OLEH:
FATHIA AMBARYANI
NIM. P07120721030
PENDAHULUAN
ditakuti oleh hampir semua orang (Black, 2014). Pembedahan ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal diantaranya karena trauma kepala yang dapat
timbul akibat keretakan tengkorak, tumor otak dan tumor tulang belakang, urat
tulang belakang dan syaraf periferial. Kondisi seperti ini memerlukan tindakan
Bedah saraf adalah suatu prosedur medis yang bertujuan untuk melakukan
diagnosis atau mengobati penyakit yang melibatkan sistem saraf. Bedah saraf
tidak hanya dilakukan pada otak namun juga pada saraf tulang belakang dan
serabut saraf tepi yang menyebar ke seluruh tubuh seperti pada wajah, tangan
sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat ditahun 2011 terdapat 140 juta
pasien diseluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data
pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa (Sartika,2013). Dari data Tabulasi
dari sensasi nyeri, rabaan, suhu, posisi yang meliputi pra, intra, dan
umur, jenis kelamin, status fisik (ASA), jenis operasi (lokasi operasi, posisi
2010).
Menurut Latief (2009) penilaian status fisik pra anestesi penting dilakukan
atau kecilnya operasi yang akan dilakukan tetapi pertimbangan untuk memilih
teknik anestesi yang di berikan kepada pasien karena semua jenis anestesi
Anestesi dapat berdampak pada sistem syaraf pusat. Efek pada sistem
visual dan pendengaran, dan kecemasan. Pada kadar yang lebih tinggi dapat
timbul nistagmus dan menggigil. Akhirnya kejang tonik klonik yang terus
menerus diikuti oleh depresi sistem syaraf pusat dan kematian yang terjadi
untuk semua anestesi lokal. Anestesi lokal menimbulkan depresi jalur
muncul. Tingkat transisi eksitasi tak seimbang ini akan diikuti oleh depresi
sistem syaraf pusat, umumnya bila kadar anestesi lokal dalam darah lebih
tinggi lagi (Katzung, 2008). Pasien post anastesi biasanya akan mengalami
dengan pasien ditempatkan pada tempat tidur yang nyaman dan dipasang side
ruang pemulihan. Selain itu pasien tetap berada di ruang post anestesi care unit
sampai pulih sepenuhnya dari pengaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil,
kesiapan pasien general anestesi dikeluarkan dari ruang post anestesi care unit
adalah Aldereet Score yaitu Untuk mengetahui tingkat pulih sadar seseorang
2004).
waktu pulih sadar pasca general anestesi kategori lambat, atau lebih dari 30
menit adalah pasien dengan lama operasi kategori sedang yaitu 28 orang
(54.2%) dari total sampel sedangkan pasien yang pulih cepat dalam waktu
kurang atau sama dengan 30 menit sebanyak 20 orang (41.7%) dengan lama
operasi dari total sampel. Penelitian yang pernah dilakukan Hanifa (2017) di
RSUD Wates sebagian besar mengalami waktu pulih sadar lambat sebanyak
Februari 2022 diperoleh data pasien yang melakukan operasi di RSUD Abdul
pasien dan yang menjalani operasi dengan general anesthesia. Menurut data
gangguan seperti pulih sadar yang lama, bradikardi, hipertensi, spasme dan
lainnya.
Maka dari fenomena yang ada peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Hubungan Status Fisik ASA Dengan Aldrette Score Pasien Bedah
B. PERUMUSAN MASALAH
Hubungan Status Fisik ASA Dengan Aldrette Score Pasien Bedah Syaraf Di
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan Status Fisik ASA Dengan Aldrette Score
2. Tujuan khusus
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
monitoring pencapaian skala Aldrette score pada pasien bedah saraf pasca
general anestesi
2. Manfaat Praktif
pengetahuannya
b. Dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengetahuan Memberi
Bedah.
E. KEASLIAN PENELITIAN