Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU PENYAKIT DALAM

GASTRITIS

Disusun Oleh :
JAN EFFENDI HAMONANGAN
215 210 012

Dokter Pembimbing :
dr. EFRILYN SIDABUTAR, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR INTERNA
RUMAH SAKIT UMUM DR DJASAMEN SARAGIH
PEMATANG SIANTAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur yang besar saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dan
terimakasih kepada dr. Efrilyn Sidabutar, Sp.PD selaku pembimbing saya yang
memberi kesempatan bagi saya menyelesaikan makalah ini guna memenuhi persyaratan
penilaian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Dr.
Djasamen Saragih Pematangsiantar. Makalah ini membahas “GASTRITIS”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah
ini.
Saya selaku penyaji bahan juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
sempurna, sehingga dengan senang hati saya akan menerima segala bentuk kritik dan
saran yang membangun. Demikian tulisan ini saya sajikan, Atas kritik dan sarannya
saya ucapkan terimakasih.

Pematangsiantar, Februari 2020


Penulis,

Jan Effendi Hamonangan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
A. Definisi .......................................................................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................................... 3
C. Faktor Resiko.................................................................................................. 4
D. Patofisiologi ................................................................................................... 11
E. Diagnosis ....................................................................................................... 13
F. Penatalaksanaan.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit Gastritis atau yang lebih dikenal dengan sebutan maag, merupakan
salah satu penyakit yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Gastritis bukanlah
penyakit tunggal, tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada peradangan
lambung.1
Keluhan Gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita Gastritis kronis
selama bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk
mengobati keluhan Gastritis tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam
lambung sudah pernah diminum seperti antasida maupun yang lain, namun
keluhan selalu datang silih berganti. Keluhan yang bekepanjangan dalam
menyembuhkan Gastritis ini dapat menimbulkan gangguan psikologi seseorang
yaitu berupa stress. Stress ini bukan tidak mungkin justru menambah berat
Gastritis penderita yang sudah ada.2
Gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan di perkirakan diderita lebih
dari 1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia
dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua. 2 Angka kejadian
infeksi Gastritis Helicobacter Pylory pada beberapa daerah di Indonesia
menunjukan data yang cukup tinggi. di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis
sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup
tinggi sebesar 96,1 %. Sedangkan menurut Herlan (2001), bahwa adanya
penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin berdampak pada tingginya
kejadian Gastritis.1
Faktor etiologi Gastritis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan (20%),
merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi
(2%). Berdasarkan data statistik yang ada di Puskesmas Kecamatan Kemayoran
pada tahun 2009 sebanyak (40,9%), dan pada tahun 2010 sebanyak (32,7%). Hal
ini menunjukan bahwa terjadi penurunan pada penderita penyakit gastritis pada

1
setiap tahunnya, meskipun terjadi penurunan tetapi masih perlu adanya
penanganan dan perhatian khusus dalam perawatan maupun pencegahan untuk
mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada penderita gastritis.1
Dampak dari gastritis bisa mengalami komplikasi seperti perdarahan saluran
cerna bagian atas, hematemesis dan melena (anemia), ulkus peptikum, perforasi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar, atau makanan atau yang mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit. Sedangkan menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut
adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor- faktor agresif
atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.3
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung,
secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala
sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon
yang baik dengan antasid atau supresi asam.4
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, penulis dapat
menyimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa
lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan
karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung (seperti
makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan
minum alkohol.5
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala
yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan
gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan
Helicobacter pylori.6
B. Etiologi 6
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut

3
1. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung.
2. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal.
3. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
4. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada
lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.7
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :3
1. Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab lain
dari gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi
radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
C. FAKTOR RISIKO
1.  Pola Makan7
Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan
tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga
lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif
dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam

4
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung
kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan
kosongnya lambung.5
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit
gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,
sehingga timbul rasa nyeri.8 Secara alami lambung akan terus memproduksi
asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah
makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung
terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang
diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa
lambung serta menimbulkan rasa nyeri di seitar epigastrium. 7 Kebiasaan makan
tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu
berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat
mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak
peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut
bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar. 9 Produksi
asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu
pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan
merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan
makanan dapat merangsang sekresi asam lambung.10
b. Jenis Makanan.
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,
dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan
seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan
tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan
pedas. Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini
akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual

5
dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu
makannya.5
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam
seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan
iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis. 5 Gastritis dapat disebabkan
pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat
menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging
mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega.
Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung
membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan
lambat meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan
asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum
diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa
panas di ulu hati dan dapat mengiritasi.11
c. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam
jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika
konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh
dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi
besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat
kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
peradangan atau luka pada lambung.7
2. Kopi12
Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan
senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang
disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang
lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan
yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa
mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam
chlorogenic. Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan

6
bahwa berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan mineral lain
dalam kopi bisa memicu tingginya asam lambung. Sehingga tidak ada
komponen tunggal yang harus bertanggung jawab. Kafein dapat menimbulkan
perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta
sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum
kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya
pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat
menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan
aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin.
Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah
lambung yang sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang
meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung.5
Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang sering minum
kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang yang
memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung
biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar
kondisinya tidak bertambah parah.12
3. Teh13
Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku “The Miracle of
Enzyme” menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya
antioksidan lebih dari dua gelas secara teratur, sering menderita penyakit yang
disebut gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak
antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan berjenis
polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak.
Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang
disebut tannin. Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-
tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah teroksidasi. Tannin merupakan suatu
senyawa kimia yang memiliki afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan
sel epitel mukosa (selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi
proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang
permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi mukosa

7
terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin
menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada
membran mukosa usus. Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara
dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat ini juga
berfungsi membekukan protein mukosa lambung. Asam tanat akan mengiritasi
mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa lambung menjadi
atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut menderita berbagai
masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada
keganasan lambung.
4. Rokok
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam
sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan
seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia
berbahaya seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene,
methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen,
benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-
lain. Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan
substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok
terhadap kesehatan.14
Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup
esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam
lambung, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan
cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam lambung
meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin. Selain itu, rokok
juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat penghambat asam lambung)
dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari,
dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam proses timbulnya
peradangan pada mukosa lambung.
Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan
sekresi bikarbonat dan aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan
berkaitan erat dengan komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok

8
juga dapat menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko
kekambuhan tukak peptik.15 Kebiasaan merokok menambah sekresi asam
lambung, yang mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung
(gastritis) sampai tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran
cerna juga lebih sulit selama orang tersebut tidak berhenti merokok.
5. Obat-Obatan
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah
aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (AINS). 4 Asam asetil
salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat
merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat
derivat asam salisilat yang dapat dipakai secara sistemik. Obat AINS adalah salah
satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen menghambat aktivitas
siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor
tromboksan dari asam arakhidonat. Siklooksigenase merupakan enzim yang
penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin
mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat
penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat
antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan
topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif
sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.4
Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan
faktor defensif terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan dapat
menyebabkan gastritis.4
6. Stress2
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap
situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan
merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan

9
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan
spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut.
7. Alkohol16
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama
dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida
yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-
sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap
toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan
minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol.
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah
lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol
dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga
kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam
lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah
banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum. Konsumsi
alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak
peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan
menurunnya kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena
ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta fisiologi mukosa
gastrointestinal.
8. Infeksi Helicobacter pylori2
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk
kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar
populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut
dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini. Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat

10
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori
ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan
penyebab tersering terjadinya gastritis.
9. Usia4
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis
dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan
bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih
cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun
daripada orang yang lebih muda.
Sebaliknya, jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan
dengan pola hidup yang tidak sehat. Kejadian gastritis kronik, terutama
gastritis kronik antrum meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di negara
Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis
kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai dekade ke-7. Selain
mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh terhadap
patogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan penereatotilien, empedu dan
lisolesitin.
D. PATOFISIOLOGI17
1. Proses Perjalanan Penyakit
Proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena obat- obatan, alkohol,
empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis
erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan
peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi
tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan- gangguan
tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat
terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat
korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung
(gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung
dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.

11
2. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah : 6
1. Gastritis akut
1)  Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
2)  Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung
sehinggs terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan
mual hingga muntah.
3)  Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.
2. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Helicobacter pylori
merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya deskuamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan
tubuh terhadap iritasi, metapalasia ini juga menyebabkan hilangnya sel
mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan
pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan
menimbulkan perdarahan.
3. Komplikasi
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi dari gastritis adalah : 6
a. Gastritis Akut
1)  Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan
melena. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan syok hemoragik yang bisa mengakibatkan kematian.

12
2)  Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan hamper
sama dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun pada tukak
peptic penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar
100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
b. Gastritis Kronis
1. Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terhadap
vitamin.
2. Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor intrinsik
dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan
terhadap vitamin B12.
3. Gangguan penyerapan zat besi.
E.  DIAGNOSIS6
Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan
gejalanya menetap maka dokter akan menduganya Gastritis. Dan bila
seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabanya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori  dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya

13
perdarahan pada lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi)
sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini.
Jika ada  jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek
dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen. Pemeriksaan radiologi yang
dapat dilakukan untuk pemeriksaan gastritis adalah dengan teknik radiografi
OMD ( Oesophagus Maag Duodenum ).

E. PENATALAKSANAAN
1. Gastritis Akut 3
Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila

14
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan
oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran
dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam digunakan antacid
umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya perforasi.
2. Gastritis Kronik3
Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan memuli
farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
Penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat
dilakukan endoskopi caranya yaitu dengan mengatasi dan menghindari penyebab
pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi
jika endoskopi dapat dilakukan berikan terapi eradikasi.6

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Jimmy. Jejaring Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia [On
Line] 2007. Dari : http://www.pppl.depkes.go.id/.
2. Budiana. 2006. Gambaran Pengetahuan Klien Tentang Gastritis.
http://www.scribd.com/doc/41520350/Gambaran-Pengetahuan-Klien-
Tentang-Gastritis/..
3. Brunner dan Suddart. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
4. Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI
5. Okviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/-
pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf
6. Mansjoer, Arif. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga jilid pertama.
Jakarta: Media Aesculapeus
7. Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya Beyer. 2004
8. Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
9.Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya.
http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinya..
10. Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
11. Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia
12. Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan Pencernaan.
http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640.
13. Shinya, Hiromi. 2008. The Miracle of Enzyme : Self-Healing Program.
Bandung: Qanita
14. Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat.
http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang-Ternyata-
Nikmat.
15. Beyer. 2004. Medical Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract
Disorders. Philadelphia: Saunders
16. Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
17. Price, Sylvia A, dkk.( 2005). Patofisiologi “Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit”, Edisi 6 Vol I. Jakarta: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai