Anda di halaman 1dari 16

1

Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Virus Ebola atau lebih dikenal dengan nama Ebola Virus Disease (EVD)
merupakan salah satu dari penyakit demam berdarah virus, disebabkan oleh
virus genus Ebolavirus. Penyakit ini pertama kali ditemukan tahun 1976 di
Kongo dekat Sungai Ebola. Terlambatnya WHO mengantisipasi penyebaran
EVD menimbulkan kekhawatiran di Negara yang berpotensi terkena, salah
satunya Indonesia. Meskipun di indonesia sejauh ini tidak ditemukan WNI
yang tertular EVD, pemerintah terus meningkatkan upaya pencegahan
masuknya EVD ini ke Indonesia, dengan cara melakukan skrining di bandara
bandara yang mealakukan rute penerbangan internasional. Bila ditemukan
wisatawan perjalanan dengan riwayat perjalanan dari Negara yang terjangkit
mengalami gejala penyakit ebola, akan dilakukan pemeriksaan dengan
tindakan lebih lanjut dan mencegah wisatawan melakukan perjalanan terlebih
dahulu sebelum hasil tes keluar.
Tidak hanya itu, pemerintah juga melakukan penyuluhan kepada
masyarakat luas untuk segera mendatangi pelayanan kesehatan bila dirinya,
keluarga maupun tetangga yang sakit mengalami tanda tanda EVD dan ada
riwayat perjalanan ke wilayah yang terjangkit wabah ebola. Selain itu
pemerintah indonesia telah memiliki cara tersendiri untuk mengangani dan
mencegahan penyebaran penyakit import seperti penyakit ebola ini. Upaya ini
melibatkan jajaran Kementrian Kesehatan, TNI/ Polri, dan kementrian/
lembaga terkait. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain pelaporan jika
diketahui terdapat penumpang sakit di pesawat sebelum kedatangan,
investigasi wisatawan yang sakit, dan jika perlu melakukan isolasi terhadap
wisatawan tersebut.
2

1.2 Tujuan
1.2.1 mengetahui pegertian dari virus ebola;
1.2.2 mengetahui mengakanisme penangan virus ebola di Etoumbi;
1.2.3 mengetahui efektifitas penanganan wabah ebola di Etoumbi;
1.2.4 mengetahui efek samping dan efektifitas keamanan wabah ebola di
Etoumbi.
3

Bab 2. Tinjauan Teori

2.1 Pengertian
Virus Ebola atau lebih dikenal dengan nama Ebola Virus Disease
(EVD) merupakan salah satu dari penyakit demam berdarah virus,
disebabkan oleh virus genus Ebolavirus. Penyakit ini pertama kali ditemukan
tahun 1976 di Kongo dekat Sungai Ebola. Sejak saat itu wabah ebola terus
bermunculan namun penyebarannya masih belum merata. Virus ini dapat
berakibat fatal jika tekena pada manusia, karena dapat menyebabkan
kematian. Ada lima jenis virus ebola yakni: Bundibugyo ebolavirus, Zaire
ebolavirus, Reston ebolavirus, Sudan ebolavirus, dan Tai Forest ebolavirus.
Namun hanya tiga virus yang dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit
pada manusia yakni Bundibugyo ebolavirus, Zaire ebolavirus, dan Sudan
ebolavirus. Sedangkan dua virus yang lain Reston ebolavirus dan Tai Forest
ebolavirus hanya menyebabkan penyakit pada binatang seperti primata.
Kelelawar buah, gorila dan simpanse diyakini sebagai reservoir
pembawa virus ebola ini. Penularan dapat terjadi melalui penanganan
bangkai hewan yang terkena virus ebola. Transmisi langsung virus ini diduga
ditularkan melalui kelelawar buah ke manusia. Penyakit ini dapat menyebar
melalui orang ke orang melalui kontak langsung dengan darah dan cairan
tubuh penderita yang terinfeksi, perawatan medis dan proses penguburan
tradisonal. Masa inkubasi penyakit ini 2 21 hari, pasien akan mengalami
sindroom seperti influenza. Gejala terjangkitnya virus ebola ini ditandai
dengan demam, sakit kepala, nyeri sendi, diare, muntah, muntah dan
dehidrasi. Kematian terjadi dengan kegagalan multi organ. Tidak ada vaksin
yang dapat mencegah penyebaran virus ini, karena itulah pasien yang terkena
virus ebola diberikan perawatan pendukung dan melakukan isolasi pada
pasien. Cairan tubuh pasien penderita ebola yang telah meninggal tetap dapat
menularkan virus ini, sehingga proses peenguburan tradisonal harus
ditinggalkan guna mencegah penularan virus lebih luas.
4

2.2 Mekanisme
Penanganan wabah ebola di banyak negara saat ini berfokus pada
pencegahan menyebarnya virus tersebut kepada masyarakat sekitar. Indonesia
lebih memfokuskan melakukan pencegahan dengan melakukan skrining di
bandara terhadap wisatawan manca negara maupun warga Negara Indonesia
yang pernah melakukan kunjungan ke daerah yang terjangkit wabah.
Pemerintah juga membuat selebaran tentang ebola, penyebab, gejala serta
pencegahan dan apa yang harus dilakukan jika kita jatuh sakit.
5

Bab 3. Intervensi yang disarankan

3.1 PICOT FRAME WORK


Analisis jurnal dari jurnal utama yang berjudul A limited outbreak of Ebola
hemorrhagic in Etoumbi, Republik of Congo, 2005. Berikut analisa jurnal
menggunakan analisis PICO:
1. Patient and Clinical Problem (P)
Penelitian ini difokuskan pada daerah Etoumbi dari pada daerah lain yang
juga dicurigai sebagai tempat yang dapat menyebabkan wabah.
Masyarakat daerah Etoumbi sebagian besar mencari nafkah dengan
berburu di hutan setempat dan mengelola makanan hasil buruan mereka.
Wabah ini diduga berasal dari kelelawar yang terinfeksi oleh virus ebola.
Jadi besar kemungkinan penduduk yang bekerja sebagai pemburu di
daerah Etoumbi dapat terinfeksi virus ini. Selain itu, pelayanan kesehatan
daerah Etoumbi juga tidak berfungsi optimal, penduduk Etoumbi lebih
memilih berkonsultasi dengan dukun setempat dari pada mengunjungi
puskesmas yang ada. Puskesmas Kongo daerah Etoumbi tidak memiliki
dokter dan tidak mempunyai ambulan. Pengelola puskesmas ini adalah
perawat.
2. Intervention (I)
Jurnal ini menjelaskan tentang peranan pemerintah dalam menangani
masalah wabah yang terjadi di daerah Etoumbi. Penanggulangan wabah
lebih difokuskan pada peanganan setelah terjadinya wabah. Pemerintah
mengerahkan tim kesehatan setelah wabah terjadi dan merebak di daerah
Etoumbi. Pemerintah melakukan tanggap bencana dengan membentuk tim
yang diarahkan untuk melakukan penelitian dan analisa terhadap masalah
yang dihadapi, kemudian mereka melakukan pendidikan kepada
masyarakat tentang wabah ebola dan pencegahannya.
6

3. Comparator (C)
Penanganan wabah di Etoumbi hanya berfokus setelah terjadinya bencana.
Pemerintah membentuk tim koordinasi yang bergabung dengan anggota
WHO untuk menanggulangi wabah ebola yang melanda daerah Kongo,
terutama lima daerah di Etoumbi. Tim melakukan interaksi dengan
penduduk baik secara langsung selama pertemuan publik atau melalui
tokoh masyarakat setempat. Masyarakat perempuan diidentifikasi dan
diberdayakan untuk meningkatkan kesadaran. Sebuah pencanang
tradisional dengan megafon juga digunakan untuk menyebarkan pesan
tentang penyakit dan pencegahannya.
4. Outcome (O)
Petugas kesehatan dari rumah sakit ini dan relawan Palang Merah dilatih
dalam teknik dilindungi perawatan, pemakaman aman, dan desinfeksi.
Tim yang sama bertanggung jawab untuk kebersihan di ruang isolasi,
penguburan aman, dan desinfeksi rumah kasus dan kematian. Tidak ada
kasus infeksi nosokomial terjadi. Korban yang meninggal dikuburkan oleh
relawan Palang Merah dalam kondisi aman.

3.2 Sumber Literatur


Jurnal utama yang penulis angkat untuk dianalisa adalah sebagai berikut:
No Judul Keterangan Sumber
1. A limited Nama Jurnal: Transactions of the ELSEVIER
outbreak of Royal Society of Tropical Medicine http://trstmh.oxf
Ebola and Hygiene ordjournals.org/c
haemorrhagic Tahun Terbit: 2011 ontent/105/8/466
fever in Peneliti: Dieudonn Nkoghe, .shorthttp://trstm
Etoumbi, Mamadou Lamine Kone, Adamou h.oxfordjournals.
Republic of Yada, Eric Leroy org/content/105/
Congo, 2005 8/466.short
7

Penulis dalam menganalisa jurnal membutuhkan jurnal pendukung dan artikel


pendukung untuk memperkuat analisa dari jurnal utama. Adapun jurnal dan
artikel pendukung yang memperkuat jurnal utama adalah sebagai berikut:
No Judul Keterangan Sumber
1. Ebola 2014 Nama Jurnal: The New England PERSPECTIVE
New Journal Of Medicine http://www.nejm
Challenges, Tahun Terbit: 2014 .org/doi/full/10.1
New Global Peneliti: Thomas R. Frieden, M.D., 056/nejmp14099
Response and M.P.H., Inger Damon, M.D., Ph.D., 03
Responsibility Beth P. Bell, M.D., M.P.H.,
Thomas Kenyon, M.D., M.P.H.,
and Stuart Nichol, Ph.D.

2. Ebola Nama Jurnal: American College of http://annals.org/


Hemorrhagic Physicians article.aspx?doi=
Fever in 2014: Tahun Terbit: 2014 10.7326/M14-
The Tale of an Peneliti: Carlos del Rio, MD; 1880&an_fo_ed
Evolving Aneesh K. Mehta, MD; G. Marshall
Epidemic Lyon III, MD; and Jeannette
Guarner, MD
3. Ebola virus Nama Jurnal: Royal College of http://www.clin
disease Physicians 2015 med.rcpjournal.o
epidemic in Tahun Terbit: 2015 rg/content/15/1/5
West Africa: Peneliti: Obinna O Oleribe, 4.short
lessons learned Babatunde L Salako, M Mourtalla
and issues Ka, Albert Akpalu, Mairi
arising from McConnochie, Matthew
West African Foster and Simon D Taylor-
countries Robinson
4. Ebola Nama Jurnal: The New England http://www.nejm
8

Underscoring Journal of Medicine .org/doi/full/10.1


the Global Tahun Terbit: 2014 056/NEJMp1409
Disparities Peneliti: Anthony S. Fauci, M.D. 494
in Health Care
Resources
5. Viral Nama Jurnal: British Medical http://bmb.oxfor
haemorrhagic Bulletin 2010; 95: 193225 djournals.org/co
fevers imported Tahun Terbit: 2010 ntent/95/1/193.sh
into non- Peneliti: Barbara Bannister ort
endemic
countries: risk
assessment and
management

3.3 Teori dan Konsep Intervensi


3.3.1 Definisi
Penyakit virus Ebola adalah zoonosis yang disebabkan oleh virus dari
keluarga Filoviridae, yang anggotanya terdiri 2 genera menyelimuti,
negatif, virus RNA untai tunggal: Marburgvirus dan Ebolavirus.
Terakhir ini ebola berkembang menjadi lebih banyak yakni meliputi 5
virus: Ebola (EBOV) (sebelumnya dikenal sebagai Zaire), Sudan
(SUDV), Tai Forest (TAFV), Bundibugyo (BDBV), dan Reston
(RESTV), yang semuanya patogen bagi manusia kecuali RESTV, yang
hanya patogen ke primata. Kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae
diyakini reservoir alami.
Ebolavirus (EBOV) pertama kali ditemukan pada tahun 1976 tidak ada
wabah ebola sebelumnya. Ketika 2 wabah terjadi hampir bersamaan di
Zaire dan Sudan. Sejak itu, lebih dari 20 wabah telah terjadi, terutama di
Afrika Khatulistiwa dan sebagian besar karena EBOV. Penyakit ini
memiliki tingkat fatalitas yang tinggi. Ebola menjadi ancaman dunia
9

pada tahun 2014, hal ini dikarenakan penderita dan penyebaran virus ini
terjadi begitu cepat dan tingkat kematian yang begitu tinggi.
3.3.2 Mekanisme
Didalam jurnal dijelaskan mekanisme penelitian mulai dari menentukan
lokasi wabah, konfirmasi siaga, investigasi, pengawasan dan pelacakan
kontak pasien yang terkena wabah. Penjabarannya ialah sebagai berikut:
a. Lokasi wabah
Pertama kali yang dilakukan pemerintah Kongo untuk mengurangi
penyebaran infeksi dengan menetukan daerah yang sekiranya lokasi
berkembangnya wabah. Wabah ini diduga berasal dari kelelawar
yang terinfeksi dan sebagian besar penduduk sana mencari nafkah
dengan cara berburu di hutan setempat dan mengolah makanan hasil
buruan mereka, jadi besar kemungkinan penduduk yang bekerja
sebagai pemburu dapat dicurigai terinfeksi virus ini. Selain itu,
pelayanan kesehatan disana juga tidak berfungsi optimal, penduduk
lebih memilih berkonsultasi dengan dukun setempat. Puskesmas
Kongo daerah Etoumbi tidak memiliki dokter dan tidak mempunyai
ambulan. Pengelola puskesmas ini adalah perawat.
b. Siaga dan konfirmasi
Pemerintah mengirimkan tim teknis untuk menyelidiki wabah dan
untuk mengatur langkah-langkah pengendalian, jika tindakan
pengendalian diperlukan. Mereka bergabung dengan para ahli dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kantor Regional untuk Afrika
dan dari CIRMF Gabon (Centre International de Recherches
Mdicales de Franceville). Mereka mengambil sampel darah pasien
yang dicurigai terjangkit virus ebola.
c. Investigasi, pengawasan dan pelacakan kontak
Tim teknis mencari kasus wabah dan kasus kematian karena wabah.
Tiga jenis penyelidikan epidemiologi dilakukan: pencarian untuk
asal epidemi, melaporkan kasus dan kematian, dan pengawasan,
deteksi dan tindak lanjut dari kontak. Informasi yang dikumpulkan
10

sebagian besar retrospektif. Untuk menentukan asal epidemi, ahli


epidemiologi dari tim internasional mewawancarai korban.
Masyarakat, termasuk pemburu yang tidak terkena wabah,
memberikan informasi tambahan.
Kasus dan kematian retrospektif dijelaskan dari sampel kasus
tunggal dengan bantuan petugas kesehatan setempat. Wawancara
dimulai di rumah sakit, dan kemudian diperluas ke anggota keluarga,
yang memberikan informasi tentang kasus yang fatal, jenis kontak
antara individu, dan tanggal onset dan pemulihan.
Data dikumpulkan dengan menggunakan bentuk standar, dan
digunakan untuk membangun pencegahan transmisi dan untuk
mempersiapkan laporan epidemiologi harian, termasuk informasi
tentang kasus baru dan kematian, karakteristik demografi dan lokasi,
dan pusat-pusat kesehatan yang relevan. Pedoman yang digunakan
tim ada empat kategori: peringatan, diduga, kemungkinan dan
konfirmasi.
Kategori peringatan ditandai setiap kasus demam mendadak tinggi,
atau kematian mendadak, atau segala bentuk perdarahan. Kategori
dicurigai mencantumkan semua orang, hidup atau meninggal,
dengan riwayat kontak dengan kasus EHF dan demam, atau demam
dan tiga atau lebih dari gejala berikut: sakit kepala, muntah,
kehilangan nafsu makan, diare, kelemahan atau kelelahan yang
parah, sakit perut, nyeri tubuh atau nyeri sendi, kesulitan menelan,
kesulitan bernapas atau tersedak; pendarahan dijelaskan apapun, atau
kematian yang tidak dapat dijelaskan. Kategori kemungkinan
didefinisikan sebagai kasus dugaan diperiksa oleh dokter atau
epidemiologis terkait dengan kasus dikonfirmasi. Kategori
dikonfirmasi" bertemu definisi kasus klinis dan antigen atau PCR-
positif.
Selama kunjungan harian dari rumah ke rumah informasi rinci
diperoleh oleh tim surveilans mengenai kasus dan kematian, untuk
11

mendeteksi kontak. Kontak didefinisikan sebagai seseorang yang


tidur di rumah yang sama sebagai sebuah kasus dalam bulan
sebelumnya, atau yang memiliki kontak langsung dengan pasien,
atau yang menyentuh linen atau cairan tubuhnya. Semua kontak
ditindaklanjuti selama 21 hari. Setiap kontak yang mengembangkan
demam atau perdarahan menjadi kasus dicurigai.
d. Gambaran singkat mekanisme penelitian
Menentukan daerah yang dicurigai sebagai tempat yang
menyebabkan wabah melaporkan kasus kematian dan tanda
gejala yang dialami pasien ke dinkes, pemerintah mengirimkan tim
teknis dan tim surveilans untuk menyelidiki kasus dan kematian
petugas kesehatan dari pusat medis Etoumbi dan relawan
memberikan informasi kepada penduduk selama kunjungan rumah
ke rumah komite koordinasi dibuat untuk melakukan tanggapan
wabah dengan segera tim melakukan interaksi dengan warga
untuk mengirimkan pesan mengenai wabah dan pencegahannya.
3.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Tidak ada vaksin berlisensi yang saat ini tersedia, dan pengembangan
vaksin pencegahan masih belum ada sampai saat ini. Virus Ebola
sekarang dianggap sebagai kategori A ancaman biologis, dan beberapa
pendekatan vaksin sedang dievaluasi dalam model primata bukan
manusia, termasuk DNA, subunit, dan beberapa vektor virus. Pasien
yang terjangkit virus ebola dilakukan isolasi agar tidak menyebarkan
virus kepada masyarakat luas. Penanganan pasien ebola diperlukan
penanganan khusus, dan harus ekstra hati hati karena cairan pasien
seperti darah, muntahan, dan urin dapat menyebabkan penyebaran virus
ini. Tidak hanya itu, paparan dengan benda yang telah terkontaminasi
dengan sekresi pasien ebola (seprai, linen, dan jarum) juga dapat
menyebapkan penyebaran virus ini.
12

3.3.4 Efek samping


Penanganan pasien yang terkena ebola dengan teknik isolasi sudah tepat.
Namun, masih ada kemungkinan penyebaran virus ini karena kurangnya
pengetahuan orang sekitar tanda gejala pasien yang sudah terinfeksi dan
tentang penyebaran virus ebola. Pasien yang telah terinfeksi dan belum
mengetahui tentang penyakitnya kemunginan besar dapat menularkan
penyakit tersebut kepada orang terdekat sekitar terutama keluarga.
3.3.5 Efektivitas dan keamanan penggunaan
Efektifitas tingkat penanggulangan virus ebola bergantung kepada tim
koordinasi yang memberikan pendidikan tentang ebola dan cara
pencegahannya, juga kepada masyarakat sekitar terutama yang suka
berburu dan mengkonsumsi hasil buruan mereka. Karena vektor
pembawa virus ebola adalah kelelawar buah yang sudah terinfeksi.
Keamanan tingkat penggunaan ini cukup efektif, dengan cara sosialisasi
pada warga dapat meniningkatkan tingkat kewaspadaan sehingga
mengurangi resiko tertularnya penyakit ini.

3.4 Implikasi dan Rekomendasi Intervensi


a. Implikasi
Dalam jurnal utama dijelskan penanganan wabah berfokus pada tanggap
bencana. Dimana setelah terjadi bencana, pemerintah baru melakukan
sosialisasi terhadap penduduk sekitar tentang wabah ebola, bahayanya,
pencegahannya serta penanggulangannya. Sedangkan di Indonesia
penanganan wabah ebola berfokus pada pencegahannya, dimana
pemerintah melakukan upaya skrining terhadap wisatawan asing yang
memiliki gejala ebola untuk langsung dilakukan pemeriksaan terutama
pada wisatawan yang pernah melakukan riwayat kunjungan di daerah yang
terkena wabah.
b. Rekomendasi Intervensi
Penelitian yang dilakukan dalam jurnal utama memiliki keterbatasan
kelemahan dalam hal penelitiannya termasuk dalam hal intervensi yang
13

dilakukan didalamnya, untuk itu dibutuhkan beberapa rekomendasi


intervensi yang selaras dengan keterbatasan yang ada, rekomendasi
intervensi yang dapat dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Penelitian dalam jurnal ini kurang menjelaskan mengenai hubungan
yang digambarkan model dan efektivitas, kelayakan dan kesesuaian
strategi intervensi yang berbeda menargetkan setiap masukan dalam
rangka infrastruktur sosial kritis disajikan dalam makalah ini. Secara
khusus hal itu penting dilakukan untuk menentukan bagaimana
perwakilan dari populasi berisiko tinggi dan organisasi non-tradisional
bisa terlibat sepenuhnya dalam kegiatan perencanaan bencana.
2. Penelitian didalam jurnal hanya berfokus setelah datangnya wabah,
padahal jauh sebelum tahun 2001 tepatnya pada tahun 1976 telah
terjadi wabah ebola, seharusnya sebelum itu pemerintah dapat
melakukan penyuluhan untuk memberikan pendidikan kepada
penduduk sekitar.
14

Bab 4. Penutup

4.1 Kesimpulan
Penanganan wabah di Etoumbi hanya berfokus setelah terjadinya
bencana. Pemerintah membentuk tim koordinasi yang bergabung dengan
anggota WHO untuk menanggulangi wabah ebola yang melanda daerah
Kongo, terutama lima daerah di Etoumbi. Tim melakukan interaksi dengan
penduduk baik secara langsung selama pertemuan publik atau melalui tokoh
masyarakat setempat. Masyarakat perempuan diidentifikasi dan diberdayakan
untuk meningkatkan kesadaran. Sebuah pencanang tradisional dengan
megafon juga digunakan untuk menyebarkan pesan tentang penyakit dan
pencegahannya. Sedangkan penanganan wabah ebola di banyak negara saat ini
berfokus pada pencegahan menyebarnya virus tersebut kepada masyarakat
sekitar. Indonesia lebih memfokuskan melakukan pencegahan dengan
melakukan skrining di bandara terhadap wisatawan manca negara maupun
warga Negara Indonesia yang pernah melakukan kunjungan ke daerah yang
terjangkit wabah. Pemerintah juga membuat selebaran tentang ebola,
penyebab, gejala serta pencegahan dan apa yang harus dilakukan jika kita
jatuh sakit.

4.2 Saran
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep kompleksitas manajemen
bencana wabah ebola utamanya dalam membuat perencanaan prabencana pada
populasi dengan risiko tinggi sebagai usaha untuk memupuk pengetahuan dan
keterampilan dalam manajemen bencana sehingga nantinya dapat mengurangi
dampak terjadinya bencana.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan diharapkan memiliki
keterampilan, kemampuan dan pengetahuan untuk mengimbangi kompleksitas
dampak dari bencana, dan diharapkan memiliki kompetensi yang mumpuni
untuk terlibat dalam manajemen wabah ebola.
15

DAFTAR PUSTAKA

Soeharsono. 2002. ZOONOSIS Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia.


Kanisius: Yogyakarta.
Hidriyah. 2014. Kerjasama Internasional Dalam Pencegahan Ebola. Diakses
melalui
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAAahUKEwif_ffE9svIAhUGH5QKHfj
hAVc&url=http%3A%2F%2Fberkas.dpr.go.id%2Fpengkajian%2Ffiles%2
Finfo_singkat%2FInfo%2520Singkat-VI-16-II-P3DI-Agustus-2014-
60.pdf&usg=AFQjCNGPWFOdYhQAeX3eWXEZaEXgGBmPLg&sig2=
mg5K3p4TtJwNRSFQHlShxQ pada tanggal 15 Oktober 2015
International SOS. 2014. EBOLA. Diakses melalui
https://www.internationalsos.com/assets/Ebola_Education/IntlSOS_Ebola
_Poster_09Oct2014__v1_INDONESIAN_BAHASA.pdf pada tanggal 15
Oktober 2015
16

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai