PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anthrax merupakan penyakit infeksi menular akut yang termasuk
salah satu dari penyakit penyakit zoonosis atau penyakit yang dapat
menular dari hewan ke manusia. Anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus
anthracis, suatu bakteri yang mempunyai kemampuan membentuk
endospora yaitu suatu
di
Indonesia,
Direktorat
Jenderal
Peternakan
sempat
penyakit anthrax.
Memberikan pemahaman tentang penyebaran penyakit anthrax dari
hewan ke manusia.
Memberikan pengetahuan tentang pengaruh vaksinasi penyakit anthrax
pada hewan dan manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Penyakit Anthrax
Antraks adalah penyakit yang disebabkan Bacillusanthracis . Penyakit
ini dapat menyerang hewan domestik maupun liar, terutama hewan
herbivora, seperti sapi, domba, kambing, beberapa spesies unggas dan dapat
menyerang manusia (zoonosis) (OIE, 2000 ; ToDAR, 2002). Antraks
toksin
sehingga
menyebabkan
kematian
(biasanya
waktu 48 - 96 jam . Sedangkan pada bentuk sub akut sampai dengan kronis,
terlihat adanya pembengkakan pada lymphoglandula pharyngeal karena
kumnn antraks terlokalisasi di daerah itu (OIE, 2000) . Di Indonesia,
kejadian antraks biasanya perakut, yaitu : demam tinggi, gemetar, kejangkejang, konvulsi, kolaps dan mati .
2.3 Gejala Penyakit pada Manusia
Antraks pada manusia dibedakan menjadi tipe kulit, tipe pencernaan,
tipe pulmonal dan tipe meningitis. Pada tipe kulit, B. anthracis masuk
melalui kulit yang lecet, abrasi, luka atau melalui gigitan serangga dengan
masa inkubasi 2 sampai 7 hari. Gejala klinis yang terlihat adalah demam
tinggi, sakit kepala, ulcus dengan jaringan nekrotik warna hitam di tengah
dan dikelilingi oleh vesikel-vesikel dan oedema. Jika tidak diobati tingkat
kematian dapat mencapai 10 - 20% dan jika diobati kurang dari 1%
(DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003; WHO, 1998; APIC, 2005). Pada tipe
pencernaan (gastrointestinal anthrax), B. anthracis dapat masuk melalui
makanan terkontaminasi, dan masa inkubasinya 2 sampai 5 hari. Mortalitas
tipe ini dapat mencapai 25 - 60% dan dibedakan menjadi antraks intestinal
dan antraks oropharingeal. Pada antraks intestinal, gejala utama adalah
demam tinggi, sakit perut, diare berdarah, asites, dan toksemia. Antraks
oropharingeal, gejala utamanya demam tinggi, sakit tenggorokan,
pembesaran limfoglandula regional, dan toksemia (DEPARTEMEN
KESEHATAN, 2003; WHO, 1998; APIC, 2005). Tipe pernafasan
(Pulmonary anthrax) terjadi karena terhirupnya spora B. anthracis dengan
masa inkubasi 2 - 6 hari. Jalannya penyakit perakut sulit bernafas, sianosis,
koma dan mati. Tingkat kematian bisa mencapai 86% dalam waktu 24 jam
(DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003; WHO, 1998; APIC, 2005). Tipe
meningitis, merupakan komplikasi gejala demam tinggi, sakit kepala, sakit
otot, batuk, susah bernafas atau lanjutan dari ke-3 bentuk antraks yang telah
disebutkan di atas. Tingkat kematian dapat mencapai 100% dengan gejala
klinik pendarahan otak (WHO, 1998). Gambar I menggambarkan jumlah
kejadian antraks pada manusia baik yang meninggal maupun tidak.
Kejadian antraks pada manusia di Indonesia paling banyak adalah tipe kulit
dan beberapa tipe pencernaan (penyebab kematian).
2.4 Cara Penularan
Wilayah yang terserang antraks biasanya lebih bersifat terbatas.
Daerah-daerah yang terserang antraks biasanya memiliki tanah yang bersifat
alkalis dan kaya bahan-bahan organik (Subronto, 2003 dalam Yakin, 2010).
Sumber utama infeksi kuman adalah tanah dan air. Wabah dapat pula
menyebar melalui pakan. Padang rumput yang baru saja menerima air
berlebihan bisa juga menjadi penyebab penyakit ini. Kuman masuk ke
dalam tubuh melalui pencernaan makanan. Selain itu juga bisa masuk
melalui pernafasan. Spesies sapi biasanya yang paling banyak menderita
penyakit antraks (Subronto, 2003 dalam Yakin, 2010).
Faktor yang mempercepat penularan penyakit antraks adalah
musim panas, kekurangan makanan dan keletihan. Hewan yang mati karena
antraks menunjukkan bakteriamia yang hebat. Pada waktu bangkai dibuka
untuk pemeriksaan, oksigen yang ada diudara akan segera mengubah
2.6 Model Penyebaran Antraks pada Hewan dan Manusia dengan Vaksin
Model penyakit Antraks dibangun dengan mengadaptasi model SIRS
yang terinfeksi ( I 1)
terinfeksi
( S1 ) populasi Hewan
( R1 ) , populasi
( R2 ) , Model
Vh
1 Sh I h
Sh N h
A
1
Vm
2
3 Sh I h
N
2m
B
V hr
1
Ih
Rh
1
1
2
2 Sm I m
Sm N
Im
Rm
2
V mr
2
Sm
Ih
Im
Rh
Rm
Vh
V hr
Vm
V mr
Nh
Nm
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer, Jurusan
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tadulako.
3.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah laptop dengan
spesifikasi : processor intel core-i3, sistem operasi windows 8.1 64-bit ,
menggunakan software Android Studio dan Microsoft Word serta alat tulis
menulis. Adapun lebih detailnya adalah sebagai berikut :
Windows 8.1 64-bit sebagai sistem operasi pada komputer yang
digunakan.
Android Studio sebagai aplikasi utama pembuatan Aplikasi Android.
SDK (Software Development Kit) untuk mengembangkan aplikasi pada
platform Android .
Xampp untuk menjadikan komputer sebagai server yaitu apache,
Web.
Notepad++ sebagai aplikasi untuk membuat dan mengedit text, html,
BAB IV : Hasil dan Pembahasan, yang berisi hasil dan pembahasan dari
model penyakit Antraks pada populasi hewan dan populasi manusia dengan
vaksin.
BAB V : Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.
3.6 Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 4 bulan. Untuk
rincian jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Waktu Pelaksanaan (2015)
Januari
Kegiatan
No.
1
Persiapan
Penelitian
Studi
Literatur
Membangun
model
Menganalisis
Model
Simulasi
Penyusunuan
skripsi
3 4
Februari
1
Maret
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
April
4
DAFTAR PUSTAKA
Adji, R.S., dan Natalia L., 2006, Antraks, Pengendalian Penyakit Antraks:
Diagnosis, Vaksinasi dan Investigasi, Balai Besar Veteriner, Bogor, 16 (4).
Astiti, L.G.S., 2010, Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada
Ternak Sapi, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Nusa Tenggara Barat.
Binongko, A., 2012, Penyakit Menular,
https://adhienbinongko.wordpress.com/2012/12/01/anthrax-epidemiologipenyakit-menular/#respond (Diakses pada tanggal 2 Oktober).
Darmayanti, R.S., Saraswati, L.D., Wuryanto, M.Arie, 2012, Gambaran FaktorFaktor yang Terkait dengan Antraks pada Manusia di Desa Karangmojo
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali Tahun 2011, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Diponegoro, Vol.1: 454-465.
Dartini, Ni Luh., dan Narcana, I Ketut., 2011, Kasus Antraks di Kabupaten Sabu
Raiju Provinsi Nusa Teanggara Timur Tahun 2011, Balai Besar Veteriner,
Denpasar, 23(79).
Dinkes Provinsi Jawa Tengah., 2011, Penanganan Penyakit Antraks pada
Manusia di Jawa Tengah
http://mpu.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/2011/antrax_jateng.pdf
(Diakses pada tanggal 2 Oktober 2015).
Edwards, C.H. dan D.E. Penney, 2001, Differential Equation and Linear Algebra,
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Hardiningsih, A.Y., 2010, Kajian Model Epidemk SIR Deterministik dan Stokastik
pada Waktu Diskrit, Skripsi S1 Tidak Dipublikasi Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Surabaya: Institut
Pertanian Teknologi Sepuluh November.
H.S, Gigieh. S, 2012., Pengaruh Pendididkan Kesehatan Tentang Pencegahan
Penyakt Antraks Terhadap Pengetahuan dan Sikap Peternak Sapi di Desa
Brojol Miri Sragen, Skrpsi S1 Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Martindah, E., dan S. Wahyuwardani, 1998, Pola Kasus Antraks pada Ternak di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jurnal Ilmu Ternak dan Balai Penelitian
Veteriner 3(1): 39-46, Bogor.
Rahmawati, A., 2012, Antraks, Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan
Upaya Pencegahan Penyakit Antraks pada Peternak Sapi di Desa Sempu
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali, Skripsi S1 Naskah Publikasi
Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
S. Hardjoutomo., dan M.B. Poerwadikarta., 1996, Kajian Retrospektif Antraks di
Daerah Endemik Menggunakan Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay
(ELISA), Balai Penelitian Veteriner, Bogor, 2 (2): 127-131.
Tanzil Kunadi, 2013., Aspek Bakteriologi Penyakit Antraks, Bagian Mikrobiologi
Unversitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, 1(1).
Yakin, E.A., 2010, Vaksinasi Anthrax di Indonesia, Widyatama, , 19(1).