Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis yang memiliki curah hujan
yang tinggi.Curah hujan yang tinggi menyebabkan genangan air dimana-mana dan juga
sering menyebabkan banjir. Itulah yang menyebabkan bakteri-bakteri penyebab anthrax dapat
berkembang biak dan menyebar dengan sangat mudah di Indonesia .
Anthrax adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan bersifat
akut.Penyakit ini umumnya menyerang ternak domestik, seperti domba, kambing dan
sapi.Tetapi manusia juga dapat terinfeksi karena mengkonsumsi daging yang sudah terkena
bakteri, adanya kontak sembrono dengan hewan yang sedang sakit anthrax atau terkena tanah
yang tercemar bakteri.Bakteri anthrax bisa masuk ke dalam tubuh melalui kulit, paru-paru
atau saluran pencernaan. Gejala umum serangan anthrax pada manusia berupa mengalami
halusinasi buruk dan pernapasannya terganggu , juga bisul berwarna hitam kemerahan yang
pabila pecah akan menimbulkan luka dan meninggalkan cacat.
Penyebab Anthrax adalah bakteri Bacillus anthracis.Bakteri ini bersifat aerob,
memerlukan oksigen untuk hidup. Bakteri ini berbentuk spora bertangkai dan suka hidup
serta berkembang biak di dalam tanah. Keluarnya bakteri tersebut bisa terjadi di musim
kemarau panjang, karena ternak suka menarik rerumputan kering hingga keakar-
akarnya.Akibatnya spora anthrax yang selama ini bertahan hidup dalam tanah dan menempel
di rumput, terbawa keluar dan berubah menjadi bakteri ganas.Kondisi tubuh ternak yang
lemah akibat kekurangan makanan dan stres oleh suhu udara yang panas, juga semakin
memudahkan serangan anthrax.Selain itu spora ini juga dapat menyebar karena terbawa
banjir seperti kasus di Bogor.Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau
dibakar, tidak boleh dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penyakit Anthrax atau radang limpa adalah salah satu penyakit zoonotik penting , yang
saat ini banyak dibicarakan orang di seluruh dunia. Penyakit zoonotik berarti dapat menular

1
dari hewan ke manusia.Penyakit ini hampir setiap tahun selalu muncul di daerah endemis,
yang akibatnya dapat membawa kerugian bagi peternak dan masyarakat luas. Infeksi antraks
jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak,
kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia.Penyakit ini lebih
umum terjadi di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan
umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia seperti (Amerika Selatan
dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan
kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.
Penyakit Anthrax diketahui sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Di tahun 1613, Eropa
dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60 ribu orang tewas. Penyakit anthrax sangat
ditakuti, karena bakteri penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan
dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia).Pada tahun 1877, Robert Koch mencoba
mengembangbiakan bakteri ini untuk pertama kali.Penelitiannya menunjukkan adanya jamur
sporadis pada jenis Bacillus yang terdapat dalam tubuh hewan.
Menurut catatan, anthrax sudah dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda,
tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk Betung.Selama tahun 1899 - 1900 di daerah
Karesidenn Jepara tercatat sebanyak 311 ekor sapi terserang anthrax, dan sejumlah itu 207
ekor mati. Pada tahun 1975, penyakit itu ditemukan di enam daerah : Jambi, Jawa Barat,
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Kemudian, 1976-1985, anthrax berjangkit di 9 propinsi dan menyebabkan 4.310 ekor ternak
mati.Dalam beberapa tahun terakhir ini, hampir setiap tahun ada kejadian anthrax di
Kabupaten Bogor yang menelan korban jiwa manusia.Akhir-akhir ini diberitakan media
elektronik maupun cetak, 6 orang dan Babakan Madang meninggal dunia gara-gara memakan
daging yang berasal dan ternak sakit yang diduga terkena anthrax.Kejadian ini telah
mendorong Badan Litbang Pertanian mengambil Iangkah proaktif untuk meneliti kejadian ini
agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih luas.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apakah penyebab penyakit anthrax ?
2. Bagaimanakah cara pencegahan penyakit antrax ?
3. Bagaimanakah cara pengobatan penyakit antrax ?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dalam penulisan makalah ini saya
hanya membatasi di seputar penyakit anthrax baserta cara pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit anthrax tersebut.

1.4 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa penyebab penyakit anthrax .
2. Mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit anthrax .
3. Mengetahui bagaimana cara pengobatan penyakit anthrax .

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anthraks


Antraks adalah penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh bakteri Bachillus
Anthrachis. Penyakit ini biasanya menjangkit hewan ternak, tetapi bisa juga menjangkit
manusia yang hidup dekat dengan hewan. Ada 4 jenis antraks yaitu: antraks kulit, antraks
pada saluran pencernaan, antraks pada paru-paru, dan antraks meningitis (Soeharsono, 2005).
Antraks disebut juga malignant pustule, malignant edema, Charbon, Ragpicker disease,
atau Woolsorter disease, Radang limfa.
Antraks (anthrax) adalah penyakit infeksius dan menular pada hewan yang disebabkan
oleh bakteri Bacillus anthracis yang membentuk spora.Penyakit ini dapat ditularkan dari
hewan penderita ke manusia, sehingga digolongkan sebagai penyakit zoonosa atau zoonosis.
Antraks adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Bacillus anthracis.Penyakit
tersebut merupakan zoonosis khususnya binatang pemakan rumput seperti domba, kambing,
dan ternak.Manusia terinfeksi penyakit ini apabila endospora masuk ke dalam tubuh melalui
kulit yang lecet atau luka, inhalasi atau makanan yang terkontaminasi.
Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri
Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna "batubara" dalam
bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korbanakan berubah hitam.
Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.Penyakit
ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat
ditularkan antara sesama manusia. Penyakit Antraks atau disebut juga Radang Lympha,
Malignant pustule, Malignant edema, Woolsorters disease, Rag pickersdisease, Charbon.
Penyakit Antraks merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah, sesuai dengan undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 tahun 2010.

4
Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang tinggi di Benua
Asia, dengan sifat serangan sporadik. Kawasan endemik antraks di Indonesia meliputi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu yang diserang pada
umumnya pekerja peternakan, petani, pekerja tempat pemotongan hewan, dokter hewan,
pekerja pabrik yang menangani produk-produk hewan yang terkontaminasi oleh spora
antraks, misalnya pabrik tekstil, makanan ternak, pupuk, dan sebagainya.
Antraks adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis, yang hidup di
tanah.Sel bakteri tersebut seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi.Spora tumbuh
subur secara berkoloni dalam tubuh binatang atau manusia.

2.2 Etiologi Antraks


Bacillus anthracis, kuman berbentuk batang ujungnya persegi dengan sudut-sudut
tersusun berderet sehingga nampak seperti ruas bambu atau susunan bata, membentuk spora
yang bersifat gram positif.
Basil bentuk vegetatif bukan merupakan organisme yang kuat, tidak tahan hidup untuk
berkompetisi dengan organisme saprofit. Basil Antraks tidak tahan terhadap oksigen, oleh
karena itu apabila sudah dikeluarkan dari badan ternak dan jatuh di tempat terbuka, kuman
menjadi tidak aktif lagi, kemudian melindungi diri dalam bentuk spora.
Apabila hewan mati karena Antraks dan suhu badannya antara 28 -30 °C, basil antraks
tidak akan didapatkan dalam waktu 3-4 hari, tetapi kalau suhu antara 5 -10 °C pembusukan
tidak terjadi, basil antraks masih ada selama 3-4 minggu. Basil Antraks dapat keluar dari
bangkai hewan dan suhu luar di atas 20°C, kelembaban tinggi basil tersebut cepat berubah
menjadi spora dan akan hidup. Bila suhu rendah maka basil antraks akan membentuk spora
secara perlahan - lahan (Christie 1983).
Bacillus antracis penyebab penyakit antraks mempunyai dua bentuk siklus hidup, yaitu
fase vegetatif dan fase spora
1. Fase Vegetatif
Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5 mikrometer. Jika
spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau

5
keadaan lingkungan yang memungkinkan spora segera berubah menjadi bentuk
vegetatif, kemudian memasuki fase berkembang biak. Sebelum inangnya mati,
sejumlah besar bentuk vegetatif bakteri antraks memenuhi darah.Bentuk vegetatif
biasa keluar dari dalam tubuh melalui pendarahan di hidung, mulut, anus, atau
pendarahan lainnya.Ketika inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi di darah
bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak aktif).Jika kemudian dalam
fase tertidur itu terjadi kontak dengan oksigen di udara bebas, bakteri antraks
membentuk spora (prosesnya disebut sporulasi). Pada fase ini juga dikaitkan dengan
penyebaran antraks melalui serangga, yang akan membawa bakteri dari satu inang ke
inang lainnya sehingga terjadi penularan antraks kulit, akan tetapi hal tersebut masih
harus diteliti lebih lanjut.
2. Fase Spora
Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini bakteri
dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali
menjadi bentuk vegetatif dan memasuki inangnya.Hal ini dapat terjadi karena daya
tahan spora antraks yang tinggi untuk melewati kondisi tak ramah--termasuk panas,
radiasi ultraviolet dan ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa
kimia.Hal itu terjadi ketika spora menempel pada kulit inang yang terluka, termakan,
atau--karena ukurannya yang sangat kecil terhirup. Begitu spora antraks memasuki
tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk vegetatif.

2.3 Patofisiologi Anthrax


Penularan dan penyebaran anthraks ada 5, penularan dari hewan ke hewan atau ke
manusia, penularan melalui spora, penularan melalui hewan dan pakan ternak, dan penularan
melalui konsentrat atau bahan pakan dari hewan.
a. Penularan dari hewan ke hewan atau ke manusia
Anthraks tidak bisa ditularkan oleh hewan yang satu ke hewan yang lainnya atau
dari manusia ke manusia secara langsung. Penularan dapat terjadi bila hewan
atau manusia lewat cairan tubuh yang mengandung kuman anthraks atau oleh
spora yang ada disekelilingnya.

6
b. Penularan melalui spora
Basil anthraks berada dan berkerumun di dalam berbagai jaringan hewan sakit,
keadaan seperti ini kuman akan dikeluarkan dari tubuh melalui sekresi dan
ekskresi selama sakit atau menjelang kematiannya. Spora dengan cepat akan
terbentuk dan lebih lanjut mencemari tanah atau objek lain di sekitarnya. Bila
terjadi hal yang demikian, maka akan menjadi sulit untuk memusnahkan spora
yang sudah terlanjur terbentuk sehingga tersebar mencemari lingkungan.
c. Penularan melalui hewan dan pakan ternak
Rumput yang dipangkas untuk pakan ternak sangat potensial sebagai pembawa
spora dan berisiko menularkan anthraks dari satu daerah ke daerah lain. Ketika
rumput untuk pakan ternak semakin kritis, pemotongan rumput biasanya
cenderung semakin ke pangkal batang yang berdekatan dengan tanah. Dengan
demikian, ada tanah yang terbawa pada rumput tersebut. Bila tanah tersebut
mengandung spora anthraks, maka akan menjadi sumber pencemaran di daerah
tempat tinggal peternak tersebut.
d. Penularan melalui konsentrat atau bahan pakan dari hewan
Infeksi terjadi karena telah digunakan imbuhan pakan hewan yang terdiri atas
tepung tulang mentah yang berasal dari hewan yang tertular anthraks. Sebelum
pakan diberikan ke ternak harus dilakukan pemanasan terlebih dahulu.
Pemanasan dilakukan pada suhu 130° C agar kuman anthraks bisa mati.
Ada beberapa bentuk penyakit antraks pada ternak yaitu:
a. Bentuk per akut ditandai dengan kematian mendadak dengan gejala sesak napas,
gemetar dan kejang atau bahkan tanpa adanya gejala.
b. Bentuk akut biasanya dikenali dengan demam (sampai dengan 41°C), produksi
susu menurun drastis dan keguguran bagi hewan bunting,  depresi, sukar
bernapas, kejang dan diikuti kematian yang disertai dengan keluarnya darah
kental berwana merah kehitaman dari lubang kumlah.
c. Bentuk kronis lebih umum ditemukan pada babi, ditandai dengan lepuh di
sekitar lidah dan kerongkongan.

7
Gejala infeksi anthraks pada hewan antara lain hewan yang terinfeksi menjadi lemah,
panas tubuh tidak merata, paha gemetar, seolah-olah ada rasa nyeri meliputi pinggang, perut
atau seluruh tubuh. Periode inkubasi pada hewan herbivora yang rentan bervariasi dari
sekitar 36 jam sampai 72 jam, melanjut ke fase sistemik hiper-akut, biasanya tanpa dikenali
sebelum ada gejala. Gejala pertama adalah kematian mendadak satu atau dua ekor dalam
populasi terserang.Nafsu makan sangat berkurang atau tidak ada. Sekresi susu dan ruminasi
berhenti, perut menjaadi kembung. Daerah leher, dada, sisi lambung, pinggang, dan alat
kelamin luar menjadi bengkak.Pembengkakan ini menjadi cepat berkembang dan
meluas.Bila bagian tubuh tersebut diraba terasa panas, konsitensi lembek atau keras.Kulit
terlihat normal utuh atau terdapat luka yang mengeluarkan eksudat cair berwarna kuning
muda.      
Gejala awal pada sapi yang terserang anthrax sering kurang jelas untuk dikenali, kecuali
adanya demam tinggi sampai 42oC.Bengkak pada leher sering melanjut menjadi faringitis
dan terdapat reaksi busung di daerah glottis, sehingga menyebabkan sesak napas yang makin
memperparah penyakit.Sapi yang terinfeksi anthrax kesulitan buang air kencing dan bila air
kencing tersebut keluar dapat bercampur dengan darah.Tinja bercampur darah berwarna
merah hitam dan disertai oleh jaringan nekrotik yang mengelupas.
Sejak dikenal bahwa Bacillus anthracis  adalah penyebab anthrax pada hewan dan
manusia, maka banyak usaha yang dilakukan ilmuan untuk memproduksi suatu agen
pembentuk zat kebal yang aman untuk digunakan dalam memberikan perlindungan bagi
hospes target yang terserang.

2.4 Tanda dan Gejala Anthrax


Gejala umum penyakit antraks terjadinya demam dengan suhu badan yang tinggi dan
hewan kehilangan nafsu makan. Sedangkan gejala yang bersifat khas: gemetar, ngantuk,
lumpuh, lelah, kejang-kejang, mulas, bercak merah pada membran mukosa, mencret disertai
darah, sulit bernapas sehingga mati lemas dan terdapat bisul yang makin membesar berisi
nanah kental berwarna kuning. Manusia yang terinfeksi dan menderita penyakit antraks
ditandai dengan gejala: suhu badan tinggi, mual-mual dan terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening di sekitar leher, dada dan ketiak.

8
Rata-rata masa inkubasi antraks lebih dari 7 hari, bisa juga 60 hari bahkan lebih
tergantung lamanya gejala terbentuk.
Gejala klinis antraks pada manusia dibagi menjadi 4 bentuk yaitu antraks kulit, antraks
saluran pencernaan, antraks paru dan antraks meningitis.
1. Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Kejadian antraks kulit mencapai 90% dari keseluruhan kejadian antraks di
Indonesia. Masa inkubasi antara 1-5 hari ditandai dengan adanya papula pada
inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, yang dalam waktu 2-3 hari
membesar menjadi vesikel berisi cairan kemerahan, kemudian haemoragik dan
menjadi jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi kerak berwarna hitam,
kering yang disebut Eschar (patognomonik). Selain itu ditandai juga dengan
demam, sakit kepala dan dapat terjadi pembengkakan lunak pada kelenjar limfe
regional.Apabila tidak mendapat pengobatan, angka kematian berkisar 5-20%.
2. Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
Masa inkubasi 2-5 hari.Penularan melalui makanan yang tercemar kuman atau
spora misal daging, jerohan dari hewan, sayur- sayuran dan sebagainya, yang
tidak dimasak dengan sempurna atau pekerja peternakan makan dengan tengan
yang kurang bersih yang tercemar kuman atau spora antraks.Penyakit ini dapat
berkembang menjadi tingkat yang berat dan berakhir dengan kematian dalam
waktu kurang dari 2 hari.Angka kematian tipe ini berkisar 25-75%.
Gejala antraks saluran pencernaan adalah timbulnya rasa sakit perut hebat, mual,
muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut yang
kadang-kadang disertai darah, hematemesis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal (lipat paha), perut membesar dan
keras, kemudian berkembang menjadi ascites dan oedem scrotum serta sering
dijumpai pendarahan gastrointestinal.
3. Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Masa inkubasi : 1-5 hari (biasanya 3-4 hari). Gejala klinis antraks paru-paru
sesuai dengan tanda-tanda bronchitis.Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin
berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispneu, stridor,

9
keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat.Kematian
biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.
4. Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)
Terjadi karena komplikasi bentuk antraks yang lain, dimulai dengan adanya lesi
primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik dan kematian dapat
terjadi antara 1-6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan meningitis purulenta
akut yaitu demam, nyeri kepala hebat, kejang-kejang umum, penurunan
kesadaran dan kaku kuduk.

2.5 Klasifikasi Anthrax


1. Inhaled anthraks, dimana spora anthraks terhirup dan masuk ke dalam saluran
pernapasan, namun kejadian ini sangat jarang terjadi. Dari ketiga jenis tipe
anthraks, memang tipe pernafasan adalah yang paling berbahaya karena case
fatality rate nya yang mencapai 100%.
2. Cutaneous anthraks, dimana spora anthraks masuk melalui kulit yang terluka.
Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan
cutaneous anthraks (95% kasus). Bisa terjadi jika bakteri atau spora masuk
kedalam jaringan kulit yang lecet atau luka, dan menyebabkan lepuh kemudian
secara cepat berubah menjadi bisul bernanah dan akhirnya menjadi koreng
berwarna hitam. Anthraks jenis ini biasa terjadi di tempat penjagalan hewan.
3. Gastrointestinal anthraks, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak
dimasak dengan baik, sehingga masih megandung bakteri atau spora tertelan
lewat mulut, biasanya terjadi karena makan daging terinfeksi yang tidak dimasak
sampai matang sempurna.
4. Anthraks Meningitis (Meningitis Anthraks). Terjadi karena komplikasi bentuk
anthraks yang lain, dimulai dengan adanya lesi primer yang berkembang
menjadi meningitis hemoragik dan kematian dapat terjadi antara 1-6 hari.
Gambaran klinisnya mirip dengan meningitis purulenta akut yaitu demam, nyeri
kepala hebat, kejang-kejang umum, penurunan kesadaran dan kaku kuduk.

10
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Kelainan kulit berupa ulkus yang dangkal disertai krusta hitam yang tidak nyeri patut
dicurigai suatu antraks kulit.Ditemukannya basil Gram positif pada pemeriksaan cairan
vesikel merupakan temuan yang khas pada antraks kulit tetapi diagnosis pasti baru dapat
ditegakkan bila biakan kuman positif.Karena mirip penyakit gastrointestinal lainnya maka
antraks gastrointestinal sering sulit didiagnosis.Adanya riwayat makan daging yang dicurigai
mengandung kuman antraks disertai dengan gejala nause, anoreksia, muntah, demam, nyeri
perut, hematemesis, dan diare (biasanya disertai darah) sangat membantu penegakan
diagnosis penyakit antraks.
Dari pewarnaan Gram yang dilakukan, bahan diambil dari darah dan atau cairan asites,
dapat ditemukan basil antraks.Untuk pemeriksaan biakan, bahan diambil dari apusan faring
(antraks faring), darah, dan cairan asites.Diagnosis antraks inhalasi juga sulit
ditegakkan.Seseorang yang tiba-tiba mengalami gejala seperti flu yang mengalami
perburukan secara cepat dan disertai hasil pemeriksaan foto toraks menunjukkan pelebaran
mediastinum, infiltrat, dan atau efusi pleura, sangat patut dicurigai menderita antraks inhalasi
(apalagi bila pada penderita tersebut juga ditemukan antraks kulit).Pada pewarnaan Gram
bahan diambil dari darah, cairan pleura, cairan serebrospinalis, dan lesi kulit, dapat
ditemukan basil antraks.
Untuk pemeriksaan biakan bahan diambil dari darah, cairan pleura, cairan
serebrospinalis, dan lesi kulit. Pada pemeriksaan langsung pewarnaan Gram dari lesi kulit,
cairan serospinal atau darah yang mengandung kuman antraks akan menunjukkan basil besar,
encapsulated, dan Gram positif. Pada kultur darah tampak pertumbuhan pada agar darah
domba berupa koloni nonhemolitik, besar, nonmotil, Gram positif, berbentuk spora, dan tidak
tumbuh pada agar Mac Conkey. Nilai prediksi pemeriksaan kultur apusan hidung (swab
nasal) untuk menentukan antraks inhalasi belum diketahui dan belum pernah diuji.
Oleh karena itu CDC tidak menganjurkan pemeriksaan tersebut sebagai pemeriksaan
diagnostik klinis.Tes serologis berguna secara retrospektif dan membutuhkan dua kali
pengambilan yaitu pada fase akut dan penyembuhan. Pemeriksaan dengan menggunakan cara
ELISA untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen protektif dan antigen kapsul

11
2.7 Pencegahan dan Pengobatan
1. Langkah Pencegahan
Cara pencegahan penyakit anthrax adalah dengan menghindari kontak langsung
dengan binatang atau benda-benda yang membawa bakteri penyakit ini. Ternyata bakteri
ini memiliki kemampuan yang unik. Jangkitan yang disebabkan oleh penyakit ini tidak
mudah untuk di musnahkan, karena bakteri ini memiliki kecenderungan untuk merubah
bentuknya menjadi spora yang amat stabil. Saat berubah menjadi spora bakteri ini dapat
masuk kedalam tanah dan mampu bertahan selama lima puluh sampai enam puluh tahun
di dalam tanah. Uniknya bila tanah tempat ia tinggal tergenang air, kuman ini dapat
tumbuh kembali dan menyerang hewan ataupun manusia yang ada di sekitamya. Selain
itu saat terjadi musim kemarau biasanya ternak menaik rumput sampai ke akarnya ,inilah
yang membuat penyakit ini akan terus terulang di daerah yang pernah terkena antrax .
Repotnya lagi kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga
dapat masuk ke dalam daun dan buah, hingga mampu menginfeksi tenak maupun
manusia yang mengkonsumsinya.Bahkan serangga, burung, anjing, dan binatang-
binatang lain juga dapat menjadi perantara penularan penyakit ini, apabila telah
mengalami kontak langsung dengan bakteri penyebab penyakit ini.
Namun pencegahan dapat di lakukan dengan cara cucilah tangan sebelum makan, hindari
kontak dengan hewan atau manusia yang sudah terjangkit anthrax, belilah daging dari
rumah potong hewan yang resmi, masaklah daging dengan sempurna, hindari menyentuh
cairan dari luka anthrax, melaporkan secepat mungkin bila ada masyarakat yang
terjangkit anthrax.Bagi peternak atau pemilik hewan ternak, upayakan untuk
menvaksinka hewan ternaknya. Dengan Pemberian SC ,untuk hewan besar 1 ml dan
untuk hewan kecil 0,5 ml.Vaksin ini memiliki daya pengebalannya tinggi berlangsung
selama satu tahun. 
2. Langkah pengobatan
Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada kasus antraks inhalasi,
gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan pada
antraks kulit. Antraks kulit dengan gejala sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan
leher juga membutuhkan antibiotic intravena. Walaupun sudah ditangani secara dini dan
adekuat, prognosis antraks inhalasi, gastrointestinal, dan meningeal tetap buruk.

12
Anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang sering dipergunakan pada penanganan
sepsis seperti sefalosporin dengan spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar
kuman sensitif terhadap penisilin, doksisiklin, siprofloksasin, kloramfenikol, vankomisin,
sefazolin, klindamisin, rifampisin, imipenem, aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin,
linezolid, dan makrolid. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin maka
kloramfenikol, eritromisin, tetrasikilin, atau siprofloksasin dapat diberikan.Pada antraks
kulit dan intestinal yang bukan karena bioterorisme, maka pemberian antibiotik harus
tetap dilanjutkan hingga paling tidak 14 hari setelah gejala reda. Oleh karena antraks
inhalasi secara cepat dapat memburuk, maka pemberiaan antibiotik sedini mungkin
sangat perlu. Keterlambatan pemberian antibiotik sangat mengurangi angka kemungkinan
hidup. Oleh karena pemeriksaan mikrobiologis yang cepat masih sulit dilakukan maka
setiap orang yang memiliki risiko tinggi terkena antraks harus segera diberikan antibiotik
sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.Sampai saat ini belum ada studi klinis
terkontrol mengenai pengobatan antraks inhalasi.Untuk kasus antraks inhalasi Food and
Drug Administration (FDA) menganjurkan penisilin, doksisiklin, dan siprofloksasin
sebagai antibiotik pilihan.
Untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut : 
a. Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan (hewan besar 20-30 ml, hewan
kecil 10-1 ml) 
b. Penyuntikan antibiotika
c. Penyuntikan kemoterapetika
d. Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika.
Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV atau SC, sedangkan untuk
antiserum heterolog SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul penyakit,
disusul dengan vaksinasi.
3. Langkah Pengendalian
Disamping pengobatan, perlu cara-cara pengendalian khusus untuk menahan penyakit
dan mencegah perluasannya. Seperti dilakukannya tindakan mengasingkan hewan -
hewan yang menderita anthrax, hewan ternak yang sakit dilarang disembelih karena ada
kemungkinan hewan tersebut terkena penyakit antrhax , bangkai hewan yang mati karena
anthrax harus segera dibinasakan dengan dibakar habis atau dikubur dalam-dalam, untuk

13
mencegah perluasan penyakit melalui serangga dipakai obat-obat pembunuh serangga,
hewan yang mati karena anthrax dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan
bangkai , dan tindakan sanitasi umum terhadap orang yang kontak dengan hewan
penderita penyakit dan untuk mencegah perluasan penyakit. Selain itu, penyembelihan
hewan di laksanakan di RPH resmi dibawah pengawasan dokter hewan dan Pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan hewan sebelum penyembelihan (ante mortem) yaitu pemeriksaan
kesehatan daging, karkas, jeroan dan kepala setelah penyembelihan (post mortem) oleh
dokter hewan atau para medis kesehatan hewan dibawah pengawasan dokter hewan pun
juga perlu di lakukan. 

14
15
Asuhan Keperawatan Umum Penyakit Anthrax

1. Pengkajian
a. Persepsi tentang penyakitnya
Os percaya bahwa penyakit yang dialaminya merupakan akibat dari kelalaiannya
sendiri dan merupakan sebagai cobaan dari Allah SWT.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Jenis makanan : Nasi putih,sayur dan lauknya
Frekuensi : 3x/hari
Porsi : diit tidak dihabiskan
c. Program Therapi Tgl 15 April 2010
Diet ML  20 tetes/menità- IVFD RL 
Inj Dexametason 500mg 1x1
d. Pola Eliminasi
BAB: BAB kurang lebih 3 kali dalam sehari
BAK: BAK kurang lebih 3 kali sehari
e. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum  
Mandi  
Toileting
Berpakaian
Mobilitas tempat tidur
Berpindah/berjalan  
Ambulasi/ROM
0: Mandir; 1: Alat bantu; 2: Dibantu orang lain; 3: Alat bantu dan dibantu orang
lain; 4: Tergantung total
f. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan bahwa ia susah untuk tidur dan sering terjaga dari tidurnya

16
g. Pola perceptual
Klien khawatir jika penyakit yang dideritanya merupakan kumpulan dari penyakit
yang berbahaya.
Sistem nilai dan kepercayaan 
Klien menganut agama Islam .
h. Pemeriksaan fisik
1) Keluhan yang dirasakan saat ini 
Lemas,pusing, dan pada lengan,tangan,dan kaki os terasa gatal.
2) Vital sign
TD : 130/90 mmHg P : 22x/menit
N : 88x/menit S : 37,1° C
3) Kepala 
Rambut : Warna hitam kekuningan, distribusi  Merata kebersihan cukup
Mata : cekung, kebersihan cukup, conjungtiva  anemi
Hidung : Bentuk simetris, sekret tidak ada, Kebersihan cukup
Mulut :Selaput lendir bibir dan mulut tampak kering lidah cukup bersih
4) Dada dan paru-paru
Inspeksi : Bentuk simestris, retraksi otot  pernapasan ada 
Palpasi : pembesaran tidak ada, nyeri tekan  tidak ada 
Perkusi : Sonor pada daerah paru
Auskultasi :Vesiculer normal
5) Abdomen : Turgor kulit elastis, bising usus 25 x / m
Punggung : Skoliosis, Kiposis, tidak ada, dekubitus tidak  ada 
6) Ekstrimitas 
tas : Gerakan lemah, terdapat luka /lesi yang terdapat keropeng bewarna
hitam ditengahnya dan disekitar luka kemerahan dan sembab, terpasang 
Infuse dilengan kanan, kebersihan  cukup
bawah : Gerakan lemah, terdapat luka /lesi yang terdapat keropeng bewarna
hitam ditengahnya dan disekitar luka kemerahan dan sembab, 
7) Kulit : Warna kulit kuning langsat, terdapat lesi pada bagian lengan,tangan
dan, kebersihan cukup

17
8) Anus : normal
i. Pengelompokan data
DS: 
Klien mengatakan pada bagian lengan,tangan,dan kaki terasa gatal.
DO :
 Klien menggaruk lengan,tangan dan kaki yang terdapat lesi .
 Klien terlihat gelisah
 Diluka os terdapat jaringan mati berbentuk keropeng berwarna hitam di
tengahnya,dan disekitar luka kemerahan dan sembab.
 Vital sign :
T: 130/80 mmHg
N: 88x/menit
P: 39x/menit
S: 37°C
DS :
Klien mengatakan tidak bisa tidur,tidur ± hanya 4jam
DO :
 Klien menggaruk-garuk lengan,tangan dan kaki nya
 Mata merah
 Pasien sering menguap
 Ada lingkar hitam dimata
 Vital Sign:
T:130/90 mmHg
P: 23w x/menit
N:89x/menit
S: 37°C
2. Diagnosa
a. Gangguan integritas kulit b/d reaksi alergi
b. Gangguan pola tidur ,insomnia rimiten b/d rasa gatal pada bagian
lengan,tangan,dan kaki

18
3. Intervensi
a. Diagnose I :
Setelah dilakukan perawatan, di harapkan kerusakan integritas kulit klien teratasi
dengan kriteria hasil :
1) Menyembuhkan lesi dan jaringan keropeng yang bewarna hitam
2) Integritas kulit utuh
3) Tidak gelisah
 Kaji kulit setiap hari,catat warna,turgor,sirkulasi, dan sensasi
R/ Mengetahui therapy yang diberikan
 Intruksikan pasien agar melakukan hygiene kulit
R/ Mempertahankan kebersihan kulit karena kulit kering dapat
menjadi barier infeksi
 Secara teratur ganti posisi,dan ganti sprey
R/ Meningkatkan aliran darah kejaringan ,meningkatkan proses
penyembuhan
 Anjurkan pasien agar tidak menggaruk-garuk dengan benda kasar
R/ Mencegah infeksi 
 Kolaborasi dgn dokter dalam pemberian obat-obatan.
R/ Kolaborasi dengan tim nutrisi untuk menentukan diit.
b. Diagnosa II :
Setelah dilakukan perawatan diharapkan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan Anoreksia, mual, muntah dapat teratasi dengan criteria: 
1) Klien sudah mempunyai selera untuk makan
2) Klien sudah tidak merasa mual
3) Turgor kulit baik
4) Palpitasi abdomen berkurang
 Anjurkan kelurga pasien memberikan perawatan oral 
R/ Kebersihan oral menghilangkan bakteri penumbuh bau mulut dan
meningkatkan rangsangan nafsu makan
 Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbon
R/ Menimbulkan distensi abdomen dan meningkatkan dispnea

19
 Anjurkan makan sedikit tapi sering
R/ Mencegah perut penuh dan mencegah resiko mual
 Kolaborasi dengan tim nutrisi untuk menentukan diit
R/ Menentukan diit yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi
4. Implementasi
Tindakan yang di lakukan berdasarkan intervensi yang telah di buat yaitu :
a. Mengajarkan pada pasien mengenai kebersihan kulit
b. Memantau setiap hari, warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi pada kulit.
c. Membantu pasien untuk mengatur posisi, agar tidak terjadi kerusakan pada
jaringan
d. Mengajarkan pasien pola makan yang teratur
e. Mengajarkan pada pasien mengenai kebersihan oral.
5. Evaluasi
Masalah dikatakan teratasi apabila kebutuhan pada integritas kulit membaik dan
kebutuhan  gizi dari kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik atau terkontrol.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antraks merupakan penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan
bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Sel bakteri tersebut seperti
spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi. Spora tumbuh subur secara berkoloni dalam
tubuh binatang atau manusia.
Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora. Manusia terinfeksi antraks
melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang tercemar spora antraks. Penularan
juga bisa terjadi bila menghirup spora dari produk hewan yang sakit seperti kulit dan bulu.
Penularan penyakit antraks pada manusia pada umumnya karena manusia mengonsumsi
daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit tersebut. Meskipun hanya
mengonsumsi dalam jumlah kecil, B.a. mempunyai daya menimbulkan penyakit sangat
tinggi. Terlebih pada saat pertahanan tubuh manusia menjadi rendah akibat: kelaparan,
defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol), kepayahan, iklim yang jelek (sangat dingin/panas)
dan cekaman (stres).  Disamping itu penularan pada manusia dapat melalui luka. Seyogianya
peternak yang memiliki luka pada bagian tubuhnya tidak masuk kandang ternak atau
merawat ternak yang diduga terserang penyakit antraks. Penularan penyakit dari manusia ke
manusia jarang terjadi meskipun ada kontak langsung dengan penderita.
Cara penanggulangan antraks dapat melalui upaya – upaya , antara lain pemberian vaksin
kepada orang – orang yang dapat menjadi agent penular antraks, pemberian obat misalnya
penicilin dengan dosis yang tepat, melakukan pengawasan, bimbingan dan penyuluhan.

21
3.2 Saran
Masyarakat dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan ternak harus berhati –
hati.Selalu memakai alat pelindung diri dan menjaga hygiene perorangan agar tidak terkena
spora Bacillus anthracis. Banyak membaca informasi tentang antraks diharapkan dapat lebih
meningkatkan pemahaman dan pecegahan secara dini. Jika terjadi infeksi segera di bawa ke
rumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan dan di harapkan tidak menular kepada
yang lain.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dewan Redaksi Hamparan Dunia Ilmu. 2008. Penyakit Anthrax. Jakarta : Tiara Pustaka.
Prawirahartono, Slamet. 2008. Cara Penyakit Anthrax. Jakarta : Bumi Aksara.
Dewan Redaksi Hamparan Dunia Ilmu. 2008. Penyakit Anthrax. Jakarta : Tiara Pustaka.
Prawirahartono, Slamet. 2008. Cara Penyakit Anthrax. Jakarta : Bumi Aksara.
Soeharsono,19.Zoonosis Penyakit Menular Dari Hewan Ke Manusia.Jakarta:Egc
Buku-20pedoman-20klb-20epid-20penyakit-202011
Buku Saku Antraks Bagi Petugas Puskesmas Terbitan Dinas Kesehatan Tahun 2010.

23

Anda mungkin juga menyukai