KEWIRAUSAHAAN 1
(UNV 211)
MODUL SESI 10
KEMITRAAN LEMBAGA KEUANGAN PENANAM MODAL/INVESTASI
USAHA DAN BUILD OPERATES TRANSFER (BOT)
DISUSUN OLEH
ELISTIA, SE, MM
BARIKA, SE, MM
EDDY JOHN, SE, MM
Sebagai contoh :
1) Kemitraan dalam bentuk waralaba dibidang makanan dan minuman
adalah perusahaan fast food Mcdonalds melakukan waralaba terhadap
merknya, Es Teler 77 dan lain sebagainya.
2) Kemitraan dalam bentuk waralaba dibidang elektronik adalah sebuah
perusahaan elektronik dipercayakan menggunakan merek produknya
dengan nama Sony (seperti VCD dengan merek by Sony, padahal
tidak dibuat langsung oleh perusahaan Sony). Barang-barang yang
bermerek perusahaan luar negeri dibuat oleh perusahaan dalam negeri.
Bagi hasil ini terdiri dari bagi hasil murni dan bagi hasil yang
dijanjikan. Bagi Hasil Murni adalah pembagian sebesar sekian persen dari
keuntungan usaha. Ini berarti, bagi hasil hanya diberikan kalau usahanya
untung. Kalau usaha tersebut kebetulan merugi, tidak ada bagi hasil yang
didapatkan. Sebagai contoh, suatu usaha mendapatkan untung (pemasukan
dikurangi pengeluaran) sebesar Rp 100 juta pada tahun 2002. Di
sini,mungkin mendapatkan bagi hasil sebesar 5 persen dari keuntungan
tersebut, yaitu Rp 5 juta. Tetapi, kalau usaha tersebut merugi pada tahun
2002 lalu, tidak ada bagi hasil yang diberikan.
Sebagai contoh :
BOT sebagai salah satu bentuk perjanjian kerjasama memiliki banyak keunggulan
namun juga kekurangan. Keunggulan dalam kerjasama BOT adalah:
1. Dikarenakan BOT merupakan kerjasama dalam pembiayaan, maka bagi
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai
pemilik lahan/tanah, tidak perlu mengeluarkan biaya atau anggaran atau
mencari dana pinjaman untuk membangun infrastruktur beserta dengan
fasilitasnya, sehingga hal demikian dapat mengurangi beban anggaran
dalam APBN/APBD.
2. Dengan kerjasama dalam bentuk BOT meskipun pemerintah tidak memliki
anggaran yang cukup, tetap dapat membangun infrastruktur beserta dengan
fasilitasnya, sehingga kebutuhan dan kepentingan masyarakat tetap dapat
terlayani, mengingat pembangunan proyek dilakukan dengan pendanaan
dari pihak swasta.
3. Dengan menerapkan sistem kerjasam BOT, pemerintah tetap dapat
melaksanakan pembangunan infrastruktur untuk kepentingan umum di
atas tanah yang dimilikinya tanpa harus mengalihkan atau melepaskan hak
atas tanah tersebut kepada pihak lain, sehingga asset-asset milik negara
dapat terjaga dengan baik.
4. Dengan melalui kerjasana BOT, memberikan kesempatan atau peluang
kepada pihak lain dalam hal ini swasta untuk berperan serta dalam
pembangunan fasilitas.
5. Bagi pihak swasta, kerjasama BOT merupakan peluang bisnis berinvestasi
selama jangka waktu tertentu untuk mengambil keuntungan yang wajar
melalui pengoperasian sarana dan prasarana yang sudah dibangun.
6. Dengan kerjasama BOT bagi para pihak swasta diharapkan dapat
mengembangkan usaha di atas lahan strategis yang pada umumnya
dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah, tanpa harus membeli tanah atau
lahan kosong.
Secara garis besar Perjanjian Build, Operate and Transfer terbagi dalam tiga tahap
yang berlangsung secara prosedural, yaitu:
1. Tahap Pembangunan
Pada tahap ini pihak pemilik tanah menyerahkan penggunaan tanah yang
dimiliki atau dikuasainya kepada pihak investor untuk dibangun diatasnya
suatu bangunan komersial beserta segala fasilitasnya. Sebelum dibangun
investor wajib menunjukkan gambar bangunan kepada pihak pemilik tanah
dengan disertai penjelasan secara rinci.
2. Tahap Operasional
Pihak investor berhak mengoperasikan bangunan komersial yang dibangun
untuk jangka waktu tertentu dengan membayar fee tertentu kepada pihak
pemilik tanah atau tanpa membayar fee. Jangka waktu pengoperasian atau
pengelolaan berkisar antara 15 sampai 30 tahun. Jika pihak investor harus
membayar fee kepada pemilik tanah, besarnya fee ditetapkan berdasarkan
prosentase dari pendapatan kotor (had bruto) tiap tahun dan ditetapkan
secara berjenjang.
3. Tahap Penyerahan
Pada tahap penyerahan, pihak investor wajib menyerahkan kembali tanah
dan bangunan komersial diatasnya beserta segala fasilitasnya kepada pihak
Already the 16th-largest economy in the world, Indonesia has the potential to
become the seventh biggest by 2030. In recent years, this dynamic archipelago has
made enormous strides in its startup ecosystem due to strong government support
and unprecedented capital funneling into the country. This makes Indonesia a
huge, appealing and lucrative market with great potential for both entrepreneurs
and venture capitals alike. In fact, it has seen many successful stories of startups
scaling to the top such as Tokopedia, Bukalapak, Go-Jek and Traveloka. This
gives Indonesia a reputation of being a go-to regional hub for venture capital
investments in South East Asia, making it well poised for future growth.
Some of the notable venture capital investors which have made significant
investments in Indonesia recently include East Ventures, Alpha JWC Ventures,
Prasetia Dwidharma, and Convergence Ventures.
Who are the most active investors looking at technology startups in Indonesia in
the past 1 year?
If you are an entrepreneur looking to raise capital, we would love to help you out
in your fundraising journey! Visit REIZ.VC where you can find the right investor
for your startup and secure capital within weeks.
East Ventures is an early stage venture capital firm focused on Southeast Asia,
Indonesia & Japan. Success cases include Tokopedia, Traveloka, and Mercari.
Their most recent investment is in Bukuwarang’s Undisclosed Seed round in July
2020.
500 Startups is a global venture capital firm with a network of startup programs
headquartered in Silicon Valley with over $454M in committed capital across 4
main funds and 15 thematic funds. They have invested in 2,200+ technology
SMDV, the venture capital arm of Indonesian conglomerate Sinar Mas, is a tech-
focused Venture Capital that partners with entrepreneurs building exceptional
technology companies that aim to change the landscape in Indonesia and the
region by providing venture investments, strategic network, and mentorship. They
invested most recently in Ula’s US$10.5M Seed round in June 2020.
Agaeti Ventures is an early stage venture capital firm that focuses on pre-series A
and series A technology-enabled startups with a primary focus on Indonesia or
with an expansion focus into Southeast Asia. Their latest investment is in Soul
Parking’s Undisclosed Seed round in June 2020.
Skystar Capital is a venture capital firm backed by leading corporate groups with
access to media, telecommunications, financial services, agriculture, healthcare,
consumer products and services, hospitality, and education sectors. Their latest
investment is in Dekoruma’s Undisclosed Series B round in May 2020.
Global Founders Capital is a globally oriented, stage agnostic venture capital firm
that empowers gifted entrepreneurs worldwide. Their latest investment is in
Klikdaily’s Undisclosed Series A round in May 2020.
Central Capital Ventura is an early stage corporate venture capital with the
backing of Bank Central Asia, one of the largest banks in Indonesia. It works
EV Growth is a joint venture between East Ventures, SMDV, and YJ Capital that
is focused on providing growth capital to startups in Indonesia and the rest of
Southeast Asia with an agnostic industry focus. They invested most recently in
Koinworks’ US$20.0M Venture round in April 2020.
SBI Ven Capital is a leading private equity firm that invests in financial services
and technology sectors across Asia. Founded in 2007 and based in Singapore, it is
part of the SBI group that engages in the provision of comprehensive financial
services. They invested most recently in Investree’s Undisclosed Series C round
in March 2020.
Gobi Partners is an early stage to late stage venture capital firm focusing on IT
and digital media investments in China, HK and ASEAN. They invested most
recently in Deliveree Logistics’ US$18.5M Venture round in March 2020.
SOSV is a venture capital and investment management firm that provides seed,
venture and growth stage funding to startup companies in the technology sector.
The company’s focus is on accelerating startups via their market specific seed
accelerator programs located in Europe, Asia and the USA. They invested most
recently in Giladiskon Indonesia’s Undisclosed Venture round in March 2020.
GDP Venture is a venture builder for digital communities, media, commerce, and
solution companies in the consumer internet industry. They invested most recently
in Visinema’s US$3.3M Seed round in February 2020.
Indogen Capital is a Jakarta based venture capital firm that typically invests in
post-seed stage up to series A companies. Indogen Capital considers itself as a
sector-agnostic venture capital firm, and they invest between US$100,000 to
US$500,000. Their latest investment is in Travelio’s US$18.0M Series B round in
November 2019.
IG. Rai Widjaja, 2005, Penanaman Modal,Pedoman dan Prosedur Mendirikan dan
Menjalankan Perusahaan Dalam Rangka PMA dan PMDN, Pradnya
Paramitha, Jakarta
Murtir Jeddawi, 2005, Memacu investasi di Era Otonomi Daerah, ULI Press,
Yogyakarta
Rosyidah Rakhawati, 2004, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Banyumedia
Publishing, Malang
Sunaryo, 2008, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta
https://reiz.vc/blog/2020/07/20/list-of-top-30-active-venture-capital-investors-in-
indonesia/