adenoma hipofisis.
Pada orang dewasa, hormon pertumbuhan (GH)
berlebihan menyebabkan akromegali, sindroma yang
khas di tandai dengan pertumbuhan yang berlebihan
tulang-tulang setempat, terutama tengkorak dan
mandibula.
Pada anak-anak, dan masa adolesen kelebihan GH
yang kronis menyebabkan terjadinya gigantisme.
Penyebab
Sekresi ektopik GH juga telah di identifikasi sebagai
Patologi
Adenoma hipofisis yang menyebabkan akromegali
Patofisiologi
Pada akromegali, sekresi GH menngkat dan kontrol
Gambaran Klinis
Gejala dan tanda-tanda:
Manifestasi dini mencakup poliferasi jaringan lunak di sertai
pembesaran kaki dan tangan serta penggeradakan gambaran
wajah. Keadaan ini di sertai dengan produksi keringat,
minyak di kulit, kelelahan dan penambahan berat badan.
Perubahan kartilago dan tulang terutama timbul di wajah dan
tengkorak.
Pertumbuhan jaringan lunak terutama mengenai tangan dan
kaki yang akan menjadi besar, tebal dan berisi.
Penebalan kulit secara generalisata
Adanya akne, kista sebaseus dan moluska fibromata, juga
akantosis nigrikans di aksila serta leher dan
hpertrikosisnpada wanita.
lanjutan
Hasil pemeriksaan laboratorium
Kadar glukosa plasma postprandial mungkin meningkat
dan kadar insulin serum meningkat pada 70% pasien.
Diagnosis
Akromegali biasanya jelas secara klinis dan dapat
Terapi
Semua pasien akromegali harus di terapi untuk
Terapi radiasi
Iradiasi konvensional supervoltage dengan dosis 45005000 rads, berhasil pada 60-80% pasien walaupun kadar
GH mungkin tidak kembali normal sampai beberapa
tahun setelah terapi.
Terapi Medikamentosa
Bromokiptin suatu agonis dopamin berdaya kerja lama,
mengurangi kadar GH pada 60-80% pasien walau hanya
40% yang kadarnya menjadi kurang dari 10 ng/mL atau
lebih rendah.
Pencegahan tersier :
1. Operasi
2.
3.
OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah
penurunan asimtomatik pada
jumlah tulang.
Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai
Besarnya Masalah
Ostoeporosis paling sering terjadi pada wanita kulit putih
Jarang
Postmenopause
Juvenil
Senilis
Dewasa Muda
Hipogonadisme (ooforektomi)
Osteogenesis Imperfekta
Abnormalitas kromosom
Imobilisasi
Perpindahan
Neplasma (misal:mieloma)
Disappearing bones
Sindroma Cushing
Hipertiroidisme
Penykit penimbunan besi
a)
Etiologi
Defisiensi Kalsium
e)
e)
e)
e)
Aktivitas Fisik
latihan/ Peningkatan aktivitas fisik pada massa tulang dapat
menimbulkan amonera (penurunan densitas tulang yang nyata), dilain
pihak Latihan dapat mencegah kehilangan tulang postmenopause.
Fraktur Sebelumnya
Wanita yang pernah menderita fraktur panggul mempunyai resiko dua
kali lebih besar menderita fraktur panggul kontralateral.
Kondisi medis lainnya
Keadaan yang dapat memperburuk kehilangan tulang berkaitan dengan
umur dan mwnopause termasuk hiperparatiroidisme
primer,hipertiroidisme,sindroma cushing,gagal ginjal kronis,dll.
Pengobatan
Glukokortikosteroid dapat menyebabkan osteoporosis berat pada
pasien hiperadrenalkortisolisme (penyakit cushing). Hormon tiroid
Penurunan densitas tulang telah terlihat pada orang yang mendapat
dosis hormon terapi yang sedikit lebih tinggi dari dosis fisiologis.
d) Imobilisasi
e) Defisiensi Vitamin C dan hemokromatosis
f) Osteoporosis Migratori dan Atrofi Sudeck
transiliaka.
Tomogram
Gambaran Klinis
A. Gejala dan Tanda
Kiposis dorsal dan berkurangnya tinggi badan
Tanda-tanda kelainan lain: misal sindroma cushing yang
Terapi
A. Penyakit endokrin atau osteoporosis yang disebabkan oleh obat:
komplikasi Osteoporosis seperti, fraktur patah tulang. Halhal yang dapat dilakukan bila sudah terjadi patah tulang
akibat osteoporosis :
1.Operasi
2.Pemasangan gips
3.Penggunaan korset/brace
4.Penggunaan tongkat/kursi roda
5.Program rehabilitasi medis
Diabetes insipidus
Merupakan kelainan akibat defisiensi kerja ADH dan ditandai dengan keluarnya urin sangat
banyak yang tidak mengalami pemekatan.
Diabetes insipidus diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme
neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam
mengkonversi air. Diabetes insipidus terbagi 2 macam, yaitu diabetes insipidus sentral
(CDI) dan diabetes insipidus nefrogenik (NDI). (Smeltzer et al, 2004).
Diabetes insipidus
Diabetes insipidus sentral
(neurogenik)
Diabetes insipidus
nefrogenik
Diabetes insipidus
nefrogenik
Penderita mengalami penyakit ginjal
kronik atau gagal ginjal.
poliuria
Diabetes insipidus
neurogenik
Diabetes insipidus
nefrogenik
Polidipsia psikogenik
rendah
rendah
Interpretasi
Pengukuran osmolalitas
D. Radioimmunoassay
Radioimmunoassay sensitif untuk vasopresin sekarang sudah
tersedia yang memungkinkan pengukuran ADH plasma,
Sampel plasma acak mempunyai nilai kecil; kadar harus
diukur sebagai bagian uji dinamik , baik selama uji deprivasi
cairan atau dengan infus salin hipertonis. Kadar plamma
harus diintepretasikan berdasarkan berdassarkan nomogram
hubunganya dengan osmolalitas plasma. Pasien dengan
diabetes insipidus nefrogenik mempunyai kadar ADH
normal atu meningkat setelah terjadi deprivasi cairan,
memberikan perbedaan jelas dari diabetes insipidus bentuk
sentral. Pasien dengan diabetes insipidus sentral parsial
memperlihatkan kenaikan konsentrasi plasma ADH lebih
kecil dari normal setelah dehidrasi atau infus salin
hipertonis.
Pencegahan Primordial
Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan
Pencegahan Primer
Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan primer meliputi
Pencegahan Sekunder
Kegiatan ini meliputi pemeriksaan
Pencegahan Tersier
Pemeriksaan pemantauan yang diperlukan untuk
PENYAKIT METABOLIK
Penyakit metabolik (metabolic disorder) adalah penyakit
medis yang berkaitan dengan produksi energi di dalam
sel manusia (atau hewan). Kebanyakan penyakit
metabolik adalah penyakit genetik atau penyakit
keturunan, meski sebagian di antaranya disebabkan
makanan, racun, infeksi, dan sebagainya. (Wikipedia,
2009). Penyakit metabolik ini timbul dikarenakan adanya
gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai
jenis makanan yang tidak terkendali serta gangguan
faal tubuh yang sejalan dengan proses degenerasi
(Pythoparmasy, 2009).
PENYAKIT METABOLIK
Gangguan Metabolik Karbohidrat
GANGGUAN METABOLISME
KARBOHIDRAT
1
Galaktosemia
Glikogenesis
Fruktosuria
Pentosuria
Hipoglikemia
DIABETES MELITUS
(HIPERGLIKEMIA)
DEFINISI
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif, yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis
(Soegono, 2004).
Berdasarkan WHO Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup memproduksi insulin, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah (hyperglycaemia) (WHO, 2008)
PENYEBAB
Beberapa faktor yang dapat menyuburkan dan sering merupakan faktor
1.
2.
3.
4.
5.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Faktor yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi
antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas, faktor
lingkungan dan faktor makanan (R.M. Tjekyan, S.,
2007).
GEJALA KLINIS
Beberapa gejala klinis pada penderita diabetes, yaitu :
Polidipsia
Polifagia
Poliuria
Kesemutan
Berat badan turun
Gatal
Mata kabur
Abses/ luka
Cepat lelah/ mengantuk
TERAPI/ PENGOBATAN
Prinsip Pengobatan DM:
1. Diet
2. Penyuluhan
3. Exercise (latihan
fisik/olah raga)
4. Obat: Oral
hipoglikemik, insulin
5. Cangkok pankreas
Tujuan Pengobatan:
1.
Mencegah komplikasi akut
dan kronik.
2.
Meningkatkan
kualitas
hidup,
dengan
menormalkan
KGD,
dan
dikatakan penderita
DM
terkontrol, sehingga sama
dengan orang normal.
3.
Pada ibu hamil dengan DM,
mencegah
komplikasi
selama hamil, persalinan,
dan komplikasi pada bayi.
PENCEGAHAN
1.
Lanjutan..
Kebijakan mengenai pembatasan atau pengawasan pada restoran makanan cepat saji di
perkotaan.
2.
Lanjutan..
Lanjutan..
3. Pencegahan Sekunder Sasaran utama pada mereka
yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu melalui diagnosa dini serta
pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.
Early diagnosis
a. Skrining melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
(hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali
saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan
diagnosis DM). Diperlukan pemastian lebih lanjut
dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik
kadar glukosa darah puasa
126mg/dl, kadar
glukosa darah sewaktu 200mg/dl pada hari yang
lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO)
didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan
200mg/dl
Lanjutan..
Skrining juga dapat dilakukan pada mereka yang
memiliki faktor risiko cukup tinggi yang tentu saja
diperkuat dengan pemeriksaan kadar glukosa darah
Prompt Treatment
a. Obat Hipoglikemik Oral
b.
- Golongan sulfonilurea
- Golongan biguanid
- Golongan inhibitor Alfa Glukosidase
Terapi Insulin
Lanjutan..
4. Pencegahan Tersier penderita penyakit tertentu,
dalam usaha mencegah bertambah beratnya
penyakit atau mencegah terjadinya cacat atau
komplikasi serta program rehabilitasi. Melalui:
a) Prinsip 3J : Tepat (Jadwal, Jenis, Jumlah),
mendapatkan diet yang tepat pada jadwalnya
(tidak boleh ditunda atau disimpan untuk nanti),
interval/jarak waktu antara makan kurang lebih
3 jam, dan jenis bahan makanannya harus tepat
b) Tidak mengkonsumsi bahan makanan yang
tidak boleh dimakan: gula batu, gula pasir, gula
jawa, madu, sirup, selai, susu kental manis, kue
manis, dodol, cake, abon manis, dendeng manis
Lanjutan..
c) Bumbu yang harus dibatasi : kecap asin, manis, petis, saos
tomat, magi
d) Kumur sesudah makan (tidak boleh ada sisa makanan dalam
mulut karena akan menjadi sumber infeksi)
e) Penderita harus pandai menggunakan Daftar Makanan
Pengganti agar tidak bosan dengan diitnya peran keluarga
f) Penderita harus melapor ke dokter apabila merasa lapar
ataupun kelebihan dengan diitnya (jangan melebihi atau
mengurangi makanan, berkonsultasilah terus terang kepada
dokter yang merawat)
g) Energi yang diberikan harus cukup untuk bekerja sehari-hari
sesuai dengan jenis pekerjaannya dan untuk mencapai berat
badan normal
HIPOGLIKEMIA
DEFINISI
Suatu keadaan abnormal dimana kadar glukosa
dalam darah < 50/60 mg/dl (Standards of
Medical Care in Diabetes, 2009; Cryer, 2005;
Smeltzer & Bare, 2003)
PENYEBAB
aktifitas fisik yang sangat berat, puasa, atau sengaja
hanya makan dalam jumlah sangat sedikit dalam
waktu yang lama. Hipoglikemia juga dapat terjadi
akibat efek samping pemakaian obat-obat diabetes.
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi,
yang diberikan kepada penderita diabetes untuk
menurunkan kadar gula darahnya
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar
adrenal
Kelaianan pada penyimpanan karbohidrat atau
pembentukan glukosa di hati
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 1914 Hilliger di Eropa telah melaporkan hubungan antara kadar gula darah
rendah dan morbiditas / mortalitas pada anak wanita 5 tahun dengan muntah berulang
dan ketonemia, gejalanya berulang bila puasa khususnya bila masukan karbohidrat
dibatasi.
Di Amerika pada tahun 1924, Ross dan Josephs di RS Johns Hopkins, melaporkan
seorang anak muntah berulang dengan hipoglikemia dan ketoasidosis metabolik saat
infeksi akut, didiagnosis sebagai hipoglikemia ketotik.
Pada tahun 1937, Hartmann dan Jaudon berpostulasi bahwa manifestasi klinis
hipoglikemia adalah akibat kekurangan dekstrosa pada sistem saraf pusat
Pada pertengahan tahun 1950an, penelitian perintis oleh Cornblath, Lubchenko,
McQuarrie dkk memperluas pemahaman kita tentang hubungan antara hipoglikemia
pada bayi baru lahir dan mortalitas yang menyertainya.
Lanjutan..
Di Indonesia , secara umum insidens hipoglikemia pada bayi baru lahir berkisar antara
1 5 /1000 kelahiran hidup. Pada bayi yang lahir dari ibu diabetes 8% - 25%, pada bayi
preterm 15%, secara umum pada bayi risiko tinggi 30% terjadi hipoglikemia. Guthrie R
(1970), dalam penelitiannya pada bayi risiko tinggi, mendapatkan insidens hipoglikemia
asimptomatik 7,5%.. Gutbenlet and Cornbbath, mengevaluasi hipoglikemia secara
prospektif dari tahun 1971 1973, mendapatkan insiden pada neonatus 4,4 / 1000
kelahiran hidup, untuk BBLR 15,6 / 1000 BBLR.
Dalam sebuah penelitian, 80% pasien dengan hipoglikemia nokturnal tidak memiliki
gejala. Insiden hipoglikemia pada bayi baru lahir ialah mencapai 1,3 - 3,0 / 1000
kelahiran hidup. Hipoglikemia juga bisa terjadi sampai 14% bayi-baru-lahir yang sehat
dan dilahirkan dengan masa kehamilan normal. Dan 16% pada bayi-baru-lahir BMK
(besar untuk masa kehamilan) yang dilahirkan dari ibu yang menderita diabetes.
ETIOLOGI
Peningkatan produksi insulin
pankreas
Aktivitas fisik yang berlebihan
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau
pembentukan glukosa di hati.
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu
tinggi
Asupan karbohidrat kurang
GEJALA KLINIS
TERAPI/ PENGOBATAN
Glukosa Oral
Setelah diagnosa hipoglikemia ditegakkan, 10-20 g glukosa oral harus segera
diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly, atau 150-250 mL minuman yang
mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola.
Glukosa Intramuskular
Bila pasien telah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa
oral 20 g dan dilanjutkan dengan pemberian 40 g karbohidrat dalam bentuk tepung
untuk mempertahankan pemulihan.1
Glukagon Intravena
Glukagon intravena harus diberikan berhati-hati. Pemberian glukosa intravena 50 %
terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 ml glukosa 20 % atau 150-200 ml glukosa 10%
dianggap lebih aman.
PENCEGAHAN
1. Primordial
Pemulihan kesehatan :
GALAKTOSEMIA
Diagnosis Klinis
Galaktosemia Classic (G/G) menyajikan
PENCEGAHAN PRIMORDIAL
PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA IBU MENGENAI SUSU
FORMULA YANG DIBERIKAN KEPADA BAYI
Pencegahan Primer
semua produk susu harus segera diganti oleh formula
yang bebas laktosa Ketersediaan hayati (misalnya,
Isomil atau Prosobee ).
pembatasan diet pada semua makanan yang
mengandung laktosa (produk susu, saus tomat, dan
permen) dan obat-obatan (tablet, kapsul,
ditambahkan ramuan yang mengandung laktulosa)
Pencegahan Tersier
Pengawasan
individu yang terkena harus dipantau secara
rutin. Jika meningkat tiba-tiba terdeteksi, sumber
makanan dari galaktosa kelebihan harus dicari atau
evaluasi dilakukan untuk penyebab lainnya,
termasuk infeksi.
GANGGUAN METABOLISME
PROTEIN
Hypoproteinemi
1
Pirai / Gout
Fenilketonuria
Alkaptonuria
Sistinuria
Pengertian
Gout atau pirai adalah bagian dari penyakit reumatik
ynag diakibatkan oleh kondisi hiperurisemia ( peningkatan
kadar asam urat akibat gangguan pada metabolisme asam
urat). Karena sebagian besar menyerang sendi, maka
disebut artritis gout (peradangan pada sendi akibat gout).
Penyakit ini termasuk ke dalam jenis penyakit
heterogen sebagai akibat deposisi Kristal monosodium urat
pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam
ekstraseluler.
Epidemiolo
gi
Di Indonesia prevalensi hiperurisemia kira-kira
2,6-47,2% (variasi pada berbagai populasi). Sedangkan
gout juga bervariasi antara 1-15,3% :
Pada suatu studi didapatkan insidensi gout :
0,1% pada kadar <7 mg/dL
0,5% pada kadar 7-8,9 mg/dL
4,9% pada kadar asam urat darah >9 mg/dL Insidensi
kumulatif gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun,
pada kadar asam urat >9 mg/dL
Pada umumnya menyerang laki-laki (90%) usia
dewasa muda sekitar 40 tahun, sedangkan pada wanita
penyakit ini lebih banyak menyerang mereka yang telah
mengalami menopause.
Penyebab
Penumpukan
purin dan
ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Kadar asam urat normal :
o Laki-laki : < 7 mg/dL
o Perempuan : > 6 mg/dL
Nutrisi dan konsumsi
makanan dengan kadar
purin tinggi.
Faktor usia. Sebagian besar
gout menyerang orang
berusia >40tahun
Adanya komplikasi seperti
penyakit darah, penyakit
sumsum tulang dan
polisitemia, konsumsi obat
obatan, alkohol, obesitas,
Tanda dan
Gejala
Gejala khas dari serangan
artritis gout ialah :
pembeng-kakan
Kemerahan
nyeri hebat
Panas, dan
gangguan gerak dari
sendi yang terserang
yang terjadi mendadak
(akut) yang mencapai
puncaknya kurang dari
24 jam.
Patofisiolog
i
Gangguan metabolisme purin
(disebabkan oleh)
3. Fagositosis
Kristal
difagositosis
oleh
leukosit
membentuk
fagolisosom dan akhirnya,
membrane vakuol disekeliling
Kristal
bersatu
dengan
membrane leukosit lisosom
4. Kerusakan lisosom
Mekanisme
selanjutnya
terjadi
kerusakan
lisosom.sesudah
selaput
Kristal protein dirusak, terjadi
ikatan
hydrogen
antara
permukaan Kristal membrane
lisosom.
Peristiwa
ini
menimbulkan
robekan
membrane
lisosom
dan
penglepasan
enzim-enzim
dan oksida radikal kedalam
sitoplasma
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel
Diagnosis
Dalam mendiagnosis
seseorang terkena pirai,
dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan
penunjang, seperti :
Pemeriksaan radiologi XRay
Pemeriksaan lab
(Asam urat) Pada serum
dan urin
Pemeriksaan cairan sendi
Tes kimia
a. Asimptomatik
Pada tahap ini, meskipun kadar asam urat dalam darah meningkat, tetapi
tidak menimbulkan gejala.
b. Akut
Serangan pertama mendadak dan memuncak, menyebabkan rasa nyeri
yang hebat pada sendi yang terkena. Biasanya, disertai tanda peradangan,
seperti pembengkakan sendi, panas, dan tampak kemerahan. Serangan
dapat cepat berlalu dan kembali lagi dalam waktu tertentu.
c. Interkritikal
Merupakan masa bebas dari gejala sakit diantara dua serangan gout akut.
Banyak penderita yang mengalami serangan kedua dalam 6 bulan sampai 2
tahun. Serangan yang tertunda tersebut dapat terjadi karena tidak diobati
secara terus menerus.
d. Kronis
Jika gout tidak dirawat secara baik, akhirnya akan menjadi kronis. Pada
kondisi ini, rasa nyeri disendi berlangsung secara terus menerus serta
terdapat timbunan kristal asam urat yang banyak didalam jaringan lunak,
tulang rawan, selaput diantara tulang dan rendo, timbunan asam urat
tersebut membentuk tofus.adapun radang kronik dan endapan asam urat,
membuat
Pencegahan Primordial
Penyediaan sarana dan prasarana olahraga untuk masyarakat
Pembatasan minuman beralkohol
Pencegahan Primer
a. Health Promotion
polong,
Pencegahan Sekunder
a. Early diagnosis
Pencarian kasus gout
Penyediaan peralatan tes kadar asam urat dan obat-obatan untuk
penyakit tersebut Prompt Treatment
Pemeriksaan Kadar Asam urat di dalam darah.Kadar asam urat dalam
darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl dan padawanita lebih dari 6
mg/dl, maka dikatakan menderita asam urat tinggi
yangmemicuterjadinya gout.
kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800
mg/24 jam pada diet biasa atau lebih dari 600 mg/ 24 jam pada diet
bebas purin.
Pencegahan Tersier
Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi
Menghindari konsumsi makanan yang mengndung purin
Olahraga secara teratur
Menerapkan pola hidup sehat
Pengobatan
a. Untuk hiperurisemia: allopurinol
GANGGUAN METABOLISME
LEMAK
Obesitas
Hiperlipidemia
Niemann-Pick
Gaucher
Tay Sachs
Defisiensi Lemak
Kelaparan (Starvation)
Gangguan Penyerapan (Malabsorption)
Penyakit Celiac
Penyakit Sprue
Penyakit Whipple
Hiperlipidemia
Pengertian
Hiperlipidemia adalah
keadaan meningkatnya
kadar lipid darah dalam
lipoprotein ( kolesterol
dan trigliserida), atau
penurunan kadar HDL,
atau kombinasi dari
abnormalitas kedanya
tersebut.
Hiperlipidemia dibagi
menjadi 2
Hiperlipidemia
Primer
Hiperlipidemia
Penyebab
Hiperlipidemia primer
Kelainan genetic : reseptor LDL
Epidemiologi
Gejala Klinis
Tidak menimbulkan
gejala
Kadar trigliserida sangat
tinggi ( 800 mg / dL,
normal 120 200 mg/dL
) bisa menyebabkan
pemebesaran hati, limpa,
dan gejala pankreatitis (
nyeri perut yg hebat )
Faktor Risiko
Tidak dapat dimodifikasi
Usia
Genetik
Gender
Dapat dimodifikasi
Gula darah tinggi
Kelebihan BB
Kurang aktifitas
Intake alcohol
berlebihan
Diet tinggi kalori dan
tinggi lemak
Merokok
Stress
Pencegahan
1. Primordial
2. Primer
Health Promotion
Mempertahankan dan meningkatkan PHBS
Pendidikan mengenai pola makan dengan
Gizi berimbang
Specific Protection
Anjuran untuk olahraga 3x 1 minggu
selama 30 menit
Menjaga BB ideal
Berolahraga secara teratur
Melakukan diet rendah lemak dan
kolesterol
Berhenti merokok
Lanjutan..
3.
4.
Sekunder
Early Diagnosis
Pemeriksaan darah
Prompt Treatment
Pengaturan pola makan
Olahraga teratur
Terapi pada penderita
Tersier
a. Pengobatan
Terapi farmakologi
b. Rehabilitation
Meningkatkan
PHBS
Olahraga teratur
atau perbanyak
aktifitas fisik
untuk membakar
lemak dalam
tubuh
Penyakit Hiperlipidemia
Gaucher
Definisi : penumpukan glukoserebrosid (produk metabolisme lemak) di
dalam jaringan.
Etiologi : Kelainan genetik yang menyebabkan penyakit gaucher bersifat
resesif. Penderita memiliki 2 gen yang abnormal sehingga dapat
menyebabkan penyakit ini.
Gejala : Penyakit ini menyebabkan pembesaran hati dan limpa serta
pigmentasi kecoklatan pada kulit. Penimbunan glikosesrebrosid di dalam
mata menyebabkan bintik kuning yang di sebut pinguekula. Penimbunan
glukosesrebrosid di dalam sumsum tulang dapat menyebabkan nyeri
Epidemiologi : Penyakit gaucher adalah lipidosis yang paling sering terjadi.
Penyakit Gaucher banyak ditemukan pada orang-orang Yahudi Ashkenazi
(Eropa Timur).
1.
Tay Sachs :
Definisi: penumpukan gangliosida, yang merupakan produk metabolisme lemak, di dalam
jaringan.
Etiologi : disebabkan oleh mutasi genetik pada gen pada kromosom 15 hexa. Sejumlah
besar mutasi Hexa telah ditemukan, dan yang baru masih sedang dilaporkan. Mutasi ini
mencapai frekuensi yang signifikan dalam beberapa populasi.
Gejala :
TSD kekanak-kanakan : biasanya muncul untuk enam bulan pertama kehidupan.
Kemudian, seperti sel-sel saraf menjadi menggelembung dengan gangliosides, terusmenerus kemerosotan kemampuan mental dan fisik terjadi. Anak menjadi buta, tuli,
dan tidak dapat menelan
Dewasa/akhir Onset TSD : Gejala banyak, yang hadir dalam remaja atau awal masa
dewasa, termasuk pidato dan menelan kesulitan, getaran dari gaya, spasticity,
penurunan kognitif dan penyakit jiwa, terutama schizophrenic-seperti psikosis.
Epidemiologi : Penyakit Tay-Sach adalah penyakit langka.
Etiologi
Obesitas
1.
Pengertian
Istilah
yang
sering
digunakan untuk adanya
kelebihan berat badan.
Kata Obesitas berasal
dari bahasa latin yaitu
makan berlebihan, tetapi
saat
ini
obesitas
didefinisikan
sebagai
kelainan atau penyakit
yang
ditandai
dengan
penimbunan
jaringan
lemak
tubuh
secara
berlebihan
2.
suku/bagsa
3.
4.
5.
6.
pola makan,
7.
obat-obatan,
8.
9.
Jenis kelamin
Epidemiologi
Dalam
riset
IHME,
merujuk Riset Kesehatan
Dasar 2007 dan 2010,
Indonesia masuk 10 besar
negara
dengan
orang
gemuk
terbanyak.
Menurut Riskesdas 2013,
prevalensi orang gemuk
lebih besar.
Lebih dari 40 juta orang
dewasa di Indonesia yang
obesitas atau kegemukan.
Hal itu setara jumlah
penduduk Jawa Barat,
provinsi dengan jumlah
Gejala klinis
GEJALA KLINIS Berdasarkan
distribusi jaringan lemak,
dibedakan menjadi :
apple shape body
(distribusi jaringan lemak
lebih banyak dibagian dada
dan pinggang)
pear shape body/gynecoid
(distribusi jaringan lemak
lebih banyak dibagian
pinggul dan paha)
Faktor risiko
Gaya hidup
Faktor Genetik
Hal
lain
yang
juga
dapat
menyebabkan terjadinya obesitas
adalah
faktor
genetik,
yaitu
sebanyak 25-35 %.
Pencegahan
1. Primordial
2. Pencegahan primer :
3.Pencegahan
sekunder :
menurunkan
prevalensi
obesitas
4.Pencegahan
tersier :
mengurangi
obesitas dan
komplikasi
penyakit yang
ditimbulkannya
Obesitas
Pengertian
2.
3.
4.
suku/bagsa
pada suku tertentu kadang2 terlihat bnyak anggotany yg menderita obesitas
Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi sehat adalah bayi yang gemuk
Anak cacat, anak aktivitasnya kurang karena problem fisik atau cara mengasuH
Lanjutan
5. Meningkatnya keadaan
6.
7.
8.
9.
sosial ekonomi
seseorang
pola makan,
obat-obatan,
aktivitas, pola pikir dan
konsentrasi intake
makanan
Jenis kelamin
Patofisiologi
Epidemiologi
1. frekuensi
Frekuensi penyakit obesitas Menurut WHO, pada tahun
2. Distribusi
A. orang
menyerang semua golongan umur mulai dari anakanak, remaja maupun lansia.
B. tempat
Berdasarkan karakter tempat Penyakit obesitas
dapat terjadi di seluruh dunia, terutama dinegaranegara maju.
C. waktu
Berdasarkan karakter waktu Penyakit obesitas tidak
dipengaruhi oleh waktu karena penyakit ini dapat
terjadi kapan saja.
Factor Genetik
Umur Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Kebiasaan makan yang buruk Kebiasaan konsumsi
fast foos
Factor perkembangan Penambahan ukuran atau
jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
Faktor zat gizi yang dikonsumsi
Kemampuan daya beli
Gejala klinis
GEJALA KLINIS Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :
apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang)
pear shape body/gynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul dan paha)
Secara klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain :
wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap
leher relatif pendek dada membusung dengan payudara membesar
perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen
pada anak laki-laki : Burried penis, gynaecomastia
pubertas dini
genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan
bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit
Faktor risiko
Gaya hidup
Obesitas bisa terjadi karena banyak faktor, Namun, 90% obesitas terjadi karena gaya
hidup yang tidak sehat, kata dr. Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis gizi klinik dari
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Faktor Genetik
Hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas adalah faktor genetik, yaitu
sebanyak 25-35 %. Jadi, jika ada anggota keluarga Anda yang memiliki riwayat obesitas,
maka Anda memiliki risiko yang lebih tinggi menderita obesitas dibandingkan dengan
mereka yang tidak. Tapi faktor genetik juga berhubungan dengan masalah gaya hidup
yang kurang sehat, kata dr. Inge.
Faktor Lain
Beberapa hal lain yang turut berperan dalam obesitas adalah konsumsi obat-obatan
tertentu seperti obat depresi dan faktor usia. Saat usia Anda bertambah, maka kinerja
sistem metabolisme Anda akan menurun. Hal ini menyebabkan lemak menjadi lebih cepat
tersimpan
Pencegahan
Primordial
pemberlakuan sarana
prasarana olah raga
melakukan aktivitas
senam bersama-sama di
sekolah, tempat kerja,
atau pelayanan kesehatan
C. pencegahan sekunder :
melakukan pengawasan
terhadap BB
D. pencegahan tersier :
menjaga asupan zat gizi
dan melakukan aktivitas
fisik
mengkontrol keinginan
untuki makan
2.
3.