Anda di halaman 1dari 14

ANTRAKS

A. Pengertian
Bacillus anthracis adalah bakterium Gram-positif berbentuk tangkai yang berukuran
sekitar 1x6 mikrometer dan merupakan penyebab penyakit antraks.

Foto Mikro Pewarnaan Gram bakteri Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks

B. anthracis adalah bakterium pertama yang ditunjukkan dapat menyebabkan penyakit.


Hal ini diperlihatkan oleh Robert Koch pada tahun 1877. Nama anthracis berasal dari bahasa
Yunani anthrax (ἄνθραξ), yang berarti batu bara, merujuk kepada penghitaman kulit pada
korban.
Bakteria ini umumnya terdapat di tanah dalam bentuk spora, dan dapat hidup selama
beberapa dekade dalam bentuk ini. Jika memasuki sejenis herbivora, bakteria ini akan mulai
berkembang biak dalam hewan tersebut dan akhirnya membunuhnya, dan lalu terus
berkembang biak di bangkai hewan tersebut. Saat gizi-gizi hewan tersebut telah habis
diserap, mereka berubah bentuk kembali ke bentuk spora.
Bacillus anthracis mempunyai gen dan ciri-ciri yang menyerupai Bacillus cereus, sejenis
bakterium yang biasa ditemukan dalam tanah di seluruh dunia, dan juga menyerupai Bacillus
thuringiensis, pantogen kepada larva Lepidoptera.
Antraks adalah suatu penyakit akut disertai demam yang ditandai dengan bakteriemia
yang bersifat terminal pada kebanyakan spesies hewan. Antraks merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bacillus anthracis, bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan pada
manusia.
Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu anthraks kulit, antraks saluran
pencernaan, antraks saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang disebut antraks otak
atau meningitis. Antraks kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga spora
Bacillus anthracis dapat masuk melalui kulit. Antraks saluran pencernaan yang disebabkan
karena spora Bacillus anthracis yang tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai

1
ke saluran pencernaan. Antraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus
anthracis yang terhirup.

B. Sejarah
Anthrax atau penyakit radang limpa merupakan salah satu penyakit zoonosis di
Indonesia yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini selalu muncul setiap tahun serta
menyebabkan kerugian yang besar bagi peternak. Istilah anthrax berarti arang, sebab penyakit
ini menimbulkan gejala pada manusia berupa bisul kehitaman yang jika pecah akan
menghasilkan semacam borok (bubonic palque).
Dahulu, penyakit ini dikatakan sebagai penyakit kutukan karena menyerang orang
yang telah disisihkan di masyarakat, bahkan bangsa Mesir pun pernah terkena panyakit ini
kira-kira 4000 tahun sebelum masehi.
Anthrax ditemukan oleh Heinrich Hermann Robert Koch pada tahun 1877, sedangkan
Louis Pasteur adalah ilmuwan pertama penemu vaksin yang efektif untuk Anthrax pada tahun
1881.
Menurut catatan anthrax sudah dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda
tepatnya pada tahun 1884 di daerah teluk Betung, Lampung. Pada tahun 1975, penyakit ini
ditemukan di enam daerah yaitu Jambi, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara
Barat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Menurut data yang ada saat ini terdapat 11
provinsi yang endemis anthrak yaitu Jambi, Sumatera Barat, DKI Jakarta (Jakarta Selatan),
Jawa Barat (Kota Bogor, Kab. Bogor, Kota Depok), Jawa Tengah (Kota Semarang, Kab.
Boyolali), NTB (Sumbawa, Bima), NTT (Sikka, Ende), Sulawesi Selatan (Makassar, Wajo,
Gowa, Maros), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Papua. Daerah-daerah yang
mempunyai catatan sejarah serangan anthrax akan tetap endemik yang berpotensi kuat untuk
serangan berikutnya. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini cukup signifikan. Hewan
akan mengalami penurunan bobot badan hingga kematian yang cukup banyak karena mudah
menular dan bertahan di tanah dalam jangka waktu yang cukup lama (lebih dari 50 tahun).

C. Etiologi
 Morfologi
Penyebab penyakit anthrax adalah bakteri berbentuk batang, berukuran 1-1,5 mikron
kali 3-8 mikron, bersifat aerobic, nonmotil, gram positif yang disebut Bacillus antrachis.

2
Apabila spesimen ini diambil dari hewan sakit, bakteri berbentuk rantai pendek dikelilingi
oleh kapsul yang terlihat jelas.
(Bacillus antrachis ditemukan di dalam otak)
Bentuk vegetatif Bacillus antrachis yang ada di dalam tubuh hewan relatif tidak dapat
tahan lama dalam berkompetisi dengan bakteri pembusuk. Apabila terjadi kontak dengan
udara (oksigen), bakteri ini akan membentuk spora yang amat tahan terhadap pengaruh
lingkungan. Oleh karena itu , setiap hewan yang mati dengan dugaan anthrax tidak boleh
dilakukan autopsi.
Spora anthrax dapat bertahan selama 60 tahun di dalam tanah kering. Spora juga tahan dalam
waktu yang lama di debu, kapas, bulu, kulit, serbuk tulang, pakaian , dsb. (Soeharsono.2002).
Spora dibentuk di tanah, jaringan/binatang mati dan tidak terbentuk di jaringan dan darah
binatang hidup. Spora yang merupakan endospora tahan terhadap pengaruh lingkungan.
Diameter endospora berkisar 1-2 mikrometer, sehingga sukar tersaring oleh mekanisme
penyaringan di saluran pernafasan atas. Dalam tanah, spora dapat bertahan puluhan tahun.
Spora antrax tahan terhadap pengaruh panas, sinar ultraviolet dan beberapa desinfektan.
Endospora dapat dimatikan dengan cara autoclave pada suhu 120° C selama 15 menit. Bentuk
vegetatifnya mudah dimatikan pada suhu 54° C selama 30 menit. Bakteri mudah
ditumbuhkan pada berbagai media.
Untuk mendapatkan koloni yang karakteristik, bakteri sebaiknya ditumbuhkan pada
media yang mengandung darah tanpa antibiotika. Bakteri tumbuh subur pada pH media 7.0 –
7.4 dengan lingkungan aerob. Suhu pertumbuhan berkisar antara 12 – 45°C tetapi suhu
optimumnya 37°C. Setelah masa inkubasi 24 jam, koloni kuman tampak sebagai koloni yang
besar, kompak, putih-keabu-abuan dengan tepi tak beraturan. Di bawah mikroskop, koloni
tersusun seperti susunan rambut sehingga sering disebut sebagai bentuk kaput medusa.
Koloni bakteri bersifat sticky sehingga jika diangkat akan membentuk formasi seperti
stalaktit (beaten egg-whites appearance). Jika bakteri ditumbuhkan selama 3 – 6 jam pada
suhu 37°C pada media yang mengandung penisilin pada kadar 0.05 – 0.5 unit /ml , maka
secara mikroskopik akan terbentuk sferis besar dalam bentuk rantai (fenomena string of
pearls). Bakteri antrax tidak menyebabkan hemolisis darah domba dan reaksi katalasenya
positif. Bakteri mampu meragi glukosa dan menghidrolisa gelatin tetapi tidak meragi manitol,
arabinosa dan xilosa. Karena menghasilkan lesitinase, maka bakteri yang ditumbuhkan pada
media EYA (Egg-Yolk Agar) akan membentuk zona kompak. (Agus Sjahrurachman. Cermin
dunia kedokteran.2007).

3
Faktor predisposisi kejadian penyakit seperti musim panas, kekurangan makanan dan
keletihan mempermudah timbulnya penyakit pada hewan yang mengandung spora bersifat
laten .
Umumnya, Bacillus antrachis amat pathogen, namun pernah pula dilaporkan penemuan
isolat Bacillus antrachis yang kurang pathogen dari seekor kuda.(Djaenuddin dan
soetikno,1960).
Dalam sel bakteri anthrax juga terdapat eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective
Ag (PA), Lethal factor (LF), dan Oedema factor (EF).peran ketiganya itu terlihat sekali dalam
menimbulkan gejala penyakit anthrax. Tepatnya, ketiga komponen dari eksotoksin itu
berperan bersama – sama. Protective Ag berfungsi untuk mengikat reseptor dan selanjutnya
Lethal factor. Sedangkan odema factor akan memasuki sistem sel dari bakteri. Odema factor
merupakan adenilsiklase yang mampu meningkatkan cAMP sitoplasma sel, sedangkan fungsi
spesifik dari lethal faktor masih belum diketahui.

 Pertahanan hidup
Dalam mempertahankan siklus hidupnya, Bacillus anthracis membentuk dua sistem
pertahanan, yaitu kapsul dan spora. Dua bentuk inilah, terutama spora yang menyebabkan
Bacillus anthracis dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun lamanya.
Sedangkan kapsul merupakan suatu lapisan tipis yang menyelubungi dinding luar dari
bakteri. Kapsul ini terdiri atas polipeptida berbobot molekul tinggi yang mengandung asam
D – Glutamat an merupakan suatu hapten. Bacillus anthracis dapat membentuk kapsul pada
rantai yang berderet. Pada media biasa rantai tidak terbentuk kecuali pada Bacillus anthracis
yang ganas.
Lebih jauh, bakteri ini akan membentuk kapsul dengan baik jika terdapat pada jaringan
hewan yang mati atau pada media khusus yang mengandung natrium bikarbonat dengan
konsentrasi karbondioksida (CO2) 5%. Kapsul inilah yang berperan dalam penghambatan
fagositosis oleh sistem imun tubuh, dan juga dapat menentukan derajat keganasan atau
virulensi bakteri.
Selain itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells.
Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi
kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora berbentuk elips atau oval,
letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari diameter bakteri itu sendiri. Spora Bacillus
anthracis ini tidak terbentuk pada jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut

4
tumbuh dengan baik di tanah maupun pada eksudat atau jaringan hewan yang mati karena
antrax.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik
kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk
bakteri. Spora – spora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit
dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut
bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.(arda Dinata).

D. Epideomologi
1. Agent
Pada penyakit antraks agent utamanya yaitu bakteri Bacillus anthracis. Bacillus anthracis
adalah organisme berbentuk batang yang sifatnya aerobik, gram positif, tidak bergerak, dan
mampu membentuk spora . Dalam kondisi tidak kondusif untuk tumbuh dan memperbanyak
diri, maka kuman akan mulai membentuk spora. Untuk pembentukan spora diperlukan
keberadaan oksigen bebas. Dalam situasi alamiah, siklus vegetatif terjadi dalam lingkungan
rendah oksigen dari induk semang terinfeksi, dan dalam tubuh induk semang organisme
tersebut secara khas berada dalam bentuk vegetatif. Begitu berada di luar tubuh induk
semang, spora mulai terbentuk dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap udara. Bentuk
spora esensialnya adalah fase eksklusif di lingkungan.
Meskipun belum pernah diteliti di Indonesia, lalat dianggap mempunyai peran penting
dalam menyebarkan antraks secara mekanis terutama pada situasi wabah hebat di daerah
endemis. Kebanyakan lalat pengigit (biting flies) dari spesies Hippobosca dan Tabanus
bertindak sebagai penular yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perluasan wabah besar
di Zimbabwe pada 1978-1979, dimana lalat meloncat dari satu komunitas ternak ke
komunitas lainnya. Lalat makan cairan tubuh bangkai ternak terjangkit antraks dan kemudian
mendepositkan feses atau muntahan yang mengandung kontaminan kuman dalam jumlah
besar pada helai daun pepohonan dan semak-semak di sekitarnya.

2. Host
Dalam hal ini yang menjadi host pada penyakit antraks yaitu manusia dan hewan ternak
itu sendiri. Manusia yang terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak langsung
dengan hewan sakit, Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di
tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal

5
dari hewan yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah. Mengkonsumsi daging hewan
yang sakit/mati dan produknya karena antraks dan Pernah dilaporkan melalui gigitan
serangga Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks, serta
Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.

3. Lingkungan
Lingkungan yang kemungkinan penyebaran penyakit antraks lebih cepat yaitu pada
daerah peternakan dan pada iklim kering dan cuaca panas. Dalam hal ini, iklim kemungkinan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung cara bagaimana ternak kontak dengan
spora antraks. Sebagai contoh, selama periode kering ternak merumput lebih dekat dengan
tanah oleh karena kebanyakan tanaman atau vegetasi menjadi layu dan juga meranggas,
sehingga membuka lebih besar kemungkinan spora antraks tertelan oleh ternak. Begitu juga
pola perilaku musim meningkatkan kemungkinan pendedahan terhadap spora antraks.
Terjadinya wabah antraks dilaporkan seringkali didahului dengan perubahan ekologi atau
iklim yang jelas, seperti banjir atau hujan yang diikuti dengan kekeringan.

E. Jenis-jenis Penyakit Antraks


Jenis-jenis penyakit anthrax bisa dibedakan berdasarkan tempat-tempat bakterinya
menyerang.
1. Cutaneous anthrax. Yaitu penyakit anthtrax yang menyerang jaringan kulit.
2. Gastrointestinal anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang menyerang perut akibat
memakan makanan yang terkontaminasi bakteri anthrax.
3. Inhalational anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang menyerang saluran pernapasan
akibat menghirup spora bakteri anthrax.
4. Oropharyngeal anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang menyerang tenggorokan akibat
memakan makanan yang terkontaminasi bakteri anthrax.
Dari keempat jenis penyakit anthrax di atas, Inhalational anthrax adalah jenis yang paling
mematikan dan cutaneous anthrax adalah yang paling banyak terjadi.

F. Patogenesis
Kebanyakan infeksi terjadi melalui selaput lendir, selanjutnya kuman akan memasuki
cairan limfe dan kemudian berakhir di dalam darah. Bakteriemia yang terjadi berlangsung
dengan hebatnya dan di dalam darah perifer dapat ditemukan banyak sekali kuman sebanyak

6
kurang lebih 1 milyar sel kuman dalam tiap milliliter darah.(Keppie, 1955) Basil menyebar
melalui saluran getah bening ke dalam aliran darah, kemudian menuju ke jaringan, terjadilah
sepsis yang dapat berakibat kematian. Pada antraks inhalasi, spora Bacillus anthracis dari
debu wol, rambut atau kulit terhirup, terfagosit di paru-paru, kemudian menuju ke limfe
mediastinum dimana terjadi germinasi, diikuti dengan produksi toksin dan menimbulkan
mediastinum haemorrhagic dan sepsis yang berakibat fatal.

G. Masa Inkubasi dan Masa Klinis


1. Masa Inkubasi
Masa inkubasi (masa antara kontak dengan anthrax dan awal gejala) mungkin
relatif singkat, dari satu sampai lima hari. Seperti penyakit menular lainnya,
periode inkubasi untuk antraks cukup bervariasi dan mungkin minggu sebelum
seorang individu yang terinfeksi merasa sakit.
2. Masa Klinis
Pada umumnya masa klinis penyakit Antraks adalah sebagai berikut
Pada pernafasan diawali dengan panas, menggigil dan mialgia dengan nyeri dada pada
3-5 hari setelah menginhalasi spora antraks. Setelah 1-2 hari berikutnya pasien
memburuk menjadi panas tinggi, sesak nafas hebat, sianosis (badan biru), sakit dada
yang terasa “remuk” dan syok.
Pada Kulit, lesi dimulai dengan hilangnya rasa sakit, kadang-kadang berupa
papula pruritus yang sedang (pada umumnya mengenai daerah lengan, leher atau
wajah) dan meluas menjadi lesi vesiculer yang dikelilingi oleh lesi disekitarnya.
“Gelatinnous halo” mengelilingi vesikel yang akan berkembang menjadi ulkus (luka)
dan eschar hitam dengan cepatnya berkembang diatas ulkus. Sedangkan, gejala
antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar,
menjadi borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan disekitarnya membengkak
dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit.
Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah,
tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau merah, buang
air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Daging yang terkena
antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir dan berbau.

7
H. Gejala Klinis Penyakit Antraks
 Gejala klinis penyakit Antraks pada manusia dibedakan berdasarkan tipe penyakit
Antraks.
1. Tipe kulit (cutaneous Antrax)
o mula-mula terjadi papel, desertai gatal-gatal dan rasa sakit
o 2-3 hari kemudian menjadi vesikel yang berisi cairan kemerahan
o kemudian haemorrhagic dan menjadi jaringan nekrotik yang berbentuk ulcus
dengan kerak berwarna hitam ditengah dan kering yang disebut eschar (tanda
patognomonik anthax)
o diikuti oleh bentuk vesikel disekitarnya
o disekitar ulcus sering didapati erytema dan edema
o pada perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk (non pitting) bila
ditekan
o rasa nyeri jarang terjadi kalaupun ada justru di daerah edema
o tidak didapatkan pus kecuali bila diikuti dengan infeksi sekunder
o dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional
o demam sedang dan sakit kepala
o bila tidak segera mendapat pengobatan dapat berkembang menjadi septicemia dan
shock

2. Tipe pencernaan (Gastro Intestinal Anthrax)


o bersifat perakut atau akut
o Gejala awal rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan dan
suhu tubuh meningkat
o Konstipasi diikuti diarhe akut berdarah
o Hematemesis
o Toxemia
o Shock dan meninggal biasanya kurang dari 2 hari
o CFR bervariasi 5-75%
o Tipe ini umumnya terjadi karena memakan daging yang tidak dimasak dengan
sempurna

8
3. Tipe Pernapasan (Pulmonary Anthrax)
o sangat jarang terjadi biasanya akibat dari perluasan antraks tipe kulit atau karena
menghirup udara yang mengandung spora antraks
o gejala awal ringan dan spesifik
o dimulai dengan lemah, lesu, subfebril, batuk non produktif (seperti tanda-tanda
bronchitis)
o kemudian mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi berat
o shock, meninggal biasanya dalam waktu 24 jam

4. Tipe Radang Otak (meningitis anthrax)


o umumnya merupakan komplikasi antraks tipe pulmonal, intestinal atau cutaneus
yang kemudian melalui aliran darah tiba pada jaringan otak sehingga
menimbulkan peradangan
o Demam, sakit kepala hebat, kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk
o Muntah
o Diakhiri dengan koma
o Liquor cerebro spinalis (LCS) berwarna keruh kuning kemerahan
 Gejala penyakit Antraks pada Hewan
Gejala Penyakit Anthrak Pada Hewan antara lain, sbb :
1. Perakut (sangat cepat) terjadi sangat mendadak dan segera mengikuti kematian, sesak
napas, gemetar, kemudian hewan rebah kadang terdapat gejala kejang. Pada sapi
kambing dan domba mungkin terjadi kematian yang mendadak tanpa menimbulkan
gejala penyakit terlebih dahulu.
2. Bersifat akut (cepat) pada sapi, kambing, domba dan kuda : demam (suhu tubuh
mencapai 41,50C), gelisa, sesak napas, kejang, dan diikuti kematian, kadang sesaat
sebelum kematian kelaur darah kehitaman yang tidak membeku dari lubang kumlo
(lubang hidung, mulut, telinga, anus dan alat kelamin). Pada kuda dapat terjadi nyeri
perut (kolik) diare berdarah, bengkak daerah leher dada, perut bagian bawah dan alat
kelamin bagian luar.

I. Cara Penularan dan Penyebaran Penyakit Campak

9
Bacillus anthracis tidak berpindah langsung dan ternak satu ke ternak yang lain, tapi
biasanya masuk ke dalam tubuh ternak bersama makanan, perkakas kandang atau tanah
(rumput). Infeksi tanah inilah yang dianggap paling penting dan berbahaya. Spora yang ada
di dalam tanah bisa naik ke atas oleh pengolahan tanah dan hinggap di rumput, yang
kemudian dimakan ternak bersama sporanya. Demikian juga spora itu bisa masuk ke dalam
kulit, apabila hewan itu berada dan tidur di tempat yang tercemar.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan menyebar ke seluruh tubuh
mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit anthrax dapat menulari ternak lain, melalui
cairan (eksudat) yang keluar dan tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah
sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa
berikutnya. Cara penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau
sudah mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat
mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah
kuman Bacillus anthracis Di alam, bakteri antraks ni basanya ada dalam kondisi tidur. dan
bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang
tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dan tidurnya ketika kondisi lingkungan
sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dengan kata lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah
tempat ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali
dan siap menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap
oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang
terjadi selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya kuman mampu menginfeksi ternak
maupun manusia yang mengonsumsinya.
Sumber infeksi lainnya ialah bangkai tenak pengindap antraks. Pada kondisi ini, miliaran
Bacillus anthracis bisa memadat di darah dan organ-organ dalam ternak. Bahkan keterangan
lain meriyebutkan bahwa disinyalir di seluruh bangkai hewan tersebut dianggap mengandung
kuman penyakit antraks.
Dalam satu milimeter darah, setidaknya mengandung satu miliar kuman antraks. Bila
kuman itu berinteraksi dengan oksigen, ia dapat segera mengubah diri dalam bentuk spora.
Bila kondismnya demikian, dipercaya kuman ini memiki daya tahan tubuh yang lebih kebal
dari sebelumnya. Kuman-kuman dalam bentuk spora inilah yang dapat hidup hingga 70 tahun
lamanya.

10
J. Cara Pencegahan Penyakit Antraks
Pencegahan Usaha pencegahan terhadap penyakit Antraks dapat dilakukan dengan
berbagai cara terutama dalam menjaga kebersihan individu dan lingkungan, yaitu :
Lapor ke dinas peternakan setempat kalau ada hewan yang sakit dengan gejala antraks
tidak dibolehkan menyembelih hewan sakit antraks
hewan hanya boleh disembelih di rumah potong
jika hewan dipotong diluar rumah potong harus mendapat izin lebih dulu dari dinas
peternakan setempat.
tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging yang berasal dari hewan yang sakit
antraks.
laporkan ke dinas kesehatan apabila menjumpai penderita atau tersangka antraks
bila ada penderita dengan gejala-gejala antraks segera berobat ke puskesmas atau
rumah sakit terdekat
hewan yang peka terhadap antraks seperti sapi, kerbau, domba, kambing, kuda, secara
rutin harus divaksinasi Antraks
dianjurkan untuk tidak memandikan tubuh orang yang meninggal karena Antraks
Dilarang membuat atau memproduksi barang-barang yang berasal dari hewan seperti
kerajinan dari tanduk, kulit, bulu, tulang yang berasal dari hewan sakit/mati karena
penyakit Antraks.

K. Cara pengobatan Penyakit Antraks


Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada kasus antraks inhalasi,
gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan pada antraks
kulit. Antraks kulit dengan gejala sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan leher juga
membutuhkan antibiotic intravena. Walaupun sudah ditangani secara dini dan adekuat,
prognosis antraks inhalasi, gastrointestinal, dan meningeal tetap buruk. B. anthracis alami
resisten terhadap antibiotik yang sering dipergunakan pada penanganan sepsis seperti
sefalosporin dengan spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif
terhadap penisilin, doksisiklin, siprofloksasin, kloramfenikol, vankomisin, sefazolin,
klindamisin, rifampisin, imipenem, aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan
makrolid. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol, eritromisin,
tetrasikilin, atau siprofloksasin dapat diberikan. Pada antraks kulit dan intestinal yang bukan

11
karena bioterorisme, maka pemberian antibiotik harus tetap dilanjutkan hingga paling tidak
14 hari setelah gejala reda.
Oleh karena antraks inhalasi secara cepat dapat memburuk, maka pemberiaan antibiotik
sedini mungkin sangat perlu. Keterlambatan pemberian antibiotik sangat mengurangi angka
kemungkinan hidup. Oleh karena pemeriksaan mikrobiologis yang cepat masih sulit
dilakukan maka setiap orang yang memiliki risiko tinggi terkena antraks harus segera
diberikan antibiotik sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Sampai saat ini belum
ada studi klinis terkontrol mengenai pengobatan antraks inhalasi. Untuk kasus antraks
inhalasi Food and Drug Administration (FDA) menganjurkan penisilin, doksisiklin, dan
siprofloksasin sebagai antibiotik pilihan.
Untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut :
1) Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan (hewan besar 20-30 ml, hewan kecil
10- ml)
2) Penyuntikan antibiotika
3) Penyuntikan kemoterapetika
4) Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika.
Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV atau SC, sedangkan untuk antiserum
heterolog SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul penyakit, disusul dengan
vaksinasi.

L. Pengendalian Penyakit Anthrax


Disamping pengobatan, perlu cara-cara pengendalian khusus untuk menahan penyakit dan
mencegah perluasannya. Seperti dilakukannya tindakan mengasingkan hewan -hewan yang
menderita anthrax, hewan ternak yang sakit dilarang disembelih karena ada kemungkinan
hewan tersebut terkena penyakit antrhax , bangkai hewan yang mati karena anthrax harus
segera dibinasakan dengan dibakar habis atau dikubur dalam-dalam, untuk mencegah
perluasan penyakit melalui serangga dipakai obat-obat pembunuh serangga, hewan yang mati
karena anthrax dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan bangkai , dan tindakan
sanitasi umum terhadap orang yang kontak dengan hewan penderita penyakit dan untuk
mencegah perluasan penyakit. Selain itu, penyembelihan hewan di laksanakan di RPH resmi
dibawah pengawasan dokter hewan dan Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum
penyembelihan (ante mortem) yaitu pemeriksaan kesehatan daging, karkas, jeroan dan kepala

12
setelah penyembelihan (post mortem) oleh dokter hewan atau para medis kesehatan hewan
dibawah pengawasan dokter hewan pun juga perlu di lakukan.

LAMPIRAN

(PENDERITA ANTRAKS)
(GEJALA ANTRAKS)

(TRANSMISI PENYAKIT ANTRAKS)

13
(bagian tubuh yang diserang bakteri bacillus antrachis)

14

Anda mungkin juga menyukai