Anda di halaman 1dari 3

Anggini Putri Husada

C031191002

A. Masalah One Health di Indonesia


1. Penyakit Antrax
Anthrax adalah penyakit serius yang disebabkan oleh infeksi bakteri antraks
atau Bacillus anthracis. Bakteri ini biasa ditemukan di dalam tanah. Walau biasanya
menjangkiti hewan, penyakit anthrax juga bisa menyerang manusia.
Penyakit anthrax menyerang hewan ternak atau hewan liar, seperti sapi, domba,
kambing, unta, kuda, dan babi. Infeksi bisa terjadi ketika hewan tersebut menghirup
atau menelan spora bakteri yang ada di tanah, tanaman, atau air yang telah
terkontaminasi bakteri anthrax.
Kasus penyakit anthrax masih dilaporkan muncul di beberapa daerah, yaitu
Yogyakarta, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Nusa Tenggara Timur. Kasus terakhir terjadi pada tahun 2017 di Jawa Timur dan
Yogyakarta. Sampai pada tahun 2017 apabila dilihat seluruh kejadian Anthrax di 34
provinsi di Indonesia, maka kasus Anthrax telah terjadi di 22 provinsi dan hanya 7
provinsi yang tidak pernah dilaporkan terjadi kasus yaitu Aceh, Riau, Bangka Belitung,
Maluku Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat.
Kasus anthrax sering kali muncul di awal tahun yang bertepatan dengan musim
hujan di Indonesia. Departemen Kesehatan juga masih melakukan langkah antisipasi
dan pemantauan penyakit anthrax secara lebih ketat saat menjelang hari-hari perayaan
keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Adha, di mana masyarakat banyak mengonsumsi
daging hewan pada hari-hari tersebut.
Seseorang dapat terkena penyakit anthrax dalam waktu sekitar 1 hingga 5 hari
setelah terpapar bakteri anthrax.Ketika sudah berada di dalam tubuh, bakteri anthrax
akan berkembang biak lalu menghasilkan racun yang dapat menyebabkan penyakit
anthrax.
Proses penularan penyakit antraks pada manusia bisa melalui beberapa cara,
yakni:
a. Infeksi anthrax melalui luka terbuka di kulit
Ini merupakan cara penularan penyakit anthrax yang paling umum terjadi pada
manusia.
b. Infeksi anthrax melalui saluran pernapasan
Hal ini bisa terjadi ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri
anthrax, sehingga bakteri dapat memasuki paru-paru. Meski sudah dilakukan
pengobatan, komplikasi yang fatal akibat infeksi anthrax pada saluran pernapasan
kadang masih juga terjadi.
c. Infeksi anthrax melalui saluran pencernaan
Minum air atau mengonsumsi daging yang sudah terinfeksi bakteri anthrax tanpa
mengolahnya hingga matang juga bisa membuat seseorang terjangkit penyakit ini.
Kontaminasi melalui cara ini akan menyerang organ-organ dalam sistem
pencernaan.
Selain melalui ketiga cara di atas, bakteri penyebab penyakit anthrax juga dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui jarum suntik. Penularan penyakit anthrax
malalui cara ini biasanya terjadi pada pengguna narkoba suntik yang memakai jarum
suntik secara bergantian.

2. Peran Dokter Hewan dalam Menangani Hal Tersebut


a. Melakukan penyuluhan di masyarakat mengenai penyakit antrax.
b. Memerhatikan hewan-hewan khususnya pada daerah-daerah endemic antrax.
c. Melakukan pemeriksaan terhadap hewan ternak yang akan disembeli(ante mortem)
dan yang telah disembeli(post mortem).
d. Melakukan vaksinasi hewan yang rentan terkena antrax.
e. Memberikan pakan yang bergizi bagi hewan yang rentan antrax
f. Memisahkan hewan yang sehat dengan hewan yang terkena virus antrax.

B. Masalah One Health di dunia


1. Penyakit ebola
Ebola adalah penyakit akibat infeksi virus mematikan, yang bisa menyebabkan
demam, diare, serta perdarahan di dalam tubuh penderitanya. Hanya 10% penderita
Ebola yang selamat dari infeksi virus ini, tetapi penyakit ini jarang terjadi.
Genus Ebolavirus adalah 1 dari 3 anggota keluarga Filoviridae (Filovirus),
bersama dengan genus Marburgvirus dan genus Cuevavirus. Genus Ebolavirus terdiri
5 spesies yang berbeda, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus
(EBOV), Reston ebolavirus (RESTV), Sudan ebolavirus (SUDV), Taï Forest
ebolavirus (TAFV).
BDBV, EBOV, dan SUDV telah dikaitkan dengan wabah penyakit Ebola besar
di Afrika, sedangkan RESTV dan TAFV belum. Spesies RESTV ditemukan di Filipina
dan Tiongkok, dapat menginfeksi manusia, tetapi tidak ada laporan penyakit atau
kematian pada manusia dari spesies ini hingga sekarang.
Hingga saat ini, belum ditemukan kasus Ebola di Indonesia. Namun, sikap
waspada dan langkah pencegahan terhadap penyakit yang mewabah di benua Afrika ini
tetap perlu dilakukan. Salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan dan
menerapkan pola hidup sehat setiap hari.
Penyebaran virus Ebola diduga berawal dari interaksi antara manusia dengan
hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar, monyet, atau simpanse. Sejak itu, penularan
virus mulai terjadi antarmanusia. Darah atau cairan tubuh penderita dapat masuk ke
dalam tubuh orang lain melalui luka pada kulit atau lapisan dalam hidung, mulut, dan
dubur. Cairan tubuh yang dimaksud adalah air liur, muntah, keringat, ASI, urine, tinja,
dan air mani.
Virus Ebola juga dapat menular melalui kontak dengan benda yang telah
terkontaminasi oleh cairan tubuh penderita, seperti pakaian, seprai, perban, dan jarum
suntik. Namun demikian, Ebola tidak ditularkan melalui udara, atau melalui gigitan
nyamuk. Penderita Ebola juga tidak dapat menularkan virus ke orang lain hingga gejala
penyakit muncul.
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan seseorang berisiko terkena virus Ebola, yaitu:
 Bepergian ke negara yang memiliki kasus Ebola
 Petugas medis
 Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita
 Peneliti hewan
 Mempersiapkan pemakaman korban Ebola.

2. Peran Dokter Hewan dalam Menangani Hal Tersebut


a. Memeriksa hewan liar yang memungkinkan memiliki penyakit ebola
b. Saat memeriksa hewan agar tetap menggunakan perlengkapan yang sesuai
c. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar yang mengenai penyebaran
ebola
d. Memberikan vaksin pada hewan yang terinfeksi

Anda mungkin juga menyukai