Anda di halaman 1dari 14

A.

EBOLA
1. Pengertian
Ebola merupakan salah satu kasus emerging zoonosis yang paling
menyita perhatian publik karena kemunculannya yang sering dan memiliki
angka mortalitas yang tinggi pada manusia.
Ebola dalam bahasa lokal Lingala berarti “sungai hitam”. Istilah virus
Ebola awalnya berangkat dari demam berdarah Ebola atau Ebola
haemorrhagic fever. Nama tersebut, diganti menjadi virus Ebola atau Ebola
Virus Disease (EVD) sesuai dengan ICD-10.
Penyakit virus Ebola (sebelumnya dikenal sebagai Demam Berdarah
Ebola) adalah demam berdarah viral berat yang seringkali fatal dengan
angka kematian mencapai 90%. Sejak ditemukannya virus Ebola, telah
dilaporkan sebanyak 1850 kasus dengan kematian lebih dari 1200 kasus
diantaranya. Penyakit ini menyerang manusia dan hewan golongan
primata (monyet, gorila dan simpanse).
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae,
dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit
Ebola sangat mematikan. Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit
badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar
antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo.
Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh
atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5
sampai 10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100%
efektif dalam monyet, namun vaksin untuk manusia belum ditemukan.

2. Etiologi
Kejadian epidemik Ebola banyak terjadi pada rumah sakit yang tidak
menerapkan higiene yang ketat. Infektivitas virus Ebola cukup stabil pada
suhu kamar (20 ° C) tetapi hancur dalam 30 menit pada 60 ° C. Infektivitas
juga dihancurkan oleh dan iradiasi ultraviolet, pelarut lemak, b-
propiolactone, and commercial hypochlorite and phenolic disinfectants. b-
propiolactone, dan hipoklorit komersial dan desinfektan fenolik.
Virus Ebola memiliki struktur dari suatu Filovirus. Virionnya berbentuk
tabung dan bervariasi bentuknya. Biasanya selalu tampak seperti U, 6,
gulungan atau bercabang. Virion virus ini berukuran diameter 80 nm.
Panjangnya juga bervariasi, bahkan ada yang lebih dari 1400 nm, namun
biasanya hanya mendekati 1000 nm. Di tengah virion terdapat nukleokapsid
yang dibentuk oleh kompleks genom RNA dengan protein NP, VP35, VP30
dan L. Nukleokapsid berdiameter 40-50 nm dan berisi suatu chanel pusat
berdiameter 20-30 nm. Suatu glikoprotein sepanjang 10 nm yang sebagian
berada di luar sarung viral dari virion berfungsi membuka jalan masuk ke
dalam sel inang. Diantara sarung viral dan nukleokapsid terdapat matriks
yang berisi protein VP40 dan VP24.
Virus ebola termasuk famili Filoviridae. Famili Filoviridae ini terdiri
atas virus Ebola dan virus Marburg. Keduanya sama sama menyebabkan
penyakit demam akut dengan angka kematian yang tinggi. Virus ebola terdiri
dari Bundibugyo ebolavirus Reston Ebolavirus, Sudan ebolavirus, Zaire
ebolavirus, dan Tai Forest virus. Virus Reston adalah satu-satunya virus
ebola yang tidak berasal dari Afrika. Virus ebola Reston menyebabkan
infeksi yang fatal pada kera tetapi pada manusia hanya infeksi dengan sedikit
atau tanpa gejala klinis.
Virus dari famili Filoviridae (filovirus) adalah virus dengan partikel
virus terdiri dari satu helai rantai RNA. Virus berukuran 790-970 nanometer
panjangnya. Virus nampak dalam keadaan melengkung atau melilit.
Selubung lemak bagian luarnya sensitif terhadap pelarut lemak atau deterjen.
Virus akan rusak pada temperatur 600C dalam 30 menit dan dalam keadaan
asam tapi dapat hidup dalam darah pada temperatur ruangan. Bagian
permukaan virus mengandung glikoprotein yang berbentuk runcing yang
berperan pada penempelan virus ke sel inang. Glikoprotein ini kaya akan
kandungan gula sehingga dapat menghindari antibodi yang menetralkan
virus. Bentuk yang lebih kecil dari glikoprotein virus yang mengandung
antigen virus diproduksi oleh sel yang terinfeksi dan ditemukan pada
sirkulasi darah penderita. Adanya antigen virus yang bersikulasi ini diduga
menjadi mekanisme yang menghambat respon daya tahan tubuh penderita
terhadap protein permukaan virus atau dengan kata lain memblok aktivitas
antivirus tubuh penderita. Hal inilah yang menyebabkan virus ebola
mengakibatkan angka kematian tinggi.

(Gambar: virus ebola)

3. Cara Penularan dan Pencegahan


Virus ebola ini sering menimbulkan wabah. Awalnya infeksi virus
terdapat pada reservoir (makhluk hidup tempat virus hidup dan berkembang
biak) yang tidak diketahui. Manusia tertular akibat kontak erat dengan
makhluk/manusia lain yang terinfeksi virus atau melalui cairan tubuh
penderita.
Virus ebola memperbanyak diri dengan baik di semua sel manusia.
Proses perbanyakan diri virus membuat kematian sel inangnya. Antigen
virus dan virus banyak terdapat pada jaringan ikat bahkan pada kasus berat
ditemukan pada jaringan di bawah kulit. Dari sinilah virus dapat keluar
melalui celah antar kulit atau lewat kelenjar keringat dan dapat menular.
Penularan virus melalui udara terjadi pada virus Reston yang menular
melalui udara pada primata.

Pencegahan
a. Mengurangi risiko penularan dari hewan ke manusia
1) Hindari kontak dengan kelelawar pemakan buah atau primata non
manusia (monyet, simpanse, gorila) yang terinfeksi.
2) Jika berhubungan dengan binatang, gunakan pelindung, seperti sarung
tangan dan lainnya.
3) Daging harus dimasak hingga matang sebelum dikonsumsi.
4) Jauhi mengonsumsi daging hewan liar terutama di wilayah yang
menjadi epidemi ebola. Selain itu, hindari pula berdekatan dengan
hewan iar yang masih hidup di tempat tersebut.

b. Mengurangi risiko penularan dari manusia ke manusia lainnya


1) Hindari berpegian ke daerah yang diketahui sebagai tempat awal
ditemukannya wabah ebola. Dimungkinkan virus tetap berkembang
di daerah tersebut. Misalnya jika Anda ingin ke Afrika, cari tahu
terlebih dahulu negara yang selama ini menjadi lokasi penyebaran
penyakit ebola.
2) Jika sesudah bepergian dari tempat wabah Ebola, muncul gejala maka
SEGERA periksakan diri ke fasilitas kesehatan dan CERITAKAN
riwayat perjalanan Anda atau riwayat kontak dengan penderita. Saat
ini seluruh RSUD Provinsi sudah dibekali dengan kesiagaan dalam
menangani pasien Ebola.
3) Cuci tangan dengan air dan sabun atau cairan antiseptic dengan
kandungan alkohol minimal 60% membantu mencegah penularan
bakteri patogen dan virus.
4) Hindari kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi (keringat,
kencing, tinja, ludah, muntahan, cairan mani, ASI).
5) Hindari kontak dengan alat-alat yang digunakan pada orang terinfeksi
(pakaian, seprei, jarum suntik, peralatan medis lain).
6) Jangan menyentuh jenazah penderita penyakt virus Ebola.
7) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) jika harus bersentuhan dengan
orang berpenyakit virus Ebola.
8) Jika Anda bersama orang yang terinfeksi ebola, hindari kontak
fisik dengannya. Virus dapat menular melalui darah, air mani, cairan
vagina, hingga air liurnya. Penularan biasanya sangat cepat saat
penderita sudah meninggal atau dalam kondisi parah.

c. Melakukan pengendalian infeksi bagi fasilitas kesehatan


1) Terapkan perlindungan aktif, jika ada kecurigaan, (meskipun diagnosa
belum ditegakkan sepenuhnya) dengan menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD), menjaga higienitas tangan dan saluran pernafasan.
2) Sterilisasi alat-alat yang digunakan dengan prosedur yang benar.
3) Monitor petugas yang kontak dengan pasien serta pengunjung fasilitas
kesehatan.
4) Pahami prosedur pengendalian infeksi ebola. Petugas kesehatan
akan memandu untuk hal tersebut. Misalnya Anda akan
disarankan untuk memakai sarung tangan, masker, hingga
pelindung mata. Termasuk, Anda dituntut untuk paham cara
menyeterilkan alat kesehatan hingga cara membuang jarum yang
telah terpakai oleh penderita.
5) Kalau ada penderita ebola yang meninggal, jangan asal untuk
menangani. Pasalnya, virus masih bisa menyebar sekalipun penderita
tidak bernyawa lagi. Biarkan tim khusus yang menguburkannya
dengan prosedur tertentu.
6) Upaya kendali infeksi, seperti dekontaminasi, disinfeksi, dan sterilisasi
peralatan yang sesuai. Penggunaan disinfektan yang disetujui
pemerintah selalu lebih dipilih, namun di negara dengan sumber daya
yang terbatas, CDC juga merekomendasikan penggunaan larutan
natrium hipoklorit (pemutih) 500 ppm.
7) Lakukan tindakan pembersihan tangan menurut petunjuk lima waktu
WHO dan sebelum/setelah menggunakan sarung tangan.
8) Isolasi pasien yang diduga mengidap EVD dari kontak dengan orang
yang tidak dilindungi.
9) Jika pasien yang mengidap EVD meninggal, pencegahan kontak
langsung dengan jenazah juga sama pentingnya.
10) Praktik pengelolaan sampah yang memastikan penanganan sampah
dalam kantong anti-bocor, pengamanan benda tajam yang tepat, dan
penggunaan APD yang tepat saat menangani limbah apa pun.
Meskipun pembakaran adalah metode pembuangan yang lebih disukai,
di negara-negara yang memiliki sarana terbatas, WHO menyarankan
penguburan limbah sebagai alternatif.
11) Penanganan linen harus mencakup penggunaan kantong anti-bocor,
APD yang sesuai saat menangani linen kotor, menghindari prosedur
penyortiran dan pengolahan terlebih dulu, dan penilaian apakah
pencucian dapat membuat pakaian menjadi higienis. Meskipun
prosedur pencucian pakaian standar pelayanan kesehatan untuk kain
yang terkontaminasi mampu membuat kain higienis, karena bahaya
yang ditimbulkan oleh Ebola, CDC menganjurkan untuk membuang
kain yang terkontaminasi sebagai limbah medis teregulasi
(pembakaran). WHO menganjurkan pencucian jika hal itu dapat
dilakukan secara andal, dan jika tidak, pembakaran harus dilakukan.

4. Patofisiologi
Virus ebola dapat ditularkan melalui kontak dengan host yang terinfeksi
seperti kelelawar pemakan buah, dan mamalia lainnya (Kumulungui, et al,
2006) Transmisi virus ebola juga dapat melalui kontak langsung dengan
luka, atau cairan tubuh lainnya seperti feces, saliva, keringat, urin, muntah,
ASI, dan semen pasien yang terjangkit ebola (National Center for Emerging
and Zoonotic Infectious Disease, 2015)
Filovirus yang menjangkit ke host melewati transmisi kontak langsung
dengan cairan tubuh akan bereplikasi di monosit, makrofag, sel dendrit, sel
endotel, fibroblas, hepatosit, dan sel adrenal (Blaser, et al, 2014). Filovirus
yang menginfeksi fagosit mononuklear memicu produksi dan pelepasan
faktor protein prokoagulan dan sitokin pro inflamasi sehingga menyebabkan
berbagai kerusakan di tubuh (Bennett, et al) Inkubasi virus ini berlangsung
selama 7-10 hari, namun bisa lebih cepat (2 hari) atau lebih lama (21 hari)
(Michalek, et al, 2015)
Michalek, et al menambahkan, gejala klinis muncul dengan onset yang
mendadak, seperti demam yang diikuti dengan gejala yang mirip dengan flu,
yakni sakit kepala, malaise, myalgia, kemudian muntah dan diare. Hanya 30-
50% pasien yang mengalami gejala hemoragik. Pada kasus yang berat,
gejala ebola di karakteristikkan dengan kerusakan hati, gagal ginjal yang
diikuti dengan kerusakan multipel organ (multi-organ failure) dan
komplikasi sistem saraf pusat. Kematian disebabkan oleh kerusakan multiple
organ dan perdarahan berat. Pada fase terminal penyakit, pasien yang
terinfeksi mengalami perdarahan sangat berat di gastrointestinal yang
disebabkan oleh DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) yang
kasusnya relatif jarang terjadi. Pada kasus yang tidak fatal atau asimptomatik
biasanya dikaitkan dengan respon spesifik IgM dan IgG, respon cepat dan
awal inflamasi, termasuk interleukin β, interleukin 6, dan tumor necrosis
factor α.
Saat infeksi virus, deplesi dan nekrosis limfoid sering ditemukan di
limpa, timus, dan nodus limfe. Banyak sel limfoid menjadi apoptosis
sehingga terjadi deplesi limfoid dan limpopenia progresif. Terjadi nekrosis
fokal di berbagai organ di tubuh. Kelainan koagulasi merupakan
karakteristik utama dari infeksi filovirus. Banyak studi histologi dan
biokimia membuktikan munculnya DIC. Mekanisme DIC belum sepenuhnya
diketahui. Hasil dari banyak studi memaparkan pelepasan faktor jaringan
prokoagulan dari makrofag dan monosit yang terinfeksi berperan utama
dalam perkembangan koagulan yang abnormal. (Bennett, et al, 2014)
Infeksi filovirus yang juga dikarakteristikkan dengan sistem imunitas
yang tersupresi dan respon inflamasi sistemik dapat menyebabkan kerusakan
vaskular dan sistemimunitas, yang berujung pada kerusakan multipel organ
dan syok. Terdapat penelitian yang menyatakan filovirus menyebar di tubuh
melewati nodus limfe, liver, dan limpa (Michalek, et al, 2015)
5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala infeksi Ebola menyerupai gejala penyakit lain seperti flu,
Demam Berdarah Dengue dan malaria. Virus Ebola biasanya akan
memengaruhi kondisi fisik, salah satunya menggigil seperti gejala demam
berdarah dan malaria dan kelelahan. Gejala yang sering muncul adalah:
a. Demam
b. Sakit Kepala
c. Nyeri dan ruam (terjadi bisa dimulai dari bawah kulit, terkadang ruam
disertai nanah dan darah)
d. Kelelahan
e. Muntah (mungkin disertai darah)
f. Sakit perut
g. Pada wanita, terjadi pendarahan pada Miss V ketika terinfeksi virus ebola
h. Diare (mungkin disertai darah akibat pendarahan di usus)
i. Memar atau pendarahan yang tidak diketahui penyebabnya (termasuk dari
hidung, mulut, kulit, dan mata)
j. Nyeri Otot
k. Tubuh lemah, bisa menjadi sangat parah
l. Nyeri pada pangkal tenggorokan
m. Pada kasus berat terjadi napas cepat, tekanan darah rendah, koma, dan
tidak berkemih
n. Kehilangan daya pendengaran
o. Suara mendengung di telinga
p. Radang salah satu buah zakar
q. Radang kelenjar ludah parotis

Gejala-gejala awal infeksi virus Ebola bisa muncul dalam 2-21 hari
setelah terpapar, namun umumnya dalam 5-10 hari. Pada beberapa kasus,
gejala dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat daripada periode ini.
Penyakit virus Ebola tidak menular selama masa inkubasi. Penyakit virus
Ebola hanya dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Gejala
infeksi Ebola berkembang secara progresif dalam beberapa hari. Laki-laki
masih dapat menularkan virus Ebola melalui cairan mani hingga 7 minggu
sesudah sembuh dari penyakit virus Ebola. Gangguan penglihatan dan nyeri
sendi merupakan gejala-gejala pascapenyembuhan yang sering ditemukan.
Gejala klinis akan membaik bila kadar antibodi terhadap virus telah
menurun. Virus dapat dideteksi dengan pemeriksaan Enzyme Linked
Immunoabsorbent Assay (ELISA) dan fluorescent antibody testing.
Komplikasi yang dapat timbul pada infeksi virus ebola adalah komplikasi
pada mata, yaitu rasa nyeri pada mata, takut bila melihat cahaya karena rasa
tidak nyaman, mata berair dan penurunan ketajaman penglihatan.
Komplikasi lain adalah radang buah zakar dan hepatitis.
Jika Anda terpapar pada tanggal 1 bulan tertentu, amatilah apakah ada
gejala yang muncul antara tanggal 3-22 di bulan tersebut. Bila ada gejala
yang muncul, segeralah periksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit
setempat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Meskipun tingkat kematian untuk
wabah Ebola adalah 40-90%, alasan kematian atau tetap hidup belum
dipahami dengan baik. Diketahui bahwa orang yang meninggal karena EVD
belum membentuk respons kebal signifikan terhadap virus, namun sejumlah
faktor yang memengaruhinya belum dipahami dengan baik.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes polimerase chin reaction ( pcr)
b. ELISA
c. Deteksi antigen
d. Uji netralisasi serum
e. Mikroskop elektron
f. Isolasi virus dengan kultur sel

7. Penatalaksanaan medis
a. Tidak ada pengobatan standar untuk demam Ebola.
b. Pengobatan suportif dan termasuk meminimalkan prosedur invasif,
keseimbangan elektrolit, dehidrasi, menggantikan faktor koagulasi yang
hilang untuk membantu menghentikan pendarahan, menjaga kadar
oksigen dan darah, dan mengobati setiap infeksi rumit.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien seperti nama, usia, jenis kelamin, alamat, status
(menikah/belum), suku dan warga Negara
2. Keluhan utama : Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien infeksi
virus ebola untuk dating ke Rumah Sakit biasanya demam disertai
nyeri otot dan kelemahan fisik
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Timbul demam mendadak, kelemahan
yang sangat, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan; yang
disertai dengan muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati,
saat pemeriksaan laborat ditemukan penurunan tajam sel darah putih
dan trombosit serta terjadinya peningkatan enzim hati
4. Faktor Risiko: Apakah individu memiliki salah satu paparan berikut
selama 3 minggu terakhir?
a. Tinggal di atau perjalanan ke negara di mana wabah Ebola
terjadi (saat ini: Guinea, Liberia, dan Sierra Leone *).
b. Kontak dengan darah atau cairan tubuh dari pasien yang
diketahui memiliki atau diduga memiliki Ebola.
c. Penanganan langsung dari kelelawar atau primata non-
manusia dari daerah endemik penyakit.
5. Gejala: Apakah individu demam atau tanda-tanda berikut dan gejala
yang berhubungan dengan Ebola?
a. Demam lebih besar dari 38,0 °C atau 100,4 °F
b. Gejala seperti sakit kepala parah, nyeri otot, muntah, diare,
sakit perut, atau perdarahan yang tidak dapat dijelaskan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Hipertermia Setelah 1.Observasi keadaan 1.Mengetahui
b/d Proses dilakukan umum pasien perkembangan
penyakit tindakan keadaan umum dari
asuhan 2.Observasi tanda- pasien
keperawatan tanda vital 2.Mengetahui
selama 1x24 perubahan tanda-
jam diharapkan 3.Anjurkan pasien tanda vital pasien
masalah untuk banyak minum 3.Mencegah
hipertermi terjadinya dehidrasi
teratasi dengan 4.Anjurkan pasien sewaktu panas
kriteria hasil : untuk banyak istirahat 4.Meminimalisir
- Suhu tubuh produksi panas yang
5.Anjurkan pasien
dalam diproduksi oleh tubuh
untuk memakai
rentang 5.Membantu
pakaian yang tipis
normal mempermudah
6. Beri kompres hangat
- Nadi dan RR penguapan panas
dibeberapa bagian
dalam 6.Mempercepat dalam
7.Kolaborasi/delegatif
rentang penurunan produksi
dalam pemberian obat
normal panas
sesuai indikasi,
- Tidak ada contohnya: 7.Membantu dalam
perubahan paracetamol penurunan panas
warna kulit
dan tidak
ada pusing,
merasa
nyaman
Defisit Setelah 11.Kaji pengetahuan 1.Mempermudah
Pengetahuan diberikan klien tentang dalam memberikan
b.d penjelasan penyakitnya penjelasan kepada
Ketidaktahuan selama 2x pasien
menemukan pasien dapat 22.Jelaskan tentang
sumber mengetahui proses penyakit (tanda 2.Meningkatkan
informasi cara penularan dan gejala), dan cara pengetahuan kepada
dan mengerti penularankemungkinan pasien
proses 3. Jelaskan tentang
penyakitnya program pengobatan 3.Mempermudah

Dengan kriteria dan alternatif intervensi

hasil: pengobatan
- Pasien 4.Diskusikan
perubahan gaya hidup 4.Mencegah
mengerti
yang mungkin keparahan penyakit
tentang
bagaimana digunakan untuk
penularan mencegah komplikasi
penyakit
- Pasien dapat
menjelaskan
kembali
tentang
penyakit

https://www.academia.edu/11416234/Ebola
https://www.scribd.com/document/350054341/Patofisiologi-Ebola
https://www.scribd.com/document/349361537/Konsep-Asuhan-
Keperawatan-Ebola

Anda mungkin juga menyukai