Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PPI AGENT PENYAKIT

PENYAKIT ANTHRAX

OLEH:

S. NUR FAUZIYAH MASSE

NIM. 14120180088

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penyusunan Makalah ini

dengan topik pembahasan “Penyakit Anthrax” dapat diselesaikan sebagai

salah satu syarat menyelesaikan tugas mata kuliah PPI Agent Penyakit.

Tidak lupa pula shalawat dan salam atas junjungan nabi

Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi sekalian Ummat dalam

segala aspek dalam kehidupan, sehingga menjadi motivasi penulis dalam

menuntut ilmu dalam bangku perkuliahan.

Ucapan terima kasih karena peran serta bimbingan dosen

pengampuh mata kuliah yaitu Bapak Dr. dr. Andi Multazam, M.Kes,

karena tanpa bimbingannya penulis tidak dapat menyelaisakan tugas PPI

Agent Penyakit. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam

penyusunan Makalah ini. Akhirnya kepada Allah jugalah kiranya penulis

memohon dan berdoa semoga kebaikan bantuan yang di berikan semua

pihak kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dan juga

makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.

Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar,8 Agustus 2022


Penulis

DAFTAR ISI

SAMPUL

LATAR BELAKANG…………………………………………………………....

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………

C. Tujuan………………………………………………………………………

D. Manfaat…………………………………………………………………….

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Definisi Anthrax

B. Faktor Virulensi Anthrax

C. Penularan Anthrax…………………………………………………………

D. Jenis-Jenis Anthrax……………………………………………..…………

E. Gejala Pada Penderita Anthrax…………………………….……………

F. Pencegahan Terhadap Anthrax……………………………..………......

G. Test Untuk Anthrax………………………………………….….…...........

H. Penanganan pada Anthrax………………………………….……………

DOKUMENTASI…………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antraks adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh

Bacillus anthracis yang menyerang hewan dan manusia (zoonosis).

Penyakit ini umumnya menyerang hewan domestik, seperti domba,

kambing dan sapi, tetapi manusia juga dapat terinfeksi karena

terpapar atau mengkonsumsi hewan yang terinfeksi.(Setya & Natalia,

2000)

Penyakit ini selalu muncul setiap tahun serta menyebabkan

kerugian yang besar bagi peternak. Istilah anthrax berarti arang,

sebab penyakit ini menimbulkan gejala pada manusia berupa bisul

kehitaman yang jika pecah akan menghasilkan semacam borok

(bubonic palque). Dahulu, penyakit ini dikatakan sebagai penyakit

kutukan karena menyerang orang yang telah disisihkan di

masyarakat, bahkan bangsa Mesir pun pernah terkena panyakit ini

kira-kira 4000 tahun sebelum masehi. (civas_admin, 2022)

Penyakit ini tergolong penyakit kuno, sejak tahun 1850

Davaine dan Rayer serta Pollander pada tahun 1855 telah

menemukan bakteri Bacillus anthracis dari jaringan hewan yang mati

akibat penyakit anthrax. Pada tahun 1857 Brauell telah dapat

memindahkan bakteri ini dengan cara menginokulasikan darah dari

hewan yang terinfeksi pada percobaan. Pada tahun 1877 Robert


Koch berhasil mengisolasi bakteri ini di laboratorium.(Asih Rahayu,

2009)

Halaman fakta Pusat Pencegahan dan Pengendalian penyakit

Amerika Serikat (CDC) menyebut penyakit antraks sudah

dideskripsikan oleh bangsa Yunani dan Roma sekitar 700 tahun

Sebelum Masehi. Baru pada tahun 1800-an peneliti

berhasil mengidentifikasi bakteri penyebab antrax.(Anwar, 2020)

Penyakit anthrax juga semakin dibicarakan dan

dianggap penting karena selain berpengaruh terhadap

kesehatan manusia maupun ternak, juga berdampak negatif

terhadap perekonomian serta perdangangan khususnya

ternak secara nasional maupun internasional. Selain itu

ternyata penyakit anthrax berpengaruh terhadap Sosio-

politik dan keamanan suatu negara karena endospora bakteri ini

berpotensi untuk dipergunakan sebagai senjata biologis.(Asih Rahayu,

2009)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam makalah ini akan

ditarik rumusan masalah yaitu “Bagaimana penyakit Anthrax itu”

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui definisi Anthrax

2. Untuk mengetahui faktor virulensi Anthrax


3. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan Anthrax

4. Untuk mengetahui jenis-jenis Anthrax

5. Untuk mengetahui gejala apa saja yang muncul pada penderita

Anthrax

6. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan Terhadap Anthrax

7. Untuk mengetahui test apa saja yang dilakukan apabila terkena

Anthrax

8. Untuk mengetahui penanganan pada Anthrax pada penderita

Anthrax

D. Manfaat

1. Kita dapat mengetahui definisi Anthrax

2. Kita dapat mengetahui faktor virulensi Anthrax

3. Kita dapat mengetahui bagaimana cara penularan Anthrax

4. Kita dapat mengetahui jenis-jenis Anthrax

5. Kita dapat mengetahui gejala apa saja yang muncul pada penderita

Anthrax

6. Kita dapat mengetahui bagaimana pencegahan Terhadap Anthrax

7. Kita dapat mengetahui test apa saja yang dilakukan apabila terkena

Anthrax

8. Kita dapat mengetahui penanganan pada Anthrax pada penderita

Anthrax
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Anthrax

Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang

disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.

Antraks bermakna "batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini

digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam. Antraks paling

sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah

dijinakkan. Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan

dari hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan antara sesama

manusia.

Anthrax atau penyakit sapi gila ini pada keadaan normal bakteri

menghasilkan spora yang tidak aktif (dorman) dan hidup di tanah. Saat

spora masuk ke dalam tubuh binatang atau manusia, spora menjadi aktif.

Spora aktif tersebut lalu mulai membelah diri, menghasilkan racun,

menyebarkannya ke seluruh tubuh dan menyebabkan penyakit yang

berat. Penyakit ini dapat mengenai kulit, paru – paru dan, pada kasus

yang jarang saluran pencernaan. Walaupun anthrax dapat

membahayakan nyawa, penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik jika

dideteksi dini. Vaksin juga tersedia untuk orang yang berisiko.

B. Faktor Virulensi Anthrax


Faktor virulensi dari penyakit ini disebabkan oleh Bacillus

anthracis yang berasal dari kapsul dan toksin. Kapsul dari Bacillus

anthracis terdiri dari poly D-glutamic acid yang tidak berbahaya (non

toksik) bagi dirinya sendiri. Kapsul ini dihasilkan oleh plasmid pX02 dan

berfungsi untuk melindungi sel dari fagositosis dan lisis. Toksin yang

dihasilkan oleh Bacillus anthracis berasal dari plasmid pX01 yang memiliki

AB model (activating dan binding). Toksin dari Bacillus anthracis terdiri

dari tiga jenis, yaitu protective antigen (PA) yang berasal dari kapsul poly

D- glutamic acid, edema factor (EF), dan lethal factor (LF).

Ketiga toksin ini tidak bersifat racun secara individual, namun dapat

bersifat toksik bahkan letal jika ada dua atau lebih. Toksin PA dan LF akan

mengakibatkan aktivitas yang letal, EF dan PA akan mengakibatkan

penyakit edema (nama lain dari penyakit anthrax), toksin EF dan LF akan

saling merepresi (inaktif), sedangkan jika ada ketiga toksin tersebut (PA,

LF, dan EF), maka akan mengakibatkan edema, nekrosis dan pada

akhirnya mengakibatkan kematian (letal).

Bila spora anthrax masuk ke dalam tubuh dan kemudian sudah

tersebar di dalam peredaran darah, akan tercipta suatu

mekanisme pertahanan dari sel darah putih, namun sifatnya hanya

sementara. Setelah spora dari pembuluh darah terakumulasi

dalam sistem limpa, maka infeksi akan mulai terjadi. Racun dari toksin

yang dihasilkan oleh sel vegetatif tersebut akan mengakibatkan

pendarahan internal (internal bleeding).
Sehingga hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa

jaringan bahkan organ utama. Jika racun dari toksin tersebut telah

tersebar, maka antibiotik apapun tidak akan membantu penyembuhan

bahkan tidak berguna lagi.

C. Penularan Anthrax

Manusia dapat terinfeksi bila kontak dengan hewan yang terkena

anthraks, dapat melalui daging, tulang, kulit, maupun kotoran. Meskipun

begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan

atau kontak dengan orang yang mengidap antraks.

Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku

kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan antelop.

Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum terjadi

di negara negara berkembang atau negara negara tanpa program kesehat

an umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia

seperti (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afri

ka, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih

banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.

Antraks biasa ditularkan kepada manusia disebabkan pengeksposa

n kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging,

atau memakan daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan

juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan

yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular

kepada hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks
biasa ditemukan dapat tertular B. anthracis, dan antraks dalam

ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat. Walaupun banyak

pekerja sering tertular kepada jumlah spora antraks yang banyak,

kebanyakan tidak menunjukkan simptom.

D. Jenis-Jenis Anthrax

Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus (sistem

pernafasan), paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Antraks tidak

mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.

Bakteri Bacillus anthracis ini termasuk bakteri gram positif,

berbentuk basil, dan dapat membentuk spora. Endospora yang dibentuk

oleh Bacillus anthracis akan bertahan dan akan terus berdormansi hingga

beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi

inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan

akan terus membelah di dalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan

masuk ke dalam peredaran darah inangnya. Proses masuknya spora

anthrax dapat dengan tiga cara, yaitu :

1. inhaled anthrax, di mana spora anthrax yang berada di tanah terhirup

dan masuk ke dalam saluran pernapasan.

2. cutaneous anthrax, di mana spora anthrax masuk melalui kulit

yang terluka. Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian

besar merupakan cutaneous anthrax (95% kasus).

3. gastrointestinal anthrax, di mana hewan seperti sapi maupun kerbau

memakan rumput di tanah yang terdapat Bacillus antharis. Daging


hewan tersebut yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik,

sehingga masih megandung spora dan dikonsumsi oleh manusia

sehingga terjangkiti.

E. Gejala Pada Penderita Anthrax

Terdapat tiga jenis anthrax, masing-masing dengan tanda dan

gejala yang berbeda. Dalam kebanyakan kasus, gejala berkembang

dalam waktu tujuh hari setelahterpapar oleh bakteri. Berikut adalah gejala

pada masing-masing jenis anthrax

1. Anthrax Kulit (Cuntaneous anthrax)

Anthrax jenis ini masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit dan

menjadi jenis paling umum pada anthrax. Anthrax kulit juga paling

ringan dan dengan pengobatan yang tepat jarang bersifat fatal. Tanda

dan gejala anthrax kulit meliputi:

- Kulit yang bengkak dan benjol serta gatal menyerupai gigitan

serangga yang cepat berkembang menjadi sakit dengan pusat

bengkak berwarna merah kehitaman muncul 1-12 hari setelah

paparan.

- Kebanyakan benjolan muncul di daerah wajah, leher, lengan, atau

tangan. Benjolan ini membentuk lenting (pada daerah kalenjar

getah bening tepat di area yang terkena)

- Bagian luka akan pecah dan membentuk koreng hitam (eschar),

dengan bengkak di sekitarnya.


- Kelenjar getah bening terdekat dapat membesar, dan penderita

dapat merasa sakit, kadang-kadang nyeri otot, sakit kepala,

demam, mual dan muntah.

2. Anthrax Gastrointestinal.

Anthrax jenis ini menyerang pada bagian saluran cerna. Hal ini terjadi

saat seseorang memakan daging yang tidak matang sempurna dari

hewan yang terinfeksi. Tanda dan gejala anthrax gastrointestinal

meliputi:

- Mual, muntah; sering disertai darah pada tahap kelanjutan

penyakit.

- Kehilangan nafsu makan.

- Suhu tubuh berangsur-angsur meningkat.

- Nyeri hebat di bagian perut.

- Ukuran perut bertambah (membesar).

- Diare yg cukup serius; disertai darah pada tahap akhir penyakit.

- Tenggorokan terasa sakit dan kesulitan menelan sehingga leher

bengkak.

3. Anthrax Inhalasi

Anthrax inhalasi terjadi ketika seseorang menghirup spora anthrax

yang masuk kedalam sistem pernafasan (khususnya paru-paru) dan

menjadi jenis yang paling mematikan. Tanda dan gejala awal anthrax

inhalasi meliputi:
- Gejala awalnya mirip dengan flu namun akan memburuk dengan

cepat.

- Demam dan menggigil

- Berkeringat (sering basah pada bagian tangan dan kaki)

- Nyeri badan

- Rasa lelah yang berlebih

- Nyeri pada otot-otot tubuh

- Sakit kepala, pusing, atau pening

- Rasa tidak nyaman pada dada, seperti: Sesak dan Batuk

- Mual, muntah atau nyeri perut

- Shock karena suply darah ke seluruh tubuh terutama otak tidak

stabil

- Meningitis

- Peradangan otak dan sumsum tulang belakang yang berpotensi

mengancamnyawa.

F. Pencegahan Terhadap Anthrax

Di tanah terdapat spora-spora yang tidak aktif (dorman) dan hidup

di tanah tersebut. Saat spora masuk ke dalam tubuh binatang atau

manusia, spora menjadi aktif. Spora aktif tersebut lalu mulai membelah

diri, menghasilkan racun, menyebarkannya ke seluruh tubuh dan

menyebabkan penyakit yang berat. Maka sebaiknya kita lakukan

pencegahan meliputi :
- Mencuci tangan dengan baik dan benar; sebelum dan sesudah

bekerja, makan, aktivitas di luar rumah dan kamar mandi.

- Menggunakan masker ketika berada pada daerah berbau

menyengat.

- Mengkonsumsi makanan berupa daging harus dalam keadaan

benar-benar matang sempurna.

- Saat terdapat luka maupun pengikisan pada kulit apabila berada

pada daerah yang tidak memungkinkan sebaiknya ditutup.

- Menggunakan sarung tangan saat berkontak langsung dengan

hewan dan tanah.

- Dilakukan vaksinasi.

G. Test Untuk Anthrax

Anthrax didiagnosis berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, riwayat

paparan berisiko tinggi, dan dengan memastikan penyakit lain bukan

penyebab gejala. Cara terbaik mendiagnosis secara akurat, dokter dapat

melakukan pemeriksaan kulit, darah, dan feses Anda untuk mencari

bakteri B. anthracis. X-ray atau computed tomography (CT) dada,

endoskopi, dan suntikan spinal dapat dilakukan. Untuk endoskopi, selang

tipis elastis dengan kamera kecil di ujungnya digunakan untuk memeriksa

tenggorokan atau usus.

H. Penanganan pada Anthrax

Secara umum, perawatan untuk penyakit anthrax dapat dilakukan

dengan pemberian antibiotik, biasanya penisilin, yang akan menghentikan


pertumbuhan dan produksi toksin. Pemberian antitoksin akan mencegah

pengikatan toksin terhadap sel. Terapi tambahan, seperti sedation (pembe

rian obat penenang). Namun, pada level toksin sudah menyebar dalam

pembuluh darah dan telah menempel pada jaringan maka toksin tidak

dapat dinetralisasi dengan antibiotik apapun.Walaupun dengan

pemeberian antitoksin, antibiotik, atau terapi, pasien tentu mempunyai

rasio kematian.

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut maka didapatkan informasi

terbaru yaitu bahwa sebagian besar infeksi bakteri anthrax sensitive

terhadap antibiotik golongan B laktam, akan tetapi bakteri ini sering

menghasilkan enzim B laktamase, sehingga obat tunggal penicillin

maupun sefalosporin tidak dianjurkan.

Seorang yang terkena anthrax secara inhalan (lewat saluran nafas)

dapat diberikan Ciprofloxacin 500 mg dua kali sehari atau Doxycycline 100

mg dua kali sehari selama 60 hari. Amoxicillin (Kalmoxillin) tiga kali sehari

dapat diberikan jika terdapat kontra indikasi terhadap penggunaan

Ciprofloxacin dan Doxycyclin.

Cutaneus anthrax dapat diberikan terapi dengan Ciprofloxacin 500

mg 2 kali sehari atau Doxycyclin 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

Pengobatan diperpanjang sampai 60 hari jika dicurigai adanya infeksi

yang bersamaan dengan anthrax inhalan. Cutaneus anthrax dengan

odema yang berat dan gejala sistemik seperti pada Anthrax inhalan dan

Gastrointestinal anthrax, dianjurkan untuk pemberian obat secara


intravena dengan 2 - 3 macam: Ciprofloxacin 400 mg/ 12 jam atau

Doxycycline 100 mg/ 12 jam dan dapat dikombinasikan dengan Penicillin,

Rifampicin, Vancomycin, Clindamycin atau Chlaritromycin.

Antibiotik ini dilanjutkan selama 60 hari untuk mencegah

kekambuhan.Semakin lama terapi ditunda, semakin besar risiko

mendapat dampak yang tidak dapat diubah. Jadi, terapi biasanya dimulai

sesegera mungkin saat diduga menderita anthrax. Vaksin anthrax

tersedia, namun tidak 100% efektif. Vaksin diberikan pada anggota militer,

ilmuwan yang bekerja dengan anthrax, dan kelompok risiko tinggi lain.

Vaksin ini tidak untuk anak kecil, wanita hamil, atau lansia lebih dari 65

tahun. Jika beberapa dosis vaksin anthrax telah diberikan, tidak perlu

diberikan lagi antibiotik.

Bagi penderita dengan luka (jaringan yang terbuka) maka dalam

penanganannya sebaiknya luka dibersihkan secara rutin dan mencegah

terkontaminasi dengan hal yang dapat memperparah luka tersebut, dan

sebaiknya digunakan sarung tangan dan masker. Selain itu sebaiknya

semua sisa pembersihan luka tersebut dibuang ke tempat yang

seharusnya.
DOKUMENTASI

Siklus anthrax
Gambar Bacillus anthracis

Gambar B. Anthracis di cawan petri


Gambar sapi yang terjangkit B. anthracis

Gambar cutaneous anthrax


Gambar pemusnahan sapi yang terjangkiti

Anda mungkin juga menyukai