Anda di halaman 1dari 43

Case report session

Penatalaksanaan Pada Kasus


Eklampsi Antepartum

Oleh :

NIKE TAMARA 1610070100056


MUHAMMAD SILPI 1610070100098

PRESEPTOR :
dr. Ade Ariadi, Sp.An
Pendahuluan

• Eklampsia adalah gangguan yang di tandai dengan adanya koma atau kejang yang
dapat terjadi sebelum, saat atau setelah persalinan. Preeklampsia adalah hipertensi
yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah ≥
140 mmHg dan proteinuria yang muncul pertama setelah kehamilan 20 minggu.
• Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum (antepartum), eklampsia
intrapartum, dan eklampsia postpartum, berdasarkan saat timbulnya serangan.
• Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin meningkat saat
mendekati persalinan.
• Preeklampsia/eklampsia adalah salah satu dari 3 penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu hamil di seluruh dunia.
• WHO (World Health Organization) menyebutkan eklampsia kematian ibu hamil
sebesar sebesar 12% di negara berkembang. Data Indonesia di WHO menunjukan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2013 adalah 190 per 100.000
kelahiran hidup.
Ilustrasi Kasus
Identitas
Nama: Ny. A
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Alahan panjang
Seorang pasien perempuan usia 24 tahun datang ke IGD RSUD M.Natsir pada tanggal
09 Februari 2021 pukul 22.00 rujukan dari RSIA Ananda dengan diagnosa penurunan
kesadaran ec eklamsia antepartum gravid preterm 23-24 mgg.
Pasien sebelumnya mengalami kejang 1x selama 5 menit dan tidak sadar
setelah kejang. Kejang seluruh tubuh, sebelum kejang pasien sempat
mengeluhkan nyeri kepala dan pasien tampak pucat. Keluhan mual muntah
dan adanya nyeri perut kanan atas disangkal pasien, batuk dan demam tidak
ada, sesak nafas tidak ada, edema pada kedua tungkai. Riwayat hipertinsi
disangkal. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus didalam keluarga
disangkal.
Hari I/ 09-02-20201, 22:00 WIB DI IGD
S -S :Pasien dengan keluhan penurunan kesadaran dan sebelumnya mengalami kejang 1x selama 5 menit sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit
O O:
Status generalis : -Laboratorium :
Kes: stupor, GCS E2V2M1
TD : 146/87 mmHg Hb 6,5 g/dl
HR :112x/i Leukosit 14.400 /mm3
RR : 24 x/I Trombosit 209.000/mm3
T : 36,5 C Hematokrit: 20,3
- Pemeriksaan fisik : Urinalisa:
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-), Pupil anisokor (3mm/4mm) Protein: +2
Jantung : Irama reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, nyeri, Bising Usus (+), DJJ 112x/i
Genitalia : PPV(-)
Ekstremitas: Akral dingin (+), Pucat (+), CRT <2 detik

G1P0A0 Gravida 23-24 minggu + eklampsi +anemia


A
Terapi :
P Oksigen nasal kanul 3L/menit
IVFD Ringer laktat drip Mgso4 40%
Inj. Furosemid 1 amp
Inj. Ceftriaxon 2x1 gr

rencana lanjutan:
konsul obgyn dan konsul anastesi untuk tindakan operasi sectio caesarea emergency
Hasil pemeriksaan pasien saat pasien di pindahkan ke ICU- post histerotomi a/I eklampsi tanggal 10-02-2021 pada pukul 00.53WIB
S -Pasien pendarahan di kedua hidung setelah pemasangan NGT, pendarahan mulut (+), pendarahan pervagina (+)

O -Status generalis :
KU : Tampak sakit berat -Laboratorium : jam 01.13 wib
Kes : dibawah pengaruh obat (GCS E2M1Vtube)
TD : 158/96 mmhg Hb :5,0 g/dl Elektrolit :
HR : 86x/i Ht : 14,7 % Natrium : 134,3 meq/L
RR : 22 x/i, Kalium : 5,4 meq/L
T : 36,4 C Leukosit 25.400 /mm3
- Pemeriksaan fisik : Trombosit 213.000/mm3 Clorida : 111,2 meq/L
Mata : Konjungtiva anemis (+/+),sklera tidak ikterik, pupil anisokor (2mm/3mm) kimia klinik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-) SGOT : 32 u/L
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen : supel, nyeri tekan(-), nyeri lepas(-)BU (+) SGPT : 22 u/L
Ekstremitas : Akral dingin (+), oedem pada kedua tungkai, CRT<2 detik. Albumin : 2,17 g/dl
A Post histerotomi a/i eklampsi + anemia berat Ureum : 85 mg/dl
Creatinin : 7,11 mg/dl
P Terapi :
IVFD RL 500 CC + oxytocin 20 iu/8 jam.
Syr. Propofol 50 mg/jam.
Syr. Tramadol 300 mg/24 jam.
E1 ceftriaxon 2x1 gr
Inj. Omeprazol 1x40 mg.
Transfusi PRC .
Inj. Asam traneksamat 3x500 mg.
Methyldopa 3x500 mg.
Ibuprofen 3x400 mg.
NAC 4X200 mg.
Nebu combiven II/ 8 jam.
Follow Up hari rawatan pasien
HARI RAWATAN ICU I (10-02-21)
S Pada pasien terdapat pendarah mulut, kejang (-), demam (-).
O Status generalis Laboratorium : jam 05.30
Tampak sakit berat Hb : 8,6 g/dl
Kesadaran : Ht :25,6%
GCS E2M1Vtube Leukosit :29.900 mm3
TD : 119/53 mmHg Trombosit :324.000 mm3
HR: 96 x/menit kimia klinik
RR : 12x/menit Ureum : 87 mg/dl GDS : 171 mg/dl
SPO2 : 94% Kreatinin : 8,24 mg/dl
T : 36,5 C Elektrolit
Pemeriksaanfisik Na : 135,6 meq/L
Mata : konjungtiva anemis(+/+), pupil anisokor 2mm/3mm. reflek kornea (+/ Kalium : 5.8 meq/L
+) Clorida : 109,4 meq/L
Jantung : irama regular, murmur(-), gallop(-) Urinalisa
Paru : vesikuler, Rh (+/+), Wh (-/-) Protein urin : +3
Abdomen: supel(+), nyeri tekan(-),nyeri lepas(-), BU(+) Imunologi
Ekstremitas : akral hangat,oedem pada kedua tungkai, CRT<2 detik, Procalcitonin (PCT) : 0,39 mg/dl
A Post histerotomi a.i eklamsi+ Aki on ckd +anemia
P • Terapi : • Fentanil 100 mcg.
• IVFD RL 500cc Drip oxcytocin 20 unit 8 jam/kolf • Methyldopa 3x500 mg
• Syr .tramadol 300 mg/ 24 jam • NAC 4x200 mg
• E1 Ceftriaxon 2x1 gr • Nebu combiven II/8 jam
• Inj omeprazol 1x40 mg • Paracetamol 4x500 mg.
• Inj. Ondansentron 3x 4 mg. • Fenitoin 2x100 mg (jika kejang).
• H1 dexametasone 4x10 mg. • Bicnat 3x500 mg.
• Asam traneksamat 3x500 mg • Asam folat 2x1 tab.
• Inj.Furosemid 20 mg. Diet : Mc 6x100 cc, Ap
• Transfusi PRC Cek ulang ureum,creatinine, elektrolit, albumin
• Albumin 25% 100 cc.
HARI RAWATAN ICU II (11-02-21)
S Pasien kejang(-), demam (-)
O Status generalis Laboratorium :
Tampak sakit berat Hb : 9.9 g/dl
Kesadaran : CMC Ht :28,7%
GCS E4M6Vtube Leukosit :25.000 mm3
TD : 123/69 mmHg Trombosit :113.000 mm3
HR: 101 x/menit kimia klinik
RR : 18 x/menit Albumin : 3.34 g/dl GDS : 120 mg/dl
T : 37,3 C Ureum : 76 mg/dl
SPO2: 91% Kreatinin : 4,40 mg/dl
Pemeriksaan fisik Kalsium: 6.88 mg/dl
Mata : konjungtiva anemis(+/+), pupil isokor (3mm/3mm). Elektrolit
Jantung : regular, murmur(-), gallop(-) Na : 137,4 meq/L
Paru : Rh (+/+), Wh (-/-) Kalium : 5.4 meq/L
Abdomen: supel(+), nyeri tekan(-),nyeri lepas(-), BU(+) Clorida : 106,3 meq/L
Ekstremitas : akral dingin,oedem pada kedua tungkai, CRT<2 detik Imunologi
Procalcitonin (PCT) : >50 mg/dl
A Post histerotomi a.i eklamsi+ Aki on ckd +anemia
P Terapi :  Inj. Fentanil 1 amp+ 2 amp
IVFD D 10 %/ 24 jam. Inj. Diazepam 1 amp.
Syr tramadol 200 mg /24 jam Methyldopa 3x250 mg
Syr. furosemid 5 mg/jam. NAC 4x200 mg
Inj ondasentron 3x4 mg Paracetamol 4x750 mg
H2 dexametasone 3x10 mg Asam folat 2x1 tab
E1 meropenem 3x1 gr. Nebucombiven II/8 jam
Inj omeprazole 1x 40 mg Fenitoin 2x100 (bila kejang)
Inj asam traneksamat 3x500 mg  
Inj metroclorperamide 3x10 mg. Diet : MCRP 6x200 cc, Ap
Rencana lanjutan :
Besok rencana HD , RO thorak, Cek ureum,creatinine/hari.
HARI RAWATAN ICU III (12-02-21)
S Pada pasien terdapat slem kehitaman(+), demam(-), kejang (-)
O Status generalis Laboratorium:
Tampak sakit berat Ureum : 49 mg/dl
Kesadaran : CMC Kreatinin : 2.00mg/dl
GCS E4M6Vtube Kalsium : 7.76 mg/dl
TD : 154/88 mmHg
HR: 101 x/menit GDS : 102 mg/dl
RR : 19x/menit
SPO2 : 85% Elektrolit :
T : 37 C Na : 137,1 meq/L
Pemeriksaan fisik Kalium : 4.6 meq/L
Mata : konjungtiva anemis(+/+), Sklera tidak ikterik, pupil isokor (+/+) Clorida : 105,7 meq/L
Jantung : irama reguler, murmur(-), gallop(-)
Paru : Rh (+/+), Wh (-/-)
Abdomen: supel(+), nyeri tekan(-),nyeri lepas(-), BU(+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem pada kedua tungkai,CRT<2 detik
A Post histerotomi a.i eklamsi+ Aki on ckd +anemia
P Terapi : NAC 4x200 mg
IVFD D 10 % 500cc/24 jam Methyldopa 3x250 mg
Syr tramadol 200 mg /24 jam Paracetamol 4x500 mg
Syr furosemid 5 mg/jam Asam folat 2x1 tab
E2 meropenem 3x1 gr Bicnat 3x500 mg
Inj. Metrocloperamid 3x10 mg Nebu combiven II/8 jam
Inj ondasentron 3x4 mg Diet : MCRP 35 gr 6x200 cc, Ap
Inj omeprazole 2x40 mg
Inj asam traneksamat 3x500 mg
Inj. Vit k 3x10 mg .
H3 dexametasone 2x10 mg
HARI RAWATAN ICU IV (13-02-21)
S Pasien sesak nafas,slem (+) kemerahan, kejang(-), demam (-)
O Status generalis Pemeriksaan fisik
Tampak sakit berat Mata : konjungtiva anemis(-/-),Sklera tidak ikterik
Kesadaran : somnolen Jantung : regular, murmur(-), gallop(-)
GCS E3M5Vtube Paru : Rh (+/+), Wh (-/-)
TD : 132/84 mmHg Abdomen: supel(+), nyeri tekan(-),nyeri lepas(-), BU(+)
HR: 132 x/menit Ekstremitas : akral hangat, oedem pada kedua tungkai,CRT<2 detik
RR : 35 x/menit Laboratorium:
SPO2: 69% Ureum : 83 mg/dl
T : 37 C Kreatinin :5.17 mg/dl
GDS : 109 mg/dl
A Post histerotomi a.i eklamsi+ Aki on ckd +anemia
P IVDF D 10 % 500cc/24 jam Fenitoin K/P
Syr. Propofol 50 mg/jam NAC 4x200 mg
Syr omeprazol 200 mg/24 jam Methyldopa 3x500 mg
Syr tramadol 200 mg /24 jam Paracetamol 4x500 mg
Syr furosemid 7,5 mg/jam Asam folat 2x1 tab
Syr NTG diencerkan. Bicnat 3x500 mg
E3 inj. meropenem 3x1 gr Nebu combiven II/8 jam
Inj ondasentron 3x4 mg
H4 dexametasone 1x10 mg  
Inj metroclorperamide 3x10 mg Diet : MCRP 35 gr 6x200 cc, Ap
Inj asam traneksamat 3x500 mg
Inj. VIT K 3x1 amp
HARI RAWATAN ICU V (14-02-21)
S Pasien sesak nafas,slem (+) kemerahan, kejang(-), demam (+)
O Status generalis Pemeriksaanfisik
Tampak sakit berat Mata : konjungtiva anemis(+/+), Sklera tidak ikterik
Kesadaran : somnolen Jantung : regulr, murmur(-), gallop(-)
GCS E3M5Vtube Paru : Rh (+/+), Wh (-/-)
TD : 109/72 mmHg Abdomen: supel(+), nyeri tekan(-),nyeri lepas(-), BU(+)
HR: 145 x/menit Ekstremitas : akral hangat,oedem pada kedua tungkai, CRT<2
RR : 36x/menit LABORATORIUM:
SPO2 : 95% Ureum : 124 mg/dl
T : 38,6 C Kreatinin : 9,42 mg/dl
GDS : 125 mg/dl
A Post histerostomi a.i eklamsi+aki on ckd+anemia +sepsis
P IVDF D 10 % 500cc/24 jam Fenitoin bila kejang(200mg)
Syr tramadol 200 mg /24 jam NAC 4x200 mg
Syr furosemid 7,5 mg/jam Methyldopa 3x500 mg
Syr Propofol 50mg/jam Paracetamol 4x750 mg
Syr. Omeprazole 200mg/24 jam Ibuprofen 4x400 mg.
E4 meropenem 3x1 gr Asam folat 2x1 tab
Inj ondasentron 3x4 mg Bicnat 3x500 mg
Inj asam traneksamat 3x500 mg Nebu combiven II/8 jam
Inj vit k 3x10 mg
Inj metroclorperamide 3x10 mg
Fluconazole inf 2x200 mg. Diet : MCRP 35 gr 6x200 cc, Ap
 
 
HARI RAWATAN ICU VI (15-02-21)
S Pasien sesak nafas,kejang(-), demam (+)
O Status generalis LABORATORIUM:
Tampak sakit berat Hb : 9,9 g/dl
Kesadaran : dibawah pengaruh obat Hematokrit: 28,7%
GCS E3M5Vtube Leukosit : 23.900 mm3
TD : 100/55 mmHg Trombosit : 104.000 mm3
HR: 130 x/menit
RR : 22 x/menit Kimia klinik
SPO2: 93% Gula darah : 76 mg/dl
T : 40,4 C Ureum : 199 mg/dl
Pemeriksaanfisik Kreatinin : 6,53 mg/dl
Mata : konjungtiva anemis(+/+),Sklera tidak ikterik
Jantung : regular, murmur(-), gallop(-)
Paru : Rh (+/+), Wh (-/-)
Abdomen: supel(+), nyeri tekan(-),nyeri lepas(-), BU(+)
Ekstremitas : akral dingin,oedem pada kedua tungkai, CRT<2 detik
A Post histerostomi a.i eklamsi+Aki on ckd+Anemia+sepsis
P Terapi : Fenitoin bila kejang(200mg)
IVFD D 10 % 500cc/24 jam NAC 4x200 mg
Syr. Propofol 50 mg/jam Methyldopa 3x500 mg
Syr omeprazol 200 mg/24 jam Paracetamol 4x750 mg
Syr tramadol 200 mg /24 jam Ibuprofen 4x400 mg
Syr Norephinephrin 4 mg. Asam folat 2x1 tab
Syr furosemid 7,5 mg/jam Bicnat 3x500 mg
E4 meropenem 3x1 gr Nebu combiven II/8 jam
Inj ondasentron 3x4 mg
Inj metroclorperamide 3x10 mg Diet : MCRPRG 6x200 cc, Ap
Fluconazole inf 2x200 mg
ICU (15-02-2021)
Jam Masalah

21.11
• Ku: tampak sakit berat
• Kes : E1M1VTube
• TD : 50/20 mmHg
• Nadi : 163x/menit
• SaO2 : 86%
• T : 42 c

21: 16 TD : -
Nafas: -
HR -
Ekg :PEA

Dilakukan RJP  injeksi epinefrin 2 ampul

unrespon

Pasien apneu
Nadi : tidak teraba
TD : tidak terukur

pupil pasien midriasis, EKG asistol

Pasien dinyatakan meninggal dihadapan petugas dan keluarga
Ro Thorax 11 februari 2021
Ro thorax :
Jantung kesan tidak membesar
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trakea ditengah. Kedua hilus suram.
Corakan bronkovaskular kedua paru meningkat
Tampak infiltrate dikedua lapangan paru terutama sentral
dan paru kiri.
Hemidiaghfragma licin. Sinus kostofrenikus kiri suram,
kanan lancip.
Jaringan lunak dinding dada terlihat baik

Kesan : gambaran edema paru dengan suspek efusi pleura


kiri
Ro Thorax 12 februari 2021
Ro thorax :
Jantung kesan tidak membesar
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trakea ditengah. Kedua hilus suram.
Corakan bronkovaskular kedua paru meningkat
Tampak infiltrate dikedua lapangan paru terutama sentral dan
paru kiri.
Hemidiaghfragma licin. Sinus kostofrenikus kiri dan kanan
lancip.
Jaringan lunak dinding dada terlihat baik

Kesan : dibandingkan radiografi thorax sebelumnya saat ini


perbaikan.
Infiltrat dikedua lapangan paru kanan berkurang
EKG : 12 februari 2021

Irama sinus Takikardi, HR 150x/i,PR


interval normal, QT interval normal, Q
patologis(-),T inverted (-), st elevasi(-),st
depresi9-),RVH/LVH/RAH/LAH (-)RBBB
(-) LBBB (-)
EKG 13 februari 2021
Irama sinus Takikardi, HR 150x/i,PR
interval normal, QT interval normal, Q
patologis(-),T inverted (-), st elevasi(-),st
depresi9-),RVH/LVH/RAH/LAH (-)RBBB
(-) LBBB (-)
Tinjauan Pustaka
Diagnosis dan Gambaran Klinik
Eklampsia
• Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeklampsia.
Preeklampsia dibagi menjdai ringan dan berat. Penyakit digolongkan
berat bila ada satu atau lebih tanda dibawah ini :
• Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih
• Proteinuria >+3
• Oliguria
• Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium
• Edema paru atau sianosis.
• Pada umumnya serangan kejang didahului dengan memburuknya
preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah
frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri di daerah epigastrium, dan
hiperrefleksia
Faktor Risiko
• Dari beberapa studi dikumpulkan ada beberapa fakto risiko preeklampsia, yaitu :
• Usia ibu >35 thn
• Nulipara
• Riwayat preeklampsia eklampsia sebelumnya
• Riwayat keluarga preeklampsia eklampsia
• Kehamilan ganda
• Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DM tipeI)
Penatalaksanaan Pre-eklampsia dan Eklampsia

• Penatalaksanaan eklampsia pada prinsipnya adalah untuk mencegah


dan juga menghentikan kejang secepatnya, mempertahankan fungsi
organ vital, koreksi terhadap terjadinya hipoksia dan asidosis,
mengendalikan tekanan darah dalam batas aman pengakhiran, dan
mencegah serta mengatasi penyulit untuk mencapai stabilisasi
keadaan ibu seoptimal mungkin.
• Terminasi kehamilan merupakan terapi definitive preeklampsi dan
eklampsi
• Anti Hipertensi
• Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral
• Atau metildopa yang diberikan 3x 500 mg
Komplikasi Eklampsia
a. Paru
• Edema paru adalah tanda prognostik yang buruk yang menyertai
eklampsia. Faktor penyebab atau sumber terjadinya edema adalah :
• Pneumonitis aspirasi setelah inhalasi isi lambung jika terjadi muntah pada
saat kejang;
• Kegagalan fungsi jantung yang mungkin sebagai akibat hipertensi akibat
berat dan pemberian cairan intravena yang berlebihan.
b.Otak
• Pada preeklampsia, kematian yang tiba-tiba terjadi bersamaan dengan
kejang atau segera setelahnya sebagai akibat perdarahan otak yang hebat.
c. Mata
• Kebuataan dapat terjadi setelah kejang atau dapat terjadi spontan
bersama dengan preeklampsia.
d. Psikosis
• Eklampsia dapat diikuti keadaan psikosis dan mengamuk, tapi
keadaan ini jarang terjadi.
e. Sistem hematologi
• Plasma darah menurun, viskositas darah meningkat,
hemokonsentrasi, gangguan pembekuan darah, sindroma HELLP.
f. Ginjal
• Filtrasi glomerulus menurun, aliran plasma ke ginjal meningkat, gagal
ginjal akut.
g. Hepar
• Nekrosis periportal, gangguan sel liver, perdarahan subkapsuler.
h. Uterus
• Solusio plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan pascapartum.
i. Kardiovaskuler
• Cardiacarrest, acutedecompensatiocordis, spasme vaskular menurun,
tahanan pembuluh darah tepi meningkat, indeks kerja ventrikel kiri
naik, tekanan vena sentral menurun, tekanan paru menurun.
Pembahasan
Seorang pasien perempuan usia 24 tahun datang ke IGD RSUD M.Natsir pada
tanggal 09 Februari 2021 pukul 22.00 wib rujukan dari RSIA Ananda dengan
diagnosa penurunan kesadaran ec eklampsia antepartum gravid preterm 23-24 mgg.
Pasien sebelumnya mengalami kejang 1x selama 5 menit dan tidak sadar setelah
kejang. Kejang pada seluruh tubuh, sebelum kejang pasien sempat mengeluhkan
nyeri kepala hebat dan pasien tampak pucat. Keluhan mual muntah dan adanya
nyeri perut kanan atas disangkal pasien, batuk dan demam tidak ada, sesak nafas
tidak ada. Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat penyakit jantung tidak ada, riwayat
DM tidak ada. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus didalam keluarga
disangkal. Pasien dilakukan operasi emergency untuk terminasi kehamilan.
• Gejala klinis yang ditemui pada pasien ditemukan tanda-tanda dari
eklampsi yaitu Hipertensi dengan tekanan darah 146/87 mmhg dan
kemudian disertai kejang, sakit kepala hebat,pasien pucat, Pada
pasien didapatkan hasil pada pemeriksaan laboratorium yang khas
yaitu protein uria +3.

• Diagnosa awal ditegakkan ialah G1P0A0 Gravida 23-24 minggu


dengan eklampsia
Terapi awal pada pasien ini saat di IGD:
• O2 nasal kanul 3L/menit
• IVFD RL Drip MgSO4 40%
• Inj. Furosemid 1 amp
• Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
• Pasien diindikasikan untuk dilakukan terminasi kehamilan emergency dengan
Teknik anastesi umum a.i eklampsia antepartum. Dilakukan general anastesi
karena pasien mengalami penurunan kesadaran. pasien dengan penurunan
kesadaran harus dipastikan pertukaran gas pada pasien harus optimal yaitu
dengan melakukan intubasi sehingga airway pasien optimal selama operasi
berlangsung. Jika menggunakan regional anastesi akan terjadi vasodilatasi
pembuluh darah yang akan menyebabkan hipotensi .
pasien dipindahkan kan ke icu pada tanggal 10 februari 2021 pukul 00.54 WIB untuk
memantau hemodinamik pasien. Di ICU pasien terdapat pendarahan pervaginam dan
pendarahan dikedua hidung setelah pemasangan NGT .Pasien tampak sakit berat dengan
GCS E2M1Vtube.tanda-tanda vital tidak stabil. dan pemeriksaan fisik ditemukan pupil
anisokor(2mm/3mm). diberikan RL 500 CC+ oxytocin 20 u/8 jam. Oxytocin merupakan
golongan hormon sintesis untuk memicu kontaksi rahim dan mengontrol pendarahan
setelah melahirkan. Dan juga pasien diberikan inj. Asam traneksamat gol antifibrinolitik
untuk menghentikan pendarahan. Dan syr. Tramadol untuk menghilangkan rasa nyeri.
Pasien diberikan transfusi PRC untuk mengatasi anemia pada pasien. Pasien diberikan
albumin 25% 100 cc untuk kondisi hipoalbuminemia pada pasien.
• Pada rawatan hari ke II dan ke III di ICU, kesadaran pasien mulai membaik dengan
GCS E4M6Vtube, Tanda-tanda vital sudah membaik.Pemeriksaan fisik ditemukan
pupil isokor(3mm/3mm), oedem pada kedua tungkai dan pada pemeriksaan
laboratorium Hb : 9.9 g/dl,Leukosit :25.000 mm3,Trombosit :113.000 mm3,
Albumin : 3.34 g/dl,Ureum : 76 mg/dl, Kreatinin : 4,40 mg/dl, GDS :120
mg/dl.diberikan tambahan terapi IVFD D 10 %/ 24 jam golongan glukosa untuk
menangani hipoglikemia pada pasien, Syr. furosemid 5 mg/jam golongan loop
diuretik untuk mengeluarkan cairan yang berlebih dalam tubuh melalui urin ,E1
meropenem 3x1 gr obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri.
Pada hari rawatan ke IV kondisi pasien mengalami perburukan. pasien
sesak nafas, slem(+) kemerahan, udem pada kedua tungkai. Kesadaran
pasien mengalami perburukan menjadi somnolen dengan GCS
E3M5Vtube, TTV pasien mengalami perburukan yaitu TD : 132/84
mmHg,HR: 132 x/menit,RR : 35 x/menit ,SPO2: 69%,T : 37 C.
pemeriksaan laboratorium ditemukan Ureum : 83 mg/dl, Kreatinin :
5.17 mg/dl. Pasien diberikan terapi tambahan ,syr. NTG golongan nitrat
yang bekerja sebagai vasodilator untuk menurun tekanan darah pada
pasien.
Pada hari rawatan ke V dan VI kondisi pasien mengalami
perburukan. pasien sesak nafas, slem(+) kemerahan, udem pada
kedua tungkai, Kesadaran pasien dengan GCS E3M5Vtube, Keluhan
juga disertai dengan demam, hipotensi, takikardi, takipneu.
Kemudian didapatkan pemeriksaan penunjang leukosit 23.000 mm3.
semua ini menggambarkan gejala dari sepsis. Pasien diberikan terapi
tambahan, ibuprofen golongan NSAID untuk meredakan demam pada
pasien,inj. syr norephinephrin golongan vasokontriktor untuk
menangani TD rendah pada pasien yang mengalami syok sepsis.
sepsis terjadinya disfungsi organ yang mengancam jiwa disebabkan
oleh kelainan regulasi respon host terhadap infeksi bakteri,virus dan
jamur. Disfungsi organ dinyatakan sebagai perubahan akut pada
kriteria Q-sofa >2 . Yaitu : terganggunya status kesadaran GCS<13, TDS
< 100 mmhg, pernapasan >22x/i. Dan disertai dengan tanda sirs
yaitu, takikardi(>90x/i), takipneu(>20x/i), suhu (<36 c />38 c), leukosit
(<4000/mm3 atau >12.000/mm3).
• Pada hari rawatan ke VI tanggal 15-02-2021 pada jam 21.11 wib
Pasien mengalami perburukan kesadaran dengan GCS E1M1Vtube,
TD : 50/20 mmHg,Nadi : 163x/menit, SPO2 : 86%,T : 42 c.
• Pada jam 21.16 wib
TD : -, Nafas: -, HR :tidak teraba, Ekg :PEA , dilakukan RJP dan injeksi
epinefrin 2 ampul .
• Pada jam 21.31 wib
Pasien apneu,Nadi : tidak teraba, TD : tidak terukur.
pupil pasien midriasis, dan EKG asistol.
Pasien dinyatakan meninggal pada jam 21.31.
Kesimpulan
• Eklampsia adalah gangguan yang di tandai dengan adanya koma atau
kejang. Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada kehamilan
yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah ≥ 140
mmHg dan proteinuria >+2 yang muncul pertama setelah kehamilan
20 minggu.
• Pada umumnya serangan kejang didahului dengan memburuknya
preeklampsia dan terjadinya tanda-tanda impending yaitu nyeri
kepala di daerah frontal yang berat dan menetap, gangguan
penglihatan (pandangan kabut), mual muntah, nyeri di daerah
epigastrium, perubahan mental sementara dan hiperrefleksia
Penatalaksanaan eklampsia pada prinsipnya adalah untuk mencegah
dan juga menghentikan kejang secepatnya, mempertahankan fungsi
organ vital, koreksi terhadap terjadinya hipoksia dan asidosis,
mengendalikan tekanan darah dalam batas aman pengakhiran, dan
mencegah serta mengatasi penyulit untuk mencapai stabilisasi keadaan
ibu seoptimal mungkin.
• Dalam penatalaksanaan terlebih dahulu harus diperhatikan jalan
nafasnya. Kemudian dilakukan penatalaksanakan umum dengan
pemberian oksigen dan cairan intravena. Lalu diberikan MgSO4
loading dose sebanyak 4gr, penggunaan MgSO4 bersifat perifer dan
depresan sehingga kejang dapat dihentikan. Pemberiannya diberikan
4 gr atau 10 mL dari 40% MgSO4 yang dilarutkan dalam10 mL
akuades, setelah itu dilanjutkan 6 gr MgSO4 atau 15 mL MgSO4 cair
40%, Pemberiannya dapat diulang hingga 24 jam pasca persalinan
atau kejang berakhir. Kemudian diberikan obat antihipertensi seperti
Nifedipin 10 mg peroral.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai