Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGADAAN

SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA


DI DESA TELUK AMBUN KECAMATAN SINGKIL
KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:
NOVIANA
07.01.027

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2011
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGADAAN
SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA
DI DESA TELUK AMBUN KECAMATAN SINGKIL
KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:
NOVIANA
07.01.027

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2011
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGADAAN
SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA
DI DESA TELUK AMBUN KECAMATAN SINGKIL
KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk memperoleh Gelar Sarjana


Strata 1 di Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes
Mutiara Indonesia

Oleh:
NOVIANA
07.01.027

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2011
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGADAAN


SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA
DI DESA TELUK AMBUN KECAMATAN SINGKIL
KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2011

Telah dipertahankan di depan Tim penguji Skripsi


Pada Tanggal, 09 Agustus 2011

Tim Penguji

Tanda tangan

Ketua Penguji : T. H. Teddy BS, SKM, M.Kes ( )

Anggota : Dr. Indra Utama, SE, M.Si ( )

: Nelson Tanjung, SKM, M.Kes ( )

: Frida Saragih, M.Kes ( )

Diketahui Oleh :

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


STIKes Mutiara Indonesia Medan

(Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noviana
Tempat/Tanggal Lahir : Aceh Selatan, 10 November 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Ranto, SE
Nama Ibu : Partini
Jumlah Bersaudara : 3 (Tiga) bersaudara
Alamat : Jl. Hamza Fansuri Singkil

Latar Belakang Pendidikan

1994 2000 : SD Negeri 2 Singkohor


2000 2003 : SLTP Negeri 1 Rimo
2003 2006 : SMA Negeri 1 Singkil
2007 2011 : STIKes Kesehatan Masyarakat Mutiara
Indonesia Medan

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini dengan judul Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan

Pengadaan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Di Desa Teluk

Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2011.


Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat

bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. W Purba, selaku ketua yayasan Sari Mutiara Medan.

2. Dr. Dra Ivan E Purba, M.Kes, selaku ketua STIKes Mutiara Indonesia.

3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku ketua PSIKM-STIKes Mutiara

Indonesia.

4. T.H Teddy BS, SKM, M.Kes dan Frida Saragih M.Kes, selaku dosen

pembimbing yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Seluruh dosen dan staf Program Studi ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes

Mutiara Indonesia.

6. Kedua orang tua yang telah mendidik dan membimbing dengan tulus serta

memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tak terhimgga.

7. Semua rekan-rekan PSIKM angkatan 2007 yang selalu memberi semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari atas segala kekurangan salam penulisan skripsi ini, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini dengan harapan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan

di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian

selanjutnya.
Medan, Agustus 2011

Penulis

NOVIANA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan


Di Desa Teluk Ambun Tahun 2011 ...

33

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan Di


Desa Teluk Ambun Tahun 2011.

34

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Penghasilan


Di Desa Teluk Ambun Tahun 2011 ...
34

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan


Di Desa Teluk Ambun Tahun 2011 ..

35

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Di Desa


Teluk Ambun Tahun 2011 .

35

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Di Desa


Teluk Ambun Tahun 2011 .

36

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sistem Pengadaan


Saluran Pembuangan Air Limbah Di Desa Teluk Ambun
Tahun 2011

36

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Sistem Pengadaan


Saluran Pembuangan Air Limbah Di Desa Teluk Ambun
Tahun 2011

37

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Sikap dengan Sistem Pengadaan Saluran


Pembuangan Air Limbah Di Desa Teluk Ambun Tahun 2011 .

38

Tabel 4.10.Tabulasi Silang Tindakan dengan Sistem Pengadaan Saluran


Pembuangan Air Limbah Di Desa Teluk Ambun Tahun 2011 .

39
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat permohonan izin Penelitian

2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian

3. Daftar pertanyaan/Kuisioner
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembagunan nasional

diarahkan guna terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

yang merupakan faktor dominan dan modal utama tercapainya pembangunan manusia

seutuhnya.

Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan

kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2001). Menurut H.L

Blum (1974), derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat macam faktor yaitu faktor

keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Dari

keempat factor tersebut, faktor perilaku merupakan faktor yang mempunyai pengaruh

dan peranan paling besar terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu, perilaku sehat merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan

derajat kesehatan dan produktivitas sumber daya manusia (Widaryoto, 2003).


Perkembangan cepat di era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan

epidemiologi penyakit, menjadikan masalah penyakit akibat perilaku khususnya

perilaku pembuangan air limbah rumah tangga dan perubahan gaya hidup cenderung

1
semakin kompleks. Sehingga perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek

pelayanan kesehatan, lingkungan dan merekayasa kependudukan dan faktor

keturunan, tetapi perlu juga memerhatikan faktor perilaku. Faktor perilaku beresiko

seperti adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan merupakan

faktor risiko bersama terjadinya penyakit menular dan tidak menular tertentu. Salah

satu upaya yang dilaksanakan pemerintah adalah melalui program PHBS (Pusat

Promkes,2003).

Sebagaimana kita ketahui masih banyak ditemukan masyarakat membuang air

limbahnya disembarangan tempat sehingga menyebabkan tanah dan badan air

tercemar, timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit saluran pencernaan, penyakit

kulit dan sebagainya. Seperti halnya di Desa Teluk Ambun bahwa masyarakat

membuang limbah disembarangan tempat, sehingga penyakit tersebar di daerah

tersebut adalah penyakit saluran pencernaan dan penyakit kulit.


Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian sebagai

bahan skripsi yang berjudul Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Pengadaan

Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di Desa Teluk Ambun Kecamatan

Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2011 .

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

yang menjadi masalah adalah bagaimana hubungan perilaku masyarakat dengan

pengadaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga di Desa Teluk Ambun

Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2011.


1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat dengan pengadaan saluran

pembuangan air limbah rumah tangga di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil

Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat terhadap pembuangan

limbah rumah tangga.


2. Untuk mengetahui hubungan sikap masyarakat terhadap pembuangan limbah

rumah tangga.
3. Untuk mengetahui hubungan tindakan masyarakat terhadap pembuangan limbah

rumah tangga.
4. Untuk mengetahui jenis pembuangan limbah rumah tangga.
5. Untuk mengetahui aliran pembuangan limbah rumah tangga.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas dan pihak Dinas Kebersihan

Singkil yang menangani masalah kesehatan lingkungan.


2. Memberikan masukan bagi masyarakat dalam meningkat peran serta masyarakat

yang ada di Desa Teluk Ambun, khususnya saluran pembungan air limbah rumah

tangga.
3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam rangka salah satu penyelesain

pendidikan pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (STIKes) Mutiara

Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku


Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku

makhluk hidup termasuk perilaku manusia.


Hereditas atau faktor keturunan adalah adalah konsepsi dasar atau modal

untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan

lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku

tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka

terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).


Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan

respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni:


a. Respondent Respons atau Reflexive Respons
Respondent respons atau reflexive respons adalah respons yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini

disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap,

misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan

menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-

perangsangan yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan.


Respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga emosi respons
5
atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang

mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau

sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang

mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa,

berjingkatjingkat karena senang dan sebagainya.


b. Operant Respons atau Instrumental Respons
Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut

reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut

memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.


Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat

suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah

melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan menjadi


lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan

kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (responden respons atau

respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini

disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons, kemungkinan

untuk memodifikasinya adalah sangat kecil.Sebaliknya operant respons atau

instrumental behaviour merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan

kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.

Fokus teori Skinner ini adalah pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini.
Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku

tidak sama dengan sikap.


Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan

terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk

menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari

perilaku manusia.

2.2. Air Limbah

2.2.1. Pengertian air Limbah

Air limbah adalah yang bercampur zat-zat padat (Dissolved dan Suspended)

yang berasal dari pembungan kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan, dan

industri.

Metcalf dan Eddy mengemukakan batasan air bungan sebagai berikut :

kombinasi dari cairan dan sampah-sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri bersama-sama dengan air tanah, air permukaan

dan air hujan yang mungkin ada.

Secara umum dapat dikemukakan bahwa air limbah (air buangan) adalah

cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industry maupun tempat-tempat

umum lainnya mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan

manusia serta mengganggu kelestarian hidup (DepKes RI, 2002).

2.2.2. Sumber Air Limbah

Sama halnya dengan sampah, maka sumber serta macam air limbah sangat

dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat. Dengan singkat dapat dikatakan,

bahwa makin tinggi tingkat kebudayaan, makin komplek pula sumber serta macam

air limbah yang ditemui.

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber yang pada umumnya karena

hasil pembuatan manusia dan kemajuan manusia dan kemajuan teknologi. Dalam

kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah :

(Kusnoputranto, Haryanto, 1986).

1. Air limbah rumah tangga (domestic waste water)


Keadaan kategori ini termasuk air bekas mandi, bekas cucian, maupun cuci

perabot dan bahan makanan, dan lain-lainnya. Air ini tentunya mengandung

banyak sabun atau deterjen dan mikroorganisme, selain itu ada lagi air buangan

yang mengandung excreta ini dikelompokkan sebagai air buangan. Dibandingkan

dengan air bekas cuci, maka excreta ini jauh lebih berbahaya karena mengandung

banyak kuman pathogen. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi
penyakit bawaan air, terutama bahaya masyarakat berpenghasilan rendah yang

sering kali juga kekurangan gizi (Slamet, Juli S, 1994).

2. Air limbah kotapraja (municipal wastes water).


Air limbah ini umumnya berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, selokan,

tempat-tempat ibadah dan tempat-tempat lainya seperti hotel, rumah sakit, dan

lain-lain.
3. Air limbah industry (industrial wastes water).
Air limbah yang berasal dari berbagai jenis akibat proses produksi ini pada

umumnya lebih sulit dalam pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas.

Zat-zat yang terkandung didalamnya dapat berupa zat pelarut, mineral, logam

berat, zat-zat organic, lemak, garam-garam, zat warna, nitrogen, sulfide, amoniak,

dan lain-lain zat yang bersifat toksis.


4. Air limbah yang berasal dari sumber lainnya, seperti air hujan yang bercampur

dengan air comberan, dan lain sebagainya.


Volume air yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi beberapa

faktor, antara lain : (Candra, 2006).


1. Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air limbah yang dihasilkan.
2. Penggunaan system pembuangan kombinasi atau terpisah
Pada system kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih

per kapita, sedangkan pada system terpisah volume limbah rata-rata 25-50 galon

per kapita.

3. Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi tergantung

pada waktu dalam sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung
menggunakan air yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak, sedangkan

ditengah hari volumenya sedikit, dan di malam hari agak meningkat lagi.
2.2.3. Komposisi Dan Karakteristik Air Limbah
2.2.3.1. Komposisi Air Limbah
Komposisi air limbah sebagian besra terdiri dari air (99.9%) dan sisanya

terdiri dari partikel-partikel padat terlarut (disselved solids) dan tidak terlarut

(suspended solids) sebesar 0.1%. partikel-partikel padat terdiri dari zat organic

(70%) dan anorganik (30%). Zat-zat organic tersebut sebagian besar sudah terurai

(degradable) yang merupakan makanan dan media yang baik bagi bakteri dan

mikroorganisme yang lain. Sedangkan zat-zat organic terdiri dari grit, salts, dan

metals ( logam berat ) yang merupakan bahan pencemaran yang penting. Solids

(dissolved dan suspended) sangat cocok untuk menempel dan bersembunyinya

mikroorganisme baik yang safropit maupun pathogen (Suparmin, 2002).


2.2.3.2. Karakteristik atau sifat-sifat Air Limbah
Karakteristik atau sifat-sifat air limbah diperlukan untuk menentukan cara

pengolahan yang tepat sehingga efesiensi dan efektifitas dapat tercapai.


Karakteristik air limbah terbagi menjadi tiga golongan yaitu : (Candra, 2006)

1. Karakteristik Fisik
Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan solid dan bahan

padatnyan mencapai 0,1% dalam bentuk suspense padat (suspended solids)

yang volumenya bervariasi antara 100-500 mg/1, air limbah disebut lemah,

sedangkan bila lebih dari 500 mg/1 disebut kuat.


2. Karakteristik Kimiawi
Air limbah biasanya bercampur zat kimia anorganik yang berasal dari air

bersih dan zat organic dari limbah itu sendiri. Saat keluar dari sumber, air

limbah bersifat basa. Namun, air limbah yang sudah lama atau membusuk
akan bersifat asam karena sudah mengalami kandungan bahan organiknya

telah mengalami proses dekomposisi yang dapat menimbulkan bau tidak

menyenangkan.
3. Karakteristik Bakteriologis
Mikroorganisme yang penting dalam air limbah dan air permukaan

diklasifikasikan menjadi protista, dan animal. Protista meliputi bakteri, jamur,

protozoa, algae sangat penting dalam dekomposisi atau stabilitas

organikmatter. Sedangkan bakteri coliform merupakan indicator pencemaran

oleh manusia.
Virus yang dikeluarkan oleh manusia yang infected kedalam air limbah dan

air permukaan berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Terdapat antara 10.000-

100.000 virus yang infeksius dari tiap garam tinja penderita hepatitis. Virus

dapat hidup sampai 41 hari pada air limbah dan 6 hari di sungai pada suhu

20oC. Organisme pathogen biasanya menimbulkan penyakit gastrointestinal

seperti typhoid dan paratyphoid fever, dysentri, cholera, dan lain-lain.

2.3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)


2.3.1. Pengertian dan Persyaratan
Sarana pembuangan air limbah merupaka satu upaya penyehatan lingkungan

dalam rangka mendukung tercapainya tingkat kesehatan yang optimal. Upaya ini

dikembangkan sejak tahun 1982 melalui program pemerintah yang termasuk Program

Inpers Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan. Adapun pengertian sarana air

limbah menurut petunjuk pelaksanaan dan teknis pembangunan adalah : (Depkes RI,

1985).
Suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan air

buangan dari kamar mandi, tempat cuci dapur dan lain-lain, bukan dari jamban dan
peturasan, sehingga air limbah tersebut tersimpan atau meresap dalam suatu tempat

tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyakit dan mengotori lingkungan

pemukiman.
Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut : (Encang, Indan, 1991).


1. Tidak mencemari sumber air.
2. Tidak menimbulkan genangan air yang dapat digunakan untuk bersarang

nyamuk.
3. Tidak menimbulkan bau
4. Tidak menimbulkan becek-becek, kelembaban atau pandangan yang tidak

menyenangkan.
5. Tidak menimbulkan tempat berlindung/beristirahat bagi nyamuk dan serangga

lain.
6. Saluran pembuangan air limbah disekitar sumur dibuat dari tembok yang kedap

air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 meter.


2.3.2. Pedoman Pembuatan SPAL
Pembuatan saluran pembuangan air limbah ini antra lain adalah :
1. Sumur dengan peresapan 100 cm dan kedalaman 2-3m, jarak sumur lebih dari

10 m.
2. Pipa air limbah dan leher angsa dengan kemiringan minimal 1% arah

peresapan.
3. Isi sumur peresapan dengan koral setinggi 25 cm.
4. Pipa saluran dengan kemiringan 1%.
5. Tutp sumur peresapan dari beton dan pondasi tutup sumur disusun batu bata.
6. Pipa saluran dengan kemiringan 1% dan leher angsa serta bak penangkap air

limbah.
7. Isi antar dinding drum dan dinding sumur peresapan dengan batu kerol sampai

permukaan drum paling atas (SPAL dari drum).


8. Timbun pipa air limbah dan tutup sumur peresapan dan beri ijuk diatasnya

(Depkes RI, 1994).


2.4. Efek Air Limbah
Sesuai dengan batasan dari air limbah yang merupakan benda sisa, maka

sudah barng tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak digunakan

lagi. Akan tetapi, tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan

pengelolaan, karena apabila limbah ini tidak dikelola secara baik akan dapat

menimbulkan gangguan, baik terhadap kehidupan yang ada (Sugiharto, 1987).


2.4.1. Gangguan Terhadap Kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa

banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang

hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus,

hepatitis infektiosa, serta schitomiosis. Sedangkan sebagai pembawa penyakit

didalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri pathogen penyebab penyakit

seperti (Sugiharto, 1987).


1. Virus
Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti penularannya

masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan

(Effluent) pengolahan air limbah.


2. Vibrio kolera

Merupakan penyakit kolera dengan penyebaran utama melalui air limbah yang

tlah tercemar oleh kotoran yang mengandung vibrio kolera

3. Salmonella Typhosa A dan Salmonella Typhosa B

Meripakan penyebab thypus abdominalis dan parathypus yang banyak

terdapat didalamnya air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya


adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran manusia

yang berpenyakit thypus.

4. Salmonella Sp
Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat

pada air hasil pengolahan


5. Shigella Sp
Adalah penyabab dysentri bassillair dan banyak terdapat pada air yang

tercemar.Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan

kotoran manusia maupun melalui perantaran dengan makanan, lalat, dan

tanah.
6. Basillus Anthraksis
Adalah penyebab penyakit antrak, terdapat pada air limbah dan sporanya

tanah terhadap pengolahan.


7. Micobacterium Tuberculosa
Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama pada air limbah yang

berasal dari sanatorium.


8. Leptospira
Adalah penyebab penyakit weil dengan penularan utama berasal dari tikus

selokan.
9. Ascari Sp dan Enterobius Sp
Menyebabkan penyakit kecacingan dan banyak terdat pada air hasil

pengelahan dan lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.


Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air limbah

juga dapat mengandung bahan-bahan beracun seperti : (Soesanto, Sri S, 1985).


1. Timah Hitam
Apabila manusia terpapar oleh timah beracun, maka orang tersebut dapat

terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi otak, serta kerusakan pada ginjal.
2. Krom
Krom senyawa bervalensi tujuh lebih berbahaya bila dibandingkan dengan krom

yang bervalensi tiga. Apabila terpapar oleh krom ini dapat menyebabkan kanker

pada kulit dan saluran pencernaan.


3. Sianida
Senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah yang sangat

kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak organ hati.

2.5. Sistem Pengelolaan Dan Pengolahan Air Limbah

2.5.1. Sistem Pengelolaan Air Limbah

Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah antara lain : (Candra, 2006)

1. Mencegah pencemaran pada sumber air limbah rumah tangga.


2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector penyakit.
Sementara itu, system pengelolaan air limbah yang diterapkan harus

memenuhi persyaratan berikut :


1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air limbah.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air

didalam penggunaannya sehari-hari.


4. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

Sistem atau cara pengelolaan air limbah dikenal beberapa macam, antara lain:

1. Sistem Pengenceran
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami pengenceran.

Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi. Namun, cara semacam

ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri pathogen, larva dan telur
cacing, serta bibit penyakit yang ada didalam air limbah itu. Apabila hanya

cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus dipenuhi:
a. Air sungai atau danau tidak boleh dipergunakan untuk keperluan lain.
b. Volume air mencukupi sehingga pencemaran berlangsung kurang dari 30-

40 kali.
c. Airnya harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus

mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimbulkan bau.


2. Sistem Cesspol
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunaka untuk pembuangan

air limbah. Dibuat pada tanah yang proses (berpasir) agar air buangan mudah

meresap kedalam tanah. Apabila cesspool sudah penuh 9kurang dari 6 bulan),

lumpur didalamnya dapat diisap keluar atau dari semula dibuat cesspool

secara berangkai, sehingga apabila yang satu penuh, air akan mengalir ke

cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 m dan

minimal 6 m dari pondasi rumah.


3. Sistem Sumur Resapan (Seepage Pit)
Seepage pit merupakan sumur tempat menerima air limbah yang telah

mengalami pengolahan dan system lain, misalnya dari aqua-privy atau sptic

tank. Didalam seepage it ini airnya hanya tinggal mengalami peresapan saja

kedalam tanah. Seepage pit dibuat pada tanah yang poreus, diameternya 1-2,5

m, dalamnya 2,5 m. lamanya pemakaian 6-10 tahun.


4. Sistem Septic Tank
Merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan WHO tapi biayanya mahal,

tehniknya suka dan memerlukan tanah yang luas.


Septic tank terjadi atas 4 bagian yaitu:
a. Ruangan Pembusukan
Dalam ruangan ini sewage akan bertahan 1-3 hari dan mengalami

perombakan dan lumpur. Gas dan cairan sebuah pipa akan masuk kedalam
dosing chamber. Lumpur akan masuk kedalam ruang lumpur. Pengaliran

lumpur ini terjadi karena dasar pembusukan dibuat miring.


b. Ruang Lumpur
Ruang ini merupakan tempat penampungan lumpur yang terjadi pada

proses pembusukan. Bila lumpurnya sudah penuh dapat dipompa diluar.


c. Dosing Chamber
Dalam dosing chamber terdapat Mc. Donald, gunanya untuk mengatur

kecepatan air yang akan dialirkan kebidang resapan, supaya teratur merata.

Bila dosing chamber ini terlalu mahal dapat ditiadakan.


d. Bidang Resapan
Bidang resapan ini akan menyerap cairan dosing chamber dan menyaring

dari bakteri-bakteri pathogen serta bibit penyakit. Bidang resapan ini

minimal panjangnya 10 meter dan dibuat pada tanah yang poreus.


5. System Riool (sewerage)
System riool merupakan cara pembuangan sewage di kota-kota dan selalu

harus termasuk dalam rencana pembuangan kota. Semua sewage baik dari

rumah-rumah maupun dari perusahaan-perusahaan di alirkan kesistem riool.

Kadang-kadang menampung pula kotoran dari lingkungan yang dialirkan air

hujan.
a. System tercampur (combined system) : air kotor dan air hujan dilakukan

melalui saluran yang sama, saluran ini harus tertutup.


b. System terpisah (separate system) : air kotor dan air hujan dilayani oleh

system saluran masing-masing secara terpisah.


c. System Kombinasi (Pseudo Separate system) : merupakan perpaduan

antara saluran air buangan dan saluran air hujan, dimana pada waktu

musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air

buangan sedangkan sisa air hujan berfungsi sebagai pengenceran


penggelontor. Sedangkan kedua ini tidak bersatu tetapi dihubungkan

denagn system perpipaan interceptor.

2.5.2. Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan untuk (Azrul, Azwar, 1990).

1. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya

penyakit. Hal ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai

tempat berkembangbiaknya berbagai macan bibit penyakit.


2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut

mengandung zat organic yang membahayakan kelangsungan hidup.


3. Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-hari

terutama jika sulit ditemukan air yang bersih.


Air limbah yang berlangsung dibuat dibuat didalam tanpa pengolahan terlebih

dahulu selalu menimbulkan problema bagi kesehatan. Sebab itu banyak dilakukan

usaha pengolahan air limbah. Beberapa cara pengolahan air limbah yang sering

dilakukan yaitu:

1. Dillution
Yakni mencairkan air limbah sehingga terjadi kekentalan yang amat rendah

tentu saja disini diperlukan jumlah air yang cukup banyak biasanya diambil

dari air kali, danau ari laut. Umumnya dibutuhkan air 20-40 kali lebih banyak

dari air limbah. Cara ini banyak dilakukan di pabrik-pabrik.


2. Sedimentation Of Sewage
Yakni mengedapkan air limbah sedemikian rupa sehingga terbentuk sedimen.

Untuk terjadi sedimen dapat diperlukan septic tank, atau imhoff tank, atau

dengan menambah zat kimia.


3. Filtration
Yakni menyaring air limbah dengan mempergunakan saringan pasir atau pun

saringan Trickling dengan mempergunakan batu bata atau koral.


4. Activated Sludge
Yakni mengalirkan udara kedalam air limbah sehingga proses biologis oleh

bakteri aerob.
5. Stabilization Pond
Yakni menetapkan air limbah pada lubang galian yang luas atau danau. Disini

terjadi proses biologis yang aerobic yang akan memisahkan bahan-bahan

organic sehingga air menjadi jenuh.


6. Disinfection
Ialah pemberian zat desinfektan pada air limbah, biasanya sebagai tindakan

pengolahan air limbah lanjutan tahap ke dua.


7. Irrigation
Yakni mengalirkan air untuk keperluan pertanian tetapi tentu saja tidak akan

bermanfaat jika air tersebut mengandung zat kimia yang berbahaya : (Candra,

2006).
1. Primer terdiri:
a. Screen (saringan), kotoran yang berasal dari saring.
b. Grith Chamber, Detritus berupa lapisan air, kerikil dan pasir, air

diperlambat dengan Grit Channel.


c. Primary Sedimentation Tank, endapan Crude Sludge dialirkan ke

Sludge Digestion Tank dan menghasilkan gas metana.


d. Cairan yang tertinggal dialirkan sebagai Effluent ke pengolahan

skunder.
2. Skunder terdiri:
a. Cairan yang berasal dari Primary Treatment dialirkan ke bak

Biological Treatment kemudian dialirkan ke tangki pengendapan

terakhir (final sedimentation tank). Dari total volume endapan lumpur

aktif (activated sludge) yanh dihasilkan, 25%-nya akan digunakan


kembali sehingga dimasukan lagi kedalam tangki aerasi, sedangkan

yang 75%-nya akan dibuang kelaut, ditimbun dirawa-rawa, atau

dijadikan pupuk.
b. Air yang tertinggal cukup jernih sehingga dapat langsung disalurkan

kebadan-badan air setelah mengalami proses klonirasi.


c. Crude sludge dialirkan ke sludge digestion tank untuk diubah menjadi

gas metana yang akan digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.


d. Endapan lumpur dalam sludge digestion tank dikeringkan dengan

pengering lumpur.

2.6. Pembuangan Air Limbah

Dalam merencanakan pembuangan air kotor maka ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan antara lain : jumlah penduduk, keperluan pemakaian air,

pemakaian rata-rata sehari, sumber air dan macam-macam sipemakai. Dengan

demikian merencanakan pembuangan air kotor yang baik, perlu diadakan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Mencari keterangan-keterangan mengenai jumlah penduduk, keperluan

penduduk, sumber air dan macam-macam sipemakai.


b. Menentukan jumlah air kotor yang diperkirakan akan dibuang.
c. Menentukan lebih kurang jenis kotoran yang akan dibuang.
d. Menentukan bentuk dan kapasitas pembuangan air kotor.
e. Memilih pembuangan bentuk air kotor yang terbaik sesuai keadaan tempat.
Agar memudahkan dalam perencanaan pembuangan air kotor pada suatu

daerah maka perlu keadaan daerah yang lengkap mutlak diperlukan, guna untuk

mengetahui tentang kondisi tanah dalam rangka pemasangan saluran. Sehingga dapat

member penjelasan pada kita dalam penggalian tanah yang akan digali, lembek atau

berpasir bahkan tanah longsor yang memerlukan penahanan untuk pemasangan pipa
saluran pembuangan air limbah atau air kotor. Jadi dengan demikian jenis pipa yang

digunakan harus sesuai dengan kondisi tanah daerah tersebut.


Air limbah yang tidak mengalami pengolahan yang benar tentunya dapat

menimbulkan dampak yang tidak dinginkan. Dampak tersebut antara lain : (Candra,

2006)
a. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang

digunakan oleh manusia.


b. Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuh air.
c. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerob dan zat anorganik).
d. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga

terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka

kerangka konsepnya adalah sebagai berikut.

Variabel Independen

1. Tingkat pengetahuan Pembuangan Limbah


2. Sikap
3. Tindakan 1. Variabel
Jenis Dependen
2. Aliran
2.8. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka ditetapkan hipotesa berikut:
a. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pembuangan limbah.
b. Ada hubungan antara sikap terhadap pembuangan limbah.
c. Ada hubungan antara tindakan terhadap pembuangan limbah.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan prilakun masyarakat dengan pengadaan saluran pembuangan air limbah

rumah tangga di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

Tahun 2011.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil

Kabupaten Aceh Singkil.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni.- Juli 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang ada di

Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil yaitu 778 kepala

keluarga.

3.3.2. Sampel
26
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:
n = 88,6
Keterangan :
n = Besar Sampel, dengan populasi <10.000
N = Besar Populasi
d = Tingkat Kepercayaan / ketetapan yang diinginkan 10%
jumlah besar sampel yang diteliti yaitu 90 KK
tehnik pengumpulan dengan sampel random sampling.

3.4. Variabel Penelitian


a. Variabel independen
1. Tingkat pendidikan
2. Tingkat pekerjaan dan pendapatan
3. Tingkat pengetahuan
4. Sikap
5. Tindakan
b. Variable Dependen
1. Jenis
2. Aliran

3.5. Defenisi Operasional


1. Pendidikan adalah jejang pendidikan formal yang dimulai dari tingkat yaitu:
a. Tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Tamat AKADEMI/PT
2. Pekerjaan adalah segala bentuk aktivitas seseorang yang dilakukan secara rutin.
Yang dikategorikan yaitu :
a. Pegawai Negri
b. Wiraswasta
c. Petani
d. Nelayan
e. Buruh perkebunan
3. Pendapatan adalah seluruh penghasilan keluarga termasuk penghasilan pokok

dan sampingan dibagi dengan jumlah tanggungan keluarga (pendapatan

perkapita) dalam bentuk rupiah yang dikategorikan menjadi : (kantor lurah)


a. Rendah, jika pendapatan < Rp. 500.000
b. Sedang, jika pendapatan Rp. 500.000 Rp. 1.000.000
c. Tinggi, jika pendapatan > Rp. 1.000.000
4. Pengetahuan adalah mengetahui tentang keadaan saluran pembuangan air

limbah rumah tangga. Yang dikategorikan yaitu;


a. Rendah, jika pengetahuan dengan skor 0-6
b. Sedang, jika pengetahuan dengan skor 7-13
c. Baik, jika pengetahuan dengan skor 14-20
5. Sikap adalah suatu sikap masyarakat dalam pembuangan limbah rumah tangga.

Yang dikategorikan yaitu:


a. Rendah, jika sikap dengan skor 0-5
b. Tinggi, jika sikap dengan skor 6-10
6. Tindakan adalah suatu tindakan masyarakat dalam pembuangan limbah rumah

tangga. Yang dikategorikan yaitu:


a. Rendah, jika tindakan dengan skor 0-5
b. Tinggi, jika tindakan dengan skor 6-10
7. Jenis air limbah adalah keadaan pembuangan air limbah yang dikategorikan

menjadi:
a. Riool terbuka
b. Roil tertutup
8. Aliran air limbah adalah keadaan dari pada aliran limbah yang dikategorikan

menjadi 2 yaitu:
a. Lancar
b. Tidak lancar

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Data Primer

Pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan langsung dengan

menggunakan kuesioner atau wawancara.

3.6.2. Data Sekunder


Pengumpulan data yang diperoleh dari Kantor Camat dan Puskesmas di

Desa Teluk Ambun meliputi : Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Rumah dan 22

penyakit.

3.7. Penyajian Data

Data yang telah diolah disajikan secara narasi dan tabel distribusi frekuensi.

3.8. Analisa Data

Untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat dengan pembuangan

limbah runah tangga maka data diolah secara analitik yaitu dengan menggunakan uji

chi-square dengan derajat kepercayaan 95%.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Desa Teluk Ambun adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Singkil

Kabupaten Aceh Singkil,dengan luas wilayah 7357,37 Ha dimana sebagian besar

adalah pertanian.
Lokasi desa Teluk Ambun ini berjarak kira-kira 3 Km dari Kabupaten aceh

Singkil.Dimana batas-batas dari desa Teluk Ambun ini yaitu:

1. Sebelah Utara berbatas dengan Desa Takal Pasir


2. Sebelah Selatan berbatas dengan Siti Ambiah
3. Sebelah Barat berbatas dengan Ranto Gedang
4. Sebelah Timur berbatas dengan Teluk Rumbia
Desa Teluk Ambun terletak di daerah dataran rendah berpantai landai,hutan

dan rawa-rawa.masyrakat desa Teluk Ambun sebagian besar mata pencahariannya

adalah petani ,buruh perkebunan,pegawai negeri,dan wiraswasta.Penduduk Desa

Teluk Ambun ini berjumlah 4.271 jiwa adalah warga negara Indonesia.
Penduduk desa Teluk Ambun terdiri ari 2.137 jiwa laki-laki dan 2.134 jiwa

perempuan dengan jumlah kepala keluarga 874 Kepala Keluarga.Dari jumlah 4.271

jiwa penduduk, 3.243 jiwa menganut agama Islam dan selebihnya menganut agama

Kristen.
4.2. Hasil Penelitian
Dari pengolahan hasil penelitian yang dilaksanakan,maka diperoleh data
32
tentang masalah pengadaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga di Desa

Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil adalah sebagai berikut.
4.2.1. Tingkat Pendidikan
Adapun tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Teluk
Ambun Tahun 2011

No Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)


1. Tidak Tamat SD 11 12,2
2. Tamat SD 19 21,1
3. Tamat SLTP 36 40,0
4. Tamat SLTA 22 24,4
5. Tamat Akademi/PT 2 2,2
Jumlah 90 100

Dari Tabel 4.1. diatas,dapat dilihat bahwa responden yang Tidak Tamat SD

12,2%,Tamat SD 21.1%,Tamat SLTP 40,0%,Tamat SLTA 24,4%,sedangkan Tamat

Akademi/PT 2,2%.

4.2.2. Tingkat Pekerjaan

Adapun pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan di Desa Teluk
Ambun Tahun 2011

No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)


1. Pegawai Negeri 3 3,3
2. Wiraswasta 6 6,7
3. Petani 51 56,6
4. Nelayan 27 30,0
5. Buruh Perkebunan 4 3,3
Jumlah 90 100

Dari Tabel 4.2 diatas,dapat dilihat bahwa pekerjaan yang terbanyak adalah

petani yaitu 56,7%.


4.2.3. Tingkat Penghasilan

Adapun penghasilan dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Penghasilan di Desa Teluk
Ambun Tahun 2011

No Penghasilan Per Bulan Frekuensi(f) Persentase (%)


1. < Rp 500.000 32 35,6
2. Rp 5000.000 Rp 1.000.000 55 61,1
3. > Rp 1.000.000 3 3,3
Jumlah 90 100

Dari Tabel 4.3 diatas,dapat dilihat bahwa penghasilan responden yang

terbayak Rp 500.000 Rp 1.000.000 yaitu 61,1%.

4.2.4. Tingkat Perilaku

Adapun tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan di Desa Teluk
Ambun Tahun 2011
No Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Rendah 61 67,8
2. Sedang 23 25,6
3. Baik 6 6,6
Jumlah 90 100
Dari tabel diatas,dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak

adalah rendah sebesar 67,8%.


4.2.4.1.Sikap
Adapun sikap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap di Desa Teluk Ambun
Tahun 2011
No Sikap Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Rendah 69 76,6
2. Tinggi 21 23,3
Jumlah 90 100

Dari Tabel 4.5 diatas,dapat dilihat bahwa sikap yang rendah yaitu sebanyak

76,6% dan tinggi 23,3%.

4.2.4.2.Tindakan
Adapun tindakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan di Desa Teluk Ambun
Tahun 2011

No Tindakan Jumlah Persentase (%)


1. Rendah 83 92,2
2. Tinggi 7 7,8
Jumlah 90 100

Dari Tabel 4.6 diatas,dapat dilihat bahwa tindakan yang paling rendah yaitu

sebanyak 92,2% dan tinggi 7,8%.

4.2.5. Deskripsi Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan Air Limbah


4.2.5.1.Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan Air Limbah
Adapun sistem pegadaan saluran pembuangan air limbah dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.7.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sistem Pengadaan Saluran
Pembuangan Air Limbah di Desa Teluk Ambun Tahun 2011

No Sistem Pengadaan Saluran Frekuensi (f) Persentase (%)


Pembuangan Air Limbah
1. Jenis 16 17,8
2. Aliran 74 82,2
Jumlah 90 100

Dari Tabel 4.7 diatas,dapat dilihat bahwa sistem pengadaan saluran

pembuangan air limbah yaitu jenis sebanyak 17,8% dan aliran 82,2%.

4.3. Analisa Statistik


adapun analisa statistik dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan

pendidikan,pekerjaan,penghasilan dan perilaku dengan sistem pengadaan saluran

pembuangan air limbah


4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan

Air Limbah
Adapun tabulasi silang penghasilan dengan sistem pengadaan saluran

pembuangan air limbah dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.8.
Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan
Air Limbah di Desa Teluk Ambun Tahun 2011

No Pengatahuan Jenis Air Limbah Aliran Air Limbah Jumlah


F % F % F %
1. Rendah 10 11,1 51 56,7 61 67,8
2. Sedang 5 5,6 18 20,0 23 25,6
3. Baik 1 1,1 5 5,6 6 6,7
Jumlah 16 17,8 74 82,2 90 100
X = 0,332a
2
df =2 p = 0,034
Dari Tabel 4.8 diatas,dapat dilihat bahwa dari 90 orang responden terdapat 51

orang (67,8%) pengetahuan rendah,dengan jenis air limbah 10 orang (11,1%) dan

aliran air limbah 18 orang (20,0%).Terdapat 23 orang (25,6%) pengetahuan

sedang,dengan jenis air limbah 5 orang (5,6%) dan aliran air limbah 18 orang

(20,0%).Terdapat 66 orang (6,7%) pengetahuan baik,dengan jenis air limbah 1 orang

(1,1%) dan aliran air limbah 5 orang (5,6%). Dari uji chi-square diperoleh nilai p =

0,034 (< 0,05) artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan sistem pengadaan

saluran pembuangan air limbah.


4.3.2. Hubungan Sikap dengan Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan Air

Limbah
Adapun tabulasi silang sikap dengan sistem pengadaan saluran pembuangan

air limbah dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.9.
Tabulasi Silang Sikap dengan Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan Air
Limbah di Desa Teluk Ambun Tahun 2011

No Sikap Jenis Air Limbah Aliran Air Limbah Jumlah


F % F % F %
1. Rendah 13 14,4 56 62,2 69 76,7
2. Sedang 3 3,3 18 20,0 21 23,3
Jumlah 16 17,8 74 82,2 90 100
X2 = 0,229a df =1 p = 0,047
Dari Tabel 4.9 diatas,dapat dilihat bahwa dari 90 orang responden terdapat 69

orang (76,7%) sikap rendah,dengan jenis air limbah 13 orang (14,4%) dan aliran air

limbah 18 orang (20,0%).Terdapat 21 orang (23,3%) sikap tinggi,dengan jenis air

limbah 3 orang (3,3%) dan aliran air limbah 18 orang (20,0%).Dari uji chi-square
diperoleh nilai p = 0,047 (< 0,05) artinya ada hubungan antara sikap dengan sistem

pengadaan saluran pembuangan air limbah.

4.3.3. Hubungan Tindakan dengan Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan Air

Limbah
Adapun tabulasi silang Tindakan dengan sistem pengadaan saluran

pembuangan air limbah dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.10.
Tabulasi Silang Tindakan dengan Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan Air
Limbah di Desa Teluk Ambun Tahun 2011

No Tindakan Jenis Air Limbah Aliran Air Limbah Jumlah


F % F % F %
1. Rendah 15 16,7 68 75,6 83 92,2
2. Sedang 1 1,1 6 6,7 7 7,8
Jumlah 16 17,8 74 82,2 90 100
X2 = 0,063a df =1 p = 0,042
Dari Tabel 4.10 diatas,dapat dilihat bahwa dari 90 orang responden terdapat

83 orang (92,2%) tindakan rendah,dengan jenis air limbah 15 orang (16,7%) dan

aliran air limbah 68 orang (75,6%).Terdapat 7 orang (7,8%) tindakan tinggi,dengan

jenis air limbah 1 orang (1,1%) dan aliran air limbah 6 orang (6,7%).Dari uji chi-

square diperoleh nilai p = 0,042 (< 0,05) artinya ada hubungan antara tindakan

dengan sistem pengadaan saluran pembuangan air limbah.


4.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil survey yang telah penulis lakukan di Desa Teluk Ambun

Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil serta didukung dengan observasi

lapangan dan wawancara,maka penulis mengemukakan pembahasan sebagai berikut:


4.4.1. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sistem Pengadaan Saluran

Pembuangan Air Limbah


Dari Tabel 4.8 diatas,dapat dilihat bahwa dari 90 orang responden terdapat 51

orang (67,8%) pengetahuan rendah,dengan jenis air limbah 10 orang (11,1%) dan

aliran air limbah 18 orang (20,0%).Terdapat 23 orang (25,6%) pengetahuan

sedang,dengan jenis air limbah 5 orang (5,6%) dan aliran air limbah 18 orang

(20,0%).Terdapat 66 orang (6,7%) pengetahuan baik,dengan jenis air limbah 1 orang

(1,1%) dan aliran air limbah 5 orang (5,6%).


Dari hasil penelitian diatas bahwa responden mempunyai pengetahuan rendah

aartinya semakin berkurangnya yang tidak menggunakan jamban.Menurut

Notoadmodjo (20,2%),pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang,sebab dari pengalaman akan lebih baik dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.


Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,034 (< 0,05) artinya ada

hubungan antara pengetahuan dengan sistem pengadaan saluran pembuangan air

limbah.
Menurut asumsi penulis tentang pengadaan saluran pembuangan air limbah

mayoritas rendah hal ini disebabkan karena latar pendidikan responden yang

mayoritas SLTA serta kurangnya mendapat informasi dari petugas kesehatan.

4.4.2. Hubungan Antara Sikap dengan Sistem Pengadaan Saluran Pembuangan

Air Limbah
Dari Tabel 4.9 diatas,dapat dilihat bahwa dari 90 orang responden terdapat 69

orang (76,7%) sikap rendah,dengan jenis air limbah 13 orang (14,4%) dan aliran air

limbah 18 orang (20,0%).Terdapat 21 orang (23,3%) sikap tinggi,dengan jenis air


limbah 3 orang (3,3%) dan aliran air limbah 18 orang (20,0%).Dari uji chi-square

diperoleh nilai p = 0,047 (< 0,05) artinya ada hubungan antara sikap dengan sistem

pengadaan saluran pembuangan air limbah.


Dari hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden rendah terhadap

pengadaan saluran pembuangan air limbah.Menurut Noadmodjo (2003),sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus ayau objek.


Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,047 (< 0,05) artinya

ada hubungan antara sikap dengan sistem pengadaan saluran pembuangan air limbah.
Menurut asumsi penulis tentang sikap responden yaitu mayoritas rendah hal

ini disebabkan karena kurangnya informasi dan wawasan responden terhadap sistem

pengadaan saluran pembuangan air limbah.

4.4.3. Hubungan Antara Tindakan dengan Sistem Pengadaan Saluran

Pembuangan Air Limbah


Dari Tabel 4.10 diatas,dapat dilihat bahwa dari 90 orang responden terdapat

83 orang (92,2%) tindakan rendah,dengan jenis air limbah 15 orang (16,7%) dan

aliran air limbah 68 orang (75,6%).Terdapat 7 orang (7,8%) tindakan tinggi,dengan

jenis air limbah 1 orang (1,1%) dan aliran air limbah 6 orang (6,7%).
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,042 (< 0,05) artinya

ada hubungan antara tindakan dengan sistem pengadaan saluran pembuangan air

limbah.
Menurut asumsi penulis tentang tindakan responden yaitu mayoritas rendah

hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran responden terhadap sistem pengadaan

saluran pembuangan air limbah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
5.1.4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sistem pengadaan saluran

pembuangan air limbah diperoleh nilai p = 0,034 (> 0,05) artinya pengetahuan

kepala keluarga masih rendah.


5.1.5. Ada hubungan antara sikap dengan sistem pengadaan saluran pembuangan air

limbah diperoleh nilai p = 0,047 (> 0,05) artinya sikap kepala keluarga masih

rendah.
5.1.6. Ada hubungan antara tindakan dengan sistem pengadaan saluran pembuangan

air limbah diperoleh nilai p = 0,042 (> 0,05) artinya tindakan kepala keluarga

masih rendah.
5.2. Saran
5.2.1. Peningkatan pembinaan dan memberikan petunjuk tehnis tentang pedoman

pembuatan sistem pengadaan saluran pembuangan air limbah yang memenuhi

syarat kesehatan oleh petugas kesehatan.


5.2.2. Peningkatan upaya penyuluhan oleh tenaga-tenaga kesehatan lingkungan guna

meningkatkan pengetahuan masyarakat.


5.2.3. Meningkatkan upaya kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan unit

atau instasi yang terlibat.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul., 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber


Widya, Jakarta.

Candra, B., 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.

Depkes RI., 1992, Undang-Undang RI No.23 Tentang Kesehatan, Jakarta.

________., 1994, Pelatihan Pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan


Pemukiman Bidang Perumahan dan Lingkungan, Jakarta.

________., 1985. Petunjuk Pelaksana dan Teknis Pembangunan Jaga dan SPAL
Program Bantuan Inpres Sarana Kesehatan Tahun 1985/1986, Jakarta.

Entcang, Indan., 1991, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.

Kusnoputranto, Haryanto., 1986, Kesehatan Lingkungan , Departemen P dan K


Universitas Indonesia, FKM, Jakarta.

Natoatmodjo., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta.

Reksosoebroto, Soebagio., 1978, Heygiene dan sanitasi, APK-TS, Jakarta.

Slamet, Juli S., 1994, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Pers,
Jogjakarta.

Soesanto, Sri S., 1994, Limbah Industri dan Dampaknya Pada Kesehatan,
Majalah Kesehatan Masyarakan Indonesia, Yahun ke-V, No 10, Hal 579-582,
Jakarta.

Sugiharto., 1987, Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, Universitas Indonesia,


Jakarta.

Suparmin, S., 2001, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, EGC, Jakarta.
KUESIONER
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGADAAN
SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA
DI DESA TELUK AMBUN KECAMATAN SINGKIL
KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2011

I. Identifikasi
1. Nama kepala keluarga :
2. Umur kepala keluarga :
3. Pendidikan kepala keluarga:
a. Tidak Tamat SD
b. Tamat SLTP
c. Tamat SLTA
d. Tamat Akademi/PT
4. Pekerjaan kepala keluarga
a. Pegawai negri
b. Wiraswasta
c. Petani
d. Nelayan
e. Buruh perkebunan
5. Penghasilan/pendapatan kepala keluarga perbulan
a. < Rp. 500.000
b. Rp. 500.000-Rp. 1.000.000
c. >Rp. 1.000.000

II. Pengetahuan
1. Beberapa jarak sumber air minum dengan pembuangan air limbah :
a. Jarak > 10 meter (2)
b. Jarak < 10 meter (1)
c. Tidak tahu (0)
2. Jenis penyakit yang ditimbulkan oleh pembuangan air limbah yaitu :
a. Diare (2)
b. Demam Berdarah (1)
c. Jantung (0)
3. Bila menggunakan SPAL, tempat akhir pembuangan yaitu :
a. Selokan (2)
b. Kolam (1)
c. Tidak tahu (0)
4. Siapakah yang bertanggung jawab dalam pembuatan saluran limbah :
a. Pemerintah (2)
b. Masyarakat sendiri (1)
c. Tidak tahu (0)
5. Kemana air buangan limbah tersebut dibuang :
a. Sungai (2)
b. Halaman rumah (1)
c. Sembarangan tempat (0)
6. Apa alasan Ibu/bapak tidak memiliki saluran pembuangan air limbah
rumah tangga :
a. Tidak ada biaya (2)
b. Sudah terbiasa membuang air limbah kesungai (1)
c. Tidak tahu (0)
7. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap : (2)
a. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan (1)
b. Tidak tahu (0)
8. Apakah tujuan dari pengolahan air limbah :
a. Melindungi masyarakat dari ancaman terjangkitnya penyakit (2)
b. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman (1)
c. Tidak tahu (0)
9. Bagaimana sebaiknya pembuangan air limbah yang sehat :
a. Tidak mencemari sumber air bersih (2)
b. Tidak menimbulkan bau (1)
c. Tidak tahu (0)
10. Apakah pembuangan limbah disembarangan tempat dapat merusak
keindahan
a. Iya, karena lingkungan jadi buruk (2)
b. Iya, mengganggu kenyamanan (1)
c. Tidak tahu (0)

III. Sikap
1. Apakah pembuangan limbah itu penting :
a. Ya
b. Tidak
2. Setujukah bapak/Ibu jika tempat limbah dibuang kesembarangan tempat:
a. Setuju (1)
b. Tidak setuju (0)
3. Setujukah Bapak/ibu jika tempat pembuangan limbah itu ditutup :
a. Setuju (1)
b. Tidak setuju (0)
4. Apakah air limbah itu menimbulkan penyakit :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)

5. Apakah melindungi kesehatan itu penting dari pencemaran air limbah :


a. Ya (1)
b. Tidak (0)

6. Apakah air limbah yang dibuang kesembarangan tempat dapat


mengganggu kenyamanan :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
7. Apakah air limbah itu menimbulkan bau :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
8. Setujukah Bapak/Ibu bila air limbah itu tidak mencemari sumber air
minum :
a. Setuju (1)
b. Tidak setuju (0)
9. Apakah air limbah itu bias mematikan hewan dan tumbuhan air :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
10. Apakah air limbah yang dibuan tanpa pengolahan dapat menimbulkan
penyakit :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)

IV. Tindakan
1. Setujukah anda penanggulangan limbah itu dilakukan bersama-sama :
a. Setuju (1)
b. Tidak setuju (0)

2. Apakah tempat pembuangan limbah ak menimbulkan itu tetap dibersihkan


:
a. Setuju (1)
b. Tidak setuju (0)
3. Setujukah anda bila saluran pembuangan air limbah dibuat dari bambu :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
4. Apakah pembuangan air limbah kesungai itu lebih baik :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
5. Apakah sebaiknya pembuangan air limbah itu ditutup sehingga tidak
mengganggu kenyamanan :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
6. Apakah sebaiknya air limbah itu tidak tergenang sehingga tidak
menimbulka penyakit :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
7. Setujukah anda bila hewan dan tumbuhan yh hidup didalam air dapat
dilindungi dari air limbah yang tercemar :
a. Setuju (1)
b. Tidak setuju (0)
8. Apakah pembuangan air limbah itu harus memenuhi syarat kesehatan :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
9. Apakah pembuangan air limbah itu harus disesuaikan dengan jarak
sumber air minum :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)

Anda mungkin juga menyukai