
2.5 PATOFISIOLOGI……………………………………………………………… 8
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK……………………………………………… 9
2.7 PELAKSANAAN MEDIS…………………………………………………….. 10
2.8 PENGKAJIAN KEPERAWATAN……………………………………………. 10
2.8.1 Pengkajian………….…………………………………………...…. 10
2.8.2 Analisa data………….…………...………………………………... 11
2.8.3 Diagnosa keperawatan…..……..…………………………………... 13
2.8.4 Intervensi…………………..………………………...…………….. 14
2.8.5 Implementasi dan evaluasi…….....………………………………… 15

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………….………….………………………………………..… 17
B. SARAN……………….…………….…………………...………………………..…. 17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…………..…… 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis
pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan
metabolik, maupun kelainan sistem antibodi.
Infeksi yang disebabkan virus merupakan penyebab paling banyak dari hepatitis
akut. Terdapat 5 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D,
dan E. Penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, hepatitis B menduduki tempat
pertama dalam hal jumlah dan penyebarannya yang di akibatkan oleh virus.
Perawat merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi untuk tertular
hepatitis. Hal ini karena dalam pekerjaan sehari-hari memberikan perawatan atau
pertolongan terhadap pasien, perawat terlibat dalam tindakan pemasangan infus,
penggunaan jarum suntik yang ceroboh sehingga perawat tertusuk dalam menggunakan
jarum suntik. Dengan cairan tubuh pasien atau dengan darah dari pasien sehingga sangat
memungkinkan perawat tertular karena pekerjaan perawat yang selalu berhubungan
langsung dengan pasien. Maka perlu adanya penyebaran informasi yang lebih luas
mengenai cara penularan dan pencegahan khususnya penyakit hepatitis B yang paling
berbahaya di kalangan perawat yaitu tentang penggunaan jarum suntik dan penanganan
darah pada pasien hepatitis B.
World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk dunia terinfeksi
virus Hepatitis A, B, C, D dan E. Hasil data untuk Hepatitis A secara global didapatkan
sekitar 1,4 juta kasus per tahun. Hepatitis B berjumlah lebih dari 2 miliar penduduk dunia
terinfeksi virus Hepatitis B dan 400 juta orang diantaranya menjadi pengidap kronik pada
tahun 2000. Hepatitis C berjumlah sekitar 3% atau 170 juta orang (Depkes RI, 2006).
Hepatitis E dengan jumlah kasus 146 orang (Kemenkes RI, 2014). Dari semua data diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah terbanyak adalah penderita Hepatitis B. Sedangkan
prevalensi infeksi Hepatitis B di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% dan
penularannya pada umumnya terjadi secara vertikal (pada periode perinatal) dan horizontal
(pada masa anak-anak). Diperkirakan lebih dari 350 juta diantaranya menjadi kronik dan
sekitar 75% karier Hepatitis B kronik berada di Asia Pasifik.

1
Pada daerah tertentu seperti Amerika bagian utara, Eropa bagian utara dan barat,
Amerika Selatan, Australia dan Selandia Baru, memiliki prevalensi HBsAg yang relatif
rendah (< 2%). Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat endemisitas tinggi
(WHO, 2014). Data Kemenkes RI tahun 2014 menunjukkan bahwa prevalensi Hepatitis
pada seluruh provinsi di Indonesia adalah Bengkulu terdapat 19 kasus, Sumatera Barat
terdapat 159 kasus, Kalimantan Timur terdapat 282 kasus. Selain pasien ternyata perawat
adalah kedua yang paling sering terinfeksi yaitu sekitar 41%, diikuti oleh dokter sekitar
31% (Askarian,et al., 2011). Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung melaporkan pada tahun
2007 di dapatkan pelaporan 22 perawat melaporkan telah tertusuk jarum, tahun 2008 ada
12 perawat dan tahun 2009 ada 8 perawat. Dari laporan yang masuk, keterangan perawat
yang tertular hepatitis 20% ditularkan melalui kontak hubungan darah atau cairan tubuh
dari pasien yang terinfeksi virus tersebut.
Mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi bagian dari petugas kesehatan
menghadapi ancaman tertular infeksi yang ditularkan melalui darah seperti Hepatitis B dan
Hepatitis C akibat tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi oleh darah pasien. Oleh
karena itu, pengetahuan umum mengenai penularan dan pencegahan infeksi virus Hepatitis
sangatlah penting untuk dapat menghentikan penyebaran penyakit di rumah sakit dan
masyarakat.
Virus Hepatitis B merupakan virus yang dapat menyebabkan kematian pada pasien.
Penderita Hepatitis B juga merupakan sumber utama penularan virus Hepatitis B kepada
orang-orang sehat di sekitar dan pada lingkungannya. Orang- orang sehat yang dimaksud
adalah keluarga berada di sekitar penderita dan tenaga kesehatan yang merawat di rumah
sakit, khususnya tenaga kesehatan lebih rentan tertular. Hal ini dikarenakan sebagian besar
praktik tenaga kesehatan di lapangan tidak memperhatikan pelaksanaan kewaspadaan
universal pada pasien-pasien dengan diagnosis non infeksius, padahal seharusnya
kewaspadaan universal diterapkan terhadap semua pasien tanpa memandang diagnosis
yang ditegakkan. Fenomena ini didukung dengan temuan di lapangan mengenai bentuk
Kewaspadaan Universal yang tidak tepat, antara lain: cuci tangan yang kurang benar,
penggunaan sarung tangan yang kurang tepat, penutupan jarum suntik yang kurang benar
dan pembuangan peralatan yang terkontaminasi tidak pada tempatnya.
Ada beberapa tindakan bagi perawat yang berpotensi untuk tertular penyakit
Hepatitis yaitu tidak mengetahui penggunaan jarum suntik, tidak mengetahui cara cuci

2
tangan yang benar, tidak menggunakan sarung tangan saat tindakan, dan tidak mengetahui
cara penanganan darah penderita Hepatitis. Oleh sebab itu dampak dari penyakit Hepatitis
ini sangatlah berbahaya. Hepatitis B apabila tidak diatasi dapat mengakibatkan kanker hati,
sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler primer (hepatoma). Sekitar 10% dari infeksi virus
Hepatitis B akan menjadi kronik dan 20% penderita Hepatitis kronik ini dalam waktu 25
tahun sejak tertular akan mengalami sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler.
Sangat perlu adanya penyebaran informasi kepada rumah sakit yang lebih luas dan
perlu mengikuti seminar mengenai cara pencegahan penyakit Hepatitis di kalangan
perawat khususnya tentang penggunaan jarum suntik yang benar, cuci tangan yang benar,
penggunaan sarung tangan saat tindakan, cara penanganan darah pasien penderita
Hepatitis. Langkah ini dapat dijadikan pedoman bagi tenaga kesehatan untuk
memperhatikan penerapan kewaspadaan universal selama melakukan asuhan keperawatan.
Universal precaution adalah kewaspadaan umum yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh setiap tenaga kesehatan yang bekerja dan kontak dengan spesimen tubuh
yang dapat menularkan penyakit Hepatitis B. Tujuan dari Universal precaution adalah
untuk menghilangkan atau paling tidak meminimalkan risiko penularan infeksi, dalam hal
ini infeksi Hepatitis B di unit pelayanan kesehatan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat di rumuskan sebagai
berikut: “Bagaimana perilaku perawat dalam mencegah penularan penyakit
Hepatitis?”

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1). Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari penyakit hepatitis
2). Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari penyakit hepatitis
3). Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit hepatitis
4). Mahasiswa dapat mengetahui gangguan pada penyakit hepatitis
5). Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pada penyakit hepatit

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis merupakan kondisi peradangan hati atau liver. Hepatitis dapat disebabkan
oleh infeksi virus, bahan kimia, penyalahgunaan obat, pengobatan tertentu, dan gangguan
kekebalan tubuh. Ada berbagai jenis hepatitis virus, termasuk yang paling umum dijumpai
adalah hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. Masing-masing jenis hepatitis virus tersebut
disebabkan oleh virus sesuai penamaannya. Setiap jenis hepatitis virus disebarkan melalui
metode yang berbeda, dan memerlukan terapi yang berbeda pula.
2.2 JENIS-JENIS HEPATITIS
Infeksi virus hepatitis A (HAV) menyebabkan peradangan akut pada hati. Hepatitis
A merupakan penyakit yang perkembangannya terbatas, dengan gejala yang bertahan
selama beberapa minggu sebelum orang yang bersangkutan pulih sepenuhnya. Mereka
yang sudah terserang infeksi hepatitis A akan memiliki kekebalan tubuh seumur hidupnya.
Infeksi hepatitis B (HBV) adalah infeksi hepatitis yang paling umum. Sebagian
besar orang yang terinfeksi dapat pulih dari infeksi hepatitis B akut dan menjadi kebal
terhadapnya. Namun demikian, sebagian orang lainnya dapat mengembangkan infeksi
hepatitis B jangka panjang yang menyebabkan komplikasi serius, termasuk hepatitis
kronis, sirosis hati (penyakit hati menahun), gagal hati, dan kanker hati. Hepatitis B
merupakan penyakit yang mendapat perhatian khusus, baik secara nasional maupun global.
Di Indonesia, hepatitis B adalah penyakit endemik dengan angka melebihi 1 juta kasus baru
setiap tahunnya.
Infeksi hepatitis C (HCV) mengakibatkan pengembangan penyakit hati yang
bersifat kronis di seluruh dunia. Virus hepatitis C tidak dapat hilang pada sebagian besar
penderita. Sehingga sebagai konsekuensinya, virus hepatitis C terus menyebabkan
kerusakan pada hati selama bertahun-tahun. Mirip dengan hepatitis B, hepatitis C dapat
menyebabkan hepatitis kronis, sirosis, gagal hati, dan kanker hati.
Infeksi virus hepatitis D (HDV) adalah perkembangan dari virus hepatitis B. Di
mana seseorang dengan penyakit hepatitis B cenderung bisa mengalami infeksi yang
berujung pada kondisi hepatitis D. Mendapatkan vaksin hepatitis B pun menjadi cara
terbaik untuk menghindarkan dirimu dari risiko terkena virus hepatitis D.

4
Infeksi virus hepatitis E (HEV) biasa disebarkan melalui konsumsi air atau
makanan yang telah terkontaminasi. Virus ini kerap terjadi di negara berkembang yang
masih memiliki masalah terkait sanitasi air yang baik. Warna kulit yang kekuningan,
kelelahan, sampai urine yang pekat dan gelap menjadi gejala dari virus hepatitis E.
Biasanya, gejala ini mulai terlihat dari minggu ke 2 sampai ke-6 dari awal penginfeksian
sehingga penanganannya pun menjadi lebih mudah dituntaskan.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab hepatitis dapat berupa beragam kondisi medis. Namun demikian,
penyebab hepatitis yang paling utama adalah infeksi virus.
2.3.1 Hepatitis A
Virus hepatitis A ditularkan melalui:
 Kontak darah, penggunaan obat, dan kontak seksual (khususnya antara pria
homoseksual) dengan orang yang terinfeksi.

 Mengonsumsi kerang dari air yang terkontaminasi dengan air pembuangan kotoran.

 Kontak langsung dengan makanan, minuman, atau benda yang terkontaminasi

kotoran (feses) orang yang terinfeksi.


 Transmisi fekal-oral atau penularan fekal-oral, merupakan rute penularan penyakit

ketika patogen dalam partikel feses berpindah ke mulut orang lain, yang biasanya
terjadi di daerah kepadatan tinggi dengan sanitasi buruk.

2.3.2 Hepatitis B
Virus hepatitis B umumnya ditemukan dalam darah. Selain itu, virus hepatitis B
juga dapat ditemukan dalam sekresi semen dan vagina. Hepatitis B dapat ditularkan
melalui kemungkinan berikut:
 Menggunakan suntikan yang sudah terkontaminasi di antara sesama pengguna
narkoba.
 Aktivitas lain yang melibatkan darah terkontaminasi memasuki aliran darah orang
lain.
 Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi.
 Ibu hamil yang terinfeksi dapat menularkan infeksi kepada bayinya sewaktu
melahirkan.

2.3.3 Hepatitis C

5
Virus hepatitis C terutama ditemukan dalam darah dan ditularkan apabila darah
orang yang terinfeksi memasuki aliran darah seseorang yang rentan, seperti misalnya
melalui penggunaan jarum yang terkontaminasi secara bersama-sama. Dengan
mempelajari penyebab hepatitis dan penularan hepatitis di atas, maka berikut adalah
faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terjangkit hepatitis:
 Kurang menjaga kebersihan, misalnya tidak mencuci tangan sebelum makan.
 Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau tidak dimasak hingga matang.
 Penggunaan jarum suntik bersama.
 Tinggal atau mengunjungi daerah yang rawan hepatitis.
 Melakukan aktivitas seks tidak aman.
 Sering menerima transfusi darah, terutama jika prosesnya tidak melalui prosedur
yang ketat dan bersih.
 Memiliki penyakit infeksi akut dan kronis, autoimun, HIV, atau riwayat hepatitis
dalam keluarga.
 Melakukan tindik atau tato dengan perlengkapan yang tidak steril dan di
lingkungan yang tidak bersih.

 Pekerjaan atau aktivitas dengan eksposur terhadap darah manusia yang mungkin

terkontaminasi.

2.3.4 Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi hepatitis delta virus (HDV). Virus ini adalah
jenis virus yang tidak lengkap dan membutuhkan bantuan virus hepatitis B untuk
berkembang. Infeksi virus ini akan menyebabkan peradangan dan kerusakan hati. Faktor-
faktor yang bisa meningkatkan terjadinya penyakit hepatitis D yaitu :
 Berhubungan seks dengan seseorang yang terinfeksi virus hepatitis.
 Berbagai jarum suntik yang digunakan untuk menyuntikkan narkoba.
 Menyentuh luka terbuka seseorang yang memiliki virus.
 Menggunakan jarum suntik yang bersentuhan dengan orang yang terinfeksi.
 Berbagi barang-barang pribadi seperti pisau cukur atau sikat gigi yang mungkin telah
terkontaminasi dengan darah orang yang terinfeksi.
2.3.5 Hepatitis E

6
VHE ditularkan melalui jalur fekal oral. Air minum yang tercemar tinja
merupakan media penularan yang paling umum. Penularan melalui perikutan dan
prenatal pernah terdokumentasi. Berdasarkan berbagai penelitian terbaru menunjukkan
kemungkinan penularan melalui transmisi secara zoonotic dari babi, rusa dan hewan-
hewan pengerat.

Dengan mengidentifikasi faktor-faktor risiko dan penyebab hepatitis di atas, maka


seseorang dapat menurunkan risiko atau melakukan langkah pencegahan terhadap hepatitis,
seperti misalnya:
 Mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama setelah beraktivitas dan sebelum
makan.
 Menghindari penggunaan barang-barang pribadi secara bersama, seperti sikat gigi,
handuk, dan peralatan makan.
 Berperilaku seks yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom dan tidak
berganti pasangan.
 Mengadopsi pola hidup sehat, seperti berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi,
dan beristirahat secara cukup.
 Tidak mengonsumsi alkohol dan narkotika.
 Menghindari makanan yang belum dimasak hingga matang.
 Memastikan alat tindik atau tato yang digunakan steril.
 Melakukan vaksinasi hepatitis sesuai saran dan jadwal yang dianjurkan dokter.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut:
 Warna kekuningan pada kulit atau putih mata
 Urine berwarna cokelat seperti teh
 Rasa mual dan kehilangan nafsu makan
 Kehilangan BB atau meningkatnya BB yang tidak normal
 Muntah
 Diare
 Warna tinja pucat
 Nyeri perut di bagian kanan atas
 Gatal-gatal

7
 Cepat lelah
 Hipoglikemia
 Sakit pada otot
 Libido menurun

2.5 PATOFISIOLOGI HEPATITIS

8
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2.6.1 Tes Fungsi Hati
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah, untuk mengecek kinerja atau
fungsi hati.
2.6.2 Tes Antibodi Virus Hepatitis
Pada tes ini, sampel darah pasien akan diperiksa untuk mendeteksi antigen
dan antibodi hepatitis yang ada dalam darah.
Antigen merupakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh, misalnya
bakteri, virus, atau jamur. Sedangkan antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh
sistem imun tubuh sebagai respons terhadap antigen.
Antibodi akan mengikat antigen agar benda asing tersebut dapat
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tes darah hepatitis dilakukan untuk mendeteksi
adanya antigen dan antibodi terhadap masing-masing jenis virus hepatitis.
Berikut tahapan yang perlu dilalui saat pemeriksaan antibodi virus hepatitis:
 Tenaga medis akan membersihkan area pengambilan darah dengan cairan
antiseptik untuk membunuh kuman pada permukaan kulit.
 Lengan atas pasien akan diikat dengan perban elastis agar aliran darah di lengan
dapat terkumpul dan pembuluh darah vena mudah ditemukan.
 Setelah vena ditemukan, sampel darah akan diambil dengan cara menyuntikkan
jarum steril ke pembuluh darah.
 Tabung khusus kemudian dipasang di belakang jarum untuk menampung darah
pasien.
 Saat jumlah darah sudah cukup, jarum akan dilepas dan bagian yang disuntik
akan ditutup dengan perban.
2.6.3 Tes Protein dan Materi Genetik Virus
Merupakan suatu pemeriksaan untuk menentukan jumlah virus hepatitis B
di dalam tubuh Anda. HBV DNA kuantitatif merupakan pemeriksaan yang sering

9
dilakukan.
2.6.4 USG Pada Perut
Digunakan untuk menyelidiki gangguan pada perut seperti nyeri pada perut,
mual, muntah, bunyi abnormal dan benjolan. Struktur yang akan diperiksa mungkin
termasuk kantung empedu, saluran empedu, hati, pankreas, limpa dan pembuluh
darah besar.
2.6.5 Biopsi Hati
Pengambilan sampel jaringan dari hati (liver) seseorang untuk pemeriksaan
kondisi kesehatan pada hati. Biopsi hati dilakukan tanpa perlu rawat inap, tindakan
ini dapat pula dilakukan di saat yang bersamaan dengan proses pembedahan.

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


a. Hepatitis A : Obat Atevir
b. Hepatitis B : Obat Adefoir, Obat Entecavir, Obat Lamivudine, Obat
Telbivudine.
c. Hepatitis C : Obat Sofosbuvir, Obat Simprevir, Obat Ribarvir, Obat
Ledispavir, Obat Veltasfir.
d. Hepatitis D : Obat Interveron
e. Hepatitis E : Belum ada obat khusus untuk melawan infeksi virus hepatitis E.
Walaupun demikian, infeksi virus hepatitis E yang sudah masuk kategori
kronis membutuhkan perawatan dari dokter, seperti: Ribavirin, dan. obat
antivirus lainnya.
2.8 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2.8.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Seorang Ny L dilarikan ke UGD dengan diagnose hepatitis akut.pasien
mengeluh sakit kepala,mual,muntah,lemas, demam ±7 hari,nyeri di bagian
abdomen kanan atas.pasien juga mengatakan seluruh tubuhnya berwarna
kuning,pasien mengatakan sesak nafas.selama di RS pasien menjalani
diet/suplemen khusus.nafsu makan menurun,pengecapan pahit,porsi makan
pasien 3-4 sendok makan dalam 1 piring.
b. Pemeriksaan Fisik
1)

10
TTV :
 Tekanan Darah : 110/100 mmHg
 Nadi : 80x/menit
 Suhu : 37,7°C
 Pernafasan : 22x/menit
2) TB : 164 cm
3) BB : 50kg
4) Bising usus : hiperaktif
5) Mukosa : Iya, teraba keras kering

1. Analisa Data

Data Etiologi Rasional

 DS : Agen pencedera fisik d.d Nyeri akut.


- Ps mengatakan Nyeri infeksi
dibagian perut kanan
atas
- Ps mengatakan
demam ±7 hari,
- Ps mengatakan sakit
kepala
DO : TTV :
 TD : 110/100 mmHg.
 N : 80×/menit.
 S : 37,7°C
 RR : 22×/menit.
KU :

11
Tampak meringis
Gelisah
P : Kerusakan jaringan
aktual.
Q : Seperti ditusuk-tusuk.
R : Perut kanan bagian atas.
S : 3.
T : Pada waktu makan.
DS : - Pasien Ketidakmampuan Defisit nutrisi
mengatakan nafsu mmengabsorbsi nutrient d.d
makan menurun. nafsu makan menurun
- Pasien mengatakan
porsi makan 3-4
sendok makan
dalam 1 piring.
- Pasien mengatakan
badan
lemas,mual,muntah
- Pasien mengatakan
BAB 2x dalam
sehari.
DO :
KU :
 Mukosa : kering
 Turgor : elastis
 Bising usus :
hiperaktif
 Bb turun minimal
10% dibawah rentang
ideal
 BB : 50 kg
 TB : 164 cm
Hipervolemi

12
DS : - Ps Kelebihan cairan d.d
mengatakan sesak penyakit hati
nafas
- Ps mengatakan
seluruh tubuh
berwarna kuning
DO : - Auskultasi :
terdengar suara
tambahan
- Adanya edema
anasarka

2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d infeksi
2) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient d.d nafsu makan
menurun.
3) Hipervolemia b.d kelebihan cairan d.d penyakit hati

3. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi lokasi,


pencedera fisik d.d selama 1×24jam diharapkan karakteristik, durasi,
infeksi pasien mampu mengelola frekuensi, kualitas,
pengalaman intensitas nyeri.
sensorik/emosional ditandai  Identifikasi skala
dengan: nyeri.
 Nyeri abdomen (3)  Fasilitasi istirahat
 Frekuensi nadi (3) dan tidur.
 Pola nafas (3)  Pertimbangkan jenis
 Tekanan darah (2) dan sumber nyeri

13
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
 Anjurkan memonitor
nyeri secara
mandiri..
 Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan  Monitor asupan
ketidakmampuan selama 1×24jam, diharapkan makanan dan cairan
mengabsorbsi pasien mampu untuk memenuhi serta kebutuhan
nutrient d.d nafsu kebutuhan metabolisme kalori.
makan menurun. ditandai dengan:  Diskusikan perilaku
 Porsi makanan yang makan dan jumlah
dihabiskan (2) aktivitas fisik
 Kekuatan otot (termasuk olahraga)
pengunyah (2) yang sesuai.
 Berat badan (3)  Anjurkan
 Nafsu makan (2) keterampilan koping
 Membran mukosa (2) untuk penyelesaian
masalah perilaku
makan.
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
target berat badan,
kebutuhan kalori,
dan pilihan
makanan.
Hypervolemia b.d Setelah dilakukan tindakan 1x  Periksa tanda dan
kelebihan cairan d.d 24 jam,diharapkan pasien gejala hypervolemia
penyakit hati mampu mengelola kelebihan  Identifikasi
volume cairan dengan kriteria penyebab

14
hasil : hypervolemia
 Asupan cairan (3)  Batasi asupan cairan
 Edema (4) dan garam
 Asites (3)  Anjurkan cara
 Turgor kulit (3) mengukur dan
mencatat asupan dan
keluaran cairan
 Kolaborasi
pemberian diuretic

5.Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi

Nyeri akut b.d agen  Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien terlihat lebih


pencedera fisik d.d karakteristik, durasi, rileks, tenang dan nyaman.
infeksi frekuensi, kualitas, O : TTV :
intensitas nyeri.  TD : 120/80 mmHg
 Mengidentifikasi skala  N : 85×/menit
nyeri.  S : 36,5°C
 Memfasilitasi istirahat  RR : 22×/menit
dan tidur.  Skala nyeri : -
 Mempertimbangkan A : Masalah
jenis dan sumber nyeri keperawatan teratasi.
dalam pemilihan strategi P : Hentikan intervensi
meredakan nyeri.
 Menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri.
 Menganjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat.
 Mengkolaborasi
pemberian analgetik, jika

15
perlu.
Defisit nutrisi b.d  Memonitor asupan S : Nafsu makan pasien
ketidakmampuan makanan dan cairan serta mulai membaik.
mengabsorbsi nutrient kebutuhan kalori. O : Mukosa : Normal.
d.d nafsu makan  Mendiskusikan perilaku Bising usus : normal
menurun makan dan jumlah  Bb : 60 kg
aktivitas fisik (termasuk  Tb : 164 cm
olahraga) yang sesuai. A ; Masalah teratasi
 Menganjurkan P : Hentikan intervensi
keterampilan koping
untuk penyelesaian
masalah perilaku makan.
 Mengkolaborasi dengan
ahli gizi tentang target
berat badan, kebutuhan
kalori, dan pilihan
makanan.
Hypervolemia b.d  memeriksa tanda dan S : -Pasien sudah tidak
kelebihan cairan d.d gejala hypervolemia merasakan sesak lagi
penyakit hati  mengidentifikasi -Warna kulit sudah
penyebab normal
hypervolemia O : Edema anarsaka normal

 membatasi asupan Suara nafas normal

cairan dan garam A : Masalah teratasi

 menganjurkan cara P :Hentikan intervensi


mengukur dan
mencatat asupan dan
keluaran cairan
 mrngkolaborasikan
pemberian diuretik

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan pada organ hati.
Hepatitis selain di sebabkan oleh infeksi virus juga alkohol, bahan kimia,
penyalahgunaan obat-obatan dan gangguan kekebalan tubuh. Para pengidap hepatitis perlu
dilakukan tindakan yang mencegah progresi ke arah sirosis hati, bahkan kanker hati. Untuk
itu diperlukan penatalaksanaan dan penanganan yang kuat bagi mereka yang
memerlukannya.
Sampai saat ini obat-obat yang beredar di pasaran pun belum mampu mengatasi masalah
hepatitis secara maksimal.
Kendala yang dihadapi diantaranya banyak penderita yang berpenghasilan rendah
harga obat-obatan mahal dan hasilnya belum tentu maksimal. Misalnya pada anak-anak,
sebagian besar bahan-bahan kimia yang terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-anak
kurang memperhatikan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk ke dalam
tubuh.
B. Saran
Menurut kami disarankan adanya penelitian lebih lanjut mengenai hepatitis
terutama dalam pengobatan, karena sampai saat ini pengobatan yang ada belum mencapai
hasil yang maksimal dan harganya masih relatif tinggi. Penerangan dan penyuluhan kepada
masyarakat umum mengenai hipotesis perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat
melakukan pencegahan dini. Untuk petugas di rumah sakit harus lebih hati-hati terutama
dalam penanganan pasien yang berhubungan dengan penggunaan alat-alat yang
membutuhkan kesterilan saat digunakan dan kontak dengan darah. Diharapkan adanya
kepedulian medis terhadap hepatitis yang saat ini telah menyebar luas. Skrining terhadap
hepatitis perlu diperluas dan dalam hal ini dibutuhkan adanya intervensi dari pemerintah
serta perlu diadakan pemeriksaan secara massal pada komunitas yang tiap individunya
selalu berinteraksi untuk waktu yang cukup lama misalnya di kampus dan asrama. Selain
itu diperlukan juga adanya konseling bagi penderita hepatitis dan diharapkan

17
DAFTAR PUSTAKA

Tobing, Rut Rini. “Asuhan Keperawatan Pasien Hepatitis dengan Pemantauan


Intake Nutrisi di Ruang Rawat Inap Terpadu RSUD Dr. Ibnu Sutowo
Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2018.” KTI Mahasiswa.
Poltekkes Kemenkes Palembang. 2018.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Waluyo, Srikandi. 2011. Hepatitis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.

18

Anda mungkin juga menyukai