Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS

Ananda Listiarini (140100018)


Astriyani Br. Kemit (120100318)
Derissa Khairina Khaidirman (140100129)
Dia Asri (140100003)

PEMBIMBING : dr. Wulan Fadinie, M.Ked (An) Sp. An


LATAR BELAKANG
Epidural hematoma  salah satu jenis perdarahan intracranial yang
umumnya terjadi karena fraktur calvaria akibat cedera kepala sehingga
menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan darah terakumulasi
dalam ruang antara durameter dan calvaria.

EDH  menempati ruang dalam intracranial  perluasan yang cepat


pada lesi  menimbulkan penekanan pada otak  terjadinya
penurunan kesadaran, kecacatan baik bersifat reversible maupun
irreversible dan bahkan kematian.

2
LATAR BELAKANG
Lokasi yang paling sering adalah
• di bagian temporal atau temporoparietal (70%)
• dan sisanya di bagian frontal, oksipital, dan fossa serebri posterior.
Sumber Perdarahan paling lazim, adalah : cabang arteri meningea
media, akibat fraktur yang terjadi dibagian temporal tengkorak. Namun
kadangkala dapat pula dari arteri atau vena lain, atau bahkan
keduanya.
EDH banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan
rasio 4:1 namun tidak terkait dengan ras tertentu.
EDH 60 % penderita adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang
terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun.

3
LATAR BELAKANG
Angka mortalitas yang terkait dengan EDH diestimasikan 5-50% yang
dipengaruhi oleh tingkat kesadaran, jumlah perdarahan dan lokasi.
Berdasarkan tingkat Kesadaran, yaitu :
• pada kesadaran penuh angka mortalitas 0%,
• pada penurunan kesadaran ringan sampai sedang 9%
• dan pada pasien koma 20%.
Berdasarkan lokasi, yaitu :
• pada EDH intrakranial mencapai 15-20%
• dan EDH di fossa posterior mencapai 26%

4
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

DATE
ANATOMI
Secara umum otak dilindungi oleh :
1. Kulit kepala (SCALP)
• Skin atau kulit, tebal, berambut dan mengandung banyak kelenjar sebacea
• Connective tissue atau jaringan penyambung, merupakan jaringan lemak fibrosa yang
menghubungkan kulit dengan aponeurosis dari m. occipitofrontalis di bawahnya
• Aponeurosis atau galea aponeurotika, merupakan suatu jaringan fibrosa, padat, dapat
digerakkan dengan bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal,
menghubungkan otot frontalis dan otot occipitalis.
• Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar, menghubungkan aponeurosis galea
dengan periosteum cranium (pericranium). Mengandung beberapa arteri kecil dan beberapa v.
emmisaria yang menghubungkan v.diploica tulang tengkorak dan sinus venosus intracranial.
• Pericranium merupakan periosteum yang menutupi permukaan tulang tengkorak, melekat erat
terutama pada sutura karena melalui sutura ini periosteum akan langsung berhubungan
dengan endosteum (yang melapisi permukaan dalam tulang tengkorak).
DATE
ANATOMI

2. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari calvarium (kubah) dan basis cranii (bagian
terbawah).
3. Meningens
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3
lapisan yaitu:
• Duramater adalah selaput keras yang terdiri atas jaringan ikat fibrosa
yang melekat erat pada permukaan dalam kranium.
• Arachnoid adalah membran fibrosa halus, tipis, elastis, dan tembus
pandang.
• Piamater adalah membran halus yang melekat erat pada permukaan
korteks cerebri, memiliki sangat banyak pembuluh darah halus, dan
merupakan satu-satunya lapisan meningeal yang masuk ke dalam semua
sulkus dan membungkus semua girus.
DATE
ANATOMI DURAMATER

DATE
ANATOMI DURAMATER

Durameter diuraikan sebagai dua lapisan, yaitu :


1. lapisan endosteal /periosteal, suatu periosteum yang menutupi
permukaan dalam tulang – tulang cranium. Pada foramen
magnum lapisan endosteal tidak berlanjut dengan durameter
medulla spinalis. Pada sutura, lapisan endosteal berlanjut
dengan ligamentum sutura. Lapisan endosteal paling kuat
melekat pada tulang diatas dasar cranium.
2. lapisan meningeal, merupakan durameter yang sebenarnya.
Lapisan meningeal merupakan membrane fibrosa kuat, padat
menutupi otak, dan melalui foramen magnum berlanjut dengan
durameter medulla spinalis.

DATE
ANATOMI DURAMATER

• Persarafan Durameter
terutama berasal dari cabang n. Trigeminus, tiga saraf servikalis
bagian atas, bagian servikal trunkus simpatikus dan n.Vagus.

• Perdarahan Durameter
Banyak arteri mensuplai durameter, yaitu: arteri karotis interna,
arteri maxilaris, arteri paringeal asenden, arteri occipitalis dan arteri
vertebralis. Dari segi klinis, yang paling penting adalah arteri
meningea media, yang umumnya mengalami kerusakan cedera
kepala.

DATE
AUTOREGULASI
(REAKSI ARTERI TERHADAP TEKANAN)
Autoregulasi serebral  merupakan mekanisme dimana aliran darah
serebral cenderung untuk tetap konstan dalam kisaran tertentu dari tekanan
darah serebral.
Regulasi Aliran Darah Serebral
Sistem saraf pusat = 2% dari total berat badan (rata-rata berat otak 1300
sampai 1500 gram) memiliki kebutuhan energi yang tinggi.
Konsumsi oksigen serebral yaitu 3,5 mL per 100g/mnt yang mana
merupakan 20% dari konsumsi total oksigen tubuh.
Aliran darah serebral bergantung pada perbedaan tekanan antara arterial
dan vena sirkulasi serebral dan secara terbalik proporsional terhadap
resistensi vaskular serebral.
Tekanan vena pada kapiler darah tidak bisa diukur dan tekanan intrakranial
(intracranial pressure/ICP) sangat dekat dengan tekanan vena, diukur untuk
memperkirakan tekanan perfusi serebral (cerebral perfusion pressure/CPP).
CPP dihitung sebagai perbedaan antara tekanan arteri rata-rata (mean
arterial pressure/MAP) dan ICP

DATE
AUTOREGULASI
(REAKSI ARTERI TERHADAP TEKANAN)
Nilai ICP normal pada orang dewasa yaitu <10 mmHg s/d 20 mmHg
Nilai CPP 60 mmHg umumnya diterima sebagai nilai minimal
Dua konsep yang penting yaitu:
1. Doktrin Monro-Kelle
Doktrin Monro-Kelle menyatakan bahwa volume total isi intrakranial
(jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal (CSF) tetap konstan
selama ditampung oleh kompartmen yang rigid (skull), sebagai
berikut:8
VC = Votak + Vdarah + VCSF
Dengan peningkatan volume dari salah satu bagian bisa memulai
kompensasi dengan penggantian salah satu dari komponen yang lain

DATE
AUTOREGULASI
(REAKSI ARTERI TERHADAP TEKANAN)
2. Kurva volume-pressure

Dengan adanya peningkatan volume, mekanisme kompensasi


dimunculkan, sehingga peningkatan lebih lanjut pada volume
menghasilkan peningkatan tajam ICP

DATE
AUTOREGULASI
(REAKSI ARTERI TERHADAP TEKANAN)
Patofisiologi aliran darah cerebral pada trauma cedera kepala
Aliran darah otak dijaga dalam level yang konstan pada otak normal saat fluktuasi
biasa pada tekanan darah dengan proses autoregulasi.
Normalnya autoregulasi menjaga aliran darah konstan antara tekanan arteri rata-
rata (MAP) 50mmHg dan 150 mmHg. Namun, pada otak yang iskemik atau
mengalami trauma, atau sedang mendapat agen vasodilator (agen votil dan sodium
nitropruside) aliran darah otak CBF bisa bergantung pada tekanan darah.
Defek autoregulasi aliran darah serebral bisa muncul segera setelah trauma atau
mungkin bisa berkembang selama waktu, dan hal ini menjadi transien atau persisten
dalam keadaan yang irrespective adanya kerusakan ringan, sedang, atau parah.
Sehingga tekanan arteri meningkat lalu CBF akan meningkat menyebabkan
peningkatan volume otak. Sama seperti jika tekanan turun, CBF juga akan turun
mengurangi tekanan intrakranial, tapi juga memicu pengurangan tak terkontrol CBF.

DATE
DEFENISI & EPIDEMIOLOGI
DEFINISI
Perdarahan intrakranial yang terjadi karena fraktur tulang tengkorak dalam ruang
antara tabula interna kranii dengan duramater.
• Epidural paling sering terjadi di daerah parietotemporal

EPIDEMIOLOGI

1. Frekuensi : 2% dari kasus trauma kepala (40.000 kasus per tahun), insidensinya
tetap stabil selama bertahun - tahun
2. Morbiditas : Tingkat mortalitas akibat hematoma epidural diperkirakan 5 – 50%.
Tingkat kesadaran sebelum operasi dikorelasikan dengan tingkat kematian 0%
pada pasien sadar, 9% untuk pasien yang diobati, 20% untuk pasien koma
3. Demografi : paling sering terjadi pada pasien usia produktif 20 – 30 dengan
perbandingan laki – laki dan perempuan yaitu 4:1
ETIOLOGI

Penyebab EDH baik intrakranial maupun spinal dapat dibagi menjadi


trauma dan non trauma.
• Penyebab trauma sering berupa benturan tumpul pada kepala
akibat serangan, terjatuh, atau kecelakan lain; trauma akselerasi-
deselerasi dan gaya melintang.
• Penyebab non trauma perdarahan epidural diantaranya adalah obat
antikoagulan, agen trombolisis, lumbal pungsi, anesthesia epidural,
koagulopati, penyakit hepar dengan hipertensi portal, kanker,
alkholisme kronik malformasi vascular, herniasi diskus, penyakit
paget pada tulang, valsava manuever.

DATE
PATOFISIOLOGI

Fraktur kranium  merobek dura dan sekaligus melukai jaringan


otak (laserasio)  kemudian darah mengalir ke dalam ruang
potensial antara duramater dan tulang kranium  laserasi arteri
maupun vena menyebabkan perluasan perdarahan yang cepat
Perluasan perdarahan atau hematom tidak melewati suture line
karena duramater melekat ketat, hanya pada sebagian kecil kasus
yang sedikit melewati suture line  Epidural Hematom (EDH)

DATE
DIAGNOSIS
Gambaran klinis
• Adanya laserasi kulit kepala, cephalohematoma atau kontusio.
• Interval lucid klasik dapat muncul pada 20-50% pasien perdarahan epidural. Hal ini
dapat terjadi karena pada awal kejadian, tekanan yang mudah-lepas menyebabkan
cedera kepala berakibat pada perubahan kesadaran sesaat lalu kesadaran pulih
kembali.
• Gejala yang sangat menonjol pada perdarahan epidural adalah penurunan tingkat
kesadaran yang progresif.
• Pada hipertensi intrakranial berat, respon Cushing mungkin muncul. Trias Cushing
klasik melibatkan hipertensi sistemik, bradikardia, dan depresi pernafasan.
• Penilaian neurologis sangat penting terutama pada tingkat kesadaran, aktivitas
motorik, pembukaan mata, respon verbal, reaktivitas dan ukuran pupil, parese
nervus kranialis dan tanda-tanda lateralisasi seperti hemiparesis atau hemiplegia.
GCS penting dalam menilai kondisi klinis terkini karena berhubungan dengan
keluaran klinis akhir
• Beberapa gambaran klinis yang dapat dijumpai yaitu: kelemahan ekstrimitas
(unilateral atau bilateral), defisit sensoris dengan paresthesia radikular (unilateral
atau bilateral), gangguan refleks tendon dalam, gangguan tonus sfingter kandung
kemih atau anal.
DATE
DIAGNOSIS
Foto Polos Kepala
Pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti sebagai
epidural hematoma. Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral
pada sisi yang mengalami trauma untuk mencari adanya fraktur
tulang yang memotong sulcus arteria meningea media.

Fraktur temporoparietal
DATE
DIAGNOSIS
CT Scan Kepala
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan
potensi cedara intrakranial lainnya. Densitas darah yang homogen
(hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral.
Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma, Densitas
yang tinggi pada stadium yang akut ( 60 – 90 HU), ditandai dengan
adanya peregangan dari pembuluh darah.

Perdarahan epidural intrakranial di temporoparietooccipital


DATE sinistra (A,B), nampak garis fraktur (C, anak panah)
DIAGNOSIS
MRI
Pada MRI kepala akan menggambarkan massa hiperintens
bikonveks yang menggeser posisi duramater, berada diantara tulang
tengkorak dan duramater. MRI kepala juga dapat menggambarkan
batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis
pemeriksaan yang dipilih untuk menegakkan diagnosis.

MRI kepala potongan koronal, didapatkan gambaran


perdarahan epidural di daerah vertex
DATE
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang lain perdarahan epidural

Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan diantaranya angiografi, lumbal pungsi,


electroencephalography (EEG) dan somatosensory evoked potential (SSEP) pada
perdarahan epidural spinal. Angiografi dapat dikerjakan bila ada kecurigaan
adanya malformasi vaskular. Lumbal pungsi tidak rutin dikerjakan karena
informasi yang didapatkan hanya sedikit. SSEP perlu dikerjakan pada perdarahan
epidural spinal untuk penilaian prognosis maupun selama intraoperatif.

DATE
DIAGNOSIS BANDING

24
TATALAKSANA
Tatalaksana umum
Primary survey dan resusitasi
a. Airway
Jalan nafas harus dibersihkan dari benda asing, lendir, atau
darah.Terhentinya pernafasan sementara dapat terjadi pada cedera otak,
dan dapat mengakibatkan gangguan sekunder. Intubasi endotrakeal dini
harus segera dilakukan pada penderita koma.
b. Breathing
Pada penderita dilakukan ventilasi dengan oksigen 100%.Tindakan
hiperventilasi harus dilakukan secara hati-hati pada penderita cedera otak
berat yang menunjukkan perburukan neurologis akut.
c. Circulation
Hipotensi biasanya tidak disebabkan oleh cedera otak itu sendiri, kecuali
pada stadium ter syok hemoragik. Hipotensi menunjukkan adanya
kehilangan darah yang cukup berat, walaupun tidak selalu tampak jelas.

DATE
TATALAKSANA
Tatalaksana Khusus
• Terapi Medikamentosa
1. Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
2. Mengurangi tekanan intrakranial
a. Hiperventilasi, bertujuan untuk menurunkan paO2 darah
sehingga mencegah vasodilatasi pembuluh darah. Selain itu
suplai oksigen yang terjaga dapat membantu menekan
metabolisme anaerob, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan asidosis.
b. Cairan hiperosmoler, diberikan untuk “menarik” air secara
osmotik dari jaringan otak (intrasel dan interstitial) ke dalam
ruang intra-vaskular lalu melalui diuresis. Cairan yang umum
digunakan adalah Manitol 10-15% 0,25-1g/KgBB diberikan per
infus selama 10-15 menit.
DATE
TATALAKSANA
c. Kortikosteroid, pendapat akhir-akhir ini cenderung menyatakan bahwa
kortikosteroid tidak/kurang bermanfaat pada kasus cedera kepala.
Penggunaannya berdasarkan pada asumsi bahwa obat ini menstabilkan sawar
darah otak. Dexametason pernah dicoba dengan dosis sampai 100 mg bolus yang
diikuti dengan 4x4 mg. Selain itu juga Metilprednisolon pernah digunakan dengan
dosis 6x15 mg dan Triamsinolon dengan dosis 6x10 mg.
d. Barbiturat, barbiturat digunakan untuk membius pasien sehingga metabolisme
otak dapat ditekan serendah mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan
menurun; karena kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih terlindung dari
kemungkinan kemsakan akibat hipoksi, walaupun suplai oksigen berkurang. Cara
ini hanya dapat digunakan dengan pengawasan yang ketat.
e. Hipotermia, karena tekanan intrakranial sangat tergantung pada suhu tubuh inti,
setiap penurunan suhu kurang dari 37 ° C akan menurunkan tekanan intrakranial
mengakibatkan pengurangan ICP namun terapi ini umumnya ditargetkan untuk
mendapatkan suhu inti tubuh yang lebih rendah yaitu 32oC sampai 34°C. Risiko
komplikasi infeksi karena terapi hipotermia tergantung durasi terapi, tingkat
komplikasi infeksi meningkat tajam pada terapi lebih dari 72 jam.
DATE
TATALAKSANA
Tatalaksana Khusus
• Terapi Bedah
Indikasi tindakan bedah pada perdarahan epidural intrakranial yang disarankan
Bullock dkk tahun 2006 yaitu :
 Volume hematom > 30 ml
 Keadaan pasien memburuk
 Pendorongan garis tengah > 5 mm
 Fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depresi dengan kedalaman >1
cm
 Ketebalan hematom lebih dari 5 mm dan pergeseran garis tengah dengan GCS
8 atau kurang
 Terdapat tanda-tanda neurologis lokal dan peningkatan TIK > 25 mmHg
Tindakan bedah yang dikerjakan dapat berupa kraniotomi dekompresif maupun
prosedur dengan minimal invasif seperti burr hole dengan drainase tekanan
negatif.
DATE
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
• Komplikasi yang sering terjadi pada perdarahan epidural
intrakranial adalah defisit neurologis bahkan kematian, kejang
post trauma karena kerusakan kortikal (biasanya 1-3 bulan setelah
trauma kepala), delayed effect termasuk postconccusion
syndrome seperti nyeri kepala, dizziness, vertigo, restlessness,
emosi yang labil dan kertidakmampuan untuk berkonsentrasi dan
kelelahan.
• Prognosis pasien dengan perdarahan epidural tergantung pada
usia, kesadaran awal masuk (GCS), perberatan klinis, perberatan
yang tertunda antara saat trauma dan intervensi bedah.

DATE
STATUS ORANG SAKIT
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
Identitas Pasien
Nama : A
Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dusun XVII Desa Percut

Tanggal Masuk : 23 Desember 2019

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 160 cm


ALLOANAMNESIS
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
Telaah :
Hal ini dialami pasien sejak ± 8 jam sebelum masuk
rumah sakit. Awalnya pasien sedang mengendarai sepeda
motor kemudian kepala pasien di hantam dengan batu oleh
orang tak dikenal dari arah kiri sehingga pasien tak sadarkan
diri. Pasien pingsan selama 15 menit kemudian sadar. Pasien
dibawa oleh warga sekitar ke klinik di percut lalu dirujuk ke
RSUP HAM. Sebelummya pasien sempat ke RS Materna dan
dilakukan CT Scan dengan hasil Epidural Hemorrhage dan
fraktur os. Frontalis kiri. Riwayat muntah dijumpai, kejang tidak
dijumpai.

RPT :-
RPO :-
TIME SEQUENCES
• Pasien tiba di IGD RSUP Haji Adam Malik
23 Des 2019 Medan
05.15

23 Des 2019
• Pasien dikonsultasikan ke departemen anestesi untuk manajemen airway.
05.30

• Telah terpasang ETT no. 7,5


23 Des 2019
• Telah terpasang CVC no. 7 Fr dengan kedalaman 15 cm
07.00 • Pasien diantar ke radiologi untuk dilakukan foto thorax dan CT scan.

• Pasien dikonsultasikan ke departemen anestesi untuk tindakan anestesi


23 Des 2019 pada operasi craniotomy evakuasi EDH dan koreksi fraktur
08.45

• Telah dilakukan operasi craniotomy evakuasi EDH dan koreksi fraktur


23 Des 2019 • Pasien dipindahkan ke HCU
13.30
PRIMARY SURVEY
(TANGGAL 23 DES 2019, PUKUL 05.15 DI IGD)
A (Airway)
- Oropharingeal tube terpasang, Non Rebreathing mask terpasang dengan O2 10L/menit
- Snoring (-), gurgling (-), crowing (-).

B (Breathing)
- RR: 28 x/menit.
- SaO2: 94%; 99 % via NRM 10 L/i
C (Circulation)
- Tekanan darah: 120/70 mmHg
- Nadi: 80 x/menit, reguler, T/V cukup
- Akral hangat
- CRT < 2”
- Terpasang IV line di tangan kiri
D (Disability)
- Sensorium: Sopor, GCS 6 E1V4M1
- Pupil isokor, refleks cahaya +/+, diameter 3mm/3mm
E (Exposure)
- Temp: 37,8oC
SECONDARY SURVEY
(TANGGAL 23 DES 2019 PUKUL 06.10 DI IGD)
B1 (Breath) : Airway clear; SpO2: 98% O2 via NRM 10 L/menit; SP: vesikuler; ST: Rh
(-/-), Wh (-/-); S/G/C: -/-/-

B2 (Blood) : Akral: hangat/merah/kering; TD: 130/80 mmHg; HR: 82 x/menit,


reguler, T/V cukup; CRT > 2 detik; Temperatur: 37,6°C,
sianosis (-)

B3 (Brain) : Sensorium: Sopor, GCS 6 E1V4M1 ; Pupil: isokor; Ø: ± 3 mm/3 mm;


RC +/+

B4 (Bladder) : Kateter terpasang, UOP (+), warna kuning jernih


B5 (Bowel) : Abdomen: soepel; peristaltik (+) normal

B6 : Krepitasi di jumpai pada regio frontalis sinistra; edema (-/-)


(Bone)
LABORATORIUM (TGL 23-12-2019)
Laboratorium Hasil Rujukan
HEMATOLOGI
- Hemoglobin 13 g/dL 13 – 18 g/dL
- Eritrosit 4,59 jt/µL 4,50– 6,50 jt/µL
- Leukosit 13.690/µL 4,000– 11,000/µL
- Hematokrit 37% 39 – 54 %
- Trombosit 230.000/µL 150.000– 450.000/µL
ELEKTROLIT
- Natrium 130 mEq/L 135 – 155 mEq/L
- Kalium 4,6 mEq/L 3,6 – 5,5 mEq/L
- Klorida 98 mEq/L 96 – 106 mEq/L
KARBOHIDRAT
- KGD sewaktu 110 mg/dl < 200 mg/dl
GINJAL
- BUN 11 mg/dl 9 – 21 mg/dl
- Ureum 24 mg/dl 19 – 44 mg/dl
- Kreatinin 0,75 mg/dl 0,7 – 1,3 mg/dl
WAKTU PROTROMBIN
- Pasien 16,5 detik
- Kontrol 14,00 detik
INR 1,21 0,8-1,3
APTT
- Pasien 31,7 detik
- Kontrol 33,0 detik
MSCT HEAD
TANPA
KONTRAS
Hasil :
EDH frontoparietal kiri
DIAGNOSIS
Pasien didiagnosis dengan Epidural Hemorrhage (L) frontal dengan open fraktur depressed (L) frontal

TATALAKSANA IGD
• Pembebasan jalan nafas melalui pemasangan Endotracheal Tube
• Stabilisasi servikal menggunakan colar brace
• Pemberian suplemen oksigen dengan flow 10 L/i via non-rebreathing mask
• Pasang NGT
• Pasang kateter urin
• IVFD RSol 20 gtt/i
• Inj. Ketorolac 30 mg
• Inj. Ranitidine 50 mg
• Inj. Ceftriaxone 1 gr
• CT scan Kepala
FOLLOW UP

23-25 Desember 2019


23 Desember 2019 (HCU IGD)

S Post operasi evakuasi EDH


- Airway: clear
- Breathing: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
- Sens: somnolen, GCS: E3M5V2, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm, RC +/+
O - TD: 120/80 mmHg, HR: 57x/i, SpO2: 98% tanpa suplementasi O2, RR: 19x/i
- UOP: kateter (+), kuning kecoklatan
- Abdomen: soepel, peristaltik (n)
- Ekstremitas: akral hangat, perfusi baik

A Post evakuasi EDH


F : Diet SV 1800 kkal + 60 gr protein
A : Inj. Ketorolac 30mg/8jam
S : Inj. Fentanyl 300mcg dalam 50cc NaCl 0,9% → 4cc/jam
P T : Inj. Heparin 5000 IU/12jam
H : Bed rest + head up 30o
U : Inj. Omeprazole 40mg/12jam
G : Cek kadar gula darah sewaktu berkala

R Cek kadar gula darah sewaktu

- Hb/Ht/Leu/Plt: 13,3/38/15.980/277.000
- PT/APTT/INR/TT: 16,5(14)/31,7(33)/1,21/13(16,5)
Lab - Na/K/Cl: 140/4,9/105
- BUN/Ur/Cr: 11/24/0,83
- KGDs: 103
24 Desember 2019 (HCU IGD)

S Post operasi hari ke-2

O - Airway: clear
- Breathing: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
- Sens: compos mentis, GCS: E4M6V5, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm, RC +/+
- TD: 100/60 mmHg, HR: 61x/i, SpO2: 98% tanpa suplementasi O2, RR: 18x/i
- UOP: Kateter (+), kuning jernih
- Abdomen: soepel, peristaltik (n)
- Ekstremitas: akral hangat, perfusi baik

A Post evakuasi EDH

P F : Diet SV 1800 kkal + 60 gr protein


A : Inj. Ketorolac 30mg/8jam
S : Inj. Fentanyl 300mcg dalam 50cc NaCl 0,9% → 4cc/jam
T : Inj. Heparin 5000 IU/12jam
H : Bed rest + head up 30o
U : Inj. Omeprazole 40mg/12jam
G : Cek kadar gula darah sewaktu berkala
R ₋ Cek kadar gula darah sewaktu
₋ Pindah ruangan

Lab - Hb/Ht/Leu/Plt: 13,3/38/15.980/277.000


- PT/APTT/INR/TT: 16,5(14)/31,7(33)/1,21/13(16,5)
- Na/K/Cl: 140/4,9/105
- BUN/Ur/Cr: 11/24/0,83
- KGDs: 121
25 Desember 2019 (HCU IGD)

S Post operasi hari ke-3

O - Airway: clear
- Breathing: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
- Sens: compos mentis, GCS: E4M6V5, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm, RC +/+
- TD: 100/80 mmHg, HR: 65x/i, SpO2: 98% tanpa suplementasi O2, RR: 12x/i
- UOP: Kateter (+), kuning jernih
- Abdomen: soepel, peristaltik (n)
- Ekstremitas: akral hangat, perfusi baik

A Post evakuasi EDH

P F : Diet SV 1800 kkal + 60 gr protein


A : Inj. Ketorolac 30mg/8jam
S : Inj. Fentanyl 300mcg dalam 50cc NaCl 0,9% → 4cc/jam
T : Inj. Heparin 5000 IU/12jam
H : Bed rest + head up 30o
U : Inj. Omeprazole 40mg/12jam
G : Cek kadar gula darah sewaktu berkala
R ₋ Cek kadar gula darah sewaktu
₋ ACC Pindah ruangan

Lab - Hb/Ht/Leu/Plt: 13,3/38/15.980/277.000


- PT/APTT/INR/TT: 16,5(14)/31,7(33)/1,21/13(16,5)
- Na/K/Cl: 140/4,9/105
- BUN/Ur/Cr: 11/24/0,83
- KGDs: 115
DISKUSI
Teori Kasus
Anamnesis pada kebanyakan pasien dengan Pasien datang dengan keluhan utama penurunan
cedera kepala harus sesuai dengan klinis. Namun,
anggap telah terjadi trauma dengan patologi kesadaran sejak ± 8 jam sebelum masuk rumah
intraserebral pada setiap pasien dengan koma sakit.
tanpa etiologi yang diketahui.
• Pada kejadian akut, pasien dapat koma atau
bingung, dan saksi kejadian memiliki peranan
yang sangat penting.
• Pastikan apakah telah terjadi penurunan
kesadaran. Bahkan penurunan kesadaran yang
tidak jelas dapat menjadi tanda dari cedera
neurologi yang parah.
• Terdapatnya kejadian cedera kepala
sebelumnya, dapat mengindikasikan potensi
akibat jangka panjang yang lebih parah.
• Penggunaan obat-obatan atau alkohol dapat
meningkatkan resiko dari pendarahan
intrakranial dan mengaburkan pemeriksaan
status mental.
• Terdapatnya penggunaan antikoagulan saat itu
juga mencemaskan.
• Periksa kembali penyakit psikiatri terdahulu
dan riwayat sakit kepala premorbid.
Teori Kasus
Penyebab cedera kepala yang paling sering Awalnya pasien sedang mengendarai sepeda motor
dialami di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan
lalu lintas. Cedera kepala dapat disebabkan oleh kemudian kepala pasien di hantam dengan batu
dua faktor, yaitu : oleh orang tak dikenal dari arah kiri sehingga
1. Trauma Primer, terjadi akibat trauma pada
kepala secara langsung maupun tidak langsung pasien tak sadarkan diri.
(akselerasi dan deselerasi).
2. Trauma Sekunder, terjadi akibat trauma saraf
(melalui akson) yang meluas, hipertensi
intracranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi
sistemik.
Jenis dan mekanisme cedera penting untuk
diketahui karena hal ini memiliki nilai prognostik.
Pasien yang selamat dari cedera kepala karena
serangan atau tertimpa benda yang terjatuh
memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan pasien dengan cedera akibat
aselerasi/deselerasi, hal ini karena cedera yang
pertama memiliki kerusakan aksonal yang lebih
besar.
Pastikan apakah telah terjadi penurunan Pasien pingsan selama 15 menit kemudian sadar.
kesadaran. Bahkan penurunan kesadaran yang
tidak jelas dapat menjadi tanda dari cedera
neurologi yang parah.
Teori Kasus
Tatalaksana Tatalaksana IGD

 Pada saat menerima pasien di RS, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menilai ABCDE - Pembebasan jalan nafas melalui
serta menatalaksana gangguan pada aspek-aspek tersebut, sebelum melakukan pemeriksaan pemasangan Endotracheal Tube
lain. Pasien dengan GCS <8 harus diberi tatalaksana jalan napas dan resusitasi segera. Waktu - Stabilisasi servikal menggunakan colar
pemeriksaan sampai seluruh tatalaksana awal dilakukan pada pasien adalah 15 menit. brace
 Selama memeriksa dan memperbaiki airway, tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau - Pemberian suplemen oksigen dengan
rotasi terhadap leher. Jika dicurigai ada kelainan pada ketujuh vertebra servikalis maupun flow 10 L/i via non-rebreathing mask
vertebra torakalis pertama berupa fraktur, maka harus dipasang alat imobilisasi atau - Pasang NGT
dilakukan imobilisasi manual terhadap kepala. Untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur - Pasang kateter urin
dapat dilakukan foto lateral. - IVFD R-Sol 20 gtt/i
 Pemasangan airway definitif dilakukan pada penderita dengan gangguan kesadaran atau - Inj. Ketorolac 30 mg
GCS (Glasgow Coma Scale) ≤ 8, dan pada penderita dengan gerakan motorik yang tidak - Inj. Ranitidine 50 mg

bertujuan. - Inj. Ceftriaxone 1 gr


 Kateter lambung dipakai untuk mengurangi distensi lambung dan mengurangi kemungkinan - CT scan Kepala
muntah. Isi lambung yang pekat mengakibatkan NGT tidak berfungsi, lagipula
pemasangannya sendiri dapat mengakibatkan muntah. Darah dalam lambung dapat
disebabkan darah tertelan, pemasangan NGT yang traumatik atau perlukaan lambung. Bila
lamina kribosa pada rongga hidung patah atau diduga patah, kateter lambung harus dipasang
melalui mulut untuk mencegah masuknya NGT dalam rongga otak. Dalam keadaan ini
semua pipa jangan di masukkan lewat jalur naso-faringeal.
 Kateter uretra
Produksi urin merupakan indikator yang peka untuk menilai keadaan perfusi ginjal dan
hemodinamik penderita. Kateter urin jangan dipasang jika dicurigai ada ruptur uretra.
Teori Kasus
Pemeriksaan yang direkomendasikan pada pasien trauma k Tatalaksana IGD
epala adalah CT Scan. X-ray kepala tidak direkomendasikan - Pembebasan jalan nafas melalui pemasangan
kecuali ada indikasi dari departemen bedah saraf/saraf. A Endotracheal Tube
dapun kriteria dilakukannya CT Scan pada pasien trauma kepa - Stabilisasi servikal menggunakan collar brace
la adalah sebagai berikut: - Pemberian suplemen oksigen dengan flow 10 L/i via
- GCS <13 pada penilaian awal di IGD. non-rebreathing mask
- GCS <15 pada 2 jam setelah penilaian awal di IGD. - Pasang NGT
- Kecurigaan fraktur tengkorak terbuka atau depresi. - Pasang kateter urin
- Terdapat tanda-tanda fraktur basis kranii (hemotimpanum, - IVFD R-Sol 20 gtt/i
mata ‘panda’ atau ‘rakun’, bocornya cairan serebrospin - Inj. Ketorolac 30 mg
al dari telinga atau hidung, tanda Battle). - Inj. Ranitidine 50 mg

- Kejang post-trauma. - Inj. Ceftriaxone 1 gr

- Defisit neurologis fokal. - CT scan Kepala

- Lebih dari satu episode muntah

Komplikasi Riwayat kejang tidak dijumpai


Kejang pasca trauma terjadi secara klinis pada sekitar 4%
pasien dengan cedera kepala dalam minggu pertama cedera.
Pemantauan EEG berkelanjutan dapat mengungkapkan insiden
yang lebih tinggi (22%). Kejang setelah minggu pertama
terjadi pada 4-30% pasien.
KESIMPULAN
Tn. A, usia 23 tahun datang ke RSUP HAM dengan keluhan utama penurunan kesadaran. Hal ini
dialami pasien sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sedang mengendarai sepeda motor
kemudian kepala pasien dihantam dengan batu oleh orang tak dikenal dari arah kiri sehingga pasien
tak sadarkan diri. Pasien kemudian segera dibawa ke klinik di Percut lalu dilakukan Head CT Scan di
RS Materna dan dirujuk ke RSUP HAM.
Pasien didiagnosa dengan Epidural Hemorrhage (L) frontal dengan open fraktur depressed (L) frontal
dan ditatalaksana dengan:
• Craniotomy ec evakuasi EDH
• Bed rest + head up 30o
• IVFD R-Sol 20 gtt/i
• IVFD Manitol 125cc/8jam
• Inj. Fentanyl 300 mcg dalam 50cc NaCl 0,9% → titrasi
• Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam IV
• Inj. Ranitidine 50mg/12jam IV
• Inj. Fenitoin 100mg/8jam IV
• Inj. Asam Traneksamat 500mg/8jam IV
• Inj. Ketorolac 30mg/8jam IV
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai