MAKALAH
Dosen Pembimbing : Bp.Freddy Rosadi SST.,MMkes
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Annisa Amalia
EAK10150004
Nida An Khofiyya
EAK10150019
Rina Firanti
EAK10150028
EAK10150038
Bacillus anthracis
1.1
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Klasifikasi
Ordo
Family
Genus
Spesies
Penemu
Sejarah
:
:
:
:
:
:
Bacillales
Bacillaceae
Bacillus
Bacillus anthracis
Davaine dan Bayer
Nama anthracis berasal dari bahasa Yunani anthrax yang berarti batu bara,
G. Morfologi
:
1. Morfologi Mikroskopis :
2. Morfologi Biakan
Koloni berbentuk bulat pada agar darah
H. Sifat :
1. Sifat biokimia bacillus anthracis adalah : membentuk asam tanpa gas
dari glukosa, sukrosa, trehalosa, dextrose dan maltosa.
2. menggunakan sumber Nitrogen dan Carbon sederhana; spora resisten
terhadap perubahan lingkungan, tahan terhadap panas kering dan
desinfektan kimia tertentu dalam waktu yang cukup lama, serta dapat
bertahan selama bertahun-tahun pada tanah yang kering.
3. Sifat Antigen
Ada 3 macam antigen yang dihasilkan bacillus anthracis yakni :
a. protective antigen
: Terdiri dari protein, terdapat pula filtrate dari
perbenihan dengan suspensi kuman tertentu.
Antigen
ini
berperan
dalam
merangsang
kekebalan pada hewan.
b. capsular antigen
:
Terdiri atas polipeptida yang mempunyai
daya agresin sehingga dpat melindungi kuman
dari fagositosis.
c. somatic antigen
:
Terdiri atas polisakarida. Antigen ini tidak
mempunyai arti penting dalam agresi kuman.
I. Variasi :
1.2
Penularan
Antrhax merupakan penyakit zoonis yang menyerang sapi,
domba, kuda, dan lain-lain bahkan dapat menyerang manusia. Pada
umumnya ada 3 cara penularan penyakit anthrax ke manusia, yaitu :
1. Kontak
langsung
dengan
bibit
penyakit
yang
ada
di
Patogenesis
Antraks terutama merupakan penyakit pada herbivora, misalnya
kambing, domba, lembu, kuda, dll. Kadang-kadang manusia juga bisa
terinfeksi jika kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produknya.
Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut dan
saluran cerna. Adapun pada manusia, masuknya spora lewat kulit yang
luka (antraks kulit), membran mukosa (antraks gastrointestinal),
atau lewat inhalasi ke paru-paru
(antraks pernafasan).
1.6
Pengobatan
Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada kasus
antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik
topikal tidak dianjurkan pada antraks kulit Antraks kulit dengan gejala
sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan leher juga membutuhkan
antibiotik intravena. Walaupun sudah ditangani secara dini dan
adekuat, prognosis antraks inhalasi, gastrointestinal, dan meninggal
tetap buruk.
anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang sering
dipergunakan pada penanganan sepsis seperti sefalosporin dengan
spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif
terhadap
penisilin,
doksisiklin,
siprofloksasin,
kloramfenikol,
vankomisin,
sefazolin,
klindamisin,
rifampisin,
imipenem,
aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan makrolid. Bagi
penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol,
eritromisin, tetrasikilin, atau siprofloksasin dapat diberikan.
1.7
Anthrax pernapasan
Streptomisin
Diagnosa
Penisilin
ditambah
Gentamisin
atau
banyak.
6. Ditetesi dengan D (safranin), dibiarkan selama 45 detik, dicuci dan
dikeringanginkan
7. Diamati dibawah mikroskop
G. Uji Pewarnaan Endospora
1. Dibuat ulasan bakteri pada object glass lalu ditutupi dengan kertas
merang
2. Ditetesi
dengan
Malachite
Green
diatas
kertas
merang
dan
H. Uji Motilitas
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium SIMA semisolid sebanyak 1
ose
ose
Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair MR-VP sebanyak 1 ose
Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 30oC
Bakteri ditetesi dengan alfanaftol 3 tetes dan KOH 40 % 2 tetes
Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitar
koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tetap
menandakan hasil uji negatif.
M. Uji Katalase
1. Dibuat preparat ulas bakteri pada object glass
2. Ditetesi dengan larutan H2O2
3. Diamati perubahan yang terjadi,Jika terbentuk gelembung gas
menunjukan bahwa hasil uji positif dan sebaliknya
N. Uji Oksidase
1. Dibuat preparat ulas bakteri pada object glass, tutup dengan potongan
tissue
2. Ditetesi dengan reagen oksidase
3. Diamati perubahan yang terjadi
4. Hasil positif jika berwarna biru marun, hasil negatif tidak terbentuk
warna biru marun.
O. Uji Penggunaan Sitrat
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium agar miring Simon Citrate
sebanyak 1 ose
2. Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
3. Diamati perubahan yang terjadi, jika hasil positif media berwarna
biru sedangkan hasil negatif tetap berwarna hujau.
P. Uji Lactosa Dan Raffinosa
1. Bakteri
uji
ditumbuhkan
pada
medium
Lactosa
dan
Raffinosa
2. Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
3. Diamati perubahannya, hasil positif jika media berubah warna dari
ungu menjadi kuning dan hasil negatif jika media tetap berwarna
ungu.
Q. Uji Toleransi Nacl
1. Dibuat tiga buah tabung Nutrient broth yang mengandung NaCl 0%,
6,5%, dan 10%
2. Isolat diinokulasikan dengan streak kontinyu
3. Diinokulasikan selama 2x24 jam pada temperature 30oC
4. Diamati hasilnya dengan melihat tingkat kekeruhan dengan media
DAFTAR PUSTAKA
http://sanirachman.blogspot.co.id/2009/09/bacillus-anthracis-penyebabanthrax.html
https://emjinain.wordpress.com/2007/08/29/bacillus-anthracis/
http://bacillusrumbawa.blogspot.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracis
http://yenmasyifa.blogspot.co.id/2009/03/bakteri-bacillus-anthracis.html
http://fidifidia.blogspot.co.id/2011/12/laporan-isolasi-dan-identifikasi.html
http://www.materibiologi.com/macam-macam-bentuk-bakteri-danpenjelasannya