Dosen Pembimbing:
dr. Fitriyani Nasution, M.Gizi, Sp.GK
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tatalaksana
Nutrisi pada Hepatitis”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Dokter di Departemen
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing dr. Fitriyani Nasution M.Gizi, Sp.GK yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik ini maupun susunan bahannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................... ........ i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 3
2.1 Invaginasi ................................................................................ 3
2.2 Pemeriksaan Fisik .................................................................... 4
2.3 Pemeriksaan Radiologi ............................................................ 4
2.4 Foto Polos Abdomen ............................................................... 4
2.5 Barium Enema ......................................................................... 8
2.6 Ultrasonografi .......................................................................... 11
2.7 CT-Scan ................................................................................... 12
2.8. Penatalaksanaan Invaginasi .................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13
DAFTAR ISI
3
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2` Rumusan
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
4
PENDAHULUAN
5
tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu
menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan
dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima
resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan
yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan
komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara
lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat
yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A) Hepatitis A
B) Hepatitis B
Hepatitis B bersifat self-limiting pada 95% kasus, tetapi tidak pada anak-anak usia di
bawah 5 tahun. Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV), virus DNA yang
merupakan famili Hepadnaviridae.
C) Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) yang merupakan virus RNA dri
family Flaviviridae. Hepatitis C bersifat self-limiting pada 20-50% kasus (>90% yang
dirawat dengan monoterapi interferon alpha).
D) Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang disebut delta virus. Delta virus
adalah virus RNA yang defektif yang dapat bereplikasi dengan sendirinya tetapi
memerlukan HBV untuk sekresi, sehingga pasien hepatitis D biasanya juga terkena
hepatitis B. Hepatitis D bersifat self-limiting apabila HBV bersifat self-limiting juga.
7
E) Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E yang merupakan virus RNA yang
bersifat self- limiting. Ratio mortalitas secara keseluruhan untuk gagal hati fulminan
adalah 1-3%, pada wanita hamil mencapai 15-25%.
F) Hepatitis fulminan
Hepatitis fulminant adalah sebuah kondisi yang parah yang ditandai dengan kerusakan
yang progresif dan cepat dari fungsi hepar pada individu sehat yang sebelumnya tidak
mempunyai penyakit hepar yang diketahui dan dengan status nutrisi yang baik.
Hepatitis fulminant merupakan perkembangan dari liver injury akut dan mungkin
merupakan infeksi sekunder dari virus, obat-obatan, toxin, dan penyakit metabolik
serta autoimun.
2.3 Faktor Resiko dan Penularan
Infeksi hepatitis A biasa didapatkan dari kontak orang ke orang terutama kontak
di dalam keluarga, turis yang berpergian ke daerah endemik, kontak dengan pasangan
seksual yang terinfeksi hepatitis A, atau orang-orang yang bekerja menyiapkan
makanan. Selain itu infeksi juga didapatkan dari ingesti makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Makanan yang paling sering berhubungan dengan hepatitis A adalah
kerang, sayur dan buah-buahan. Hampir 50% penyebab infeksi melalui makanan
dikarenakan kerang. Kelompok yang beresiko terkena infeksi adalah anak-anak yang
tinggal di sanitasi dan hygiene buruk, anak yang tinggal di daerah endemic, pasangan
yang melakukan anal sex, pengguna jarum suntik obat-obatan terlarang, orang yang
mengonsumsi makanan yang terkontaminasi seperti kerang mentah, karyawan dan
anak-anak di penitipan, dan orang-orang yang berpergian ke daerah endemik.
Virus hepatitis B ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, saliva, dan semen.
Rute penularan dapat melalui perinatal dari ibu ke bayinya saat persalinan, dari anak
ke anak secara horizontal, dari penggunaan jarum suntik yang tidak aman dan
transfusi darah, dan kontak seksual baik heteroseksual maupun homoseksual.
Kelompok yang beresiko terkena infeksi akut adalah pekerja kesehatan, polisi,
populasi migran, pencari suaka dan pengungsi, personel militer, turis, orang-orang
yang melakukan hubungan seksual tidak aman, pengguna jarum suntik, pasien
hemodialis, tahanan penjara, dan orang-orang yang menerima transfusi darah.
Penularan virus hepatitis D sama dengan virus hepatitis B.
8
Virus hepatitis C ditularkan melalui darah. Penularan melalui hubungan seksual
juga mungkin terjadi terutama orang-orang yang berganti-ganti pasangan, sedangkan
penularan saat perinatal hanya sekitar 5%. Penularan virus sering terjadi pada
pengguna jarum suntik yang tidak steril atau berulang. Selain itu pasien hemodialysis
dan pekerja kesehatan juga menjadi kelompok rentan penularan.
Penularan virus hepatitis E melalui rute fekal oral. Air yang terkontaminasi
merupakan penyebab paling sering terjadinya infeksi. Penularan melalui kontak
langsung dengan orang jarang terjadi. Kelompok yang paling rentan mengalami
infeksi adalah dewasa muda berumur antara 20 hingga 40 tahun.
2.5 Diagnosis
9
Setelah paparan awal virus hepatitis C, HCV RNA dapat dideteksi dalam
darah dalam waktu 1-3 minggu. HCV dapat didiagnosis dengan adanya anti-HCV
dalam serum, namun tes antibody sering tidak memberikan hasil positif hingga 3
bulan setelah infeksi akut. HCV RNA adalah metode terbaik untuk mendiagnosa
HCV akut yang kemudian diikuti tes anti-HCV.1
Adanya anti-HDV di serum adalah penanda adanya infeksi HDV. Infeksi
HDV terjadi ketika adanya HBsAg yang positif di pasien dan IgM anti HDV pada
pasien akut. Pada 10% pasien fase awal hepatitis akut, HBsAg tidak terdeteksi
di serum sehingga adanya HBcAg membantu diagnosis hepatitis B akut.
HDV RNA juga berguna untuk menandakan adanya infeksi akut.
Hepatitis E dapat didiagnosis dengan deteksi IgM anti HEV. Adanya
IgGmenunjukkan paparan lama terhadap HEV. IgM anti HEV dapat dideteksi 4
hari setelah jaundice dan tetap ada hingga 3-5 bulan. Deteksi HEV RNA di
serum atau tinja adalah gold standard konfirmasi dari infeksi akut HEV. HEV
RNA terdapat di tinja 1 minggu sebelum hingga 6 minggu setelah gejala timbul
dan di serum 3-4 minggu sejak onset penyakit.
Ada berbagai macam diet untuk penderita hepatitis, diet tersebut disesuaikan
dengan kondisi yang sedang dialami oleh pasien hepatitis.
* Diet 1
Untuk penderita sirosis hati yang berat dan hepatitis akut prekoma.
Biasanya diberikan makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat
sederhana misalnya sari buah, sirop, teh manis. Pemberian protein sebaiknya
dihindarkan. Bila terjadi penimbunan cairan atau sulit kencing maka
10
pemberian cairan maksimum 1 liter perhari. Diet ini sebaiknya diberikan
lebih dari 3 hari.
* Diet 2
Diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan mulai
timbul nafsu makan.
Diet berbentuk lunak atau dicincang, tergantung keadaan penderita. Asupan
protein dibatasi hingga 30 gram perhari, dan lemak diberikan dalam bentuk
yang mudah dicerna.
* Diet 3
Untuk penderita yang nafsunya cukup baik.
Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung keadaan penderita. Kandungan
protein bisa sampai 1 g/kg berat badan, lemak sedang dalam bentuk yang
mudah dicerna.
* Diet 4
Untuk penderita yang nafsu makannya telah membaik, dapat menerima
protein dan tidak menunjukan sirosis aktif.
Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung kesanggupan penderita. Kalori,
kandungan protein dan hidrat arang tinggi, lemak, vitamin dan mineral
cukup.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penerapan diet penyakit hati :
b. Lemak Cukup, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang
mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan
lemak dengan asam lemak rantai sedang (medium chain triglyceride / MCT).
c. Protein Agak Tinggi, yaitu 1,25 – 1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme
protein.pemberian priteian harus dibatasi untuk mencagah koma, yaitu sebanyak 30 –
40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, proteian diberikan sebanyak 1,25 g/kg BB.
11
d. Vitamin dan Mineral, diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu,
diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila
ada anemia.
e. Natrium, diberikan rendah tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien
mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan labih luas.
g. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa
sesuai kemampuan saluran cerna.
2.9 Hal – hal yang perlu di perhatikan pada diet penderita hepatitis
1. Hindari makanan yang dapat menimbulkan gas, seperti timun, ubi, singkong,
kacang merah, kol, sawi, lobak, nangka, durian dan lain-lain.
2. Hindari makanan yang telah diawetkan seperti sosis, ikan asin, kornet, dan
lain-lain.
3. Pilihlah bahan makanan yang kandungan lemaknya tidak banyak seperti
daging yang tidak berlemak, ikan segar, ayam tanpa kulit.
4. Sebaiknya pilih sayur-sayuran yang sedikit mengandung serat seperti bayam,
wortel, bit, labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung
dan sebagainya.
5. Bumbu-bumbu jangan terlalu merangsang. Salam, laos, kunyit, bawang
merah, bawang putih dan ketumbar boleh dipakai tetapi jangan terlalu
banyak.
6. Hindarkan makanan yang terlalu berlemak seperti daging babi, usus, babat,
otak, sum-sum dan santan kental.
7. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa, minyak hewan, margarin dan
mentega.
8. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu, makanlah sering ikan atau
ayam tanpa lemak sebagai pengganti.
9. Gunakan susu skim pengganti susu penuh.
10. Batasilah penggunaan kuning telur hingga 3 butir seminggu.
11. Gunakanlah sering tahu, tempe dan hasil olahan kacang – kacangan lainnya.
12
12. Batasilah penggunaan gula, makanan, minuman manis, seperti : sirup, coca –
cola, limun, gula, dodol, tarcis, kolak, es krim, dan sebagainya.
1. Imunisasi
2. Imunitas sementara
4. Tidak meminjam barang orang lain selama kita tidak yakin dengan kondisi
kesehatan orang yang bersangkutan.
5. Setia pada pasangan dengan cara tidak melakukan hubungan seks dengan
berganti – ganti pasangan.
6. Tidak melakukan donor darah bila kita sendiri terkena penyakit hepatitis.
2.11 Contoh Menu Makanan Yang Sesuai Dengan Penderita Penyakit Hepatitis
13
- Tumis buncis muda
- Jus melon
Selingan Sore : Agar–agar buah
Makan Malam :
- Bubur tim saring
- Sup (Tofu,Wortel, Daun bawang, Seledri, Dada Ayam)
- Abon tabur
- Yoghurt
14
v Menu Hari Keempat
Makan Pagi :
- Bakpao
- Teh manis
Makan Siang :
- Nasi Tim
- Sup ayam makaroni (dada ayam, makaroni, wortel, seledri daun bawang, bawang
putih)
- Jus tomat
Makan Malam :
- Nasi tim
- Sapo tahu
- Jus pepaya
- Pudding
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang
disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Hepatitis terdiri dari beberap jenis, yaitu :
* hepatitis A
* hepatitis B
* hepatitis C
* hepatitis D
* hepatitis E
* kemungkinan hepatitis F dan G
3. Virus-virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera dan
kematian hepatosit dengan secara langsung membunuh sel dan dengan
merangsang reaksi peradangan dan imun yang mencederai atau
menghancurkan hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel
mast dan pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-sel yang
terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan
interstisium. Respon imun yang timbul kemidian mendukung respon
peradangan. Perangsangan komplemen dan lisis sel serta serangan antibodi
langsung terhadap antigen-antigen virus menyebabkan destruksi sel-sel yang
terinfeksi. Hati menjadi edematosa sehingga kapiler-kapiler kolaps dan aliran
darah berkurang yang menyebabkan hipoksia jaringan, akhirnya terbentuk
jaringan ikat dan fibrosis dihati.
4. Semua hepatitis virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara
klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain.
5. Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai
saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu-satunya
jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi.
3.2 Saran
1. Biasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat.
2. Selalu periksa kesehatan atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit
hepatitis.
16
DAFTAR PUSTAKA
5. Hartono, A. 2016. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. EGC: Jakarta
7. Longo DL & Fauci AS. Harrison’s Gastroenterology and Hepatology 2nd edition.
MC Graw Hill. 2013
9. Umar, 2013. Terapi diet bagi penderita liver atau hepatitis. Jakarta. Jurnal
Pengobatan Alami. Vol.31, No.08
10. Isselbacher dkk. 2015. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih
bahasa Asdie Ahmad H., Edisi 19, Jakarta: EGC
11. Mansjoer, Arief, Dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: EGC
http://pbh-batusangkar.blogspot.com/2011/06/makalah-tentang-hepatitis.html
http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/08/31/terapi-diet-bagi-penderita-liv
er-atau-hepatitis/
http://nutricymeal.blogspot.com/
17
http://www.hepatitis.com Hepatitis
http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm
http://sufijayabooks.com/2016/05/prinsip-dan-syarat-diet-penyakit-hati.html
18