Anda di halaman 1dari 52

Antraks

Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri
Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.[1] Antraks bermakna "batubara" dalam
bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam.
Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.[1]
Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun
tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.[1]
Daftar isi

1 Faktor virulensi

2 Penularan dan gejala


o 2.1 Penjangkitan
o 2.2 Simptom

3 Penanganan

4 Jenis-jenis

5 Referensi

6 Pranala luar

Faktor virulensi
Faktor virulensi dari penyakit ini disebabkan oleh B. anthracis yang berasal dari kapsul dan
toksin.[2] Kapsul dari B. anthracis terdiri dari poly D-glutamic acid yang tidak berbahaya (non
toksik) bagi dirinya sendiri.[2] Kapsul ini dihasilkan oleh plasmid pX02 dan berfungsi untuk
melindungi sel dari fagositosis dan lisis.[2] Toksin yang dihasilkan oleh B. anthracis berasal
dari plasmid pX01 yang memiliki AB model (activating dan binding). Toksin dari B.
anthracis terdiri dari tiga jenis, yaitu protective antigen (PA) yang berasal dari kapsul poly Dglutamic acid, edema factor (EF), dan lethal factor (LF).[2] Ketiga toksin ini tidak bersifat
racun secara individual, namun dapat bersifat toksik bahkan letal jika ada dua atau lebih.
Toksin PA dan LF akan mengakibatkan aktivitas yang letal, EF dan PA akan mengakibatkan
penyakit edema (nama lain dari penyakit anthrax), toksin EF dan LF akan saling merepresi
(inaktif), sedangkan jika ada ketiga toksin tersebut (PA, LF, dan EF), maka akan
mengakibatkan edema, nekrosis dan pada akhirnya mengakibatkan kematian (letal).[2]
Bila spora anthrax masuk ke dalam tubuh dan kemudian sudah tersebar di dalam peredaran
darah, akan tercipta suatu mekanisme pertahanan dari sel darah putih, namun sifatnya hanya
sementara.[3] Setelah spora dari pembuluh darah terakumulasi dalam sistem limpa, maka
infeksi akan mulai terjadi.[3] Racun dari toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif tersebut akan
mengakibatkan pendarahan internal (internal bleeding) sehingga mengakibatkan kerusakan

pada beberapa jaringan bahkan organ utama. Jika racun dari toksin tersebut telah tersebar,
maka antibiotik apapun tidak akan berguna lagi.[3]
Penularan dan gejala
Manusia dapat terinfeksi bila kontak dengan hewan yang terkena anthraks, dapat melalui
daging, tulang, kulit, maupun kotoran. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus
manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks
Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora
seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia.
Penyakit ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa
program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia seperti
(Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur
Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan
dibandingkan manusia.
Antraks biasa ditularkan kepada manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit
atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular
antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk
hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular kepada
hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks biasa ditemukan dapat
tertular B. anthracis, dan antraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat.
Walaupun banyak pekerja sering tertular kepada jumlah spora antraks yang banyak,
kebanyakan tidak menunjukkan simptom.
Penjangkitan
Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui
luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.
Bakteri B. anthracis ini termasuk bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat membentuk
spora. Endospora yang dibentuk oleh B. anthracis akan bertahan dan akan terus berdormansi
hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi inangnya
tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus membelah di dalam
tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah inangnya. Proses
masuknya spora anthrax dapat dengan tiga cara, yaitu :
1. inhaled anthrax, dimana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam saluran
pernapasan.
2. cutaneous anthrax, dimana spora anthrax masuk melalui kulit yang terluka. Proses
masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthrax
(95% kasus).
3. gastrointestinal anthrax, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak
dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.
Simptom

Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu
makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau hitam, buang air besar berwarna
hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Sedangkan, gejala antraks tipe kulit ialah bisul
merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi
sebuah luka. Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit.
Antraks terjadi setelah mengomsumsi daging yang terkena antraks. Daging yang terkena
antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir, dan berbau.
Penanganan
Secara umum, perawatan untuk penyakit anthrax dapat dilakukan dengan pemberian
antibiotik, biasanya penisilin, yang akan menghentikan pertumbuhan dan produksi toksin. [4]
Pemberian antitoksin akan mencegah pengikatan toksin terhadap sel. [4] Terapi tambahan,
seperti sedation (pemberian obat penenang).[4] Namun, pada level toksin sudah menyebar
dalam pembuluh darah dan telah menempel pada jaringan maka toksin tidak dapat
dinetralisasi dengan antibiotik apapun.[4] Walaupun dengan pemeberian antitoksin, antibiotik,
atau terapi, pasien tentu mempunyai rasio kematian.[4]
Jenis-jenis
Ada 4 jenis antraks yaitu[5] :

antraks kulit.

antraks pada saluran pencernaan.

antraks pada paru-paru.

antraks meningitis.

Referensi
1.

^ a b c (Inggris) Todar K. 2005. Bacillus anthracis and anthrax. [terhubung


berkala]. http://www.textbookofbacteriology.net/Anthrax.html [31 Mei 2008].

2.

^ a b c d e (Inggris) Dixon TC, Meselson M, Guillemin J, Hanna PC. 1999.


Anthrax. N Engl J Med. 341(11):815-26

3.

^ a b c Madigan M; Martinko J (editors). (2005). Brock Biology of


Microorganisms (ed. 11th). Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1.

4.

^ a b c d e (Inggris) Santamaria J, Toranzos GA. 2003. Enteric pathogens and


soil. Int Microbiol 6:5-9.

5.

^ (Inggris) [MedicineNet] .2010. Anthrax. [terhubung


http://www.medicinenet.com/anthrax/article.htm [13 Mei 2010].

berkala]

Mengenal dan Mencegah Antraks pada Hewan serta Manusia


Jumat, 19 Oktober 2012

Siklus penularan penyakit antraks dari hewan kepada manusia


Hari raya Idul Adha sudah semakin dekat, masyarakat pun sudah mulai serius
mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan untuk menyempurnakan ibadah
yakni berkurban. Nah, sebagaimana pantauan tim makanansehat.web.id, ada
banyak berita tentang ancaman penyakit antraks pada hewan kurban. Berita
baiknya, pemerintah telah mengatur distribusi hewan kurban dan melakukan
pemeriksaan serta pengawasan agar hewan kurban yang beredar benar-benar

sehat dan layak dikonsumsi.


Masyarakat umum perlu mengetahui Mengenal dan Mencegah Antraks pada
Hewan serta Manusia. Selain itu juga, perlu diketahui siklus penularan
penyakit mematikan ini dari hewan kepada manusia. Semoga artikel berikut
bermanfaat.
Mengenal Antraks
Penyakit Antraks atau radang limpa adalah salah satu penyakit zoonosis penting
yang saat ini banyak dibicarakan orang di seluruh dunia. Penyakit zoonosis
berarti dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini hampir setiap tahun
selalu muncul di daerah endemis, yang akibatnya dapat membawa kerugian bagi
peternak dan masyarakat luas. Hampir semua jenis ternak (sapi, kerbau, kuda,
babi, kambing dan domba) dapat diserang antraks, termasuk juga manusia.
Didalam jaringan tubuh Bacillus Anthraxis selalu berselubung (berkapsul).
Bacillus Anthraxis bersifat aerob, membentuk spora bila cukup oksigen. Oleh
karena tidak cukup terdapat oksigen, spora tidak pernah dijumpai dalam tubuh
penderita atau didalam bangkai yang tidak terbuka, baik dalam darah maupun
dalam jeroan. Spora tahan terhadap kekeringan untuk jangka waktu yang lama,
bahkan dalam tanah dapat tahan sampai berpuluh-puluh tahun.
Pemusnahan spora Bacillus Anthraxis dapat dengan uap basah suhu 90 C
selama 45 menit, air mendidih atau uap basah suhu 100 C selama 10 menit dan
panas kering pada suhu 120 C selama 1 jam.
Gejala Antraks
Kepala Laboratorium Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan
Kemafet Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Srimudji Artiningsih, (dilansir dari
bisnis.jabar.com) Menurut dia, ciri-ciri utama hewan yang tertular virus antraks
adalah bulunya kusam, badan panas, tidak mau makan dan dari anus atau
lubang hidung keluar darah.
Ada beberapa bentuk penyakit antraks pada ternak yaitu; per akut, akut dan
kronis.

Bentuk per akut

Jalannya penyakit sangat mendadak dan segera terjadi kematian akibat


pendarahan di otak. Gejala tersebut berupa sesak napas, gemetar, kemudian
ternak roboh dan mati. Disamping itu, terkadang ternak itu terus mati sebelum
nampak tanda-tanda bahwa ia sakit. Dan kerap kali diagnosa ditentukan setelah
mati, yaitu terjadi pembesaran limpa membengkak 2-4 kali dari ukuran normal.

Bentuk akut (pada sapi, kuda, kambing dan domba)

Mula-mula demam, gelisah, kemudian terjadi depresi, sukar bernapas, detak


jantung cepat tetapi lemah, kejang dan penderita segera mati, dengan dibarengi
keluar cairan berdarah dari lubang ataupun mulut.
Selama penyakitnya berlangsung, demamnya dapat mencapai 41-420C, produksi
susu menurun drastis. Pad a ternak bunting mungkin terjadi keguguran sebelum
mati.

Bentuk Kronis

Umumnya terdapat pada babi, tetapi kadang-kadang terjadi juga pada jenis
ternak lain.Gejalanya ditandai dengan adanya lepuh-Iepuh lokal yang terbatas
pada lidah dan tenggorokan, serta leher bengkak.
Pada orang yang terinfeksi Bacillus anthracis biasanya menderita sakit perut
yang hebat (radang usus), muntah-muntah, kaku yang kadang kolaps dan bisa
mati. Pada infeksi lewat pernapasan, penderita menunjukkan gejala radang paruparu. Sedangkan infeksi lewat kulit umumnya bersifat lokal, kemudian menjadi
borok merah pucat atau kehitaman dan keluar cairan berwarna merah bening.
Luka atau borok ini susah sembuh. Untuk itu, sebaiknya penderita segera ke
Puskesmas atau Dokter terdekat dan menceritakan dengan sejelas-jelasnya
kejadian tersebut, terutama bila makan daging yang dicurigai atau hasil
potongan gelap.
Cara Penularan Antraks
Bacillus anthraxis tidak berpindah langsung dari ternak satu ke ternak yang lain,
tapi biasanya masuk ke dalam tubuh ternak bersama makanan, perkakas
kandang atau dari tanah (rumput). Infeksi tanah inilah yang dianggap paling
penting dan berbahaya. Spora yang ada di dalam tanah bisa naik ke atas oleh
pengolahan tanah dan hinggap di rumput, yang kemudian dimakan ternak
bersama sporanya. Demikian juga spora itu bisa masuk ke dalam kulit, apabila
hewan itu berada dan tidur di tempat yang tercemar.
Spora ini akan tumbuh dan berkembang biak dalam jaringan tubuh dan
menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit
antraks dapat menulari ternak lain, melalui cairan (eksudat) yang keluar dari
tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat
menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya. Cara
penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau sudah
mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat
mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.
Penjangkitan Antraks pada Manusia
Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau
kulit (melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada
manusia.

Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi inangnya tersebut, spora akan
bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus membelah di dalam tubuh.
Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah inangnya.
Proses masuknya spora antraks dapat dengan tiga cara, yaitu :
1. Inhaled anthrax, dimana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam
saluran pernapasan.
2. Cutaneous anthrax, dimana spora anthrax masuk melalui kulit yang
terluka. Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar
merupakan cutaneous anthrax (95% kasus).
3. Gastrointestinal anthrax, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak
dimasak dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.

Simpton
Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah,
tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau hitam,
buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit).
Sedangkan, gejala antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian
lesi tadi membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan di
sekitarnya membengkak, dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit. Antraks terjadi
setelah mengomsumsi daging yang terkena antraks. Daging yang terkena
antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir, dan
berbau.
Lebih lengkap, baca Antraks dan Manusia

Pencegahan Antraks pada Hewan

Semua ternak (sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan kuda) harus
divaksin secara teratur. Mintalah bantuan petugas Dinas Peternakan
setempat atau Dokter hewan terdekat.

Jagalah kebersihan dan kesehatan kandang, dengan selalu membersihkan


kotoran dan desinfektasi, serta upaya penghapusan hama penyakit.

Berilah makanan dalam jumlah cukup dan bermutu (bergizi).

Bagi ternak besar (kerbau dan sapi), jangan terlalu dipaksakan kerja berat.
Keletihan dan kurang makan dapat mempermudah berjangkitnya wabah
penyakit anthrax. Aturlah cara kerja yang baik, sehingga tidak
menyebabkan ternak sangat lelah, untuk itu aturlah waktu istirahat yang
tepat.

Cara Penanggulangan Penyakit Antraks


pada Ternak
Terhadap Ternak yang Sehat

Ternak yang sehat, tapi tinggal sekelompok dengan yang sakit diberi
suntikan serum atau antibiotik, dan setelah kurang lebih 5 hari baru
divaksin.

Ternak yang sehat, 5-10 km dari daerah yang tercemar (pusat wabah)
penyakit diadakan vaksinansi.

Terhadap Temak yang Sakit

Pisahkan segera dari ternak yang sehat.

Pengobatan dengan serum dan atau kombinasi antibiotik (penicillium,


Streptomycin,Oxitetracyclin, Chloramphenicol) atau terapi (Sulametazine,
Sulafanilamide, Sulafapyridin dan lain-lain).

Setelah penderita sembuh dapat divaksinasi.

Bagi ternak yang sudah mati akibat anthrax, dibakar, diberi desinfektan
kemudian dikubur. Sedangkan bangkai yang sudah terlanjur dikubur,
tanahnya dibuka kembaIi, tanah galian diberi desinfektan dan kapur, serta
bangkai dibakar, kemudian kuburan kembali ditutup.

Susu yang berasal dari ternak sa kit harus dimusnahkan, dibuang dengan
dicampur larutan formalin.

Penyakit Anthrax

PENYAKIT ANTHRAX

1.

Identifikaksi Peny. Anthrax


Adalah penyakit bakteri akut biasanya mengenai kulit, sangat jarang mengenai
orofaring, mediastinum atau saluran pencernaan. Pada anthrax kulit rasa gatal pada kulit yang
terpajan adalah hal yang pertama kali terjadi, diikuti dengan lesi yang berubah menjadi
papulair, kemudian vesikulair dan selama 2 6 hari berubah menjadi jaringan parut hitam.
Jaringan parut ini biasanya dikelilingi oleh bengkak ekstensif sedang, hingga berat.
Kadangkala disertai dengan gelembung kecil. Rasa sakit jarang muncul dan jika ada biasanya
karena infeksi sekunder atau bengkak. Kepala, dahi dan tangan merupakan tempat dimana
infeksi biasa muncul. Lesi ini kadang keliru dibedakan dengan Orf pada manusia (lihat
penyakit virus Orf). Infeksi yang tidak diobati bisa menyebar ke daerah kelenjar limfe dan ke
sistem peredaran darah dengan akibat terjadi septikemi. Selaput otak bisa terkena. Anthrax
kulit yang tidak diobati mempunyai angka case fatality antara 5 % 20 %, dengan terapi
antibiotik yang efektif, hanya terjadi sedikit kematian. Lesi berkembang berupa lesi yang
sangat khas pada kulit bahkan sesudah dimulainya terapi antibiotik.
Gejala awal karena inhalasi anthrax mula-mula sangat ringan dan tidak spesifik
termasuk demam, malaise dan batuk ringan atau sakit dada. Kemudian muncul gejala akut
berupa gangguan pernapasan, gambaran sinar-x melebarnya mediastinum; demam dan syok
akan terjadi dalam 3 5 hari dan tidak lama kemudian akan mengakibatkan kematian.
Anthrax usus jarang terjadi dan lebih sulit untuk dikenal terkecuali jika muncul sebagai KLB
keracunan makanan, dengan gejala berupa gangguan abdominal diikuti dengan demam,
tanda-tanda septikemi dan kematian pada kasus-kasus tertentu. Bentuk orofaringeal dari
penyakit primer pernah ditemukan.
Konfirmasi laboratorium dibuat dengan ditemukannya organisme penyebab penyakit
di dalam darah, lesi atau discharge dengan pengecatan langsung Polikrom metilen biru
(MFadyean) atau dengan kultur atau dengan inokulasi dari tikus, marmoot atau kelinci.
Identifikasi cepat dari organisme dengan menggunakan tes Imunodiagnostik, ELISA
& PCR mungkin hanya tersedia pada laboratorium rujukan tertentu

2.

Etiologi da sifat sifat penyakit anthrax

Penyebab penyakit Anthrax adalah Bacillus anthracis. Pertama kali ditemukan oleh
DAVAINE dan BAYER tahun 1849. Selanjutnya dilakukan identifikasi oleh POLLENDER
tahun 1855. Dua tahu setelah itu (1857) BRAVEL berhasil memindahkan penyakit ini
dengan cara menginokulasikan darah hewan yang terkena Anthrax. Pada tahun 1877
ROBERT KOCH

dapat membuat biakan murni dari

B.

anthracis,

membuktikan

kemampuan bakteri tersebut membentuk spora serta mengenali lebih lanjut sifat-sifat bakteri
tersebut. Bakteri ini merupakan bakteri pertama yang diketahui mampu menyebabkan
penyakit. Pada biakan agar koloni terlihat mempunyai permukaan seperti serpihan kaca atau
ground glass. Pinggiran koloni terlihat sebagai Medussa, oleh karena pembentukan
filament yang panjang sehingga seakan-akan terlihat bagaikan rambut yang panjang dan ikal
dari DEWI YUNANI MEDUSSA (LAY, 1992; GYLES and THOEN, 1993; BISPING and
AMTSBERG,Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis 132 1988).

Bacillus anthracis

merupakan bakteri berbentuk batang, ujung-ujungnya persegi dengan sudut-sudut yang


tampak jelas, tersusun berderet sehingga tampak seperti ruasruas bambu (BISPING and
AMTSBERG, 1988) atau seperti bentuk mobil boks/box car (ANON, 2005). Bakteri ini
membentuk spora, non motil, serta membentuk kapsul (MOCK and FOUET, 2001; ANON,
2005). Apabila kontak dengan oksigen maka dan mencapai fase eksponensial satu spora
berbentuk bulat terletak di tengah terbentuk dari setiap sel vegetatif. Bakteri bersifat Gram
positif, mempunyai ukuran 1-1,2 um X 3-5 um (GYLES and THOEN, 1993). Sifat-sifat
biokimiawi dari bakteri ini adalah memfermentasi gula-gula: glukosa, levulosa, maltosa,
sakarosa, trehalosa dan dekstrin. Selain itu juga mereduksi nitrat dan positif dengan uji
Voges-Proskaurer. Pada kondisi anaerob dan ada HCO3 sel-sel vegetatif membentuk
kapsul. Kapsul ini dibentuk di dalam tubuh/in vivo. Secara genotipe dan fenotipe sangat
mirip dengan Bacillus cereus (bakteri banyak ditemukan di tanah) dan Bacillus thuringensis
(bakteri patogen pada larva Lepidooptera). Ketiga bakteri ini mempunyai ukuran serta spora
oval (HELGASON et al., 2000; ANONIMUS, 2005). Spora dapat terbentuk apabila bakteri
kontak dengan udara/oksigen. Tanah merupakan tempat atau sumber alami bagi bakteri ini.
Spora ini sangat resisten dan dapat survive di tanah bertahun-tahun (DRAGON and
RENNIE, 1995; MERKA and PATOCKA, 2002), juga dapat hidup pada rambut hewan,
wool, kulit atau bahan yang terkontaminasi sehingga dapat menyebar ke mana-mana.
Bentuk spora mempunyai resistensi tinggi, tahan terhadap panas dan dingin. Spora ini
bentuknya oval, terletak di tengah dan tidak disertai oleh pembengkakan sel. Pada
pewarnaan Gram tidak tampak, hanya merupakan bagian yang tidak terwarnai/kosong.
Hanya dengan pewarnaan khusus (pewarnaan spora) terlihat dengan jelas. Sporulasi terjadi

pada keadaan banyak oksigen dan berkurangnya unsur kalsium (ANON, 1990). Bentuk
spora tidak ditemukan dalam jaringan maupun dalam arah.

3.

Masa Inkubasi / masa penularan


Bacillus anthracis, bakteri gram positif, berkapsul, membentuk spora, berbentuk
batang yang tidak bergerak.

a.

Masa inkubasi : Dari 1 7 hari. Walaupun masa inkubasi dapat mencapai 60 hari (di

b.

Sverdlovsk masa inkubasi mencapai 43 hari).


Masa penularan : Penularan dari orang ke orang sangat jarang. Barang dan tanah yang
terkontaminasi oleh spora bisa tetap infektif hingga puluhan tahun.

4.

Distribusi kejadian :
Merupakan penyakit utama herbivora, sedangkan manusia dan karnivora merupakan
hospes insidential. Infeksi anthrax pada manusia bersifat sporadis dan jarang terjadi
disebagian besar negara maju. Ia merupakan penyakit akibat kerja (occupational disease)
utama para pekerja yang memproses kulit, bulu (terutama kambing) tulang, produk tulang
dan wol, dokter hewan dan pekerja pertanian, pekerja yang menangani binatang liar (wildlife)
dan mengenai mereka yang menangani binatang sakit. Anthrax pada manusia endemis di
wilayah pertanian, dimana didaerah itu kejadian anthrax pada binatang sangat umum
ditemukan ; ini termasuk negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan, Bagian Selatan dan
Timur, Asia, Afrika. Munculnya daerah baru infeksi anthrax pada hewan ternak bisa terjadi
melalui import makanan ternak yang mengandung tulang yang terkontaminasi. Kejadian
bencana alam seperti banjir bisa memicu timbulnya epizootik. Antrhax di anggap sebagai alat
yang sangat potensial untuk bioterorisme dan biowarfare (perang dengan menggunakan
senjata biologis), pada saat terjadi perang biologis, anthrax dapat muncul sebagai kejadian
yang secara epidemiologis sangat luar biasa.

5.

Reservoir
Infeksi kulit terjadi melalui kontak dengan jaringan binatang (sapi, biri-biri, kambing,
kuda, babi dan sebagainya) yang mati karena sakit; mungkin juga karena gigitan lalat yang
hinggap pada binatang-binatang yang mati karena anthrax, atau karena kontak dengan bulu

yang terkontaminasi, wol, kulit atau produk yang dibuat dari binatang-binatang ini seperti
kendang, sikat atau karpet; atau karena kontak dengan tanah yang terkontaminasi oleh hewan.
Tanah dapat juga tercemar anthrax karena dipupuk dengan limbah pakan ternak yang terbuat
dari tulang yang tercemar. Inhalasi spora anthrax dapat terjadi pada proses industri yang
berisiko, seperti pada waktu mewarnai kulit dan pada pemrosesan wol atau tulang; dimana
saat itu dapat terjadi percikan dari spora B. anthracis. Anthrax usus dan orofaringeal muncul
karena memakan daging terkontaminasi yang tidak dimasak dengan baik; tidak ada bukti
bahwa susu dari binatang terinfeksi dapat menularkan anthrax. Penyakit menyebar diantara
binatang pemakan rumput melalui makanan dan tanah yang terkontaminasi; sedangkan
penyebaran penyakit pada omnivora dan karnivora melalui daging, tulang atau makanan lain
dan penyebaran pada binatang liar terjadi karena binatang tersebut makan bangkai yang
terkontaminasi anthrax. Infeksi tidak sengaja bisa terjadi pada petugas laboratorium.
Pada Tahun 1979, telah terjadi KLB karena inhalasi anthrax di Yekaterinburg
(Sverdlovsk), Rusia, dimana pada waktu itu 66 orang tewas dan 11 orang lainnya selamat. Di
duga saat itu masih ada banyak kasus lain yang terjadi. Hasil investigasi memperlihatkan
bahwa kasus anthrax ini diduga berasal dari sebuah institut penelitian biologi dan
disimpulkan bahwa KLB terjadi karena percikan yang tidak disengaja sebagai akibat
kecelakaan kerja pada kegiatan penelitian senjata biologis.
6.

Cara penularan

Bacillus anthracis tidak berpindah langsung dan ternak satu ke ternak yang lain, tapi
biasanya masuk ke dalam tubuh ternak bersama makanan, perkakas kandang atau tanah
(rumput). Infeksi tanah inilah yang dianggap paling penting dan berbahaya. Spora yang ada
di dalam tanah bisa naik ke atas oleh pengolahan tanah dan hinggap di rumput, yang
kemudian dimakan ternak bersama sporanya. Demikian juga spora itu bisa masuk ke dalam
kulit, apabila hewan itu berada dan tidur di tempat yang tercemar.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan menyebar ke seluruh tubuh
mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit anthrax dapat menulari ternak lain, melalui
cairan (eksudat) yang keluar dan tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah
sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa
berikutnya.
Cara penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau sudah
mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat mencemari
tanah
sekitarnya,
serta
menjadi
sulit
untuk
menghilangkannya.
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman
Bacillus anthracis Di alam, bakteri antraks ini basanya ada dalam kondisi tidur. dan
bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang
tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dan tidurnya ketika kondisi lingkungan
sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dengan kata lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah tempat
ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan siap
menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh akar
tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi
selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya kuman mampu menginfeksi ternak maupun
manusia yang mengonsumsinya.
Sumber infeksi lainnya ialah bangkai tenak pengindap antraks. Pada kondisi ini,
miliaran Bacillus anthracis bisa memadat di darah dan organ-organ dalam ternak. Bahkan
keterangan lain meriyebutkan bahwa disinyalir di seluruh bangkai hewan tersebut dianggap
mengandung kuman penyakit antraks.
Dalam satu milimeter darah, setidaknya mengandung satu miliar kuman antraks. Bila
kuman itu berinteraksi dengan oksigen, ia dapat segera mengubah diri dalam bentuk spora.
Bila kondismnya demikian, dipercaya kuman ini memiki daya tahan tubuh yang lebih kebal
dari sebelumnya. Kuman-kuman dalam bentuk spora inilah yang dapat hidup hingga 70 tahun
lamanya.
Pintu masuknya penyakit antraks pada hewan, umumnya bisa melalui saluran
pencernaan hewan, kontak kulit dan terhirup masuk melalui saluran pernapasan. Sedangkan
pada manusia, selain bisa menular melalul kontak atau mengonsumsi daging hewan ternak
yang terkena antraks, penularan antarmanusia bisa terjadi melalui udara yang tercemar spora
antraks dan masuk ke paru-paru manusia.
Dengan kata lain, bakteri Bacillus anthracis akan bersifat menghancurkan sel-sel
darah, baik pada hewan maupun manusia. Apabila gejala klinis sudah timbul, biasanya dilkuti
dengan kematian, baik pada hewan maupun manusia .Untuk itu, orang yang mengonsumsi
daging hewan terkena antraks akan sangat membahayakan. Apalagi kondisi daging hewan
tersebut tidak kita masak teriebih dahulu secara sempurna.

Selain itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells.
Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi
kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora berbentuk elips atau oval,
letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari diameter bakteri itu sendiri. Spora Bacillus
anthracis ini tidak terbentuk pada jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut
tumbuh dengan baik di tanah maupun pada jaringan hewan yang mati karena antraks.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali
atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri.
Sporaispora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak
atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat
dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
7.

Kerentanan dan Kekebalan


Timbulnya kekebalan setelah infeksi tidak jelas; ada beberapa bukti dari infeksi yang
tidak manifest (inapparent) diantara orang yang sering kontak dengan agen penyebab
penyakit; serangan ke dua dapat terjadi, tetapi jarang dilaporkan.

8.

Cara pencegaha dan pengawasan

a.

Pencegahan ;

Berikan imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi dengan vaksin cell-free yang disiapkan
dari filtrat kultur yang mengandung antigen protektif (tersedia di AS dari Bioport
corporation, 3500 N. Martin Luther King, Jr. Boulevard, Lansing MI 48909). Terbukti
bahwa vaksin ini efektif mencegah anthrax kulit dan pernapasan.; direkomendasikan untuk
diberikan kepada petugas labororatorium yang secara rutin bekerja dengan B. anthracis dan
para pekerja yang menangani bahan industri mentah yang potensial terkontaminasi. Vaksin
ini juga dapat digunakan untuk melindungi personil militer yang terpajan senjata perang
biologis.
Beri penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial
terkontaminasi anthrax sebagai penular anthrax, sebaiknya para pekerja menjaga kulit agar
tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan.
Membersihkan debu dan membuat ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja pada industri
berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah. Selalu melakukan supervisi medis pada
para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka dikulit. Pekerja sebaiknya
menggunakan baju pelindung dan tersedia fasilitas yang baik untuk mencuci tangan dan
pakaian dan mengganti sesudah kerja. Tempatkan ruang makan jauh dari tempat kerja. Uap
formaldehid digunakan untuk disinfeksi pabrik tekstil yang terkontaminasi anthrax.

Lakukan pencucian secara menyeluruh, disinfeksi atau sterilkan bulu, wol dan tulang atau
bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelum diproses.
Kulit binatang yang terpajan anthrax jangan di jual. Bangkai binatang yang terpajan anthrax
jangan digunakan sebagai bahan pakan ternak.
Jika dicurigai terkena anthrax, jangan melakukan nekropsi pada binatang tersebut. Jika ingin
mengambil sampel darah untuk kultur lakukan secara aseptis. Hindari kontaminasi tempat
pengambilan sampel. Jika nekrospi dilakukan dengan tidak hati-hati, sterilkan seluruh bahan
dan alat yang dipakai dengan otoklaf, insinerator atau dilakukan disinfeksi dan fumigasi
dengan bahan kimia.
Karena spora anthrax bisa hidup selama berpuluh-puluh tahun jika bangkai dikubur, maka
teknik pemusnahan yang paling baik adalah membakar bangkai binatang tersebut dengan
suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan mengangkut bangkai tersebut
ke tempat insenerator, hati-hati agar tidak terjadi kontaminasi sepanjang jalan menuju
insenerator. Jika cara ini tidak memungkinkan, kuburlah dalam-dalam bangkai binatang itu di
tempat binatang itu mati; jangan dibakar di lapangan terbuka. Tanah yang terkontaminasi
dengan bangkai atau kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau kalsium oksida
anhydrous (quicklime). Bangkai yang dikubur dalam-dalam sebaiknya di taburi dengan
quicklime.
Awasi dengan ketat buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang yang
potensial terkontaminasi anthrax dan limbah dari pabrik yang menghasilkan produk bulu,
wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
Berikan Imunisasi sedini mungkin dan lakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua
hewan yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan gejala anthrax dengan
penisilin atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi dihentikan. Hewan ini sebaiknya
tidak disembelih hingga beberapa bulan setelah sembuh. Pengobatan sebagai pengganti
imunisasi dapat diberikan kepada hewan yang terpajan sumber infeksi, seperti terpajan
dengan makanan ternak komersiil yang terkontaminasi.
Pengawasan :
Laporan kepada instansi kesehatan setempat; kasus anthrax wajib dilaporkan di sebagian
besar negara bagian dan negara-negara lain di dunia, Kelas 2A (lihat tentang pelaporan
penyakit menular). Laporan kepada badan yang berwenang menangani pertanian dan hewan
ternak wajib dilakukan juga.
Walaupun hanya ditemukan satu kasus anthrax pada manusia; terutama jenis pernafasan,
dianggap sebagai kejadian luar biasa sehingga harus dilaporkan segera kepada pejabat yang

berwenang di bidang kesehatan masyarakat dan kepada penegak hukum sebagai bahan
pertimbangan kemungkinan bahwa KLB ini bersumber dari kegiatan terorisme.
Isolasi : untuk anthrax kulit dan pernapasan lakukan tindakan kewaspadaan standar selama
sakit. Dengan pemberian terapi antibiotik yang tepat lesi kulit bebas dari bakteri dalam waktu
24 jam namun lesi ini tetap berkembang sesuai dengan siklus yang sangat khas dari lesi
anthrax yaitu adanya ulcerasi, pengelupasan dan resolusi.
Disinfeksi serentak :
Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dari lesi dan terhadap alat-alat yang kontak dengan
tanah. Hipoklorit sangat baik dipakai untuk disinfeksi karena dapat membunuh spora dan
digunakan jika bahan yang akan didisinfeksi volumenya kecil dan bahan tersebut tidak
mudah korosif; hidrogen peroksida, asam perasetik dan glutaraldehid bisa menjadi alternatif;
formaldehid, etilen oksida dan iradiasi kobalt juga sering digunakan. Memusnahkan spora
dilakukan dengan sterilisasi uap, otoklaf atau dibakar untuk meyakinkan bahwa spora
tersebut betul-betul telah musnah. Fumigasi dan disinfeksi kimia dapat digunakan untuk alatalat berharga. Lakukan pembersihan menyeluruh.
Karantina : tidak diperlukan.
Imunisasi kontak : tidak diperlukan.
Investigasi kontak dan sumber infeksi :
Lakukan investigasi terhadap kemungkinan adanya riwayat seseorang terpajan dengan
binatang yang terinfeksi atau terpajan dengan produk dari binatang, dan lacak tempat asalnya.
Pada pabrik yang mengolah produk binatang, periksa apakah telah dilakukan tindakan
preventif yang tepat seperti yang dijelaskan pada 9A diatas, Seperti dijelaskan pada 9B1
kemungkinan Anthrax bersumber dari kegiatan bioterorisme tidak bisa dikesampingkan
terutama untuk kasus anthrax pada manusia, kasus-kasus tersebut sumber infeksinya tidak
jelas.
Pengobatan spesifik; penisilin adalah obat pilihan untuk anthrax kulit dan diberikan selama 5
7 hari. Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol juga efektif. Angkatan bersenjata
Amerika merekomendasikan pemberian Ciprofloxacin parenteral atau doksisiklin untuk
anthrax pernapasan, lama pengobatan tidak dijelaskan secara rinci.

\PENYAKIT ANTHRAX
1.

Identifikaksi Peny. Anthrax


Adalah penyakit bakteri akut biasanya mengenai kulit, sangat jarang mengenai
orofaring, mediastinum atau saluran pencernaan. Pada anthrax kulit rasa gatal pada kulit yang
terpajan adalah hal yang pertama kali terjadi, diikuti dengan lesi yang berubah menjadi
papulair, kemudian vesikulair dan selama 2 6 hari berubah menjadi jaringan parut hitam.
Jaringan parut ini biasanya dikelilingi oleh bengkak ekstensif sedang, hingga berat.
Kadangkala disertai dengan gelembung kecil. Rasa sakit jarang muncul dan jika ada biasanya
karena infeksi sekunder atau bengkak. Kepala, dahi dan tangan merupakan tempat dimana
infeksi biasa muncul. Lesi ini kadang keliru dibedakan dengan Orf pada manusia (lihat
penyakit virus Orf). Infeksi yang tidak diobati bisa menyebar ke daerah kelenjar limfe dan ke
sistem peredaran darah dengan akibat terjadi septikemi. Selaput otak bisa terkena. Anthrax
kulit yang tidak diobati mempunyai angka case fatality antara 5 % 20 %, dengan terapi
antibiotik yang efektif, hanya terjadi sedikit kematian. Lesi berkembang berupa lesi yang
sangat khas pada kulit bahkan sesudah dimulainya terapi antibiotik.
Gejala awal karena inhalasi anthrax mula-mula sangat ringan dan tidak spesifik
termasuk demam, malaise dan batuk ringan atau sakit dada. Kemudian muncul gejala akut
berupa gangguan pernapasan, gambaran sinar-x melebarnya mediastinum; demam dan syok
akan terjadi dalam 3 5 hari dan tidak lama kemudian akan mengakibatkan kematian.
Anthrax usus jarang terjadi dan lebih sulit untuk dikenal terkecuali jika muncul sebagai KLB
keracunan makanan, dengan gejala berupa gangguan abdominal diikuti dengan demam,
tanda-tanda septikemi dan kematian pada kasus-kasus tertentu. Bentuk orofaringeal dari
penyakit primer pernah ditemukan.
Konfirmasi laboratorium dibuat dengan ditemukannya organisme penyebab penyakit
di dalam darah, lesi atau discharge dengan pengecatan langsung Polikrom metilen biru
(MFadyean) atau dengan kultur atau dengan inokulasi dari tikus, marmoot atau kelinci.
Identifikasi cepat dari organisme dengan menggunakan tes Imunodiagnostik, ELISA
& PCR mungkin hanya tersedia pada laboratorium rujukan tertentu

2.

Etiologi da sifat sifat penyakit anthrax


Penyebab penyakit Anthrax adalah Bacillus anthracis. Pertama kali ditemukan oleh
DAVAINE dan BAYER tahun 1849. Selanjutnya dilakukan identifikasi oleh POLLENDER
tahun 1855. Dua tahu setelah itu (1857) BRAVEL berhasil memindahkan penyakit ini
dengan cara menginokulasikan darah hewan yang terkena Anthrax. Pada tahun 1877
ROBERT KOCH

dapat membuat biakan murni dari

B.

anthracis,

membuktikan

kemampuan bakteri tersebut membentuk spora serta mengenali lebih lanjut sifat-sifat bakteri
tersebut. Bakteri ini merupakan bakteri pertama yang diketahui mampu menyebabkan
penyakit. Pada biakan agar koloni terlihat mempunyai permukaan seperti serpihan kaca atau
ground glass. Pinggiran koloni terlihat sebagai Medussa, oleh karena pembentukan
filament yang panjang sehingga seakan-akan terlihat bagaikan rambut yang panjang dan ikal
dari DEWI YUNANI MEDUSSA (LAY, 1992; GYLES and THOEN, 1993; BISPING and
AMTSBERG,Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis 132 1988).

Bacillus anthracis

merupakan bakteri berbentuk batang, ujung-ujungnya persegi dengan sudut-sudut yang


tampak jelas, tersusun berderet sehingga tampak seperti ruasruas bambu (BISPING and
AMTSBERG, 1988) atau seperti bentuk mobil boks/box car (ANON, 2005). Bakteri ini
membentuk spora, non motil, serta membentuk kapsul (MOCK and FOUET, 2001; ANON,
2005). Apabila kontak dengan oksigen maka dan mencapai fase eksponensial satu spora
berbentuk bulat terletak di tengah terbentuk dari setiap sel vegetatif. Bakteri bersifat Gram
positif, mempunyai ukuran 1-1,2 um X 3-5 um (GYLES and THOEN, 1993). Sifat-sifat
biokimiawi dari bakteri ini adalah memfermentasi gula-gula: glukosa, levulosa, maltosa,
sakarosa, trehalosa dan dekstrin. Selain itu juga mereduksi nitrat dan positif dengan uji
Voges-Proskaurer. Pada kondisi anaerob dan ada HCO3 sel-sel vegetatif membentuk
kapsul. Kapsul ini dibentuk di dalam tubuh/in vivo. Secara genotipe dan fenotipe sangat
mirip dengan Bacillus cereus (bakteri banyak ditemukan di tanah) dan Bacillus thuringensis
(bakteri patogen pada larva Lepidooptera). Ketiga bakteri ini mempunyai ukuran serta spora
oval (HELGASON et al., 2000; ANONIMUS, 2005). Spora dapat terbentuk apabila bakteri
kontak dengan udara/oksigen. Tanah merupakan tempat atau sumber alami bagi bakteri ini.
Spora ini sangat resisten dan dapat survive di tanah bertahun-tahun (DRAGON and
RENNIE, 1995; MERKA and PATOCKA, 2002), juga dapat hidup pada rambut hewan,
wool, kulit atau bahan yang terkontaminasi sehingga dapat menyebar ke mana-mana.
Bentuk spora mempunyai resistensi tinggi, tahan terhadap panas dan dingin. Spora ini
bentuknya oval, terletak di tengah dan tidak disertai oleh pembengkakan sel. Pada

pewarnaan Gram tidak tampak, hanya merupakan bagian yang tidak terwarnai/kosong.
Hanya dengan pewarnaan khusus (pewarnaan spora) terlihat dengan jelas. Sporulasi terjadi
pada keadaan banyak oksigen dan berkurangnya unsur kalsium (ANON, 1990). Bentuk
spora tidak ditemukan dalam jaringan maupun dalam arah.

3.

Masa Inkubasi / masa penularan


Bacillus anthracis, bakteri gram positif, berkapsul, membentuk spora, berbentuk
batang yang tidak bergerak.

a.

Masa inkubasi : Dari 1 7 hari. Walaupun masa inkubasi dapat mencapai 60 hari (di

b.

Sverdlovsk masa inkubasi mencapai 43 hari).


Masa penularan : Penularan dari orang ke orang sangat jarang. Barang dan tanah yang
terkontaminasi oleh spora bisa tetap infektif hingga puluhan tahun.

4.

Distribusi kejadian :
Merupakan penyakit utama herbivora, sedangkan manusia dan karnivora merupakan
hospes insidential. Infeksi anthrax pada manusia bersifat sporadis dan jarang terjadi
disebagian besar negara maju. Ia merupakan penyakit akibat kerja (occupational disease)
utama para pekerja yang memproses kulit, bulu (terutama kambing) tulang, produk tulang
dan wol, dokter hewan dan pekerja pertanian, pekerja yang menangani binatang liar (wildlife)
dan mengenai mereka yang menangani binatang sakit. Anthrax pada manusia endemis di
wilayah pertanian, dimana didaerah itu kejadian anthrax pada binatang sangat umum
ditemukan ; ini termasuk negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan, Bagian Selatan dan
Timur, Asia, Afrika. Munculnya daerah baru infeksi anthrax pada hewan ternak bisa terjadi
melalui import makanan ternak yang mengandung tulang yang terkontaminasi. Kejadian
bencana alam seperti banjir bisa memicu timbulnya epizootik. Antrhax di anggap sebagai alat
yang sangat potensial untuk bioterorisme dan biowarfare (perang dengan menggunakan
senjata biologis), pada saat terjadi perang biologis, anthrax dapat muncul sebagai kejadian
yang secara epidemiologis sangat luar biasa.

5.

Reservoir

Infeksi kulit terjadi melalui kontak dengan jaringan binatang (sapi, biri-biri, kambing,
kuda, babi dan sebagainya) yang mati karena sakit; mungkin juga karena gigitan lalat yang
hinggap pada binatang-binatang yang mati karena anthrax, atau karena kontak dengan bulu
yang terkontaminasi, wol, kulit atau produk yang dibuat dari binatang-binatang ini seperti
kendang, sikat atau karpet; atau karena kontak dengan tanah yang terkontaminasi oleh hewan.
Tanah dapat juga tercemar anthrax karena dipupuk dengan limbah pakan ternak yang terbuat
dari tulang yang tercemar. Inhalasi spora anthrax dapat terjadi pada proses industri yang
berisiko, seperti pada waktu mewarnai kulit dan pada pemrosesan wol atau tulang; dimana
saat itu dapat terjadi percikan dari spora B. anthracis. Anthrax usus dan orofaringeal muncul
karena memakan daging terkontaminasi yang tidak dimasak dengan baik; tidak ada bukti
bahwa susu dari binatang terinfeksi dapat menularkan anthrax. Penyakit menyebar diantara
binatang pemakan rumput melalui makanan dan tanah yang terkontaminasi; sedangkan
penyebaran penyakit pada omnivora dan karnivora melalui daging, tulang atau makanan lain
dan penyebaran pada binatang liar terjadi karena binatang tersebut makan bangkai yang
terkontaminasi anthrax. Infeksi tidak sengaja bisa terjadi pada petugas laboratorium.
Pada Tahun 1979, telah terjadi KLB karena inhalasi anthrax di Yekaterinburg
(Sverdlovsk), Rusia, dimana pada waktu itu 66 orang tewas dan 11 orang lainnya selamat. Di
duga saat itu masih ada banyak kasus lain yang terjadi. Hasil investigasi memperlihatkan
bahwa kasus anthrax ini diduga berasal dari sebuah institut penelitian biologi dan
disimpulkan bahwa KLB terjadi karena percikan yang tidak disengaja sebagai akibat
kecelakaan kerja pada kegiatan penelitian senjata biologis.
6.

Cara penularan
Bacillus anthracis tidak berpindah langsung dan ternak satu ke ternak yang lain, tapi
biasanya masuk ke dalam tubuh ternak bersama makanan, perkakas kandang atau tanah
(rumput). Infeksi tanah inilah yang dianggap paling penting dan berbahaya. Spora yang ada
di dalam tanah bisa naik ke atas oleh pengolahan tanah dan hinggap di rumput, yang
kemudian dimakan ternak bersama sporanya. Demikian juga spora itu bisa masuk ke dalam
kulit, apabila hewan itu berada dan tidur di tempat yang tercemar.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan menyebar ke seluruh tubuh
mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit anthrax dapat menulari ternak lain, melalui
cairan (eksudat) yang keluar dan tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah
sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa
berikutnya. Cara penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau
sudah mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat
mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman
Bacillus anthracis Di alam, bakteri antraks ni basanya ada dalam kondisi tidur. dan

bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang
tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dan tidurnya ketika kondisi lingkungan
sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dengan kata lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah tempat
ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan siap
menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh akar
tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi
selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya kuman mampu menginfeksi ternak maupun
manusia yang mengonsumsinya.
Sumber infeksi lainnya ialah bangkai tenak pengindap antraks. Pada kondisi ini,
miliaran Bacillus anthracis bisa memadat di darah dan organ-organ dalam ternak. Bahkan
keterangan lain meriyebutkan bahwa disinyalir di seluruh bangkai hewan tersebut dianggap
mengandung kuman penyakit antraks.
Dalam satu milimeter darah, setidaknya mengandung satu miliar kuman antraks. Bila
kuman itu berinteraksi dengan oksigen, ia dapat segera mengubah diri dalam bentuk spora.
Bila kondismnya demikian, dipercaya kuman ini memiki daya tahan tubuh yang lebih kebal
dari sebelumnya. Kuman-kuman dalam bentuk spora inilah yang dapat hidup hingga 70 tahun
lamanya.
Pintu masuknya penyakit antraks pada hewan, umumnya bisa melalui saluran
pencernaan hewan, kontak kulit dan terhirup masuk melalui saluran pernapasan. Sedangkan
pada manusia, selain bisa menular melalul kontak atau mengonsumsi daging hewan ternak
yang terkena antraks, penularan antarmanusia bisa terjadi melalui udara yang tercemar spora
antraks dan masuk ke paru-paru manusia.
Dengan kata lain, bakteri Bacillus anthracis akan bersifat menghancurkan sel-sel
darah, baik pada hewan maupun manusia. Apabila gejala klinis sudah timbul, biasanya dilkuti
dengan kematian, baik pada hewan maupun manusia .Untuk itu, orang yang mengonsumsi
daging hewan terkena antraks akan sangat membahayakan. Apalagi kondisi daging hewan
tersebut tidak kita masak teriebih dahulu secara sempurna.
Selain itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells.
Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi
kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora berbentuk elips atau oval,
letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari diameter bakteri itu sendiri. Spora Bacillus
anthracis ini tidak terbentuk pada jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut
tumbuh dengan baik di tanah maupun pada jaringan hewan yang mati karena antraks.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali
atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri.
Sporaispora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak
atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat
dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
7.

Kerentanan dan Kekebalan

Timbulnya kekebalan setelah infeksi tidak jelas; ada beberapa bukti dari infeksi yang
tidak manifest (inapparent) diantara orang yang sering kontak dengan agen penyebab
penyakit; serangan ke dua dapat terjadi, tetapi jarang dilaporkan.
8.

Cara pencegaha dan pengawasan

a.

Pencegahan ;

Berikan imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi dengan vaksin cell-free yang disiapkan
dari filtrat kultur yang mengandung antigen protektif (tersedia di AS dari Bioport
corporation, 3500 N. Martin Luther King, Jr. Boulevard, Lansing MI 48909). Terbukti
bahwa vaksin ini efektif mencegah anthrax kulit dan pernapasan.; direkomendasikan untuk
diberikan kepada petugas labororatorium yang secara rutin bekerja dengan B. anthracis dan
para pekerja yang menangani bahan industri mentah yang potensial terkontaminasi. Vaksin
ini juga dapat digunakan untuk melindungi personil militer yang terpajan senjata perang
biologis.
Beri penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial
terkontaminasi anthrax sebagai penular anthrax, sebaiknya para pekerja menjaga kulit agar
tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan.
Membersihkan debu dan membuat ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja pada industri
berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah. Selalu melakukan supervisi medis pada
para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka dikulit. Pekerja sebaiknya
menggunakan baju pelindung dan tersedia fasilitas yang baik untuk mencuci tangan dan
pakaian dan mengganti sesudah kerja. Tempatkan ruang makan jauh dari tempat kerja. Uap
formaldehid digunakan untuk disinfeksi pabrik tekstil yang terkontaminasi anthrax.
Lakukan pencucian secara menyeluruh, disinfeksi atau sterilkan bulu, wol dan tulang atau
bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelum diproses.
Kulit binatang yang terpajan anthrax jangan di jual. Bangkai binatang yang terpajan anthrax
jangan digunakan sebagai bahan pakan ternak.
Jika dicurigai terkena anthrax, jangan melakukan nekropsi pada binatang tersebut. Jika ingin
mengambil sampel darah untuk kultur lakukan secara aseptis. Hindari kontaminasi tempat
pengambilan sampel. Jika nekrospi dilakukan dengan tidak hati-hati, sterilkan seluruh bahan
dan alat yang dipakai dengan otoklaf, insinerator atau dilakukan disinfeksi dan fumigasi
dengan bahan kimia.
Karena spora anthrax bisa hidup selama berpuluh-puluh tahun jika bangkai dikubur, maka
teknik pemusnahan yang paling baik adalah membakar bangkai binatang tersebut dengan
suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan mengangkut bangkai tersebut

ke tempat insenerator, hati-hati agar tidak terjadi kontaminasi sepanjang jalan menuju
insenerator. Jika cara ini tidak memungkinkan, kuburlah dalam-dalam bangkai binatang itu di
tempat binatang itu mati; jangan dibakar di lapangan terbuka. Tanah yang terkontaminasi
dengan bangkai atau kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau kalsium oksida
anhydrous (quicklime). Bangkai yang dikubur dalam-dalam sebaiknya di taburi dengan
quicklime.
Awasi dengan ketat buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang yang
potensial terkontaminasi anthrax dan limbah dari pabrik yang menghasilkan produk bulu,
wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
Berikan Imunisasi sedini mungkin dan lakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua
hewan yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan gejala anthrax dengan
penisilin atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi dihentikan. Hewan ini sebaiknya
tidak disembelih hingga beberapa bulan setelah sembuh. Pengobatan sebagai pengganti
imunisasi dapat diberikan kepada hewan yang terpajan sumber infeksi, seperti terpajan
dengan makanan ternak komersiil yang terkontaminasi.
Pengawasan :
Laporan kepada instansi kesehatan setempat; kasus anthrax wajib dilaporkan di sebagian
besar negara bagian dan negara-negara lain di dunia, Kelas 2A (lihat tentang pelaporan
penyakit menular). Laporan kepada badan yang berwenang menangani pertanian dan hewan
ternak wajib dilakukan juga.
Walaupun hanya ditemukan satu kasus anthrax pada manusia; terutama jenis pernafasan,
dianggap sebagai kejadian luar biasa sehingga harus dilaporkan segera kepada pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan masyarakat dan kepada penegak hukum sebagai bahan
pertimbangan kemungkinan bahwa KLB ini bersumber dari kegiatan terorisme.
Isolasi : untuk anthrax kulit dan pernapasan lakukan tindakan kewaspadaan standar selama
sakit. Dengan pemberian terapi antibiotik yang tepat lesi kulit bebas dari bakteri dalam waktu
24 jam namun lesi ini tetap berkembang sesuai dengan siklus yang sangat khas dari lesi
anthrax yaitu adanya ulcerasi, pengelupasan dan resolusi.
Disinfeksi serentak :
Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dari lesi dan terhadap alat-alat yang kontak dengan
tanah. Hipoklorit sangat baik dipakai untuk disinfeksi karena dapat membunuh spora dan

digunakan jika bahan yang akan didisinfeksi volumenya kecil dan bahan tersebut tidak
mudah korosif; hidrogen peroksida, asam perasetik dan glutaraldehid bisa menjadi alternatif;
formaldehid, etilen oksida dan iradiasi kobalt juga sering digunakan. Memusnahkan spora
dilakukan dengan sterilisasi uap, otoklaf atau dibakar untuk meyakinkan bahwa spora
tersebut betul-betul telah musnah. Fumigasi dan disinfeksi kimia dapat digunakan untuk alatalat berharga. Lakukan pembersihan menyeluruh.
Karantina : tidak diperlukan.
Imunisasi kontak : tidak diperlukan.
Investigasi kontak dan sumber infeksi :
Lakukan investigasi terhadap kemungkinan adanya riwayat seseorang terpajan dengan
binatang yang terinfeksi atau terpajan dengan produk dari binatang, dan lacak tempat asalnya.
Pada pabrik yang mengolah produk binatang, periksa apakah telah dilakukan tindakan
preventif yang tepat seperti yang dijelaskan pada 9A diatas, Seperti dijelaskan pada 9B1
kemungkinan Anthrax bersumber dari kegiatan bioterorisme tidak bisa dikesampingkan
terutama untuk kasus anthrax pada manusia, kasus-kasus tersebut sumber infeksinya tidak
jelas.
Pengobatan spesifik; penisilin adalah obat pilihan untuk anthrax kulit dan diberikan selama 5
7 hari. Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol juga efektif. Angkatan bersenjata
Amerika merekomendasikan pemberian Ciprofloxacin parenteral atau doksisiklin untuk
anthrax pernapasan, lama pengobatan tidak dijelaskan secara rinci.
\

RESUME
Anthrax adalah penyakit yang mengancam kehidupan infeksi yang biasanya
mempengaruhi hewan, khususnya ruminansia (seperti kambing, sapi, domba, dan
kuda). Dan merupakan penyakit menular mematikan yang disebabkan oleh bakteri
pembentuk spora yang disebut Bacillus anthracis. Antraks yang
juga dikenal dengan nama splenic fever (radang limpa) ini memiliki masa inkubasi yang tidak
terlalu lama atau relatif singkat yaitu 1 5 hari. Antraks dapat ditularkan ke manusia melalui
kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk mereka, Anthrax
tidak menyebar dari orang ke orang.
Agen dari antraks adalah bakteri yang disebut Bacillus anthracis yang bersifat Gram-positif
dan aerobik yang berukuran panjang 1-9
mikrometer. Sementara
peneliti lain menemukan basil Anthrax, itu adalah seorang dokter Jerman dan
ilmuwan, Dr Robert Koch, yang membuktikan bahwa bakteri antraks adalah penyebab
penyakit yang mempengaruhi hewan ternak di masyarakat. Di bawah mikroskop,
bakteri terlihat seperti batang yang besar. Namun, dalam tanah, di mana mereka
tinggal, organisme antraks ada dalam bentuk aktif yang disebut spora. Spora ini
sangat kuat dan sulit untuk dihancurkan. Spora telah dikenal untuk bertahan
hidup di tanah selama 48 tahun.
Antraks dapat menginfeksi manusia dalam tiga cara. Yang paling umum adalah
infeksi melalui kulit, yang menyebabkan sakit jelek yang biasanya hilang tanpa
pengobatan. Manusia dan hewan dapat menelan antraks dari bangkai hewan mati
yang telah terkontaminasi anthrax. Menelan antraks dapat menyebabkan serius,
penyakit fatal. Bentuk yang paling mematikan adalah anthrax inhalasi. Jika
spora antraks yang terhirup, mereka bermigrasi ke kelenjar getah bening di dada
di mana mereka berkembang biak, menyebar, dan menghasilkan racun yang sering
menyebabkan kematian. Ada tiga bentuk penyakit yang disebabkan oleh antraks: kutaneus
(kulit) antraks, anthrax inhalasi, dan gastrointestinal (usus) antraks.
Gejala pertama halus, bertahap dan seperti flu (influenza). Dalam beberapa
hari, namun, penyakit memburuk dan mungkin ada gangguan pernapasan parah.
Shock, koma, dan kematian ikuti. Anthrax inhalasi tidak menyebabkan radang
paru-paru yang benar. Bahkan, spora dijemput di paru-paru oleh sel-sel pemulung
yang disebut makrofag. Sebagian besar spora dibunuh. Sayangnya, beberapa
bertahan dan diangkut ke kelenjar di dada yang disebut kelenjar getah bening.
Di kelenjar getah bening, spora yang bertahan hidup berkembang biak,
menghasilkan racun yang mematikan, dan menyebar ke seluruh tubuh. Perdarahan
parah dan kematian jaringan (nekrosis) terjadi dalam kelenjar getah bening di
dada. Dari sana, penyakit ini menyebar ke paru-paru yang berdekatan dan seluruh
tubuh. Anthrax inhalasi adalah penyakit yang sangat serius, dan sayangnya,
kebanyakan individu yang terkena akan mati bahkan jika mereka mendapatkan
antibiotik yang tepat.

BAB I
PENDAHULUAN
Data Kasus
Sejak pertama kali kejadian antraks pada ternak kerbau dilaporkan tahun 1884 di wilayah
Teluk Betung Propinsi Lampung, negeri ini tidak pernah luput dari serangan penyakit
tersebut hampir di seluruh wilayah. Sampai saat ini tercatat 22 propinsi pernah mengalami
kejadian
antraks
di
sejumlah
kabupaten
tertentu.
Tentunya tidak mengherankan mengingat antraks adalah penyakit yang bersifat universal.
Seluruh wilayah dunia mulai dari negara yang beriklim dingin, subtropis maupun tropis, dan
juga mulai dari negara yang berpendapatan rendah, negara sedang berkembang bahkan
negara maju pernah mengalami antraks. Kuman antraks dapat hidup dimana-mana, kecuali di
wilayah
dekat
kutub
utara
dan
selatan.
Data kasus antraks baik pada hewan (data Departemen Pertanian) maupun pada manusia
(data Departemen Kesehatan) terutama sejak tahun 19652004 menunjukkan bahwa ada
empat propinsi yang dapat dinyatakan sebagai daerah endemis antraks, di mana penyakit
terjadi secara berulang dalam selang waktu tertentu. Keempat provinsi tersebut adalah Jawa
Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada tahun 2003, kasus antraks pada hewan tercatat di Kabupaten dan Kota Bogor (Jawa
Barat), Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta), Kabupaten Bima (NTB), dan
Kabupaten Sikka (NTT). Dengan demikian, sangatlah perlu bagi masyarakat petani yang
tinggal di daerah endemis antraks untuk memperhatikan cara-cara berternak yang baik (good
husbandry
practices)
untuk
mencegah
berjangkitnya
antraks
kembali.
Pada tahun 2005 telah terjadi kasus antraks di Desa Citaringgul, Kecamatan Babakan
Madang, Kabupaten Bogor yang menjadi berita nasional dan bahkan mendapat perhatian
besar dari Presiden Republik Indonesia. Kematian manusia akibat antraks di Indonesia
memang bukan terjadi kali ini saja, tetapi khusus kasus antraks di Desa Citaringgul ini
mendapatkan peliputan media massa cetak dan elektronik yang cukup luas. Pertama karena
jumlah orang yang mati akibat makan daging kambing sakit cukup banyak (enam orang),
kedua kasusnya terjadi di lokasi yang sangat dekat dengan ibu kota republik, dan ketiga isu
tentang
antraks
berulang
kali
muncul
menjelang
Lebaran.
Baru baru ini pada bulan januari dan Mei 2011 di Boyolali dan Sragen ditemukan sapi yang
mati karena antraks dan menimbulkan penularan ke manusia, sehingga Boyolali dan Sragen
saat
itu
dinyatakan
KLB
(Kejadian
Luar
Biasa).
Kronologisnya dimulai pada tanggal 13 januari 2011 di Dukuh Karangmojo, Desa Tangkisan,
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali didapatkan satu sapi milik salah satu warga yang
mendadak jatuh dan kemudian kejang, dari pemilik sapi diputuskan untuk menyembelih dan
dijual ke warga sebanyak 40 bungkus. Kemudian pada tanggal 19 januari 2011 didapatkan 6
warga yang mengeluh gatal, bengkak dan adanya lesi basah dan eschar di daerah bawah mata,
tangan, tungkai kaki. Setelah di rujuk ke RS dr. Moewardi dan dinyatakan positif antraks.
Lalu sampel daging dan darah sapi diperiksa di Labkesda Propinsi dan dinyatakan positif
antraks.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Triad Epidemiologi
1.

Agent

Pada penyakit antraks agent utamanya yaitu bakteri Bacillus anthracis. Bacillus anthracis
adalah organisme berbentuk batang yang sifatnya aerobik, gram positif, tidak bergerak, dan

mampu membentuk spora . Dalam kondisi tidak kondusif untuk tumbuh dan memperbanyak
diri, maka kuman akan mulai membentuk spora. Untuk pembentukan spora diperlukan
keberadaan oksigen bebas. Dalam situasi alamiah, siklus vegetatif terjadi dalam lingkungan
rendah oksigen dari induk semang terinfeksi, dan dalam tubuh induk semang organisme
tersebut secara khas berada dalam bentuk vegetatif. Begitu berada di luar tubuh induk
semang, spora mulai terbentuk dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap udara. Bentuk
spora
esensialnya
adalah
fase
eksklusif
di
lingkungan.
Meskipun belum pernah diteliti di Indonesia, lalat dianggap mempunyai peran penting dalam
menyebarkan antraks secara mekanis terutama pada situasi wabah hebat di daerah endemis.
Kebanyakan lalat pengigit (biting flies) dari spesies Hippobosca dan Tabanus bertindak
sebagai penular yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perluasan wabah besar di
Zimbabwe pada 1978-1979, dimana lalat meloncat dari satu komunitas ternak ke komunitas
lainnya. Lalat makan cairan tubuh bangkai ternak terjangkit antraks dan kemudian
mendepositkan feses atau muntahan yang mengandung kontaminan kuman dalam jumlah
besar pada helai daun pepohonan dan semak-semak di sekitarnya.
2.
Host
Dalam hal ini yang menjadi host pada penyakit antraks yaitu manusia dan hewan ternak itu
sendiri. Manusia yang terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak langsung dengan
hewan sakit, Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di tanah/rumput
dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan
yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah., Mengkonsumsi daging hewan yang
sakit/mati dan produknya karena antraks dan Pernah dilaporkan melalui gigitan serangga
Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks, serta Penularan dari
manusia
ke
manusia
jarang
terjadi.
3.
Lingkungan
Lingkungan yang kemungkinan penyebaran penyakita ntraks lebih cepat yaitu pada daerah
peternakan dan pada iklim kering dan cuaca panas. Dalam hal ini, iklim kemungkinan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung cara bagaimana ternak kontak dengan
spora antraks. Sebagai contoh, selama periode kering ternak merumput lebih dekat dengan
tanah oleh karena kebanyakan tanaman atau vegetasi menjadi layu dan juga meranggas,
sehingga membuka lebih besar kemungkinan spora antraks tertelan oleh ternak. Begitu juga
pola perilaku musim meningkatkan kemungkinan pendedahan terhadap spora antraks.
Terjadinya wabah antraks dilaporkan seringkali didahului dengan perubahan ekologi atau
iklim yang jelas, seperti banjir atau hujan yang diikuti dengan kekeringan.
b.
Transmisi
Penyakit
Manusia tertular antraks baik secara langsung maupun tidak langsung. Tiga modus penularan
antraks ke manusia yang umum diketahui sejak lama yaitu melalui kulit, melalui pencernaan,
dan melalui pernafasan. Antraks kulit (antraks kutaneus) biasanya menjangkiti orang yang
melakukan penjagalan, pengulitan atau pembedahan karkas terinfeksi atau juga penanganan
kulit, wol atau bulu hewan yang terkontaminasi spora antraks. Umumnya penyakit terjadi
setelah kuman atau spora masuk ke jaringan kulit melalui luka lecet/luka tergores. Dimulai
dengan lepuh kecil, kemudian secara cepat membentuk bisul bernanah dan setelah itu
menjadi
koreng
berwarna
hitam
(black
scab).
Antraks pencernaan atau antraks lambung (antraks gatro-intestinal) biasanya ditularkan
akibat kuman atau spora yang tertelan lewat mulut. Biasanya akibat makan daging terinfeksi

yang tidak dimasak secara matang dari ternak lokal atau satwa liar. Penularan dari ternak
lokal umum terjadi di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) dimana tidak
dilakukan pemeriksaan daging atau vaksinasi ternak sesuai dengan kaidah kesehatan
masyarakat
veteriner
dan
kesehatan
hewan
yang
benar.
Antraks pernafasan (antraks pulmonal) akibat terhirupnya spora antraks yang sangat kecil
sekali, dengan diameter 1-5 mikron. Biasanya kasus ditemukan pada para pekerja pabrik wol,
akan tetapi dari statistik antraks di dunia pernah juga tercatat menyerang seorang pemain
bola, seorang pekerja konstruksi yang menangani kain wol terkontaminasi, seorang
perempuan yang memainkan alat musik bongo terbuat dari kulit ternak terinfeksi, dan
seorang perempuan lain yang tinggal dekat dengan pabrik penyamakan kulit. Namun
demikian, tingkat kejadian antraks pernafasan di negara-negara industri tetap rendah dan
tidak
dianggap
sebagai
masalah
kesehatan
masyarakat.
Pada manusia, angka fatalitas kasus (case fatality rate) dari antraks kulit biasanya hanya 20%
apabila tidak diobati. Sedangkan pada antraks pencernaan berkisar antara 25-75%, dan
antraks pernafasan biasanya sangat fatal (100%).
c. Riwayat Ilmiah Penyakit
1.
Masa
inkubasi
Masa inkubasi (masa antara kontak dengan anthrax dan awal gejala) mungkin
relatif singkat, dari satu sampai lima hari. Seperti penyakit menular lainnya,
periode inkubasi untuk antraks cukup bervariasi dan mungkin minggu sebelum
seorang
individu
yang
terinfeksi
merasa
sakit.
2.
Masa
klinis
Pada
umumnya
masa
klinis
penyakit
Antraks
adalah
sebagai
berikut
Pada pernafasan diawali dengan panas, menggigil dan mialgia dengan nyeri dada pada 3-5
hari setelah menginhalasi spora antraks. Setelah 1-2 hari berikutnya pasien memburuk
menjadi panas tinggi, sesak nafas hebat, sianosis (badan biru), sakit dada yang terasa remuk
dan
syok.
Pada Kulit, lesi dimulai dengan hilangnya rasa sakit, kadang-kadang berupa papula pruritus
yang sedang (pada umumnya mengenai daerah lengan, leher atau wajah) dan meluas menjadi
lesi vesiculer yang dikelilingi oleh lesi disekitarnya. Gelatinnous halo mengelilingi vesikel
yang akan berkembang menjadi ulkus (luka) dan eschar hitam dengan cepatnya berkembang
diatas ulkus. Sedangkan, gejala antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri.
Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan
disekitarnya
membengkak
dan
lesi
gatal
tetapi
agak
terasa
sakit.
Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu
makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau merah, buang air besar berwarna
hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Daging yang terkena antraks mempunyai ciriciri
sebagai
berikut:
berwarna
hitam,
berlendir
dan
berbau.
Sedangkan secara spesifik Gejala klinis penyakit Antraks dibedakan berdasarkan tipe
penyakit
Antraks
:
1.
Tipe
kulit
(cutaneous
Antrax)
o
mula-mula
terjadi
papel,
desertai
gatal-gatal
dan
rasa
sakit
o 2-3 hari kemudian menjadi vesikel yang berisi cairan kemerahan
o kemudian haemorrhagic dan menjadi jaringan nekrotik yang berbentuk ulcus dengan kerak

berwarna hitam ditengah dan kering yang disebut eschar (tanda patognomonik anthax)
o
diikuti
oleh
bentuk
vesikel
disekitarnya
o
disekitar
ulcus
sering
didapati
erytema
dan
edema
o pada perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk (non pitting) bila ditekan
2.
Tipe
pencernaan
(Gastro
Intestinal
Anthrax)
o
bersifat
perakut
atau
akut
o Gejala awal rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan dan suhu tubuh
meningkat
o
Konstipasi
diikuti
diarhe
akut
berdarah
o
Hematemesis
o
Toxemia
o
Shock
dan
meninggal
biasanya
kurang
dari
2
hari
o
CFR
bervariasi
5-75%
o Tipe ini umumnya terjadi karena memakan daging yang tidak dimasak dengan sempurna
3.
Tipe
Pernapasan
(Pulmonary
Anthrax)
o sangat jarang terjadi biasanya akibat dari perluasan antraks tipe kulit atau karena menghirup
udara
yang
mengandung
spora
antraks
o
gejala
awal
ringan
dan
spesifik
o dimulai dengan lemah, lesu, subfebril, batuk non produktif (seperti tanda-tanda bronchitis)
o kemudian mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi berat
o
shock,
meninggal
biasanya
dalam
waktu
24
jam
4.
Tipe
Radang
Otak
(meningitis
anthrax)
o umumnya merupakan komplikasi antraks tipe pulmonal, intestinal atau cutaneus yang
kemudian melalui aliran darah tiba pada jaringan otak sehingga menimbulkan peradangan
o Demam, sakit kepala hebat, kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk
o
Muntah
o
Diakhiri
dengan
koma
o
Liquor
cerebro
spinalis
(LCS)
berwarna
keruh
kuning
kemerahan
Masa klinis juga bisa didentifikasi melalu pemeriksaan di labolatorium untuk memastikan
positif
tertular
penyakit
antraks
Laboratorium
Diagnosis secara laboratorium dilakukan dengan berbagai metode/uji :
a. Mikroskopis, dengan pewarnaan metilen blue polichromatic, gram atau wright
b. Kultural bakteriologik pada media agar darah dan kaldu protein
c.
Uji
ascoli
d.
Identifikasi
B.antracis
dengan
media
gula-gula
e.
Uji
biologik
menggunakan
hewan
percobaan
f. Uji serologi dengan PCR (Polymerasi Chain Reaction) dan ELISA (Enzyme Linked
Immunosorbent
Assay)
Sampel yang diambil untuk pemeriksaan aboratorium tersebut diatas adalah serum darah
vena, swab darah vena, usap ulcus swab, dahak dan tanah tempat hewan mati dikubur.
3.
Masa
laten
dan
periode
infeksi
a.
Pada
tipe
kulit
:
1. rasa nyeri jarang terjadi kalaupun ada justru di daerah edema
2. tidak didapatkan pus kecuali bila diikuti dengan infeksi sekunder
3.
dapat
terjadi
pembesaran
kelenjar
getah
bening
regional
4.
demam
sedang
dan
sakit
kepala
5. bila tidak segera mendapat pengobatan dapat berkembang menjadi septicemia dan shock
b.
Tipe
pencernaan
(Gastro
Intestinal
Anthrax)

1.
Konstipasi
diikuti
diarhe
akut
berdarah
2.
Hematemesis
3.
Toxemia
4.
Shock
dan
meninggal
biasanya
kurang
dari
2
hari
5.
CFR
bervariasi
5-75%
6. Tipe ini umumnya terjadi karena memakan daging yang tidak dimasak dengan sempurna
c.
Tipe
Pernapasan
(Pulmonary
Anthrax)
1. mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi berat
2.
shock,
meninggal
biasanya
dalam
waktu
24
jam
d.
Tipe
Radang
Otak
(meningitis
anthrax)
1. Demam, sakit kepala hebat, kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk
2.
Muntah
3.
Diakhiri
dengan
koma
4.
Liquor
cerebro
spinalis
(LCS)
berwarna
keruh
kuning
kemerahan
Bagaimana

anthraks

menyerang??

d.
Pencegahan
Pencegahan Usaha pencegahan terhadap penyakit Antraks dapat dilakukan dengan berbagai
cara terutama dalam menjaga kebersihan individu dan lingkungan, yaitu :
Lapor ke dinas peternakan setempat kalau ada hewan yang sakit dengan gejala antraks

tidak
dibolehkan
menyembelih
hewan
sakit
antraks

hewan
hanya
boleh
disembelih
di
rumah
potong
jika hewan dipotong diluar rumah potong harus mendapat izin lebih dulu dari dinas
peternakan
setempat.
tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging yang berasal dari hewan yang sakit antraks
laporkan ke dinas kesehatan apabila menjumpai penderita atau tersangka antraks
bila ada penderita dengan gejala-gejala antraks segera berobat ke puskesmas atau rumah
sakit
terdekat
hewan yang peka terhadap antraks seperti sapi, kerbau, domba, kambing, kuda, secara rutin
harus
divaksinasi
Antraks
dianjurkan untuk tidak memandikan tubuh orang yang meninggal karena Antraks
Dilarang membuat atau memproduksi barang-barang yang berasal dari hewan seperti
kerajinan dari tanduk, kulit, bulu, tulang yang berasal dari hewan sakit/mati karena penyakit
Antraks.
e.

Pengobatan

Pengobatan Pengobatan disesuaikan dengan tipe atau gejala klinis yang ditemukan:
1. Tipe kulit Procaine penicilline 2 x 1,2 juta IU diberikan secara intramuskuler (im) selama
5-7 hari. Atau dengan Benzyl penicilline 250.000 IU secara im setiap 6 jam.
Perlu diperhatikan mengingat pilihan obat untuk Antraks adalah penicilline, sehingga
sebelum diberikan harus dilakukan skin test terlebih dahulu. Bila penderita/tersangka
hypersensitif terhadap penicilline dapat diberikan tetracycline, chloramphenical atau
erytromycine
2. Tipe pencernaan Tetracycline 1 gram per hari 3. Tipe pernapasan. Penicilline G 18-24 juta
IU per hari IVFD, ditambah dengan Streptomycine 1-2 gram Selain antibiotika perlu
diberikan juga obat-obat symtomatis lain.

f. Gambar Pendukung

bagaimana anthraks menyerang?

gejala anthraks

penderita anthraks

bakteri bacillus antrachis

transmisi penyakit anthraks

bagian tubuh yang diserang bakteri bacillus antrachis

BAB III
PENUTUP
a. KESIMPULAN
Penyakit antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri bacillus antrachis yang dalam
kondisi tertentu dapat berbentuk spora. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh hewa melalu
rumput yang dimakan oleh hewan ternak tersebut dan mengandung spora bakteri Bacillus
Antrachis yang terdapat di dalam tanah tempat tumbuh rumput. Penyakit ini dapat
menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan penangan yang lebih lanjut. Selain itu
juga penyakit pernah ditularkan oleh serangga pada peneitian di Afrika. Pengobatannya dapat
berupa obat antibiotik pada tipe masing-masing penyakit.
b. SARAN
1.
Menjaga
kebersihan
2.
Tidak
mengkonsumsi
3.
Memberikan
vaksin

sanitasi
lingkungan
pada
daerah
peternakan
daging
yang
dibeli
di
tempat-tempat
ilegal
yang
rutin
pada
daerah
endemik
antraks

c. DAFTAR PUSTAKA
1. http://mypotik.blogspot.com/2010/03/penyakit-antraks-adalah-disebabkan.html, diakses 24
oktober
2010
2. fom e-book , http://www.immunizationinfo.org/vaccines/anthrax, diakses 11 maret 2005
(2000).
d.
Demicheli
V,
Rivetti
D,
Deeks
JJ,
Jefferson
T,
dan
Pratt M. (1998). Efektivitas dan keamanan vaksin terhadap anthrax manusia:
Sebuah
tinjauan
sistematis.
Vaksin,
16
(9-10),
880-884.
Food
and
Drug
Administration.
(1985).
Biologi
produk:
vaksin bakteri dan toxoid: Pelaksanaan meninjau keberhasilan. Federal Register,
50
(240),
51002-51117.
e.
Inglesby
TV,
Henderson
DA,
Bartlett
JG,
Ascher
MS,
Eitzen E, Friedlander PM, Hauer J, J McDade, Osterholm MT, O'Toole T, Parker G,
Perl TM, Russell PK, dan Tonat K. (1999). Anthrax sebagai senjata biologis:

manajemen kesehatan medis dan publik [Konsensus pernyataan dari Kelompok Kerja
untuk
Biodefense
Sipil].
JAMA,
281
(18),
1735-1745.
f.
Institute
of
Medicine,
Komite
Efek
Kesehatan
American
Academy
of
Pediatrics,
Komite
Infectious
Diseases. (2003). Anthrax. Dalam Buku Merah: Laporan Komite Infectious Diseases
(26
ed,
hlm
196-199.).
Elk
Grove
Village,
IL:
Author.
g.
Brachman
PS,
Emas
H,
Plotkin
SA,
Fekety
FR,
Werrin
M,
dan Ingraham NR. (1962). Bidang evaluasi vaksin anthrax manusia. American
Journal
of
Public
Health,
52,
432-445.
h.
Brachman
S
dan
Friedlander
PM.
(1999).
Anthrax.
Dalam
Plotkin SA dan Orenstein WA (Eds.). Vaksin (3rd ed, hlm 629-637.). Jakarta: W
i.
B.
Saunders.
Brachman
P
dan
A.
Kauffman
(1998).
Anthrax.
Dalam
Evans
AS dan Brachman PS (Eds.). Infeksi bakteri manusia. New York: Plenum Buku Medis
Perusahaan.
j.
Pusat
Pengendalian
dan
Pencegahan
Penyakit
(CDC).
(2000). Vaksin anthrax: Apa yang perlu Anda ketahui [Pernyataan Informasi
Vaksin
(VIS)].
k.
CDC.
(2000).
Konsumsi
manusia
bacillus
anthracis
terkontaminasi daging-Minnesota, Agustus 2000. Morbiditas dan Mortality Weekly
Report,
49
(36),
813-816.
l.
CDC.
(2000).
Surveilans
untuk
kejadian
buruk
yang
terkait dengan vaksinasi anthrax - Departemen Pertahanan AS, 1998-2000
m.
Morbiditas
dan
Mortality
Weekly
Report,
49
(16),
341-345.
Chin
J
(ed.).
(2000).
Pengendalian
penyakit
menular
pengguna (ed 17.). Washington, DC: Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika.
n. Dixon TC, Meselson M, Guillemin J, dan PC Hanna. (1999).
Anthrax.
New
England
Journal
of
Medicine,
341
(11),
815-826.
Friedlander
PM,
Pittman
PR,
dan
Parker
GW.
(1999)
o.
National
Institutes
of
Health,
US
Departemen
Kesehatan
dan Kantor Pelayanan Manusia 'Kesiapan Kesehatan Masyarakat, dan CDC. (2001,
Desember).
Mengoptimalkan
pasca-paparan
pencegahan
anthraks
3. http://mylearningissue.wordpress.com/2011/04/10/antraks-endemi-yang-tak-kunjung-usai/
FK
UNPAD,
diakses
10
april
2011
4.
http://www.idph.state.il.us/Bioterrorism/factsheets/anthrax.htm,
5. P enggunaan vaksin anthrax di Amerika Serikat: Rekomendasi Komite
Penasehat Praktek Imunisasi (ACIP). Morbiditas and Mortality Weekly Report, 49
(RR-15),
1-20.
6. http://epiders.blogspot.com/2011/03/laporan-investigasi-suspek-antraks.html, diakses 1
maret
2011
7. Laporan Kasus Antraks di Boyolali dan Sragen oleh Prof. DR.dr. A. Guntur Hermawan,
SpPD,K-PTI,FINASIM dalam buku Antraks, SMF/Lab Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret RS dr Moewardi Surakarta, Juli 2011.
8. Putra A.A.G., Zuhudin L., Dartini N.L., Sagung Dewi A.A., Arsani N.M., dan Butarnutar
R.M. (?). Wabah Antraks di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun
2004. Balai Penyidikan Veteriner Denpasar dan Dinas Peternakan Provinsi NTB.
http://www.docstoc.com/docs/28596582/WABAH-ANTRAKS-DI-KABUPATENSUMBAWA-PROVINSI-NUSA-TENGGARA-BARAT

ANTHRAKS
Sinonim: Splenic fever, charbon, milztbrand, radang limpa, wool
Sorters disease

A. PENDAHULUAN

Anthraks adalah penyakit menular yang biasanya bersifat akut atau perakut pada berbagai
jenis ternak (pemamah biak, kuda, babi dan sebagainya), yang disertai dengan demam tinggi
dan disebabkan oleh Bacillus anthracis. Biasanya ditandai dengan perubahan-perubahan
jaringan bersifat septisemia, timbulnya infiltrasi serohemoragi pada jaringan subkutan dan
subserosa, disertai dengan pembengkakan akut limpa. Berbagai jenis hewan liar (rusa,
kelinci, babi hutan dan sebagainya) dapat pula terserang.

Di Indonesia Anthraks menyebabkan banyak kematian pada ternak, kehilangan tenaga kerja
di sawah dan tenaga tarik, serta kehilangan daging dan kulit karena ternak tidak boleh
dipotong. Kerugian ditaksir sebesar dua milyar rupiah pertahun (1980).

B.

ETIOLOGI

Penyebab anthraks adalah Bacillus anthracis. Bacillus anthracis berbentuk batang lurus,
dengan ujung-ujung siku-siku. Dalam biakan membentuk rantai panjang. Dalam jaringan
tubuh tidak pernah terlihat rantai panjang, biasanya tersusun secara tunggal atau dalam rantai
pendek dari 2-6 organisme. Dalam jaringan tubuh selalu berselubung (berkapsul), kadangkadang satu selubung melingkupi beberapa organisme. Selubung tersebut tampak jelas batasbatasnya dan dengan pewarnaan biasa tidak berwarna atau berwarna lebih pucat dari
tubuhnya. Basil anthraks bersifat aerob, membentuk spora yang letaknya sentral bila cukup
oksigen. Oleh karena tidak cukup terdapat oksigen, spora tidak pernah dijumpai dalam tubuh
penderita atau didalam bangkai yang tidak dibuka (diseksi), baik dalam darah maupun dalam
jeroan. Kuman bersifat Gram-positif, dan mudah diwarnai dengan zat-zat warna biasa.

Gambar 1. Bacillus anthracis


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Anthrax dan
http://textbookofbacteriology.net/Anthrax.html)

Pada media agar, kuman anthraks membentuk koloni yang suram, tepinya tidak teratur, yang
pada pembesaran lemah menyerupai jalinan rambut bergelombang, yang sering kali disebut
caput medusae. Pada media cair mula-mula terjadi pertumbuhan di permukaan, yang
kemudian turun ke dasar tabung sebagai jonjot kapas, cairannya tetap jernih.

Spora tahan terhadap kekeringan untuk jangka waktu yang lama, bahkan dalam tanah dengan
kondisi tertentu dapat tahan sampai berpuluh-puluh tahun. Lain halnya dengan bentuk vegatif
B.anthracis mudah mati oleh suhu pasteurisasi, desinfektan atau oleh proses pembusukan.

Pemusnahan spora B.anthracis dapat dicapai antara lain dengan : uap basah bersuhu 90
selama 45 menit, air mendidih atau uap basah bersuhu 100C selama 10 menit, dan panas
kering pada suhu 120C selama satu jam.

Meskipun anthrak tersebar di seluruh dunia namun pada umumnya penyakit terdapat terbatas
pada beberapa wilayah saja. Biasanya penyakit timbul secara enzootik pada saat tertentu saja
sepanjang tahun.

C. EPIDEMIOLOGI
1.

Spesies Rentan

Menurut penelitian, kerentanan hewan terhadap antraks dapat dibagi dalam beberapa
kelompok sebagai berikut:

a. Hewan-hewan pemamah biak, terutama sapi dan domba, kemudian kuda, rusa, kerbau dan
pemamah biak liar lain, juga marmut dan mencit (mouse) sangat rentan.
b. Babi tidak begitu rentan.
c. Anjing, kucing, tikus (rat) dan sebagian besar bangsa burung, relatif tidak rentan tetapi
dapat diinfeksi secara buatan.
d. Hewan-hewan berdarah dingin sama sekali tidak rentan (not affected).
2.

Pengaruh Lingkungan

Anthraks banyak terdapat di daerah-daerah pertanian, daerah tertentu yang basah dan lembab,
dan juga daerah banjir. Di daerah-daerah tersebut anthraks timbul secara enzootik hampir
setiap tahun dengan derajat yang berbeda-beda. Daerah yang terserang anthraks biasanya
memiliki tanah berkapur dan kaya akan bahan-bahan organik.

Di daerah iklim panas lalat pengisap darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai
pemindah penyakit. Wabah anthraks pada umumnya ada hubungannya dengan tanah netral
atau berkapur yang alkalis yang rnenjadi daerah inkubator kuman tersebut. Di daerah-daerah
tersebut spora tumbuh rnenjadi bentuk vegetatif bila keadaan lingkungan serasi bagi
perturnbuhannya.

3.

Sifat Penyakit

Enzootik hampir setiap tahun dengan derajat yang berbeda-beda di daerah-daerah tertentu.
Derajat sakit (morbidity rate) tiap 100.000 populasi hewan dalam ancaman, tiap propinsi
dalam tahun 1975 menunjukan derajat yang paling tinggi di Jambi (530 tiap 100.000) dan
terendah di Jawa Barat (0,1 tiap 100.000). Dari laporan itupun dapat diketahui bahwa 5 (lima)
daerah mempunyai derajat sakit lebih rendah dari 5 tiap 100.000 populasi dalam ancaman dan
hanya Jambi yang mempunyai angka ekstrim.
4.

Cara penularan

Pada hakekatnya anthraks adalah "penyakit tanah", yang berarti bahwa penyebabnya terdapat
didalam tanah, kemudian bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh hewan.
Pada manusia infeksi dapat terjadi lewat kulit, mulut atau pernafasan. Anthraks tidak lazim
ditularkan dari hewan yang satu kepada yang lain secara langsung.

Anthraks tidak lazim ditularkan dari hewan yang satu kepada yang lain secara langsung.
Wabah anthraks pada umumnya ada hubungannya dengan tanah netral atau berkapur yang
alkalis yang menjadi daerah inkubator kuman tersebut. Di daerah-daerah tersebut spora
tumbuh menjadi bentuk vegetatif bila keadaan lingkungan serasi bagi pertumbuhannya, yaitu
tersedianya makanan, suhu dan kelembaban tanah, serta dapat mengatasi persaingan biologik.
Bila keadaan lingkungan tetap menguntungkan, kuman akan berkembang biak dan
membentuk spora lebih banyak.

Basil anthraks berkerumunan di dalam jaringan-jaringan hewan penderita, yang dikeluarkan


melalui sekresi dan ekskresi menjelang kematiannya. Bila penderita anthraks mati kemudian
diseksi atau termakan burung-burung atau hewan pemakan bangkai, maka spora dengan cepat
akan terbentuk dan mencemari tanah sekitarnya. Bila terjadi demikian maka menjadi sulit
untuk memusnahkannya. Hal tersebut menjadi lebih sulit lagi, bila spora yang terbentuk itu
tersebar oleh angin, air, pengolahan tanah, rumput makanan ternak dan sebagainya.

Di daerah iklim panas lalat pengisap darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai
pemindah penyakit.

Masa tunas anthraks berkisar antar 1-3 hari, kadang-kadang ada yang sampai 14 hari. Infeksi
alami terjadi melalui :
a. Saluran pencernaan
b. Saluran pernafasan dan
c. Permukaan kulit yang terluka.

Infeksi melalui saluran pencernaan lazim ditemui pada hewan-hewan dengan tertelannya
spora, meskipun demikian cara infeksi yang lainpun dapat saja terjadi. Pada manusia,
biasanya infeksi berasal dari hewan melalui permukaan kulit yang terluka, terutama pada
manusia-manusia yang banyak berhubungan dengan hewan. Infeksi melalui pernafasan
mungkin terjadi pada pekerja-pekerja penyortir bulu domba (wool-sorter's disease),
sedangkan infeksi melalui saluran pencernaan terjadi pada manusia-manusia yang makan
daging asal hewan penderita anthraks.
5.

Faktor Predisposisi

Anthraks merupakan penyakit yang menyerang pada hewan menyusui. Faktor-faktor


predisposisi terjadinya anthrak antara lain adalah hewan dalam kondisi kedinginan,
kekurangan makanan, dan juga keletihan dapat mempermudah timbulnya penyakit. Hal ini
terjadi terutama pada hewan-hewan yang mengandung spora yang bersifat laten.

6.

Distribusi Penyakit

Di Indonesia berita tentang suatu penyakit yang sangat menyerupai anthraks pada kerbau di
daerah Teluk betung dimuat dalam "Javasche Courant" tahun 1884. Kemudian berita yang
lebih jelas tentang berjangkitnya Anthraks di beberapa daerah di Indonesia di beritakan oleh
"Kolonial Verslag" antara tahun 1885 dan 1886. Kemudian antara tahun 1899 dan 1900
sampai 1914, tahun 1927 sampai 1928, tahun 1930 tercatat kejadian-kejadian anthraks di
berbagai tempat di Jawa dan di luar Jawa.

Insidensi kasus di Indonesia menurut Bulletin Veteriner tahun 1975 di Jabar, Sultra, NTT dan
NTB; tahun 1996 di Jambi, Sultra, Sulsel, NTB, NTT dan Jabar; 1977 di NTB ;1981 di DKI.

Jakarta, Jabar, NTT dan NTB; 1982 di NTB, Jatim dan Sulsel; 1983 di DKI Jakarta, NTB,
NTT dan Sulsel; 1986 di NTB, Jabar dan Sumbar, 1988 -1993 di NTB;1991 di Jogya, Bali
dan NTB dan 1992 -1994 di NTB.

Kasus anthrak di Jawa Tengah tahun 1990 tercatat 97 kasus pada manusia di kabupaten
marang dan Bojolali, sedang di Jawa Barat pada tahun 1975 -1974 tercatat 36 kasus di
kabupaten Kawarang, 30 kasus di kabupaten Purwakarta, di kabupaten Bekasi 22 kasus pada
tahun 1983 dan 25 kasus pada tahun 1985.

Laporan kasus anthraks pada Januari tahun 2000 yang diduga telah terjadi tiga bulan
sebelumnya, menyatakan kasus terjadi pada penduduk desa Ciparungsari kecamatan
Cempaka, kabupaten Purwakarta, Jabar yang menjarah burung unta. (Struthio Camelus) milik
P.T. Cisada Kema Suri yang dimusnahkan karena tertular penyakit anthraks.

Laporan kasus anthraks terakhir terjadi pada tahun 2012 di Kabupaten Boyolali dan
Kabupaten Sragen (Jawa Tengah), Kabupaten Maros dan Kabupaten Takalar (Sulawesi
Selatan), yang menyerang sapi potong dan sapi perah milik peternak.

D.
1.

PENGENALAN PENYAKIT

Gejala Klinis

Dikenal beberapa bentuk anthraks, yaitu bentuk perakut, akut dan kronis.

Anthraks bentuk perakut gejala penyakitnya sangat mendadak dan segera terjadi kematian
karena ada pendarahan otak. Gejala tersebut berupa sesak nafas, gemetar kemudian hewan
rebah. Pada beberapa kasus menunjukkan gejala kejang pada sapi, domba dan kambing,
mungkin terjadi kematian tanpa menunjukkan gejala-gejala penyakit sebelumnya.

Antraks bentuk akut pada sapi, kuda dan domba. Gejala-gejala penyakitnya mula-mula
demam, penderita gelisah, depresi, susah bernafas, detak jantung frekuen dan lemah, kejang,

dan kemudian penderita segara mati. Selama sakit berlangsung, demamnya dapat mencapai
41,50C, ruminasi berhenti, produksi susu berkurang, pada ternak yang sedang bunting
mungkin terjadi keguguran. Dari lubang-lubang alami mungkin terjadi eksreta berdarah.
Gejala anthraks poda kuda dapat berupa demam, kedinginan, kolik yang berat, tidak ada
nafsu makan, depresi hebat, otot-otot lemah, diare berdarah, bengkak di daerah leher, dada,
perut bagian bawah, dan di bagian kelamin luar. Kematian pada kuda biasanya terjadi sehari
atau lebih lama bila dibandingkan dengan anthraks pada ruminansia.

Antraks bentuk kronis biasanya terdapat pada babi, tetapi kadang-kadang terdapat juga
pada sapi, kuda dan anjing dengan lesi lokal yang terbatas pada lidah dan tenggorokan. Pada
satu kelompok babi yang mendapat infeksi, beberapa babi diantaranya mungkin mati karena
antraks akut tanpa menunjukan gejala penyakit sebelum nya. Beberapa babi yang lain
menunjukan pembengkakan yang cepat pada tenggorokan, yang pada beberapa kasus
menyebabkan kematian karena lemas. Kebanyakan babi dalam kelompok itu mati karena
anthraks kronis yang ringan, yang berangsur-angsur akan sembuh. Bila babi tersebut
disembelih, pada kelanjar limfa servikal dan tonsil terdapat infeksi anthraks.

Pada kuda anthraks menyebabkan kolik, mungkin karena torsi intestinal atau invaginasi,
dengan tidak disertai akumulasi feses dan gas. Sering juga disertai busung di daerah leher,
dada, bahu, dan faring. Busung tersebut berbeda dengan pembengkakan yang disebabkan
oleh purpura hemoragika, karena pembengkakannya cepat, ada rasa nyeri, ada demam tinggi
dan perbedaan lokalisasinya. Gejala gelisah jarang terjadi tetapi selalu mengalami sesak nafas
dan kebiruan. Penyakit tersebut biasanya berakhir 8-36 jam, atau kadang-kadang sampai 3-8
hari.

Pada sapi, gejala-gejala permulaan kurang jelas kecuali demam tinggi sampai 420C.
Biasanya sapi-sapi tersebut terus digembalakan atau dikerjakan. Dalam keadaan seperti itu
sapi dapat mendadak mati di kandang, di padang gembalaan atau saat sedang dikerjakan.
Penyakit ini ditandai dengan gelisah waktu sedang mengunyah, menanduk benba-benda keras
di sekitarnya, kemudian dapat diikuti dengan gejala-gejala penyakit umum seperti hewan
menjadi lemah, panas tubuh tidak merata, paha gemetar, rasa nyeri meliputi pinggang, perut
atau seluruh tubuh. Nafsu makan hilang sama sekali, sekresi susu menurun atau terhenti,
tidak ada ruminasi, dan perut nampak agak kembung. Pada puncak penyakit darah keluar
melalui dubur, mulut, lubang hidung, dan urinnya bercampur darah. Pada beberapa kasus
terdapat bungkul-bungkul keras berisi cairan jernih atau nanah, pada mukosa mulut terdapat
bercak-bercak, lidah bengkak dan kebiruan, serta nampak lidah keluar dari mulut. Kadang-kadang terdapat anthraks pharyngeal primer.

Gejala-gejala umum antraks berupa pembengkakan di daerah leher, dada, sisi lambung,
pinggang, dan alat kelamin luar. Pembengkakan tersebut berkembang cepat dan meluas, bila
diraba panas konsistensinya lembek atau keras, sedang kulit di daerah tersebut normal atau
terdapat luka yang mengeluarkan eksudat cair yang berwarna kuning muda. Pembengkakan
pada leher sering melanjut menyebabkan paryngitis dan busung glottis, menyebabkan sesak
nafas yang memberatkan penyakit. Pada selaput lendir rektum terdapat pembengkakan
berupa bungkul-bungkul. Pembengkakan serupa itu juga dapat terjadi karena infeksi pada
waktu eksplorasi rektal atau pengosongan isi usus.

Gambar 2. Anthraks pada hewan


(Sumber: Wahyuni 2008)

Pada beberapa kasus terjadi buang air sukar dan nyeri, feses bercampur darah, yang berwarna
merah hitam dan jaringan nekrotik yang mengelupas. Kadang-kadang terdapat penyembulan
rektum. Daerah perineum bengkak. Selaput lendir panas. Pada selaput lendir vagina sering
terdapat busung gelatin.

Pada domba dan kambing, biasanya bentuk perakut dengan perubahanperubahan apopleksi
serebral, hewan-hewan yang terserang tiba-tiba pusing, nampak berputar-putar, gigi
gemeretak dan mati hanya beberapa menit setelah darah keluar dari lubang-lubang alami
tubuh. Pada kasus yang kurang cepat, penyakit tersebut hanya berlangsung beberapa jam,
dengan tanda-tanda seperti gelisah, berputar-putar, respirasi berat dan cepat, jantung

berdebar-berdebar, feses dan urinnya berdarah, ludah keluar dari mulut dan terjadi konvulsi.
Busung dan enteritis jarang ditemukan.

Pada babi, gejala penyakitnya berupa demam dan pharyngitis dengan kebengkakan pada
daerah subparotidea dan larynx yang berlangsung dengan cepat (anthraks angina).
Pembengkakan tersebut dapat meluas dari leher sampai ke dahi muka dan dada,
menyebabkan kesulitan makan dan bernafas. Selaput lendir kebiruan, pada kulit terdapat
noda-noda merah, mencret, disfagia muntah dan sesak nafas menyebabkan hewan mati lemas.

Pada kasus tanpa pembengkakan leher, gejala penyakitnya mungkin hanya berupa lemah,
tidak ada nafsu makan dan menyendiri. Pada antraks lokal atau kronis hewan sering nampak
normal.

Pada anjing dan pemakan daging (carnivora) lainnya, gejala penyakitnya berupa
gastroenteritis dan faryngitis, tetapi kadang-kadang hanya demam. Setelah makan daging
yang mengandung kuman anthraks, bibir dan lidah menjadi bengkak, atau timbul bungkulbungkul pada rahang atas. Kadang-kadang dapat terjadi infeksi umum melalui erosi pada
mukosa kerongkongan.

Pada manusia, sering ditemukan bentuk (kutan). Karena serangannya bersifat lokal, dapat
juga disebut antraks lokal. Pada luka tersebut terjadi rasa nyeri, yang diikuti dengan
pembentukan bungkul merah pucat (karbongkel) yang berkembang menjadi kehi man dengan
cairan bening berwarna merah. Bila pecah akan meniggalkan jaringan nekrotik. Bungkul
berikutnya muncul berdekatan. Jaringan sekitar nya tegang, bengkak dengan wama merah tua
pada kulit sekitarnya. Bila dalam waktu bersamaan gejala demam muncul, infeksi menjadi
umum (generalis) dan fasien mati karena septisemi.

Gambar 3. Anthrak kulit pada manusia


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:skin_reaction_to_anthrax.jpg)

Anthraks bentuk kutan (kulit) ditandai dengan adanya pembengkakan di berbagai tempat
di bagian tubuh. Biasanya pada sapi dan kuda yang terdapat luka atau lecet di daerah kulit
yang kemudian tercemar oleh kuman anthraks, maka hewan tersebut akan terinfeksi anthraks.

Manifestasi gambaran klinis anthraks sebagaimana tersebut di atas ada kalanya berbeda-beda
tergantung pada perluasan penyakit dan jenis hewan yang terkena.

Anthraks kulit primer maupun sekunder jarang terdapat. Penyakit ini biasanya berakhir
setelah 10-36 jam, kadang-kadang sampai 2-5 hari. Anthraks kronis dapat pula terjadi pada
sapi yang berlangsung selama 2-3 bulan. Hewan-hewan yang menderita penyakit akan
menjadi kurus dengan cepat.

Anthrakx bentuk usus (intestinal) sering disertai haemoragik, kenyerian yang sangat
didaerah perut (kolik), muntah-muhtah, kaku dan berakhir dengan kolaps dan kematian.

Anthrakx bentuk pernafasan, terjadi pleuritis dan broncho pneumonia. Bentuk gabungan
juga bisa terjadi. Setelah infeksi usus, kemudian muncul kebengkakan bersifat busung di
bagian tubuh yang lain.
1.

Patologi

Bangkai hewan yang mati karena anthraks dilarang keras untuk diseksi. Bangkai tersebut
cepat membusuk karena sepsis, dan terlihat sangat menggembung. Kekakuan bangkai (rigor
mortis) biasanya tidak ada atau tidak sempurna. Darah yang berwarna hitam seperti ter
mungkin keluar dari lubang alami seperti hidung, mulut, telinga, anus atau dubur nampak
bengkak, dan bangkai cepat membusuk. Mukosa warna kebiruan, sering terdapat
penyembulan rektum yang disertai pendarahan.

2.
a.

Diagnosa
Pemeriksaan mikroskopik langsung.

Pemeriksaan mikroskopik sediaan ulas darah perifer adalah cara yang sederhana dan tepat,
bilamana hewan masih dalam keadan sakit atau baru saja mati, selama belum terjadi
pembusukan. Kumannya berbentuk batang besar, Gram positif, biasanya tersusun tunggal,
berpasangan atau berantai pendek. Tidak terdapat spora. Dengan pewarnaan yang baik dapat
dilihat adanya selubung (kapsul)

Jika telah mulai adanya pembusukan maka dari pemeriksaan mikroskopik sediaan
ulas darah perifer, agak sulit untuk membuat diagnosa yang tepat. Sejumlah kuman
pembusuk memiliki bentuk yang mirip dengan antraks (kuman antrakoid). Biasanya kumankuman pembusuk itu agak panjang dan tersusun dalam rantai yang lebih panjang.
b.

Pemeriksaan dengan pemupukan.

Bahan mengandung antraks berupa darah atau jaringan lain yang berasal dari hewan sakit
atau baru saja mati, dengan mudah dapat dipupuk pada media buatan.

Jika bahan sampel berasal dari jaringan yang telah busuk, maka akan timbul berbagai
kesulitan karena (a) kuman anthraks mudah mati oleh pembusukan, (b) kuman-kuman
anthrakoid akan ikut nampak dan tumbuh dengan baik. Sifat-sifat Bacillus anthracis dapat
dilihat seperti yang telah diterangkan sebelumnya.
c.

Pemeriksaan biologis

Hewan percobaan yang terbaik adalah marmut. Meskipun mencit cukup baik, tetapi mencit
sangat rentan terhadap kontaminan lain. Setelah disuntik secara subkutan, marmut biasanya
mati dalam waktu 36-48 jam, paling lama pada hari kelima. Jaringan marmut tersebut penuh
dengan kuman antraks dan dibawah kulit tempat suntikan terjadi infiltrasi gelatin.

Penyuntikan hewan percobaan adalah cara yang paling tepat untuk membedakan kuman
antraks dari kuman anthrakoid.
d.

Pemeriksaan serologi

Pemeriksaan serologis dapat dilakukan dengan Uji Ascoli dan Enzyme Linked
Immunosorbent Assay (ELISA)

Uji Ascoli
Uji termopresitipasi Ascoli sangat berguna untuk menentukan jaringan tercemar antraks.
Untuk uji Ascoli diperlukan serum presipitasi bertiter tinggi. Jaringan tersangka di-ekstrasi
dengan air dengan cara perebusan, atau dengan penambahan kloroform. Cairan jernih yang
diperoleh mengandung protein antraks, jika jaringan tersebut mengandung kuman antraks.
Cairan tersebutdisebut presipitinogen yang ditemukan secara perlahan-lahan dengan serum
presipitasi (presipitin) dalam tabung sempit. Reaksi positif akan ditandai dengan
terbentuknya cincin putih pada batas pertemuan antara kedua cairan tersebut.
3.

Diagnosa Banding

Anthraks harus dibedakan dari kematian yang mendadak akibat sebab lain. Pada sapi dan
babi, terutama sekali oleh pasteurellosis yang diserta gambaran pembengkakan pada leher.
Pada sapi dan domba infeksi dengan Clostridia dapat menyebabkan kematian mendadak.
Pada sapi perlu diperhatikan pula penyakit-penyakit Ieptospirosis akut, anaplasmosis,
bacillary, hemoglobinuria, dan keracunan-keracunan oleh tanaman, timah atau fosfor yang
akut. Pada kuda, anemia infectiosa yang akut, purpura hemorrhagica, macam-macam kolik,
keracunan timah, dan sun stroke, mempunyai gejala-gejala serupa dengan anthraks. Pada
babi, hog cholera akut, malignant oedema bentuk phyaryngeal mempunyai gejala-gejala
serupa dengan anthraks.

Pada sapi dan kerbau dapat dikacaukan dengan keracunan, radang otak, penyakit
pencernaan bentuk jahat AE, SE, Surra, Piroplasmosis akut, Rinderpest, dan penyakit
jembrana. Pada kuda dapat dikacaukan dengan Surra, terutama jika dilihat dari timbulnya
busung.
4.

Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

Larangan pembukaan bangkai atau seksi terhadap hewan yang mati tersangka anthraks
dengan dasar:

1. Untuk tidak memberi peluang terbentuknya spora kuman anthraks yang


mungkin menyulitkan pemberantasan penyakit.
2. Amat berbahaya bagi manusia yang melakukan seksi dan pembantupembantunya.

Untuk itu bahan pemeriksaan yang perlu dikirimkan ke laboratorium diagnostik adalah
sebagai berikut:

Hewan pemanah biak :

1. Sediaan apus darah diambil dari pembuluh darah tepi (vena pada telinga,
pada metakarpal, atau metatarsal). Dibuat tipis-tipis dan lebih dari satu
kemudian' dilakukan fiksasi sebagaimana biasa.
2. Olesan darah tepi dari hewan yang sama pada kapas bergagang (cotton
swab), sepotong kapur tulis, atau sepotong kertas saring yang kemudian
dimasukan ke dalam tabung reaksi. Alat pengambilan bahan harus dalam
keadaan steril sebelum di pakai dan pengambilan hendaknya seaseptik
mungkin.

Bahan pemeriksaan tersebut harus ditaruh dalam wadah yang kuat dan tertutup rapat untuk
mencegah kemungkinan pencemaran dalam perjalanan.

Pada babi, kuda hewan lainnya

1. Sediaan apus dari jaringan tubuh dengan lesi yang jelas (dari kelenjar
limfa submaxillaris dan daerah kebengkakan)
2. Sediaan apus darah dari pembuluh darah tepi (dari kuda dan babi tidak
dapat diharapkan ditemuinya B.anthracis dalam sediaan ulas darah).
3. Khusus untuk babi jika perlu bisa dikirimkan kelenjar limfa cervicalis yang
diawetkan dalam asam borax (4%).

Bagi anthraks bentuk kutan dapat dikirimkan :

1. Sediaan apus dari luka yang bersangkutan.


2. Olesan pada luka yang sama memakai kapas bergagang atau yang lainnya
(seperti yang telah dijejaskan sebelumnya).

Bila pengiriman bahan-bahan tersebut diatas memungkinkan maka pengiriman bahan berupa
sisa-sisa bagian tubuh hewan yang masih ditemukan tanpa bahan pengawet apapun masih
dapat dianjurkan, antara lain sepotong kulit, tulang, daging kering dan dendeng. Bahan-bahan
tersebut dimaksudkan untuk pemeriksaan serologi.

Bahan-bahan pemeriksaan tersebut diatas dikirimkan ke laboratorium terdekat (kecuali ada


ketentuan khusus) disertai surat pengantar berisi informasi selengkap mungkin, yang
tembusannya antara lain dikirim kepada Kepala Dinas Peternakan atau yang berwenang
setempat, dan direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

E.
1.

PENGENDALIAN

Pengobatan

Pengobatan pada hewan sakit diberikan suntikan anti serum dengan dosis kuratif 100-150 ml
untuk hewan besar dan 50-100 ml untuk hewan kecil. Penyuntikan antiserum homolog adalah
IV atau SC, sedang yang heterolog SC. Jika perlu penyuntikan pengobatan dapat diulangi
secukupnya. Lebih dini pemakaian serum diselenggarakan sesudah timbul gejala-gejala sakit,
lebih besar kemungkinan untuk diperoleh hasil yang baik.

Hewan tersangka sakit atau yang sekandang/segerombolan dengan hewan sakit, diberi
suntikan pencegahan dengan antiserum. Kekebalan pasif timbul seketika, akan tetapi
berlangsung tidak lebih lama dari 2 minggu.

Pemberian antiserum untuk tujuan pengobatan dapat dikombinasikan dengan pemberian


antibiotik. Jika antiserum tidak tersedia, dapat dicoba dengan obat-obatan tersebut di bawah
ini.

Anthraks stadium awal pada kuda dan sapi diobati dengan procain penicillin G dilarutkan
dalam air suling steril dengan dosis untuk hewan besar 6.000-20.000 IU/kg berat badan, IM
tiap hari. Hewan kecil : 20.000-40.000 IU/kg berat badan, IM tiap hari.

Streptomycin sebanyak 10 gram (untuk hewan besar seberat 400-600 kg) setiap hari yang
diberikan dalam dua dosis secara intramuskuler dianggap lebih efektif dari penicillin. Akan
tetapi lebih baik dipakai kombinasi penicillin - streptomycin. Selain penicillin dapat pula
dipakai oxytetracycline. Untuk sapi dan kuda mula-mula 2 gm IV atau IM, kemudian 1 gm
tiap hari selama 3-4 hari atau sampai sembuh. Oxytertracyclin dapat diberikan dalam
kombinasi dengan penicillin. Antibiotika lain yang dapat dipakai antara lain :
chloramphanicol, erythromycin, atau sulfonamine (sulfamethazine, sulfanilamide,
sulfapyridine, sulfathiazo), tetapi obat-obatan tersebut kurang ampuh dibandingkan dari
penicillin atau tetracycline.

2. Pelaporan, Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan


a.

Pencegahan

Perlakuan terhadap hewan yang dinyatakan berpenyakit anthraks dilarang keras untuk
dipotong.

Bagi daerah bebas anthraks, tindakan pencegahan di dasarkan pada pengaturan yang ketat
terhadap pemasukan hewan kedaerah tersebut.

Anthraks pada hewan ternak dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan pada
semua hewan ternak di daerah enzootik anthraks setiap tahun sekali, disertai cara-cara
pengawasan dan pengendalian yang ketat.
b.

Pengendalian dan Pemberantasan

Disamping pengobatan dan pengebalan, perlu cara-cara pengendalian khusus untuk penahan
penyakit dan mencegah perluasannya.

Tindakan-tindakan tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Hewan-hewan yang, menderita anthraks harus diasingkan sedemikian rupa sehingga tidak
dapat kontak dengan hewan-hewan lain
(2) Pengasingan tersebut sedapat mungkin dikandang atau ditempat dimana hewan tersebut
didapati sakit. Didekat tempat itu digali lubang sedalam 2 -2,5 meter, untuk menampung sisa
makanan dan feses dari kandang hewan yang sakit
(3) Setelah penderita mati, sembuh atau setelah lubang itu terisi sampai 60 cm, lubang itu
di penuhi dengan tanah yang segar
(4)

Dilarang menyembelih hewan-hewan yang sakit

(5) Hewan-hewan tersangka tidak boleh meninggalkan halaman dimana ia berdiam


sedangkan hewan-hewan yang lain tidak boleh dibawa ketempat itu
(6) Jika diantara hewan-hewan yang tersangka tersebut timbul gejala-gejala penyakit, maka
hewan-hewan yang sakit tersebut diasingkan menurut cara seperti ditentukan dalam a
(7) Jika diantara hewan-hewan yang tersangka dalam waktu 14 hari tidak ada yang sakit,
hewan-hewan tersebut dibebaskan kembali
(8) Di pintu-pintu yang menuju halaman, dimana hewan-hewan yang sakit atau tersangka
sakit diasingkan dipasang papan bertuliskan "Penyakit Hewan Menular Anthraks" disertai
nama penyakit yang dimengerti didaerah itu
(9) Bangkai hewan yang mati karena anthraks harus segera dibinasakan dengan dibakar
habis atau dikubur dalam-dalam
(10) Setelah penderita mati atau sembuh, kandang dan semua perlengkapan yang tercemar
harus dihapus hamakan
(11) Kandang dari bambu atau alang-alang dan semua alat-alat yang tidak dapat
diidentifikasi, harus dibakar

(12) Dalam satu daerah, penyakit dianggap telah berlalu setelah lewat masa 14 hari sejak
matinya atau sembuhnya penderita terakhir
(13) Untuk mencegah perluasan penyakit melalui serangga, dipakai obat-obat pembunuh
serangga
(14) Hewan yang mati karena anthraks dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan
bangkai
(15) Tindakan sanitasi umum terhadap manusia yang kontak dengan hewan penderita
penyakit dan untuk mencegah perluasan penyakit.
c.

Pelaporan

Laporan kejadian penyakit anthraks berisi informasi selengkap mungkin, disampaikan kepada
Kepala Dinas Peternakan dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang dilengkapi
dengan pengisian formulir yang telah ditentukan, seperti:

(1) Laporan Dinas Peternakan atau Dinas yang berwenang ke Pemerintah Daerah, dan ke
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Deptan RI, mengenai terdapatnya
kejadian anthraks
(2) Mengirim bahan-bahan pemeriksaan penyakit ke laboratorium yang berwenang untuk
peneguhan adanya penyakit
(3) Pernyataan tentang terdapatnya/bebasnya suatu daerah terhadap Anthraks oleh Kepala
Pemerintah Daerah setelah adanya peneguhan teknis

F. DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2011. The Merck Veterinary Manual 11th Edition, Merek & CO, Inc Rahway, New
Jersey, USA.
Anonim 2008. Office International des Epizooties (OIE). Manual of Standards for
Diagnostic Test and Vaccines. List A and B. diseases of mammals, birds and bees. 6th Ed

Anonim 2004. Bovine Medicine Diseases and Husbandry of Cattle 2nd Edition. Andrews AH,
Blowey RW, Boyd H, Eddy RG Ed. Blackwell Science Ltd. Blackwell Publishing Company
Australia.
Direktur Kesehatan Hewan, 2012. Indeks Obat Hewan Indonesia Edisi VIII. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, Jakarta Indonesia.
Plumb DC 1999. Veterinary Drug Handbook. 3rd Edition. Iowa State University Press Ames.
Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJC, Leonard FC and Maghire D 2002.
Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science Ltd. Blackwell
Publishing Company Australia.
Radostids OM and Blood DC 2007. Veterinary Medicine A Text Book of the Disease of
Cattle, Sheep, Pigs, Goats and Horses. 10th Edition. Bailiere Tindall. London England.
Smith BP 2002. Large Animal Internal Medicine. Mosby An Affiliate of Elsevier Science, St
Louis London Philadelphia Sydney Toronto.
Subronto dan Tjahajati 2008. Ilmu Penyakit Ternak III (Mamalia) Farmakologi Veteriner:
Farmakodinami dan Farmakokinesis Farmakologi Klinis. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta Indonesia.
Subronto 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-b (Mamalia) Penyakit Kulit (Integumentum)
Penyakit-penyakit Bakterial, Viral, Klamidial, dan Prion. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta Indonesia.
- See more at:
http://keswan.ditjennak.deptan.go.id/index.php/blog/read/berita/penyakitanthrax#sthash.EKvamzrx.dpuf

Anda mungkin juga menyukai