PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berbagai penyakit menular pada manusia yang bersumber dari hewan telah banyak
penyakit infeksi pada manusia yang ditularkan dari hewan vertebrata. Hal inilah yang
dewasa ini menjadi sorotan publik dan menjadi objek berbagai studi untuk mengkaji segala
aspek yang berkaitan dengan wabah tersebut yang diharapkan nantinya akan diperoleh suatu
penyakit zoonosis tidak dapat diprediksi dan dapat membawa dampak yang menakutkan bagi
dunia, terutama bagi komunitas yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat dan veteriner.
Dari sejumlah 1.415 mikroba patogen pada manusia yang diketahui, 61,6%
bersumber dari hewan (Brown 2004). Sejumlah 616 mikroba patogen yang ditemukan pada
hewan ternak, 77,3% diantaranya merupakan multiple spesies atau spesies yang memiliki
kemampuan untuk menginfeksi lebih dari satu jenis hewan. Pada karnivora domestik, dari
374 mikroba patogen, 90% diantaranya diklasifikasikan sebagai multiple spesies. Emerging
zoonosis dapat dilihat secara operasional sebagai proses dua tahap. Tahap pertama adalah
pemaparan suatu agen penyakit ke suatu populasi host yang baru. Tahap kedua adalah proses
penyebaran lebih lanjut dari agen penyakit dalam populasi host baru tersebut. Sebagian besar
dari kemunculan suatu wabah penyakit berasal dari agen yang sudah berada di lingkungan
dimana agen tersebut mendapatkan kesempatan atau waktu dan kondisi yang tepat untuk
kembali menginfeksi host atau populasi yang baru. Beberapa contoh kasus emerging
Kejadian antraks bersifat universal dimana dapat terjadi di seluruh wilayah dunia
mulai dari negara yang beriklim dingin, subtropis dan tropis, pada negara yang miskin,
Indonesia hampir selalu berhubungan dengan wabah penyakit antraks pada hewan. Di
Indonesia, sepanjang tahun 2001-2004, kasus antraks pada manusia dilaporkan terjadi setiap
tahun.
B. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan
bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna "batubara"
dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korbanakan berubah hitam.
dijinakkan.Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke
manusia, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia. Penyakit Antraks atau
disebut juga Radang Lympha, Malignant pustule, Malignant edema, Woolsorters disease,
Penyakit Antraks merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah, sesuai dengan undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
Spora Bacillus Anthrax tahan pada suhu panas di atas 43 derajat Celcius.Di dalam
tanah, diketahui spora mampu bertahan sampai dengan 40 tahun. Apabila lingkungan
memungkinkan, yaitu panas dan lembab maka spora dapat menjadi bentuk bakteri biasa
(vegetatif) yang mampu berkembang biak (membelah diri) dengan sangat cepat. Itulah
Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang tinggi di
Benua Asia, dengan sifat serangan sporadik. Kawasan endemik antraks di Indonesia meliputi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu yang diserang pada
umumnya pekerja peternakan, petani, pekerja tempat pemotongan hewan, dokter hewan,
pekerja pabrik yang menangani produk-produk hewan yang terkontaminasi oleh spora
tanah.Sel bakteri tersebut seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi.Spora tumbuh
Antraks terkadang menyerang hewan ternak yang jauh dari manusia, tetapi
sebagai senjata biologi modern. Penularan atraks melalui daging atau kulit binatang yang
B. Etiologi
tersusun berderet sehingga nampak seperti ruas bambu atau susunan bata, membentuk spora
Basil bentuk vegetatif bukan merupakan organisme yang kuat, tidak tahan hidup
untuk berkompetisi dengan organisme saprofit.Basil Antraks tidak tahan terhadap oksigen,
oleh karena itu apabila sudah dikeluarkan dari badan ternak dan jatuh di tempat terbuka,
kuman menjadi tidak aktif lagi, kemudian melindungi diri dalam bentuk spora.
Apabila hewan mati karena Antraks dan suhu badannya antara 28-30 C, basil
antraks tidak akan didapatkan dalam waktu 3-4 hari, tetapi kalau suhu antara 5-10 C
pembusukan tidak terjadi, basil antraks masih ada selama 3-4 minggu. Basil Antraks dapat
keluar dari bangkai hewan dan suhu luar di atas 20C, kelembaban tinggi basil tersebut cepat
berubah menjadi spora dan akan hidup. Bila suhu rendah maka basil antraks akan
Bacillus antracis penyebab penyakit antraks mempunyai dua bentuk siklus hidup,
1. Fase Vegetatif
Jika spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau
keadaan lingkungan yang memungkinkan spora segera berubah menjadi bentuk vegetatif,
kemudian memasuki fase berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar
bentuk vegetatif bakteri antraks memenuhi darah.Bentuk vegetatif biasa keluar dari
dalam tubuh melalui pendarahan di hidung, mulut, anus, atau pendarahan lainnya.Ketika
inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi di darah bentuk vegetatif itu memasuki fase
tertidur (dorman/tidak aktif).Jika kemudian dalam fase tertidur itu terjadi kontak dengan
oksigen di udara bebas, bakteri antraks membentuk spora (prosesnya disebut sporulasi).
Pada fase ini juga dikaitkan dengan penyebaran antraks melalui serangga, yang akan
membawa bakteri dari satu inang ke inang lainnya sehingga terjadi penularan antraks
kulit, akan tetapi hal tersebut masih harus diteliti lebih lanjut.
2. Fase Spora
Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini bakteri
dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali menjadi
bentuk vegetatif dan memasuki inangnya.Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora
antraks yang tinggi untuk melewati kondisi tak ramah--termasuk panas, radiasi
ultraviolet dan ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia.Hal itu
terjadi ketika spora menempel pada kulit inang yang terluka, termakan, atau--karena
ukurannya yang sangat kecil--terhirup.Begitu spora antraks memasuki tubuh inang, spora
C. Patogenesis
Setelah endospora masuk ke dalam tubuh manusia, melalui luka pada kulit, inhalasi
(ruang alveolar) atau makanan (mukosa gastrointestinal), kuman akan difagosit oleh
makrofag dan dibawa ke kelenjar getah bening regional. Pada antraks kutaneus dan
gastrointestinal terjadi germinasi tingkat rendah di lokasi primer yang menimbulkan edema
lokal dan nekrosis. Endospora akan mengalami germinasi di dalam makrofag menjadi bentuk
vegetatif. Bentuk vegetatif akan keluar dari makrofag, berkembang biak di dalam sistem
Faktor virulensi utama B.anthracis dicirikan (encoded) pada dua plasmid virulen
yaitu pXO1 dan pXO2. Plasmid pXO1 mengandung gen yang memproduksi kompleks
toksin antraks berupa faktor letal, faktor edema, dan antigen protektif. Antigen protektif
merupakan komponen yang berguna untuk berikatan dengan reseptor toksin antraks (ATR =
Anthrax Toxin Receptor) di permukaan sel. Setelah berikatan dengan reseptor maka oleh
furin protease permukaan sel, antigen protektif yang berukuran 83-kDa itu membelah
menjadi bentuk 63-kDa dan selanjutnya bentuk itu akan mengalami oligomerisasi menjadi
bentuk heptamer.
Pembelahan antigen protektif diperlukan agar tersedia tempat pengikatan FL dan atau
FE. Antigen protektif yang telah mengalami pembelahan, bersama reseptornya akan
Melalui lubang yang terbentuk terjadilah translokasi FE dan FL ke dalam sitosol yang
dependent adenylate cyclase yang mengubah adenosine triphosphate (ATP) menjadi cy-clic
netrofil dan aktivitas oksidatif sel polimormonuklear (PMN). FL merupakan zinc metal-
melepaskan tumor necrosis- (TNF-) dan interleukin-1 (IL-1) yang merupakan salah satu
faktor penyebab kematian mendadak. Sebagai respon terhadap toxin, tubuh akan membentuk
prostacycline) yang disebut juga proinflamatory cytokines. Pada waktu yang bersamaan
tubuh membentuk anti inflamatory cytokines (IL-10, IL-11, IL-13 dsb). Bila keduanya
seimbang akan terjadi homeostasis, bila proinflamatory lebih dominan, maka akan terjadi
Systemic Inflamatory Respons (SIRS). Plasmid pXO2 mengkode tiga gen (capB, capC dan
capA) yang terlibat dalam sintesis kapsul polyglutamyl. Kapsul menghambat proses
D. Gejala
Gejala umum penyakit antraks terjadinya demam dengan suhu badan yang tinggi dan
hewan kehilangan nafsu makan. Sedangkan gejala yang bersifat khs: gemetar, ngantuk,
lumpuh, lelah, kejang-kejang, mulas, bercak merah pada membran mukosa, mencret disertai
darah, sulit bernapas sehingga mati lemas dan terdapat bisul yang makin membesar berisi
nanah kental berwarna kuning. Manusia yang terinfeksi dan menderita penyakit antraks
ditandai dengan gejala: suhu badan tinggi, mual-mual dan terjadi pembengkakan kelenjar
Rata-rata masa inkubasi antraks lebih dari 7 hari, bisa juga 60 hari bahkan lebih
Gejala klinis antraks pada manusia dibagi menjadi 4 bentuk yaitu antraks kulit,
Indonesia. Masa inkubasi antara 1-5 hari ditandai dengan adanya papula pada inokulasi,
rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, yang dalam waktu 2-3 hari membesar menjadi vesikel
berisi cairan kemerahan, kemudian haemoragik dan menjadi jaringan nekrotik berbentuk
ulsera yang ditutupi kerak berwarna hitam, kering yang disebut Eschar (patognomonik).
Selain itu ditandai juga dengan demam, sakit kepala dan dapat terjadi pembengkakan
lunak pada kelenjar limfe regional.Apabila tidak mendapat pengobatan, angka kematian
berkisar 5-20%.
Masa inkubasi 2-5 hari.Penularan melalui makanan yang tercemar kuman atau
spora misal daging, jerohan dari hewan, sayur- sayuran dan sebagainya, yang tidak
dimasak dengan sempurna atau pekerja peternakan makan dengan tengan yang kurang
bersih yang tercemar kuman atau spora antraks.Penyakit ini dapat berkembang menjadi
tingkat yang berat dan berakhir dengan kematian dalam waktu kurang dari 2 hari.Angka
Gejala antraks saluran pencernaan adalah timbulnya rasa sakit perut hebat, mual,
muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut yang kadang-kadang
limfe daerah inguinal (lipat paha), perut membesar dan keras, kemudian berkembang
menjadi ascites dan oedem scrotum serta sering dijumpai pendarahan gastrointestinal.
3. Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Masa inkubasi : 1-5 hari (biasanya 3-4 hari). Gejala klinis antraks paru-paru
sesuai dengan tanda-tanda bronchitis.Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang
dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispneu, stridor, keringat berlebihan,
detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat.Kematian biasanya terjadi 2-3 hari
Terjadi karena komplikasi bentuk antraks yang lain, dimulai dengan adanya lesi
primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik dan kematian dapat terjadi
antara 1-6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan meningitis purulenta akut yaitu
demam, nyeri kepala hebat, kejang-kejang umum, penurunan kesadaran dan kaku kuduk.
E. Cara Penularan
melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang tercemar spora antraks.Penularan
juga bisa terjadi bila menghirup spora dari produk hewan yang sakit seperti kulit dan bulu.
Bacillus Anthrax (B.a) merupakan media penyaluran penyakit yang paling efektif.B.a. masuk
ke dalam tubuh lewat pakan atau air minum melalui mulut. Nanah yang keluar dari bisul
pecah banyak mengandung B.a. dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Darah ternak yang
mengonsumsi daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit tersebut. Meskipun
hanya mengonsumsi dalam jumlah kecil, B.a. mempunyai daya menimbulkan penyakit
sangat tinggi. Terlebih pada saat pertahanan tubuh manusia menjadi rendah akibat:
kelaparan, defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol), kepayahan, iklim yang jelek (sangat
Disamping itu penularan pada manusia dapat melalui luka.Seyogianya peternak yang
memiliki luka pada bagian tubuhnya tidak masuk kandang ternak atau merawat ternak yang
diduga terserang penyakit antraks.Penularan penyakit dari manusia ke manusia jarang terjadi
Antraks atau dikenal dengan radang limpa pada hewan dapat menyerang hewan:
Sapi, Babi, Kuda, Kerbau, Kambing, Domba, Binatang buas, Burung unta, itik dan Angsa.
tanda-tanda sebelumnya, keluar darah dari dubur, mulut, dan lubang hidung, darah berwarna
merah tua seperti ter. Pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung (limpa),
Pada penyakit antraks yang berlangsung perakut domba dan sapi banyak yang
mengalami kematian dalam waktu singkat. Proses yang berlangsung perakut tersebut
biasanya ditandai dengan gejala klinis berupa hewan tiba-tiba menjadi lemah secara
mendadak, demam, sesak nafas dapat juga disertai kekejangan dan keluarnya darah dari
lubang-lubang tubuh. Kematian berlangsung dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
Beberapa penderita dapat pula mengalami keluron dan mungkin akan mengalami
pembengkakan oedematous yang lunak dan panas pada jaringan di bawah kulit, terutama
pada bagian bawah perut dan pinggang. Lesi tersebut tidak menghasilkan suara krepitasi
pada saat dilakukan palpasi, hal ini disebabkan karena bacillus anthracis tidak membentuk
terjadi sehari ataupun lebih lama bila dibandingkan dengan penyakit pada ruminansia.
Pada Babi, penyakit biasanya berlangsung lebih ringan dan berbentuk sebagai
faringitis dan bersifat subakut. Septisemia tidak ditemukan pada babi Radang yang terdapat
pada kelenjar limferegional yang bersifat septic akan menghilang secara spontan, meskipun
Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu antraks kulit, saluran
pencernaan, saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang disebut antraks otak atau
meningitis. Antraks kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga spora
Bacillus anthracis dapat masuk melalui kulit.Antraks saluran pencernaan yang disebabkan
karena spora Bacillus anthracis yang tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai
Adapun pada manusia penularan penyakit antraks seringnya melalui hal-hal sebagai
berikut :
1. Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah atau rumput, hewan yang sakit,
maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang
dan darah.
2. Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu
mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora
Antraks.
3. Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll.
1. Langkah Pencegahan
ketersediaan vaksin.Untuk itu, Dinas Peternakan atau Pertanian harus bertanggung jawab
insiden tinggi
d. Anggota militer yang dikerahkan ke daerah daerah dengan resiko tinggi untuk
terkena
e. BioThrax atau Antraks vaksin diserap a. Dibuat oleh Bioport dan jalur paparan tidak
penting
f. Diberikan secara subkutan 5 mL pada minggu 0,2 dan 4 dan pada bulan 6, 12, dan 18
2. Langkah pengobatan
menunjukkan respon yang lebih bagus ketika clindamycin 600 mg (iv)/ 8 jam atau 300
mg (po)/8 jam plus rifampicin 300 mg (po)/12 jam plus golongan quinolone
(levofloksasin).
a. Antraks Kulit
b. Procain Penicilline 2 x 1,2 juta IU, secara IM, selama 5-7 hari
c. Benzyl Penicilline 250.000 IU, secara IM, setiap 6 jam, sebelumnya harus dilakukan
3. Langkah Pengawasan
Langkah ini untuk memantau kesehatan ternak secara umum di suatu wilayah
waktu.Peternak harus diyakinkan bahwa ternak yang keluar (dijual) atau yang masuk
ternak-ternak yang sakit tidak berpindah wilayah sehingga penyebaran penyakit dapat
.Hanya daging yang berasal dari ternak yang sehat yang boleh diperdagangkan dan
Hubungan baik antara petugas atau tim pembina dan pembimbing dengan
masyarakat peternak harus tetap dipelihara dan dipupuk, melalui kegiatan pendidikan
endemik antraks. Langkah pembinaan dan pembimbingan tersebut antara lain dengan
mengadakan kegiatan:
domba dan babi) dengan tekanan pada manajemen pencegahan dan penanganan
penyakit.
c. Pelatihan usaha ternak potong guna meningkatkan keterampilan peternak, meliputi:
Dengan kegiatan ini maka peternak akan merasa diperhatikan dan menjadi lebih
tahu sehingga lebih mudah dilibatkan dalam upaya pengendalian penyakit antraks.(Dr.Ir.
a. Penutupan wilayah terhadap lalu lintas (keluar-masuk) ternak maupun lalu lintas
umum.
b. Mengisolasi ternak yang sakit pada suatu tempat yang terpindah dari lalu lintas
ramai.
c. Penyucihamaan ternak yang sakit, dengan cara: lantai ditaburi kapur, membuka atap
kandang hingga sinar matahari dapat menjangkau seluruh luasan kandang selama
d. Segera lakukan vaksinasi terhadap seluruh ternak yang masih sehat di seluruh
kawasan.
e. Jangan melakukan otopsi atau bedah mayat karena berisiko tinggi terhadap
penyebaran
f. Yakinkan tidak ada ternak sakit yang disembelih dan dagingnya dikonsumsi oleh
masyarakat. Bila ada, segera bawa konsumen ke rumah sakit untuk mendapat
g. Bakar bangkai ternak yang mati sampai habis atau kubur pada kedalaman 2,50 m di
dalam tanah. Sebelum bangkai ditimbun dengan tanah, tutuplah dengan kapur atau
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Antraks merupakan penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan
bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Sel bakteri tersebut
seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi. Spora tumbuh subur secara berkoloni
2. Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora. Manusia terinfeksi antraks
melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang tercemar spora antraks.
Penularan juga bisa terjadi bila menghirup spora dari produk hewan yang sakit seperti
kulit dan bulu. Penularan penyakit antraks pada manusia pada umumnya karena manusia
mengonsumsi daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit tersebut.
Meskipun hanya mengonsumsi dalam jumlah kecil, B.a. mempunyai daya menimbulkan
penyakit sangat tinggi. Terlebih pada saat pertahanan tubuh manusia menjadi rendah
akibat: kelaparan, defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol), kepayahan, iklim yang jelek
(sangat dingin/panas) dan cekaman (stres). Disamping itu penularan pada manusia dapat
melalui luka. Seyogianya peternak yang memiliki luka pada bagian tubuhnya tidak
masuk kandang ternak atau merawat ternak yang diduga terserang penyakit antraks.
Penularan penyakit dari manusia ke manusia jarang terjadi meskipun ada kontak
3. Cara penanggulangan antraks dapat melalui upaya upaya , antara lain pemberian vaksin
kepada orang orang yang dapat menjadi agent penular antraks, pemberian obat
misalnya penicilin dengan dosis yang tepat, melakukan pengawasan, bimbingan dan
penyuluhan.
B. Saran
berhati hati.Selalu memakai alat pelindung diri dan menjaga hygiene perorangan agar tidak
dapat lebih meningkatkan pemahaman dan pecegahan secara dini. Jika terjadi infeksi segera
di bawa ke rumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan dan di harapkan tidak menular
DAFTAR PUSTAKA
Buku-20pedoman-20klb-20epid-20penyakit-202011
Buku Saku Antraks Bagi Petugas Puskesmas Terbitan Dinas Kesehatan Tahun 2010.