KEPERAWATAN DEWASA
PENYAKIT HEPATITIS
SEMESTER 4 KELAS B
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh
walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Penyakit hepatitis, lazim dikenal sebagai
penyakit kuning. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus
Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D
(HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi
kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan
sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B).
kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis
serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini
disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2
macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau
disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically
Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata
nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai
Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat
timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika
tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua
penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit
kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia
ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika
Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali
1
lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini
sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga kanan.
Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006). Hati
merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri
dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan
posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum Falsiformis
(Noer, 2002).
3
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang
terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis.
Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel
kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006). Sistem biliaris dimulai dari
kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di
sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris intralobular, yang
mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006)
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
1. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan,
kandungan empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai
yang dibutuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur
utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol
dan pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting
untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus
sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke
hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin
(pigmen empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak
mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran
empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang
berhubungan dengannya.
2. Fungsi metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas
dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus
halus diubah menjadi glikogen dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari
depot glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis)
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam
jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah
menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam
4
jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak
(glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma,
kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang
diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-
faktor pembekuan yang lain.
3. Fungsi pertahanan tubuh
Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi
detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis
atau konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya
menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang
berperanan penting adalah sel kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal yang
berkemampuan memfagositosis dan juga menghasilkan immunolobulin.
4. Fungsi vaskular hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid
hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika
untuk selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria
hepatika mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk
dan bercampur dengan darah portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke
hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit.
5
hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik),
fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).
1) Fase Inkubasi
Fase Inkubasi merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala
atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase
ini tergantung pada s inokulum yang ditularkan dan jalurpenularan, makin
besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase
inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.
2) Fase Prodromal (Pra-Ikterik)
Pada fase ini akan timbul keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Tandanya berupa malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala
saluran napas atas dan anoreksia.
3) Fase Ikterus
Fase Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah
timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata.
4) Fase Konvalesen (Penyembuhan) Fase penyembuhan diawali dengan proses
menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas
fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu
makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada
hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada
5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1%
yang menjadi fulminant.
6
tanpa kondom dengan penderita hepatitis dapat menyebabkan seseorang terular
penyakit ini. Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada
bayinya melalui jalan lahir.
3. Obat-obatan.
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dan menyebabkan
penyakit hepatitis.
4. Racun (hepatotoxic).
Bahan kimia tertentu pada makanan dan minuman yang terdapat paparan racun.
5. Konsumsi Alkohol.
Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol
berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi
gagal hati aatau sirosis.
7
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu
belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena
kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
8
2. Hepatitis B/hepatitis serum
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel
dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan yang telah
diketahui secara rinci dapat diidentifikasikan dari sampel darah hasil pemeriksaan
lab.hepatitis B memiliki masa tunas yang lama, antara 1 – 7 bulan dengan awitan
rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit hepatitis B akan
mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami peradangan hati selama lebih dari 6
bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual,
muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui
jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin
yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah
paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa
tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu
narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
3. Hepatitis C
Hepatitis C diidentifikasi pada tahun 1989. Cara penularan virus RNA
tersebut sama dengan hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi darah
dikalangan penduduk amerika serikat sebelum ada penapisan. Virus ini dapat
dijumpai dalam semen dan sekresi vagina tetapi jarang sekali pasangan seksual
cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan virus ini. Masa tunas
hepatitis C berkisar dari 15 sampai 150 hari, dengan rata-rata 50 hari. Karena
gejalanya cenderung lebih ringan dari hepatitis B, invidu mugkin tidak menyadari
mereka mengidap infeksi serius sehingga tidak datang ke pelayanan kesehatan.
Antibody terhadap virus hepatitis C dan virus itu sendiri dapat di deteksi dalam
darah, sehingga penapisan donor darah efektif. Adanya antibody terhadap virus
hepatitis C tidak berarti stadium kronis tidak terjadi saat ini belum tersedia vaksin
hepatitis C.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan
9
melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis
D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat
progresif. agen hepatitis D ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis Fulminan,
kegagalan hati dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari virus
hepatitis B.
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti
air yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai
bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan
melalui air yang terkontaminasi feces.
10
rendah).
Hepatitis D Ditularkan melalui Meningkatkan Antigen hepatitis D,
darah.ko-infeksi kemungkinan antibody hepatitis D.
hanya dengan perburukan
hepatitis B hepatitis B
Hepatitis E Air tercemar, oral Biasanya sembuh Pengukuran virus
atau fekal sendiri, tetapi hepatitis E
menimbulkan angka
kematian tinggi
pada wanita hamil
11
2.8 Pemeriksaan diagnostik dari penyakit Hepatitis
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan pigmen
- Urobilirubin direk
- bilirubun serum total
- bilirubin urine
- urobilinogen urine
- urobilinogen feses
b) Pemeriksaan protein
- protein totel serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c) Waktu protombin
- Respon waktu protombin terhadap vitamin K
- Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
d) Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
e) Pemeriksaan tambahan
- Laparoskopi
- biopsi hati
12
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hepatitis
2.9.1. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa
medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit
kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan,
prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak
dibanding dengan saudara-saudaranya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit
menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
4. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
a) Aktifitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b) Sirkulasi
13
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c) Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
d) Makanan dan Cairan
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Ansites
e) Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
f) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
g) Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
14
h) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
15
No Intervensi Rasional
1. Ajarkan dan bantu klien untuk Keletihan berlanjut menurunkan
istirahat sebelum makan keinginan untuk makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, adanya pembesaran hepar dapat
tawarkan makan sedikit tapi sering menekan saluran gastro intestinal dan
dan tawarkan pagi paling sering menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang akumulasi partikel makanan di mulut
baik sebelum makan dan sesudah dapat menambah baru dan rasa tak
makan sedap yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk menurunkan rasa penuh pada
tegak abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah glukosa dalam karbohidrat cukup
lemak efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
16
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan klienlah yang harus mencoba
tentang respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
3. Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk mengalami
jelaskan penyebab nyeri, tunjukkan nyeri melalui penjelasan nyeri yang
berapa lama nyeri akan berakhir, bila sesungguhnya akan dirasakan
diketahui (cenderung lebih tenang dibanding
klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi mengurangi nyeri.
17
vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai kondisi kulit yang mengalami lembab
pakaian yang menyerap keringat memicu timbulnya pertumbuhan
jamur. Juga akan mengurangi
kenyamanan klien, mencegah
timbulnya ruam kulit.
18
5. Bantu untuk belajar tentang untuk mengurangi keletihan baik fisik
keterampilan koping yang efektif maupun psikologis
(bersikap asertif, teknik relaksasi)
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan sensitifitas
menyebabkan kulit kering kulit dengan merangsang ujung syaraf
19
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
No. Intervensi Rasional
1. Awasi frekwensi , kedalaman dan pernafasan dangkal/cepat
upaya pernafasan kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas tambahan kemungkinan menunjukkan adanya
akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler memudahkan pernafasan dengan
menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam dan membantu ekspansi paru dan
batuk efektif mengeluarkan secret
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan mungkin perlu untuk mencegah
hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi infeksi
pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
20
dan cairan tubuh
c. Tempatkan spuit yang telah
digunakan dengan segera
pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali
atau memanipulasi jarum
dengan cara apapun
2.9.4. Implementasi
1. Diagnosa 1 (Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh) :
a) Mengajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
Memberikan snack atau makanan yang mengundang selera pasien
21
b) Mengawasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering
c) Mempertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan
d) Menganjurkan makan pada posisi duduk tegak
e) Memberikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Diagnosa 2 (Gangguan rasa nyaman/nyeri) :
a) Menunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap
nyeri
b) Memberikan informasi dari penyebab nyeri
c) Membahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung
efek hepatotoksi
d) Berkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
3. Diagnosa 3 (Hypertermi) :
a) Memonitor tanda vital : suhu badan
b) Mengajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
c) Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
d) Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
4. Diagnosa 4 (Keletihan) :
a) Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu
b) Menyarankan klien untuk tirah baring
c) Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,
kemampuan-kemampuan dan minat-minat
d) Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi
waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan
dengan keletihan
e) Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif
(bersikap asertif, teknik relaksasi)
22
5. Diagnosa 5 (Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan) :
a) Mempertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
b) Mencegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu
ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
c) Menganjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
d) Mempertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
6. Diagnosa 6 (Pola nafas tidak efektif) :
a) Mengawasi frekuensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b) Mengauskultasi bunyi nafas tambahan
c) Memberikan posisi semi fowler
d) Memberikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
e) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Diagnosa 7 (Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi) :
a) Menggunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat
untuk menangani semua cairan tubuh
b) Menggunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan
tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan
permukaan yang terkontaminasi
c) Menjelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,
keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
d) Merujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat.
2.9.5. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
3. Tidak terjadi peningkatan suhu
4. Tidak terjadi keletihan
23
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat
disebarkan melalui kotaran/tinja penderita, biasanya juga dapat melalui makanan
yang menyebakan peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus
disebabkan juga alcohol dan juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Hepatitis pada
anak-anak sebagian besar disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam
snack. Selain itu juga anak-anak kurang memperhatikan akan kebersihan sehingga
memudahkan virus untuk masuk ke dalam tubuh.
B. Saran
Sebagai masyarakat, kita harus memperhatikan khusus dalam pemilihan
makanan serta mempelajari akan pentingnya kebersihan, agar tidak terkena virus yang
dapat menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi sebaiknya ibu memberikan imunisasi
secara tepat waktu untuk mencegah terjadinya hepatitis. Karena, dengan hal-hal kecil
yang tidak kita perhatikan dapat menyebabkan hal-hal yang tidak kita duga nantinya.
Untuk itu, penyuluhan kesehatan masih perlu diperlukan untuk meningkatkan
perilaku saniter dalam upaya mengurangi penyakit menular berasis lingkungan seperti,
hepatitis ini. Peningkatan akses masyarakat terhadap fasilitas air minum yang aman,
fasilitas cuci tangan dan rumah sehat. Upaya lainnya seyogyanya tetap dilanjutkan
seperti skrining pada pendonor darah, pemberian imunisasi dan vaksin.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.kertacendeki
a.ac.id/236/1/KTI%2520LYDIA.pdf&ved=2ahUKEwibqeHpvJ_9AhUBTGwGHXOa
Apc4ChAWegQIBBAB&usg=AOvVaw1Xojf9crdOdm6rN3ekmN9T , diakses pada
19 Februari 2023 pukul 00:14 WIB
2. Ricka afriadewi, “Askep_hepatitis”.
https://www.academia.edu/10534799/Askep_hepatitis , diakses pada 19 Februari 2023
pukul 00:00 WIB.
3. Universitas Andalas, 2022 “Makalah Konsep Dasar dan Askep Hepatitis”.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-andalas/fakultas-ilmu-
keperawatan/makalah-konsep-dasar-dan-askep-hepatitis/36585007, diakses pada 18
Februari 2023 pukul 23:58 WIB .
4. Dr. Fadhli Rizal Makarim, 2023 “Hepatitis.
”https://www.halodoc.com/kesehatan/hepatitis, diakses pada 19 Februari 2023 pukul
20:45 WIB.
5. Universitas Muhammadiyah Cirebon, 2021 “Maklah Hepatitis KMB”.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-
cirebon/keperawatan/makalah-hepatitis-kmb/30159577, diakses pada 20 Februari
2023 pukul 16:00 WIB.
26