Disusun Oleh :
DESI SUSANTI
CKR0140011
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJAR 2017/2018
LANDASAN TEORI
CEDERA KEPALA
A. Definisi
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak.
Trauma atau cedera kepala adalah di kenal sebagai cedera otak gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis
terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh masa karena hemoragik,
serta edema serebral disekitar jaringan otak.
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak.
Berdasarkan Glassgow Coma Scale (GCS) cedera kepala atau otak dapat di bagi
menjadi 3 gradas :
1. Cedera kepala ringan (CKR) = GCS 13-15
2. Cedera kepala sedang (CKS) = GCS 9-12
3. Cedera kepala berat (CKB) = GCS ≤ 8
B. Anatomi Fisiologi
Otak dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Duramater : Lapisan luar, berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat yang bersifat liat,
tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-abu.
2. Arachnoid : Membran bagian tengah, bersifat tipis dan lembut. Berwarna putih
karena tidak dialiri darah, terdapat pleksus khoroid yang memproduksi cairan
serebrospinal (CSS) terdapat villi yang mengabsorbsi CSS pada saat darah masuk ke
dalam sistem (akibat trauma, aneurisma, stroke).
3. Piamater : Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang
menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan otak.
Serebrum, terdiri dari 4 lobus, yaitu:
1. Lobus frontal : Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian, dan menahan diri. Lobus terbesar.
2. Lobus parietal : Lobus sensori, area ini menginterpretasikan sensasi, mengatur
individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
3. Lobus temporal : Sensasi kecap, bau, dan pendengaran, ingatan jangka pendek.
4. Lobus oksipital : menginterpretasikan penglihatan.
Serebrum: merangsang dan menghambat dan tanggung jawab terhadap koordinasi gerak,
keseimbangan, posisi.
Sirkulasi Serebral
Menerima kira-kira 20% dari curah jantung/750 ml per menit. Sirkulasi ini sangat
dibutuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, sementara mempunyai kebutuhan
metabolisme yang tinggi.
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
1. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita
raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang
pembuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi
tiga :
a. Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b. Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c. Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri
komunikan posterior.
2. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat
diraba oleh karena kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping
tulang leher, pembuluh darah ini memperdarahi batang otak dan kedua otak kecil,
kedua pembuluh darah tersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak
pembuluh darah yang disebut anastomosis.
Suplay darah ke Medula Spinalis
Menerima nutrisi melalui cabang-cabang arteri vetebralis melalui cabang aorta
thorakalis dan aorta abdominalis. Arteri medula spinalis dan sistem vena berjalan secara
paralel satu dengan lainnya dan mempunyai hubungan percabangan yang luas untuk
mencukupi suplay darah ke jaringan-jaringan. Dibentuk oleh pleksus koroideus, dan
bersirkulasi dalam ventrikel-ventrikel dan ruang subaraknoid. CSF terdiri dari air,
elektrolit, oksigen, karbondioksida, glukosa dan sedikit protein, serta konsentrasi kalium
dan klorida yg tinggi. Produksi dan reabsorbsi CSF berlangsung konstan serta volume
total CSF sekitar 125 cc dengan kecepatan sekresi CSF perhari 500 – 750 cc. Tekanan
dalam cairan CSF sekitar 5 sampai 12 cm H2O.
C. Etiologi
1. Sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh dan
cedera oleh raga.
2. Cedera kepala terbuka sering disebabkan akibat benda tajam dan tembakan
sehingga dapat menyebabkan fraktur tulang dan laserasi dura mater.
Macam-macam Pendarahan pada Otak
E. Komplikasi
1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal
atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini,
minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
3. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis
meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik.
F. Patofisiologi
Beberapa variabel yang mempengaruhi luasnya cedera kepala adalah :
a) Lokasi dan arah dari penyebab benturan
b) Kecepatan kekuatan yang datang
c) Permukaan dari kekuatan yang menimpa
d) Kondisi kepala ketika mendapat penyebab benturan
Kerusakan otak yang dijumpai pada cedera kepala dapat terjadi melalui dua cara
1. Efek langsung ; trauma pada fungsi otak
2. Efek tidak langsung ; kerusakan neurologik langsung disebabkan oleh suatu
benda atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak. Semua
ini berakibat terjadinya akselerasi- deselarasi.
Derajat kerusakan dipengaruhi oleh kekuatan yang menimpa. Ada 2 macam kekuatan
yang dihasilkan :
1. Cidera setempat yang disebabkan oleh benda tajam, kerusakan neurologik terjadi
pada tempat yang terbatas pada tempat serangan.
2. Cidera menyeluruh yang lebih lazim dijumpai pada trauma tumpul dan setelah
kecelakaan.
Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diteruskan pada otak. Banyak energi
diserap oleh lapisan pelindung yaitu : rambut, kulit kepala dan tengkorak. Tetapi pada
cidera berat penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak.
Jika kepala bergerak dan berhenti dengan mendadak dan kasar, kerusakan tidak
hanya disebabkan oleh cidera setempat tetapi juga oleh akselerasi dan deselarasi.
Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan isi dalam tengkorak yang keras
bergerak, sehingga memaksa otak membantur permukaan dalam tengkorak pada
tempat yang berlawanan benturan dan dampak yang terjadi adalah cedera jaringan
otak.
Setiap kali jaringan mengalami cidera, akan terjadi perubahan isi cairan intrasel
dan ekstrasel. Penigkatan suplai darah ketempat dimana terjadi cidera yang
menimbulkan tekanan intracranial mengalami penigkatan sebagai akibat cidera
sirkulasi otak untuk mengatur volum darah ke otak yang mengalami kemampuannya
sehingga menyebabkan iskemia pada otak.
G. Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala meliputi :
1. CT Scan ( dengan/tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler, dan perubahan
jaringan otak.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Digunakan sama dengan CT Scan dengan/tanpa kontras radio aktif
3. Cerebral angiografi
Menunjukan anomaly sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder
menjadi edema, perdarahan, dan trauma.
4. Serial EEG (Electroencephalography)
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis
5. Sinar X
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema) fragmen tulang
6. BAER (Brainstem Auditory Evoked Response)
Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil
7. PET (Positron Emission Tomography)
Mendeteksi perubahan aktifititas metabolisme otak
8. CSS (Cairan Serebrospinal)
Lumbal fungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid
9. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan intracranial
10. Screen toxicolog
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran
11. Rontgen thorak 2 arah (PA/AP dan lateral)
Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural.
12. Toraksentesis menyatakan darah/cairan
13. Analisa gas darah (AGD/astrup)
Analisa gas darah (AGD/astrup) adalah salah satu tes diagnostik untuk menentukan
status status respirasi. Status respirasi dapat digambarkan melalui pemeriksaan
AGD ini adalah status oksigenisasi dan status asam basa
14. Pemeriksaan laboratorium ; hematokrit, trombosit, darah lengkap, masa protombin.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan saat awal trauma pada cedera kepala selain dari faktor
mempertahankan fungsi ABC (airway, breathing, circulation) dan menilai status
neurologis (disability, exposure), maka faktor yang harus diperhitungkan pula adalah
mengurangi iskemia serebri yang terjadi. Keadaan ini dapat dibantu dengan pemberian
oksigen dan glukosa sekalipun pada otak yang mengalami trauma relative memerlukan
oksigen dan glukosa yang lebih rendah.
Selain itu perlu dikontrol kemungkinan intrakranial yang meninggi disebabkan oleh
edema serebri. Sekalipun tidak jarang memerlukan tindakan operasi, tetapi usaha untuk
menurunkan tekanan intracranial ini dapat dilakukan dengan cara menurunkan PaCO2
dengan hiperventilasi yang mengurangi asidosis intraserebral dan menambah
metabolism intraserebral. Adapun usaha untuk menurunkan PaCO2 ini yakni dengan
intubasi endotrakeal. Intubasi dilakukan sedini mungkin kepada klien-klien yang koma
untuk mencegah terjadinya PaCO2 yang meninggi. Prinsip ABC dan ventilasi yang
teratur dapat mencegah peningkatan tekanan kranial.
Penatalaksanaan konservatif meliputi :
1. Bedrest total
2. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
3. Pemberian obat-obatan :
1) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti-edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma
2) Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), berat untuk mengurangi
vasodilatasi.
3) Pengobatan anti-edema dengan larutan hipertonis, yaitu manitol 20%, atau
glukosa 40%, atau gliserol 10%.
4) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (panisillin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidasol.
- Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrose 5%, aminofusin,
aminopel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari
kemudian diberikan makanan lunak.
- Pada trauma berat. Hari-hari pertama didapat klien mengalami
penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan
elektrolit maka hari-hari pertama ( 2 – 3 hari) tidak perlu banyak
cairan. Dextrosa 5% selama 8 jam pertama, ringer dextrose 8 jam
kedua, dan dextrose 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila
kesadaran rendah maka makanan diberikan melalui nasogastric tube
(25000-3000 TKTP). Pemberian protein tergantung dari nilai
urenitrogennya.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji :
a. Riwayat kesehatan meliputi: keluhan utama, kapan cidera terjadi, penyebab
cidera, riwayat tak sadar, amnesia, riwayat kesehatan yang lalu, dan riwayat
kesehatan keluarga.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, dan perasa)
b) Sistem persarafan (tingkat kesadaran/ nilai GCS, reflek bicara, pupil,
orientasi waktu dan tempat)
c) Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan kepatenan
jalan nafas)
d) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dan irama, kualitas, dan frekuensi)
e) Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu makan/ minum,
peristaltik, eliminasi)
f) Sistem integumen ( nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, luka/ lesi)
g) Sistem reproduksi
h) Sistem perkemihan (nilai frekuensi b.a.k, volume b.a.k)
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan (termasuk adakah kebiasaan
merokok, minum alcohol, dan penggunaan obat obatan)
2) Pola aktivitas dan latihan (adakah keluhan lemas, pusing, kelelahan, dan
kelemahan otot)
3) Pola nutrisi dan metabolisme (adakah keluhan mual, muntah)
4) Pola eliminasi
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Persepsi diri dan konsep diri
8) Pola toleransi dan koping stress
9) Pola seksual dan reproduktif
10) Pola hubungan dan peran
11) Pola nilai dan keyakinan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b. d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b.d trauma, tindakan invasife, immunosupresif, kerusakan
jaringan
3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang kebutuhan tubuh b. d ketidakmampuan
pemasukan makanan atau mencerna makanan dan atau mengabsorbsi zat-zat
gizi karena faktor biologis.
4) PK : Peningkatan TIK
5) Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang
paparan terhadap informasi, keterbatasan kognitif
6) Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya
3. Intervensi Keperawatan
Monitor Nutrisi
1. Monitor BB jika memungkinkan
2. Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
3. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu
klien makan
4. Monitor adanya mual muntah.
5. Monitor adanya gangguan dalam
input makanan misalnya
perdarahan, bengkak dsb.
6. Monitor intake nutrisi dan kalori.
7. Monitor kadar energi, kelemahan
dan kelelahan.
4 PK: NIC : NOC :
PeningkatanTIK Setelah dilakukan 1. Pantau tanda gejala peningkatan
asuhan keperawatan TIK ( kaji GCS, TV, respon pupil,,
… jam perawat akan muntah, sakit kepala, letargi,
mengatasi dan gelisah, nafas keras, gerakan tak
mengurangi episode bertujuan, perubahan mental
dari peningkatan TIK 2. Atur posisi tidur klien dengan
tempat tidur bagian kepala lebuh
tinggi (30-40 derajat) kecuali
dikontraindikasikan
3. Hindari massage, fleksi / rotasi leher
berlebihan, stimulasi anal dengan
jari, mengejan, perubahan posisi
yang cepat
4. Ajarkan klien untuk ekspirasi
selama perubahan posisi.
5. Berika lingkungan yang tenang dan
tingkatkan istirahat
6. Pantau vital sign
7. Pantau AGD
8. Kolaborasi dengan dokter untuk
terapinya
· pantau status hidrasi
5 Kurang NIC : NOC :
pengetahuan Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan : proses
tentang penyakit askep …. Jam penyakit
dan perawatannya pengetahuan klien 1. Kaji pengetahuan klien.
b/d kurang paparan meningkat dengan 2. Jelaskan proses terjadinya penyakit,
terhadap informasi, kriteria hasil : tanda gejala serta komplikasi yang
keterbatan kognitif Klien dapat mungkin terjadi
mengungkapkan 3. Berikan informasi pada keluarga
kembali yang tentang perkembangan klien.
dijelaskan 4. Berikan informasi pada klien dan
Klien kooperatif keluarga tentang tindakan yang
saat dilakukan akan dilakukan.
tindakan 5. Diskusikan pilihan terapi
6. Berikan penjelasan tentang
pentingnya tirah baring
7. Jelaskan komplikasi kronik yang
mungkin akan muncul bila klien
tidak patuh
6 Sindrom defisit self NIC : NOC :
care b/d Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri
kelemahan, askep … jam klien dan 1. Monitor kemampuan pasien
penyakitnya keluarga dapat terhadap perawatan diri yang
merawat diri : dengan mandiri
kritria : 2. Monitor kebutuhan akan personal
kebutuhan klien hygiene, berpakaian, toileting dan
sehari-hari makan, berhias
terpenuhi (makan, 3. Beri bantuan sampai klien
berpakaian, mempunyai kemapuan untuk
toileting, berhias, merawat diri
hygiene, oral 4. Bantu klien dalam memenuhi
higiene) kebutuhannya sehari-hari.
klien bersih dan 5. Anjurkan klien untuk melakukan
tidak bau. aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
6. Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin
7. Dorong untuk melakukan secara
mandiri tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
8. Berikan reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Batticaca Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga
Lecture Notes. 2005. Neurologi. Lionel Ginsberg : Erlangga
http://id.scribd.com/doc/85827418/Laporan-Kasus-Cedera-Kepala (di unduh pada tanggal 18
Februari 2018)
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-cedera-
kepala.html (di unduh pada tanggal 18 Februari 2018)