Anda di halaman 1dari 26

Anthrax

Oleh :
Damianus Ati
Margit CH. P. Tungga
Triastuty I. Sukemi
DEFENISI
 Antraks adalah suatu penyakit akut
disertai demam yang ditandai
dengan bakteriemia yang bersifat
terminal pada kebanyakan spesies
hewan.
 Antraks merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bacillus anthracis,
bersifat zoonosis yang berarti dapat
ditularkan pada manusia.
Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
SEJARAH
Anthrax atau penyakit radang limpa merupakan
salah satu penyakit zoonosis di Indonesia yang
disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini selalu
muncul setiap tahun serta menyebabkan kerugian
yang besar bagi peternak.

Dahulu, penyakit ini dikatakan sebagai penyakit


kutukan karena menyerang orang yang telah
disisihkan di masyarakat, bahkan bangsa Mesir
pun pernah terkena panyakit ini kira-kira 4000
tahun sebelum masehi.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LANJUTAN…

Anthrax ditemukan oleh Heinrich


Hermann Robert Koch pada tahun 1877,
sedangkan Louis Pasteur adalah ilmuwan
pertama penemu vaksin yang efektif
untuk Anthrax pada tahun 1881.
Pada tahun 1975, penyakit ini ditemukan
di enam daerah yaitu Jambi, Jawa Barat,
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara
Barat Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara.
Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LANJUTAN…

Menurut data yang ada saat ini terdapat


11 provinsi yang endemis anthrak yaitu
Jambi, Sumatera Barat, DKI Jakarta
(Jakarta Selatan), Jawa Barat (Kota
Bogor, Kab. Bogor, Kota Depok), Jawa
Tengah (Kota Semarang, Kab. Boyolali),
NTB (Sumbawa, Bima), NTT (Sikka,
Ende), Sulawesi Selatan (Makassar, Wajo,
Gowa, Maros), Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Utara dan Papua.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
ETIOLOGI
 MORFOLOGI
• Bacillus anthracis adalah kuman bersifat gram
positif yg berbentuk spora & tidak tahan asam.
• Didalam tanah, kuman ini membentuk spora yg
tahan terhadap suhu tinggi sinar matahari, tahan
kekeringan & tahan terhadap desinfektan.
• Spora tetap hidup selama bertahun-tahun (50-60
tahun) didalam tanah, didalam air diantara
rambut hewan (wol) dan kulit

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LANJUTAN…

 PERTAHANAN HIDUP

Dalam mempertahankan siklus hidupnya, Bacillus


anthracis membentuk dua sistem pertahanan,
yaitu :
kapsul
spora.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
EPIDEMIOLOGI
1. AGENT
Pada penyakit antraks agent utamanya yaitu
bakteri Bacillus anthracis. Bacillus anthracis
adalah organisme berbentuk batang yang
sifatnya aerobik, gram positif, tidak bergerak,
dan mampu membentuk spora .
2. HOST
Dalam hal ini yang menjadi host pada penyakit antraks
yaitu manusia dan hewan ternak itu sendiri. Manusia yang
terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak
langsung dengan hewan sakit, Menghirup spora dari
hewan yang sakit, spora antraks yang ada di
tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora
antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan
yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah.
Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LANJUTAN…

3. LINGKUNGAN
Lingkungan yang kemungkinan penyebaran
penyakit antraks lebih cepat yaitu pada daerah
peternakan dan pada iklim kering dan cuaca
panas. Dalam hal ini, iklim kemungkinan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung cara bagaimana ternak kontak dengan
spora antraks.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
JENIS-JENIS PENYAKIT
ANTRAKS
 Cutaneous anthrax.
 Gastrointestinal anthrax.
 Inhalational anthrax.
 Oropharyngeal anthrax.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
PATOGENESIS
Kebanyakan infeksi terjadi melalui
selaput lendir, selanjutnya kuman
akan memasuki cairan limfe dan
kemudian berakhir di dalam darah.
Basil menyebar melalui saluran
getah bening ke dalam aliran darah,
kemudian menuju ke jaringan,
terjadilah sepsis yang dapat
berakibat kematian.
LANJUTAN…

Pada antraks inhalasi, spora Bacillus


anthracis dari debu wol, rambut atau kulit
terhirup, terfagosit di paru-paru,
kemudian menuju ke limfe mediastinum
dimana terjadi germinasi, diikuti dengan
produksi toksin dan menimbulkan
mediastinum haemorrhagic dan sepsis
yang berakibat fatal.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
MASA INKUBASI DAN MASA
KLINIS
1. MASA INKUBASI
Masa inkubasi penyakit relatif singkat yaitu 1
sampai 5 hari.
2. MASA KLINIS
Pada pernafasan diawali dengan panas,
menggigil dan mialgia dengan nyeri dada pada
3-5 hari setelah menginhalasi spora antraks.
Setelah 1-2 hari berikutnya pasien memburuk
menjadi panas tinggi, sesak nafas hebat,
sianosis (badan biru), sakit dada yang terasa
“remuk” dan syok.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
GEJALA KLINIS
 Gejala klinis penyakit Antraks pada manusia
Dibedakan berdasarkan tipe penyakit Antraks :
 Cutaneous anthrax. Gejalanya berupa benjolan yang
awalnya kecil dan kemudian membesar. Benjolan ini bisa
sangat gatal. Masa inkubasinya (masa yang dibutuhkan
dari sejak masuk hingga menjadi penyakit) adalah sekitar 5
-7 hari. Lalu, benjolan menjadi terisi cairan dengan
diameter 1-3 cm. Lama-kelamaan, benjolan berair ini akan
membentuk luka seperti lecet dengan bagian pinggiran
yang kemerah-merahan. Di hari ke-7 hingga ke-10 terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening; sakit kepala; dan
demam.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LANJUTAN…

 Inhalational anthrax. Gejalanya pertama muncul


di hri ke-1 sampai hari ke-7. Akan tetapi
menghilang setelah 60 hari. Gejala yang terjadi
pada inhalational anthrax biasa adalah berupa
flu, sakit tenggorokan, demam, dan sakit otot.
Adapun untuk inhalational anthrax yang tidak
biasa (membahayakan), gejala bisa ditambah
dengan sesak napas dan demam tinggi.
Kematian bisa terjadi dalam 24-36 jam setelah
gejala berkembang.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LANJUTAN…

 Gastrointestinal anthrax. Gejala terjadi di


hari ke-1 sampai ke-6 yang berupa
kerusakan/borok lambung; borok lidah dan
tonsil; sakit tenggorokan; hilang selera
makan; muntah-muntah; dan demam.
Gejala ini bisa ditambah dengan sakit
bagian perut; muntah darah; dan berak
darah. Dalam 2 hingga 4 hari; cairan akan
mengisi rongga perut. Kematian akan
terjadi di hari ke-2 sampai hari ke-5

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LANJUTAN…

 Oropharyngeal anthrax. Gejala yang


terjadi berupa demam;
pembengkakan kelenjar getah
bening di leher; sakit tenggorokan
yang berat; susah menelan; serta
sakit lambung dan lidah.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
 Gejala Penyakit Anthrak Pada Hewan
 Perakut (sangat cepat)
terjadi sangat mendadak dan segera mengikuti
kematian, sesak napas, gemetar, kemudian
hewan rebah kadang terdapat gejala kejang.
 Bersifat akut (cepat)
demam (suhu tubuh mencapai 41,50C), gelisa,
sesak napas, kejang, dan diikuti kematian,
kadang sesaat sebelum kematian kelaur darah
kehitaman yang tidak membeku dari lubang
kumlo (lubang hidung, mulut, telinga, anus
dan alat kelamin). Pada kuda dapat terjadi
nyeri perut (kolik) diare berdarah, bengkak
daerah leher dada, perut bagian bawah dan
alat kelamin bagian luar.
Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
Cara Penularan dan Penyebaran
Penyakit Antraks
Tipe penularan dan penyebaran penyakt antraks :
 Melalui kulit, spora masuk ke dalam kulit yg luka
& lecet, atau melalui folikel rambut krn tanpa
sengaja menjamah spora tsb, akan
menimbulkan ulcus atau luka yg permukaannya
warna hitam dikulit.
 Melalui usus, penularanya melalui konsumsi
daging mentah atau kurang matang berasal dr
hwn yg skt antraks,tandanya mencret atau
muntah darah.
 Melalui paru, tertular karena spora terhirup,
sangat berbahaya krn menimbulkan sesak nafas
& radang paru2 shg menimbulkan kematian
Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
Cara Pencegahan
o Lapor ke dinas peternakan setempat kalau ada
hewan yang sakit dengan gejala antraks
o tidak dibolehkan menyembelih hewan sakit
antraks
o hewan hanya boleh disembelih di rumah potong
o jika hewan dipotong diluar rumah potong harus
mendapat izin lebih dulu dari dinas peternakan
setempat.
o tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging yang
berasal dari hewan yang sakit antraks

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LANJUTAN…
o laporkan ke dinas kesehatan apabila menjumpai
penderita atau tersangka antraks
o bila ada penderita dengan gejala-gejala antraks
segera berobat ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat
o hewan yang peka terhadap antraks seperti sapi,
kerbau, domba, kambing, kuda, secara rutin
harus divaksinasi Antraks
o dianjurkan untuk tidak memandikan tubuh orang
yang meninggal karena Antraks
o Dilarang membuat atau memproduksi barang-
barang yang berasal dari hewan seperti kerajinan
dari tanduk, kulit, bulu, tulang yang berasal dari
hewan sakit/mati karena penyakit Antraks.
Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
CARA PENGOBATAN
• Pemberian antibiotik; penisilin,
tetrasiklin, dan streptomisin.
• Jika penderita mengalami toksis
berat dpt diberi serum scalvo.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
CARA PENGENDALIAN
cara-cara pengendalian khusus untuk menahan penyakit
dan mencegah perluasannya. Seperti dilakukannya
tindakan mengasingkan hewan -hewan yang menderita
anthrax, hewan ternak yang sakit dilarang disembelih
karena ada kemungkinan hewan tersebut terkena penyakit
antrhax , bangkai hewan yang mati karena anthrax harus
segera dibinasakan dengan dibakar habis atau dikubur
dalam-dalam, untuk mencegah perluasan penyakit melalui
serangga dipakai obat-obat pembunuh serangga, hewan
yang mati karena anthrax dicegah agar tidak dimakan oleh
hewan pemakan bangkai , dan tindakan sanitasi umum
terhadap orang yang kontak dengan hewan penderita
penyakit dan untuk mencegah perluasan penyakit.

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LAMPIRAN

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
LAMPIRAN (2)

Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011
Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2011

Anda mungkin juga menyukai