Anda di halaman 1dari 11

BACILLUS ANTHRACIS

MAKALAH
Dosen Pembimbing : Bp.Freddy Rosadi SST.,MMkes

Disusun Oleh :

Kelompok 4
Annisa Amalia

EAK10150004

Nida An Khofiyya

EAK10150019

Rina Firanti

EAK10150028

Wina Tri Cahyani

EAK10150038

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN


ANALIS KESEHATAN
BANJARMASIN
2016

Bacillus anthracis

Gambar 1.1 Bakteri Bacillus sp

1.1
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Klasifikasi
Ordo
Family
Genus
Spesies
Penemu
Sejarah

:
:
:
:
:
:

Bacillales
Bacillaceae
Bacillus
Bacillus anthracis
Davaine dan Bayer

Nama anthracis berasal dari bahasa Yunani anthrax yang berarti batu bara,

merujuk kepada penghitaman kulit pada korban. Bacillus anthracis ditemukan


tahun 1849 oleh Davaine dan Bayer, dan pada tahun 1855 diidentifikasi oleh
Pollender. Braver pada tahun 1857, mampu mendemonstrasikan pemindahan
penyakit anthrax dengan melakukan inokulasi darah hewan yang terinfeksi
anthrax. Pada tahun 1877, Robert Koch mampu membuat biak murni Bacillus
anthracis, membuktikan kemampuan bakteri tsb membentuk endospora dan
mengenali lebih lanjut sifat-siat bakteri anthrax tersebut.

G. Morfologi
:
1. Morfologi Mikroskopis :

Gambar 1.2 Mikroskopis Bakteri Bacillus Sp


Berbentuk batang ukuran sekitar 1x3 m
Susunan bederet seperti rantai.
Sifat gram (+)
Berkapsul bila hidup pada hewan

2. Morfologi Biakan
Koloni berbentuk bulat pada agar darah
H. Sifat :
1. Sifat biokimia bacillus anthracis adalah : membentuk asam tanpa gas
dari glukosa, sukrosa, trehalosa, dextrose dan maltosa.
2. menggunakan sumber Nitrogen dan Carbon sederhana; spora resisten
terhadap perubahan lingkungan, tahan terhadap panas kering dan
desinfektan kimia tertentu dalam waktu yang cukup lama, serta dapat
bertahan selama bertahun-tahun pada tanah yang kering.
3. Sifat Antigen
Ada 3 macam antigen yang dihasilkan bacillus anthracis yakni :
a. protective antigen
: Terdiri dari protein, terdapat pula filtrate dari
perbenihan dengan suspensi kuman tertentu.
Antigen
ini
berperan
dalam
merangsang
kekebalan pada hewan.
b. capsular antigen
:
Terdiri atas polipeptida yang mempunyai
daya agresin sehingga dpat melindungi kuman
dari fagositosis.
c. somatic antigen
:
Terdiri atas polisakarida. Antigen ini tidak
mempunyai arti penting dalam agresi kuman.
I. Variasi :

1.2

1. Bacillus : Bentuk tubuh bakteri yang menyerupai batang dengan


variasi :
- Streptobacillus : susunan yang menyerupai rantai.
- Staphybacillus : Susunan batang yang berkelompok.
Penyakit yang di timbulkan

Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu anthraks


kulit, anthraks saluran pencernaan, anthraks saluran pernapasan, dan
dapat sampai ke otak yang disebut anthraks otak atau meningitis.
Anthraks kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga
spora Bacillus anthracis dapat masuk melalui kulit. Anthraks saluran
pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang
tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai ke saluran
pencernaan. Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena
spora Bacillus anthracis yang terhirup.
1.3

Penularan
Antrhax merupakan penyakit zoonis yang menyerang sapi,
domba, kuda, dan lain-lain bahkan dapat menyerang manusia. Pada
umumnya ada 3 cara penularan penyakit anthrax ke manusia, yaitu :
1. Kontak

langsung

dengan

bibit

penyakit

yang

ada

di

tanah/rumput, hewan yang sakit, maupun bahan-bahan yang


berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang dan
darah.
2. Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan
(domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan
melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks.
3. Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan
seperti dendeng, abon dll.
1.4

Patogenesis
Antraks terutama merupakan penyakit pada herbivora, misalnya
kambing, domba, lembu, kuda, dll. Kadang-kadang manusia juga bisa
terinfeksi jika kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produknya.
Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut dan

saluran cerna. Adapun pada manusia, masuknya spora lewat kulit yang
luka (antraks kulit), membran mukosa (antraks gastrointestinal),
atau lewat inhalasi ke paru-paru
(antraks pernafasan).

Spora tumbuh pada jaringan


tempat
masuknya
mengakibatkan
edema gelatinosa dan kongesti.
Basil menyebar melalui saluran getah
bening ke dalam aliran darah,
kemudian
menuju
ke
jaringan,
terjadilah sepsis yang dapat berakibat
kematian.
Pada antharx inhalasi, spora
B.anthracis dari debu wol, rambut
atau kulit terhirup, terfagosit di paruparu, kemudian menuju ke limfe mediastinum dimana terjadi
germinasi, diikuti dengan produksi toksin dan menimbulkan
mediastinum haemorrhagic dan sepsis yang berakibat fatal.
Setelah endospora masuk ke dalam tubuh manusia, melalui luka
pada kulit, inhalasi (ruang alveolar) atau makanan (mukosa
gastrointestinal), kuman akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke
kelenjar getah bening regional. Pada antraks kutaneus dan
gastrointestinal terjadi germinasi tingkat rendah di lokasi primer yang
menimbulkan edema lokal dan nekrosis. Endospora akan mengalami
germinasi di dalam makrofag menjadi bentuk vegetatif. Bentuk
vegetatif akan keluar dari makrofag, berkembang biak di dalam sistem
limfatik, mengakibatkan limfadenitis hemoragik regional, kemudian
masuk ke dalam sirkulasi, dan menyebabkan septikemia.
1.5 Uji lab dan diagnosis
1. Bahan : cairan / nanah dari lesi lokal, darah dan sputum.
2. Teknik pewarnaan : immunofluoresensi.

3. Biakan agar darah : koloni kelabu hingga putih nonhemolitik


dengan permukaan kasar dan membentuk ground glass
appearance. Di tepi koloni terdapat bentukan tonjolan seperti koma
(medusa head).
4. Pada kultur setengah padat, B.anthracis selalu tidak bergerak.
5. Dengan ELISA dapat dilakukan pengukuran antibodi terhadap toksin
edema dan toksin letal, tetapi tes ini tidak dikembangkan secara
intensif.

1.6

Pengobatan
Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada kasus
antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik
topikal tidak dianjurkan pada antraks kulit Antraks kulit dengan gejala
sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan leher juga membutuhkan
antibiotik intravena. Walaupun sudah ditangani secara dini dan
adekuat, prognosis antraks inhalasi, gastrointestinal, dan meninggal
tetap buruk.
anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang sering
dipergunakan pada penanganan sepsis seperti sefalosporin dengan
spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif
terhadap
penisilin,
doksisiklin,
siprofloksasin,
kloramfenikol,
vankomisin,
sefazolin,
klindamisin,
rifampisin,
imipenem,
aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan makrolid. Bagi
penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol,
eritromisin, tetrasikilin, atau siprofloksasin dapat diberikan.

1.7

Anthrax kulit : Penisilin.

Anthrax pernapasan
Streptomisin

Diagnosa

Penisilin

ditambah

Gentamisin

atau

Pada pewarnaan Gram bahan diambil dari darah, cairan pleura,


cairan serebrospinalis, dan lesi kulit, dapat ditemukan basil antraks.
Untuk pemeriksaan biakan bahan diambil dari darah, cairan pleura,
cairan serebrospinalis, dan lesi kulit. Pada pemeriksaan langsung
pewarnaan Gram dari lesi kulit, cairan serospinal atau darah yang
mengandung kuman antraks akan menunjukkan basil besar,
encapsulated, dan Gram positif. Pada kultur darah tampak
pertumbuhan pada agar darah domba berupa koloni nonhemolitik,
besar, nonmotil, Gram positif, berbentuk spora, dan tidak tumbuh pada
agar Mac Conkey.
1.8 Metode Pemeriksaan
A. Pengambilan Sampel
1. Pengambilan dilakukan secara aseptis.
2. Alumunium foil yang sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan
alkohol 70%
3. Sampel diambil dengan cepat dan dengan hati-hati dimasukkan ke dalam
alumunium foil steril kemudian ditutup rapat
B . Tahapan Isolasi Bacillus
1. Preparasi suspense dilakukan, sebelumnya sampel tanah dimasukkan
kedalam tabung

pengenceran pertama kemudian di waterbath 10 menit

dengan suhu 80oC .


2. Diinokulasikan sebanyak 1 ose pada medium NA, selanjutnya diinkubasi
pada suhu 30oC selama 2x24 jam.
C . Tahap Pemurnian Dengan Metode Streak Kuadran
1. Dipilih satu koloni yang Nampak terdiri dari satu tipe sel
2. Jarum ose dibakar, setelah dingin disentuhkan ke permukaan koloni
bakteri yang akan distreak pada plating NA
3. Streak ini dianggap sebagai streak primer pada permukaan NA
4. Jarum ose dibakar, angkat lalu didinginkan dan distreakan melewati
streak primer kesatu atau kedua dan kemudian dilanjutkan kestreak
sekunder tanpa kembali streak primer
5. Jarum ose dibakar, angkat lalu dinginkan dan disteakan melewati
streak sekunder dan kemudian dilanjutkan kestreak tersier tanpa
kembali kestreak primer dan sekunder
6. Diinkubasi pada suhu 30OC selama 2x24 jam

D. Pengamatan Morfologi Koloni


1. dibuat biakan pada media Nutrient Agar (NA) cawan
2. Inkubasi 2x24 jam pada suhu 30oC
3. Perbedaan bentuk koloni, bentuk tepi, elevasi dan lainnya diamati
E. Pengukuran Panjang Dan Lebar Sel
1. Disiapkan mikroskop yang telah dipasang micrometer okuler yang
terkalibrasi
2. Dibuat preparasi ulas bakteri uji dengan metode pewarnaan
sederhana dengan menggunakan pewarnaan metilen blue
3. Diukur panjang dan lebar sel kemudian dihitung panjang dan lebar
sel sebenarnya (m).
F. Uji Pewarnaan Gram
1.
2.
3.
4.
5.

Dibuat ulasan bakteri pada object glass, difiksasi


Ditetesi dengan gram A (kristal violet), dibiarkan selama 60 detik
Dicuci dengan air mengalir, keringanginkan
Ditetesi dengan gram B (lugols iodin), dibiarkan selama 60 detik
Dicuci dengan gram C (ethanol 96%) setetes demi setetes sampai
etanol yang jauh berwarna bening dan jangan sampai terlalu

banyak.
6. Ditetesi dengan D (safranin), dibiarkan selama 45 detik, dicuci dan
dikeringanginkan
7. Diamati dibawah mikroskop
G. Uji Pewarnaan Endospora
1. Dibuat ulasan bakteri pada object glass lalu ditutupi dengan kertas
merang
2. Ditetesi

dengan

Malachite

Green

diatas

kertas

merang

dan

diletakkan di atas air mendidih. Dibiarkan selama 5 menit, jika


3.
4.
5.
6.
7.

pinggir mulai mengering tambahkan lagi Malachite Green


Setelah dingin , object glass dibilas dengan aquades mengalir
Ditetesi dengan safranin sebagai counter stain
Didiamkan selama 45 detik
Dicuci dan dikeringanginkan
Diamati di bawah mikroskop

H. Uji Motilitas
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium SIMA semisolid sebanyak 1
ose

2. Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 30oC


3. Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitas
koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tetap
menandakan hasil uji negatif.
I. Uji Hidrolisis Starch
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat Starch Agar sebanyak
1 ose
2. Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
3. Kemudian permukaan media digenangi dengan larutan Lugols
iodine
4. Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitas
koloni menandakan hasil uji positif, dan jika tidak terbentuk zona
jernih (warna biru reagen) menandakan hasil uji negatif.
K. Uji Hidrolisis Kasein
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat skim milk agar (sma)
sebanyak 1 ose.
2. diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oc
3. diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitas
koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tetap
menandakan hasil uji negatif.
L. Uji Vp (Voges Proskaner)
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair MR-VP sebanyak satu
2.
3.
4.
5.

ose
Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair MR-VP sebanyak 1 ose
Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 30oC
Bakteri ditetesi dengan alfanaftol 3 tetes dan KOH 40 % 2 tetes
Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitar
koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tetap
menandakan hasil uji negatif.

M. Uji Katalase
1. Dibuat preparat ulas bakteri pada object glass
2. Ditetesi dengan larutan H2O2
3. Diamati perubahan yang terjadi,Jika terbentuk gelembung gas
menunjukan bahwa hasil uji positif dan sebaliknya
N. Uji Oksidase

1. Dibuat preparat ulas bakteri pada object glass, tutup dengan potongan
tissue
2. Ditetesi dengan reagen oksidase
3. Diamati perubahan yang terjadi
4. Hasil positif jika berwarna biru marun, hasil negatif tidak terbentuk
warna biru marun.
O. Uji Penggunaan Sitrat
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium agar miring Simon Citrate
sebanyak 1 ose
2. Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
3. Diamati perubahan yang terjadi, jika hasil positif media berwarna
biru sedangkan hasil negatif tetap berwarna hujau.
P. Uji Lactosa Dan Raffinosa
1. Bakteri

uji

ditumbuhkan

pada

medium

Lactosa

dan

Raffinosa
2. Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
3. Diamati perubahannya, hasil positif jika media berubah warna dari
ungu menjadi kuning dan hasil negatif jika media tetap berwarna
ungu.
Q. Uji Toleransi Nacl
1. Dibuat tiga buah tabung Nutrient broth yang mengandung NaCl 0%,
6,5%, dan 10%
2. Isolat diinokulasikan dengan streak kontinyu
3. Diinokulasikan selama 2x24 jam pada temperature 30oC
4. Diamati hasilnya dengan melihat tingkat kekeruhan dengan media

DAFTAR PUSTAKA
http://sanirachman.blogspot.co.id/2009/09/bacillus-anthracis-penyebabanthrax.html
https://emjinain.wordpress.com/2007/08/29/bacillus-anthracis/
http://bacillusrumbawa.blogspot.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracis
http://yenmasyifa.blogspot.co.id/2009/03/bakteri-bacillus-anthracis.html
http://fidifidia.blogspot.co.id/2011/12/laporan-isolasi-dan-identifikasi.html
http://www.materibiologi.com/macam-macam-bentuk-bakteri-danpenjelasannya

Anda mungkin juga menyukai