Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA


PASIEN PRE OPERASI VITREKTOMI DI PUSAT MATA NASIONAL
RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Keperawatan Anastesi

Disusun:

DEDE MUHLIS
NIM : P07120721038

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANASTESI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi

PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA


PASIEN PRE OPERASI VITREKTOMI DI PUSAT MATA NASIONAL
RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Disusun Oleh:
Dede Muhlis
NIM: P07120721038

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal:


08 Februari 2022

Menyetujui, 

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J Sarka Ade Susana, SIP., S.Kep., MA


NIP. 198112092010121003 NIP. 196806011993031006

Bandung, Februari 2022


Ketua Jurusan Keperawatan

Bondan Palestin, SKM, M.Kep, Sp.Kom


NIP. 197207161994031005
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan kesehatan, kesabaran

serta ilmu yang tidak ada bandingannya danberkat rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Hipnoterapi

Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien Pre Operasi Vitrektomi Di Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung”.

Penyusunan proposal skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal skripsi ini tepat pada

waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Joko Susilo, SKM., M.Kes.,Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Yogyakarta.

2. dr. Irayanti, SpM(K) Selaku Direktur Utama Pusat Mata Nasional Rumah

Sakit Mata Cicendo Bandung yang telah memberikan izin dan dukungan

terhadap penulis untuk mengambil pendidikan berkelanjutan di Poltekesyo.

3. dr. Toufik Hidayat, SpAn., M.Kes Selaku Kepala Sub Instalasi Anestesi

Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, yang selalu

memberikan suport terhadap penulis untuk menyelesaikan Alih Jenjang di

Poltekesyo.

4. Bondan Palestin, SKM.,M.Kep.,Sp.Kom., Selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.


5. Dr. Catur Budi Susilo, S.Pd.,S.Kp.,M.Kes.,Selaku Ketua Prodi Sarjana

Terapan Keperawatan Anestesi Yogyakarta, yang telah memberikan ijin

dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan proposal skripsi ini.

6. Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J selaku Pembimbing Utama yang telah banyak

memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

7. Sarka Ade Susana, SIP., S.Kep., MA selaku Pembimbing Pendamping yang

telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal skripsi

ini.

Penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif untuk

kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 18 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 6
D. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 7
E. Manfaat Penelitian........................................................................ 8
F. Keaslian Penelitian....................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
A. Vitrektomi.....................................................................................
B. Kualitas Tidur...............................................................................
C. Hipnoterapi...................................................................................
D. Kerangka Teori.............................................................................
E. Kerangka Konsep..........................................................................
F. Hipotesis.......................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian...........................................................
B. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................
C. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................
D. Variabel Penelitian........................................................................
E. Definisi Operasional.....................................................................
F. Instrumen Penelitian.....................................................................
G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data............................................
H. Prosedur Penelitian dan Pengolahan Data....................................
I. Analisa Data..................................................................................
J. Etika Penelitian.............................................................................
K. Keterbatasan Penelitian.................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Tidur

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Gambar 3.2 Desain Penelitian40


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Lembar Bimbingan Konsul


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan atau tindakan operasi merupakan ancaman potensial

maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan

kecemasan ketika akan menghadapinya, sehingga menjadi perasaan yang

tidak nyaman khawatir atau perasaan takut (Apriansyah et al., 2015). Pada

tindakan operasi tertentu dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang

berbeda pula pada seseorang, seperti operasi besar yang membutuhkan

anestesi total yang membuat pasien mengalami kecemasan hingga 20 – 50 %

ditandai dengan kegelisahan, takut yang berlebih, dan gangguan tidur

(Setyawan, 2017).

Salah satu tindakan operasi yang sering dilakukan di Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung adalah Vitrektomi. Vitrektomi

merupakan salah satu jenis operasi untuk mengobati kelainan retina melalui

pengangkatan vitreus sehingga retina dapat dioperasi dan penglihatan dapat

diperbaiki (Sinaga et al., 2016). Salah satu penatalaksanaan vitrektomi adalah

operasi yang paling sering dilakukan pada orang dewasa yang mana dalam

pengambilan keputusan untuk menjalani operasi sangat individual sifatnya.

Tindakan operasi seringkali menimbulkan dampak perubahan pada fisik dan

psikologi pasien, hal ini sangat sering terjadi pada pasien pre operasi.
Pre operasi merupakan masa yang dimulai ketika keputusan untuk

menjalani operasi dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja

operasi, pada fase ini ada beberapa persiapan yang harus disiapkan oleh

pasien sebelum dilakukan tindakan operasi. Dalam masa pre operasi pasien

mengalami kecemasan yang disebut dengan kecemasan pre operasi yang

terjadi pada masa ketika pasien diputuskan akan menjalani operasi sampai

ketika pasien berada di ruang operasi untuk intervensi bedah, kecemasan ini

digambarkan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dan ketidak

nyamanan atau ketegangan pada pasien yang menghadapi suatu penyakit,

rawat inap, anestesi dan operasi. (Spreckhelsen et al., 2021).

Dampak psikologis yang dapat dilihat dari kecemasan pada pasien pre

operasi salah satunya adalah gangguan tidur. Salah satu kondisi yang

menyebabkan gangguan tidur pada pasien pre operasi yaitu perubahan fisik

dan psikologi selama menjalani proses pre operasi. Perubahan fisik yang

terjadi seperti rasa sakit pada otot dan tulang, serta jantung berdebar-debar

sedangkan perubahan psikologi meliputi kecemasan, rasa takut dan deperesi

(Setyawan, 2017). Menurut Potter dan Perry (2006) juga mengatakan

kebutuhan untuk tidur, sangat penting bagi kualitas hidup semua orang. Tiap

individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda dalam kuantitas dan kualitas

tidur.

Berdasarkan Riset internasional yang telah dilakukan US Census Bureau,

International Data Base tahun 2004 terhadap penduduk Indonesia menyatakan

bahwa dari 238,452 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 28,035 juta jiwa
(11,7%) terjangkit insomnia. Angka ini membuat insomnia sebagai salah satu

gangguan paling banyak yang dikeluhkan masyarakat Indonesia. Di Indonesia

sendiri diperkirakan 11,7% penduduknya mengalami insomnia (Mading,

2015).

Tidur merupakan kondisi istirahat yang diperlukan oleh manusia secara

reguler. Keadaan tidur ini ditandai oleh berkurangnya gerakan tubuh dan

penurunan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitarnya. Tidur mempunyai

efek yang sangat besar terhadap kesehatan fisik, mental, emosi dan sistem

imunitas tubuh. Orang yang mengalami gangguan tidur cenderung lebih

mudah terserang penyakit, seperti serangan jantung, anemia dan tekanan

darah tinggi (Moi et al., 2017).

Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur dengan kualitas tidur yang baik

pada pasien dalam periode pre operasi bertujuan sebagai persiapan aspek fisik

dan mental atau psikologis pasien yang akan menjalani operasi, hal tersebut

karena kondisi fisik dan psikoligis dapat mempengaruhi tingkat resiko intra

operasi, mempercepat pemulihan, serta menurunkan komplikasi pasca operasi

(Perry & Potter, 2009).

Selain itu kualitas dan kuantitas tidur juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yang menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan

memperoleh jumlah tidur sesuai dengan kebutuhannya. Faktor – faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur antara lain penyakit,

lingkungan, kelelahan, gaya hidup, tingkat kecemasan, motivasi, dan obat –

obatan. Tingginya prevalensi kualitas tidur yang kurang baik pada pasien pre
operasi memerlukan intervensi kombinasi obat farmakologis dengan non

farmakologi. Salah satu intervensi non-farmakologi yang dapat dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan tidur yaitu hipnoterapi.

Hipnoterapi merupakan suatu bentuk interaksi dimana perhatian menjadi

terpusat melalui konteks mengalami hal yang mengandung unsur pengobatan.

(Lakoff and Johnson, 1999). Pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan

bahwa hipnoterapi merupakan hipnosis yang digunakan untuk meningkatkan

kualitas hidup dalam segala aspek. Untuk itu salah satu tugas penata anestesi

adalah mengatasi kualitas tidur yang buruk pada pasien pre operasi vitrektomi

dengan memberikan terapi non farmakologis berupa hipnoterapi.

Hasil studi pendahuluan sebelumnya melalui observasi langsung dan

wawancara dengan 10 orang pasien di Kamar Operasi Pusat Mata Nasional

Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, didapatkan 6 orang yang akan

dilakukan operasi vitrektomi diantaranya mengalami gangguan tidur. Ada

banyak hal yang membuat pasien rawat inap mengalami gangguan tidur

sehingga kualitas tidur kurang baik, diantaranya pasien mengatakan

kecemasan terhadap kondisi penyakitnya sangat khawatir jika ia tidak bisa

sehat seperti semula, kecemasan lain terhadap tindakan medik yang akan

dilakukan terhadap dirinya.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik akan

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Kualitas

Tidur Pada Pasien Pre Operasi Vitrektomi Di Pusat Mata Nasional Rumah

Sakit Mata Cicendo Bandung”.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh

hipnoterapi terhadap kualitas tidur pada pasien pre operasi vitrektomi di Pusat

Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap kualitas tidur

pada pasien pre operasi vitrektomi di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit

Mata Cicendo Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pasien pre operasi

vitrektomi yang tidak dilakukan hipnoterapi di Pusat Mata Nasional

Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.

b. Untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pasien pre operasi

vitrektomi yang dilakukan hipnoterapi di Pusat Mata Nasional

Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.

c. Untuk mengetahui perbandingan yang dilakukan hipnoterapi dan

yang tidak dilakukan hipnoterapi pada pasien pre operasi vitrektomi

di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.


D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Keilmuan penelitian ini meliputi materi keperawatan anestesi

atau manfaat dari pemberian hipnoterapi pada pasien pre operasi operasi

vitrektomi sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di

Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung khususnya di

Kamar Operasi.

2. Lingkup Sasaran penelitian ini yaitu pasien vitrektomi pada bulan Januari

2022 sampai dengan Maret 2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

3. Lingkup Tempat penelitian ini dilaksanakan di Rawat Inap dan Kamar

Operasi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.

4. Lingkup Waktu penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari penyusunan

proposal sampai selesai penelitian pada bulan Januari 2022 sampai

dengan selesai.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan kualitas tidur pasien pre

operasi vitrektomi melalui tehnik hipnoterapi

2. Manfaat Praktis
a. Pasien di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

Bandung

Untuk meningkatkan pemahaman klien tentang cara termudah

dan efektif dalam mengatasi gangguan tidur yang mengakibatkan

kualitas tidur kurang baik, membuat pasien merasa tenang dan

nyaman serta mengurangi rasa cemas pada pra operasi sehingga

tidak terjadi perubahan fisik dan psikologi ketika di kamar operasi.

b. Penata Anestesi di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata

Cicendo Bandung

Dapat dijadikan referensi dan meningkatkan kualitas pelayanan

Keperawatan Anestesi untuk mengaplikasikan tindakan mandiri

melalui tehnik hipnoterapi di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit

Mata Cicendo Bandung.

c. Manajemen di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

Bandung

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

Rumah Sakit dalam peningkatan mutu dan inovatif pelayanan

kesehatan. Lebih spesifik, hasil penelitian dapat bermanfaat bagi

pengembangan pelayanan anestesi di Pusat Mata Nasional Rumah

Sakit Mata Cicendo Bandung.

d. Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesi

Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan dan menjadi

bahan masukan mengenai pemberian hipnoterapi untuk memberikan


kualitas tidur yang baik pada pasien pre operasi vitrektomi serta

dapat digunakan sebagai bahan masukan penelitian sejenis lainnya.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Pengaruh Hipnoterapi terhadap Kualitas

Tidur Pada Pasien Pra Operasi Vitrektomi. Beberapa keaslian penelitian yang

digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian yang telah dilakukan Arina Maliya. A. Kep. M. Si. Med,

Anita. (2011). Dengan judul penelitian Pengaruh Terapi Hypnosis

Terhadap Kejadian Insomnia Pada Lansia di Posyandu Desa Karang

Kecamatan Baki Sukoharjo. Dari hasil penelitian ini adanya terapi

hypnosis terhadap responden dapat memberikan pengaruh terhadap

insomia responden. Hasil terapi hypnosis menunjukkan bahwa 16

responden yang mengalami insomia ringan (57,1%) sementara yang

mengalami insomia sedang sebanyak 12 responden (42,9%). Dengan

demikian adanya penurunan insomia yang dialami responden. Sebelum

diberi terapi hypnosis, 6 responden mengalami insomia berat, tetapi

setelah dilakukan terapi hypnosis responden yang mengalami insomia

berat menjadi tidak ada.

2. Penelitian yang telah dilakukan Sary Febriaty, Anita. (2021). Dengan

judul penelitian Pengaruh Guided Imagery Terhadap Kualitas Tidur

Klien Pre Operasi. Dari hasil penelitian ini Hasil uji statistika

menggunakan t-tes dependen didapatkan nilai p-value 0.000 ( <0.05)


yang artinya terdapat pengaruh guided imagery terhadap kualitas tidur

klien pre operasi

3. Penelitian yang telah dilakukan Annaas Budi Setyawan. (2017). Dengan

judul penelitian Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur

Pasien Pre Operasi Di Ruang Angsoka Rumah Sakit Abdur Wahab

Sjahranie Samarinda. Dari hasil penelitian ini distribusi berdasarkan usia

diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok

usia lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 20 orang (37,7%), dewasa akhir

(36-45 tahun) sebanyak 18 orang (34,0%), remaja (17-26 tahun)

sebanyak 10 orang (18,9%), dewasa awal (22-35 tahun) sebanyak 5

orang (9,4%). Distribusi berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil bahwa

sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33

orang (62,3%), sedangkan responden perempuan sebanyak 20 orang

(37,7%). Distribusi berdasarkan diagnosa diperoleh hasil bahwa sebagian

besar diagnosa medis adalah Craniotomi sebanyak 21 orang (39,6%),

Cranioplasti sebanyak 10 orang (18,9%) , Post ORIF sebanyak 8 orang

(15,1%) dan Post TUR sebanyak 9 orang (17,0%). Distribusi berdasarkan

tingkat kecemasan pasien diperoleh hasil bahwa sebagian besar

responden tidak cemas sebanyak 20 orang (37,7%), cemas sedang

sebanyak 19 orang (35,8%), cemas ringan 10 orang (18,9%) dan cemas

berat sebanyak 4 orang (7,6%). Distribusi berdasarkan tingkat kualitas

tidur diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden tidak cemas

sebanyak 20 orang (37,7%), cemas sedang sebanyak 19 orang (35,8%),


cemas ringan 10 orang (18,9%) dan cemas berat sebanyak 4 orang

(7,6%).

4. Penelitian yang telah dilakukan Taat Sumedi , Handoyo , Wahyudi.

(2018). Dengan judul penelitian Perbedaan Efektifitas Metode Terapi

Akupresur Dan Hipnoterapi Terhadap Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia

Di Panti Wredha Kabupaten Banyumas. Dari hasil penelitian ini sebagian

besar responden berusia rentang 75 – 90 tahun dan mayoritas responden

berjenis kelamin perempuan. Terdapat penurunan rata-rata skor kualitas

tidur pada kelompok hipnoterapi dan nilai p=0,002. Terdapat penurunan

rata-rata skor kualitas tidur pada kelompok acupressure dan nilai

p=0,000. Acupressure lebih efektif menurunkan skor kualitas tidur

dibandingkan hipnoterapi dengan nilai p=0,000.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Vitrektomi

1. Definisi

Vitrektomi adalah operasi pengangkatan vitreus pada mata sehingga

retina dapat dioperasi dan penglihatan dapat diperbaiki. Vitrektomi

dikerjakan antara lain pada: ablasio retina (retinal detachment),

mengkerutnya makula (macular pucker), retinopati diabetik (diabetic

retinopathy), infeksi bola mata (endophthalmitis), trauma mata (benturan

atau luka pada bola mata), kekeruhan vitreus, lubang makula (macular

hole), dislokasi lensa intraokuler atau katarak, branch retinal vein

occlusion (BRVO) atau sumbatan cabang vena sentralis retina, dan

perdarahan di bawah makula retina (Sinaga et al., 2016).

2. Tujuan

Tujuan utama pembedahan vitrektomi secara khusus pada retrinopati

diabetik adalah mendapatkan ketajaman penglihatan yang berguna.

Tujuan penting lainnya adalah mencegah perkembangan lebih lanjut

proses neovaskular diabetik sehingga mendapat keberhasilan secara

fungsional maupun anatomikal dalam jangka panjang (Setyandriana,

2016).
3. Teknik Vitrektomi

Dua teknik utama dalam melakukan vitrektomi adalah:

a. teknik segmentasi, dan

b. teknik delaminasi dan reseksi en block.

Pada kedua teknik ini vitreus diambil untuk visualisasi dan untuk

menciptakan ruang berisi cairan di posterior lensa. Teknik segmentasi

tidak disukai karena tidak dapat mengambil jaringan proliferative dari

retina secara lengkap sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan

rekuren atau proliferasi membran. Sedangkan teknik diseksi horizontal

(delaminasi) tidak disukai karena sering terjadinya perubahan retina dan

peningkatan perdarahan intraocular (Setyandriana, 2016).

4. Komplikasi

Komplikasi operasi vitrektomi dapat terjadi dini (dalam minggu

pertama) atau lambat (beberapa minggu atau bulan kemudian).

Komplikasi mayor yang dihadapi setelah vitrektomi diabetic adalah

perdarahan vitreus, lepasnya retina, katarak, dan rubeosis iridis.

Reoperasi dibutuhkan pada 10-30% kasus. Indikasi reoperasi yang

terpenting adalah perdarahan vitreus, yang biasanya nampak pada hari-

hari awal setelah operasi pertama.

Komplikasi lain yang jarang namun dapat terjadi yaitu peningkatan

tekanan intraocular, katarak,hifema, defek kornea,lepasnya retina total,


dan kebocoran minyak silicon di bawah retina.Infeksiseperti

Endoftalmitis dan oftalmia simpatika dapat pula terjadi dan harus segera

terdiagnosis dan ditangani secara darurat (Ulfa, 2020).

B. Kualitas Tidur

1. Definisi

Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan

dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur

seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan–

keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun kondisi saat ia bangun dari

tidurnya. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor

jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur

(kualitas tidur) ( et al., 2016).

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Penggunaan gadget umumnya akan mengalami banyak perubahan

dalam hidup seprti perubahan gaya hidup. Dari perubahan tersebut dapat

menyebabkan seseorang mengalami permasalahan ganguan tidur.

Menurut Hari Prasetiyo (2018) factor-factor yang mempengaruhi kualitas

tidur yaitu :

a. Gaya Hidup

Gaya hidup yang cenderung melelahkan dapat menjadi salah

satu factor yang menyebabkan seseorang mengalami kualitas tidur


yang buruk. Penggunaan gadget pun menjadi salah satu gaya hidup

orang-orang di era modern. Meyebabkan aktivitas gelombang otak

meningkat sehingga siklus REM lebih pendek.

b. Stress Psikologi

Stress Prikologi seperti cemas dan depresi biasanya akan

menyebabkan gangguan pada frekwensi tidur. Hal ini dikarena

kondisi cemas akan meningkatkan norepineprin darah melalui

sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM

dan REM.

c. Diet

Makanan juga banyak menjadi factor penyebab seseorang

mengalami kesulitan tidur. Makanan yang banyak menandung L –

Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat

menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya minuman yang

menandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.

d. Status Kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia

dapat tidur dengan nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang

kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri , makan kebutuhan

tidurnya akan tidak nyenyak.


e. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang

untuk tidur. Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana yang

tidak gaduh (tenang), dan penerangan yang tidak terlalu terang

akan membuat seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak,

begitupun sebaliknya.

f. Obat - obatan

Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek

menyebabkan tidur, adapula yang sebaliknya mengganggu tidur.

3. Tahap Tidur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat

elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG) dan

elektromiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu nonrapid

eye movement (NREM) &rapid eye movement (REM) (Hari Prasetiyo,

2018)

a. Tidur NREM

Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek

karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur


lebih pendek dari pada gelombang alfa dan beta yang ditunjukan

oleh orang yang sadar. Tahapannya yaitu :

1) Tahap I

Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur.

Individu cenderung relaxs, masih sadar dengan lingkungannya

dan mudah di bangunkan. Normalnya, tahap ini berlangsung

beberapa menit dan merupakan 5% dari total tidur (Rajin,

2017).

2) Tahap II

Individu masuk pada tahap tidur, namun masih dapat

bangun dengan mudah. Otot mulai relaksasi. Normalnya, tahap

ini berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan 50-55%

dari total tidur (Rajin, 2017).

3) Tahap III

Merupakan awal dari tahap tidur nyenyak. Tidur dalam,

relaksasi otot menyeluruh dan individu cenderung sulit

dibangunkan. Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan

merupakan 10% dari total tidur (Rajin, 2017).

4) Tahap IV
Tidur semakin dalam atau delta sleep. Individu menjadi

sulit dibangunkan sehingga membutuhkan stimulus. Terjadi

perubahan fisiologis, yakni : EEG gelombang otak melemah,

nadi dan pernafasan menurun, tonus otot menurun, tahap ini

merupakan 10% dari tahap tidur. Pada tahap NREM terjadi

penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh. Disamping itu,

semua proses metabolik termasuk tanda-tanda vital,

metabolisme, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri

terbagi atas IV tahap ( I-IV). Tahap I dan II disebut sebagai

tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur

dalam (deep sleep atau delta sleep) (Rajin, 2017).

b. Tidur REM

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung

selama 5- 30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan

sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM,

otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%.

Pada tahap ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru

dapat dibangunkan dengan tiba-tiba, tonus otot depresi, sekresi

lambung meningkat, frekuensi jantung dan pernafasan sering kali

tidak teratur (Rajin, 2017).

4. Siklus Tidur
Selama tidur, individu melewati tahapan tidur NREM dan REM.

Siklus tidur yang komplit normalnya berlangsusng selama 1,5 jam dan

setiap orang biasanya memulai empat hingga lima siklus selama 7-8 jam

tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap

REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian

diteruskan ketahap IV selama kurang lebih 20 menit. Tahap I REM

muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit (Gehrman &

Ancoli-Israel, 2016).

Bangun

NREM I NREM I

NREM II NREM II

NREM III NREM III NREM III

NREM IV

Gambar 2.1 Siklus Tidur


Sumber : Rosmawati, Muh. Anwar, A. L. (2019). Hubungan Penggunaan Gadget
Terhadap Kualitas Tidur Remaja Di SMK Soeparman Wonomulyo. Journal Ruang

5. Pola Tidur

Pola tidur berubah seiring bertambahnya usia. Semakin

bertambahnya usia maka tubuh mulai banyak melakukan beragam

aktivitas. Itulah sebanya, jam biologis akan berubah-ubah menyesuaikan

dengan aktivitas dan ritme kebutuhan tubuh. Perubahan-perubahan ini


penting untuk dicermati untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik.

Pada masa anak-anak, tidur merupakan hal terpenting dalam

perkembangan dan pertumbuhannya selain asupan makanan dan vitamin

(Purnawinadi & Salii, 2020).

Hal ini di sebabkan tidur berperan penting bagi remaja yaitu untuk

memberikan daya tahan tubuh yang kuat. Kemudian pada saat tidur tubuh

akan menghasilkan hormone pertumbuhan yang sangat penting bagi

pertumbuhan remaja. Selain itu tidur juga menjaga kemampuan kognitif,

mental, dan emosional pada remaja.

C. Hipnoterapi

1. Definisi Hipnoterapi

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang

mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan,

dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai salah satu teknik

terapi pikiran menggunakan hipnosis. Hipnosis dapat diartikan sebagai

ilmu untuk memberi sugesti atau perintah kepada pikiran bawah sadar.

Orang yang ahli dalam menggunakan hipnosis untuk terapi disebut

Hipnotherapist (Afriani, 2015).

Hipnoterapi merupakan terapi yang dijalankan dengan menggunakan

hipnosis (Kahija, 2007). Hipnoterapi adalah aplikasi hipnosis dalam

menyembuhkan gangguan mental dan meringankan gangguan fisik.

Hipnosis telah terbukti secara medis bisa bisa mengatasi berbagai macam
gangguan psikis maupun fisik. Hipnoterapi adalah sebuah penyembuhan

dengan hipnotis. Hipnoterapi merupakan cabang ilmu psikologis yang

mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan,

dan perilaku, dengan memberikan sugesti kepada pikiran bawah sadar

(Irianto et al., 2014).

Dari beberapa pengertian diatas menurut penulis bahwa hipnoterapi

merupakan salah satu terapi psikologis yang diterapkan oleh terapis

(hipnosan) dengan metode hipnosis atau mengunakan sugesti berupa

kata-kata (saran) kepada klien yang langsung menyentuh alam bawah

sadar yakni pada saat tidur trans atau disaat pikiran klien hanya terfokus

pada kata-kata terapis (hipnosan) dengan tujuan menyembuhkan

permasalahan klien (gangguan psikosomatis).

2. Tahapan Hipnoterapi

Dalam praktik pelaksanaan hipnoterapi terdapat beberapa tahap yang

pada umumnya dijalankan, yaitu:

a. Pra Induction Interview

Semua peroses terapi diawali dengan tahap pra induction

interview. Ini adalah tahap yang sangat penting dan menentukan

hasil terapi yang akan dilakukan. Terapis (hipnosan) yang andal akan

meluangkan cukup waktu dalam melakukan tahap ini sebelum

masuk ke proses terapi berikutnya. Pra induction interview terdiri

dari empat tahap.


1) Membangun dan menjaga relasi

Tahap ini dimulai saat klien pertama kali menghubungi,

baik melalui telpon, e-mail, SMS, maupun bertemu langsung.

Cara menjawab klien saat kontak pertama akan menjadi kesan

pertama mengenai terapis, dan sangat mempengaruhi persepsi,

sikap, dan ekspektasi klien.

2) Mengatasi atau menghilangkan rasa takut

Pada tahap ini, terapis perlu menangani perasaan takut atau

persepsi klien yang salah atau kurang tepat mengenai hipnosis

dan hipnoterapi. Beberapa persepsi yang salah dalam pikiran

orang selama ini mengenai hipnosis adalah:

a) Hipnosis adalah praktik supranatural

b) Hipnosis adalah suatu bentuk penguasaan pikiran

c) Hipnosis sama dengan tidur

d) Hipnosis dapat mengubah kepribadian

e) Hipnosis dapat mengakibatkan lupa ingatan

Pada tahap ini terapis juga perlu menjelaskan bahwa

perannya hanyalah memberi penunjuk jalan, proses terapi yang

sesungguhnya dilakukan oleh klien sendiri.

3) Membangun ekspektasi
Jangan pernah menjanjikan bahwa dengan bantuan kita

klien pasti sembuh dari masalah yang mereka alami.Janji seperti

itu sangat berbahaya.Cara yang tepat untuk membangun

ekspektasi adalah menceritakan kasus-kasus yang pernah kita

tangani dan berhasil. Dengan mendengar kisah-kisah ini, akan

tumbuh ekspektasi atau pengharapan dalam diri klien.

Pengharapan ini akan menjadi katalisator yang sangat membantu

proses terapi. Tahap ini juga digunakan untuk menetapkan hasil

dicapai setelah terapi.Klien datang kepada terapis karena tahu

bahwa mereka punya masalah.Karena itu, secara sadar mereka

ingin sembuh atau terbebas dari masalah mereka.

4) Menggali dan mengumpulkan informasi

Pada tahap ini, terapis berusaha menggali dan

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai masalah

yang dihadapi klien. Terapis akan menemukan akar masalah

yang dihadapi oleh klien. Hal yang perlu diperhatikan adalah

terapis harus jujur kepada klien.Apabila masalah atau sakit yang

dialami klien itu disebabkan oleh pikiran (psikosomatis),

hipnoterapis dapat membantu menyelesaikan masalahnya.Jika

penyebab sakitnya adalah fisik, misalnya kepala pusing karena

tekanan darah yang rendah, terapis hendaknya menganjurkan


klien untuk menemui dokter yang memang kompeten untuk

menangani masalah klien tersebut.

b. Induction (Induksi)

Setelah dilakukan pra induction interview untuk mengetahui

akar masalah dan menentukan prosedur terapi, klien dibimbing untuk

masuk kedalam kondisi trance. Untuk membantu klen masuk

kedalam kondisi trance, terapis (hipnosan) melakukan induksi. Pada

tahapan awal induksi seorang suyet (klien) diberikan sugesti ringan

agar dapat merasa nyaman dan rileks. Teknik induksi yang sering

digunakan oleh hipnotis adalah relaksasi. Teknik ini dilakukan

dengan memberikan sugesti relaksasi tubuh secara menyeluruh agar

suyet (klien) dapat benar-benar masuk ke alam subconciousnya (alfa

dan teta) serta menerima sugesti dengan baik. Contoh induksi yang

diberikan terapis kepada klien saat diterapi:

Alur induksi: Memejamkan mata. Intruksi bagi klien: Tarik

napas yang dalam. Lepaskan. Pejamkan mata anda dan biarkan

badan anda menjadi santai. Santaikan otot-otot di sekeliling mata

anda. Santai dan seamakin santai. Terus buat santai dan lepaskan

semua ketegangan. Biarkan mata anda tetap terpejam. (Jeda) bagus.

(Jeda).
Alur induksi: Relaksasi tubuh. Intruksi bagi klien: Alirkan

gelombang santai yang sama ke seluruh tubuh anda dari ubun-ubun

sampai ujung jari-jari kaki anda. (Jeda).

Alur induksi: Fraksinasi Intruksi bagi klien: Sebentar lagi, saya

akan meminta anda membuka mata anda dan menutupnya kembali.

Di saat menutup mata, anda akan santai 10 kali lipat dari sekarang.

Buka mata anda, tutup....sepuluh kali lebih santai. Saya kembali akan

meminta anda membuka dan menutup mata. Kali ini, anda akan

merasa dua kali lebih santai dari sebelumnya. Buka mata

anda....tutup. Dua kali lebih santai dari sebelumnya. (Jeda) bagus

saya masih akan meminta anda membuka dan menutup mata.

Buka...Tutup. Rasakan gelombang santai yang lebih dalam. (Jeda).

Alur induksi: Menjatuhkan tangan Intruksi bagi klien: Dengan

tetap menjaga rasa santai yang sekarang anda rasakan, saya akan

menyentuh pergelangan tangan anda dan mengangkatnya. Anda

tidak perlu membantu saya. (Sambil memegang pergelangan tangan

kanan) saya akan sedikit mengangkat lengan kanan anda dan

menjatuhkannya. Ketika jatuh, buat perasaan anda semakin santai

dan santai semakin dalam. (Jatuhkan) setiap kali saya mengangkat

lengan kanan anda dan menjatuhkannya, anda akan santai, semakin

dalam. (Jatuhkan beberapa kali).

Alur induksi: Amnesia Intruksi bagi klien: Sekarang badan anda

terasa sangat santai. Sesaat lagi saya akan membantu membuat


perasaan anda menjadi lebih santai. Saya akan meminta anda

menghitung mundur dari 100 dengan suara yang jelas. Setiap

hitungan mundur akan membuat pikiran dan hati anda menjadi santai

dan tenang. Hanya dalam beberapa hitungan, anda akan merasa

sangat santai. Angka-angka yang lain akan menjauh, samar-samar,

dan hilang dalam pikiran anda. Ketika anda mengalaminya, rasakan

ketegangan di hati dan pikiran anda menjadi sirna. Setiap kali

membuang napas, hitunglah mundur dari 100...99...98... biarkan

setiap angka membuat anda menjadi santai dan tenang. Hanya

dengan beberapa hitungan, sisa angka yang lain akan hilang dengan

sendirinya. Mulailah menghitung mundur sekarang...(Biarkan klien

menghitung mundur). Di antara dua hitungan, berilah penguatan,

seperti bagus atau lanjutkan.

Alur induksi: Sugesti posthipnotik Intruksi bagi klien: (Inilah

inti dari hipnoterapi. Terapis memberi sugesti yang berkaitan dengan

penyakit atau gangguan yang dialami klien. Sugesti ini bertujuan

menerapi dan memodifikasi perilaku klien).

Alur induksi: Akhir induksi Intruksi bagi klien: Bila anda

merasa siap untuk kembali bangun, silahkan menghitung satu sampai

lima. Pada hitungan lima nantinya, mata anda terbuka dan anda akan

merasa santai dan segar sekali. Mulailah menghitung dengan suara

yang jelas. Dan setiap hitungan, anda menjadi semakin segar dan

pada hitungan kelima anda bangun dan merasa segar sekali.


c. Deepening

Setelah berhasil membimbing klien masuk kedalam

kondisitrance maka dilakukan tahap deepening, yakni tahapan untuk

menggunakan berbagai teknik hipnoterapi. Deepening sangat

tergantung pada teknik yang digunakan. Terapis harus mampu

membimbing dan membantu klien masuk kedalam trance yang

sesuai agar dapat dicapai hasil terapi yang optimal.

Pada tahap deepening, yakni pada saat klien memasuki tidur

trans (tidur hipnosis) digunakan oleh terapis (hipnosan) untuk

memberikan sugesti secara mendalam berupa kata-kata yang

membentuk sebuah keyakinan dalam diri klien.

d. Depth level test (tes kedalaman hipnosis)

Depth level test dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman

sugesti klien memasuki alam bawah sadarnya. Depth level test dapat

berupa sugesti sederhana. Setiap orang memiliki tingkat kedalaman

yang berbeda tergantung dari keadaan, pemahaman, mood, waktu,

lingkungan, dan keahlian sang hipnotis sendiri. Kebutuhan untuk

penggunaan depth level test juga berbeda tergantung dari maksud

dan tujuan seorang hipnosis tersebut.

e. Termination (terminasi)
Terminasi adalah proses berpindah kembalinya pikiran bawah

sadar (suconcious) ke pikiran sadar (concious). Proses terminasi

dilakukan apabila klien telah siap untuk di bangunkan dari ‘tidur

hipnosisnya.

f. Post hypnotic behavior (perilaku pasca hipnosis)

Post hypnotic behavior adalah perilaku atau nilai baru yang

didapatkan oleh seorang klien setelah terbangun dari ‘tidur hipnosis’.

3. Teknik Hipnoterapi

Teknik-teknik ini dapat digunakan secara terpisah atau digabung satu

sama lain sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien.

a. Ideomotor Response

Ini adalah cara untuk mendapatkan jawaban “ya” atau “tidak”,

atau “tidak tahu” dari klien dengan cara menggerakkan salah satu

jari tangan. Teori di balik teknik ini adalah bahwa orang cenderung

memberikan jawaban yang jujur, sesuai dengan pikiran bawah sadar,

melalui respon gerakan fisik (ideomotor response) daripada dalam

bentuk verbal atau ucapan.

b. Hipnotic Regression
Teknik regresi adalah teknik yang membawa klien mundur ke

masa lampau untuk mencari tahu penyebab suatu masalah. Teknik

ini biasanya menggunakan affect bridge (jembatan perasaan) atau

feeling connection. Caranya, klien diminta untuk menghayati

perasaannya (misalnya: takut, cemas, atau ngeri) kemudian diminta

mundur ke masa lampu saat perasaan ini muncul untuk pertama

kalinya.

c. Systematic Desensitzation

Sesuai dengan namanya, teknik ini bertujuan untuk mengurangi

sensitivitas klien terhadap phobianya. Misalnya, klien takut pada

laba-laba. Klien diminta untuk mengimajinasikan laba-laba yang

berada tiga meter dari tempat ia berdiri. Selanjutnya jarak antara

laba-laba dan klien diperpendek. Setelah klien merasa nyaman

dengan jarak ini, jaraknya semakin diperpendek. Kemudian klien

bisa diminta untuk melihat laba-laba yang sesungguhnya dari jarak

tiga meter, dan selanjutnya jarak bisa diperdekat persis seperti dalam

imajinasi.

d. Implosisive Desensitizition

Teknik ini digunakan bila klien mengalami abreaction.Setelah

diberi kesempatan mengalami kondisi itu selama 30 hingga 60 detik,

klien dibawa ke tempat kedamaian untuk menenangkan dirinya.


Setelah klien tenang, ia dibawa kembali ke peristiwa traumatik itu.

Klien akan mengalami abreaction lagi tetapi dengan tingkat

intensitas yan semakin berkurang Setelah 30 hingga 60 detik,

bawalah klien ketempat kedamaian. Kemudian bawa Kembali ke

peristiwa traumatic. Demikian selanjutnya. Tujuannya adalah

menurunkan tingkat intensitas emosi secara bertahap.Oleh karena itu

beberapa pakar, teknik ini disebut dengan istilah circle therapy.

e. Desensitizition by Object Projection

Teknik ini meminta klien untuk membayangkan emosi, rasa

sakit, atau masalahnya keluar dari tubuh klien dan mengambil suatu

bentuk yang mewakili masalahnya itu.Bentuk sepenuhnya ditentukan

oleh klien.Jika klien membayangkan sebuah bola, terpis memintanya

untuk mengecilkan objek itu (artinya, masalah atau rasa sakit itu juga

mengecil atau berkurang).

f. The informed Child Technique

Saat merasakan kembali (revivification) pengalaman

traumatiknya, klien akan mengalami abreaction. Setelah mengalami

kondisi ini selama 30 hingga 60 detik, klien dibawa ke tempat

kedamaian untuk menenangkan dirinya.Setelah itu, klien dibawa

kembali kepengalaman traumatiknya. Namun, kali ini terapis


mensugesti klien kembali ke masa lampaunya dengan membawa

serta semua pengetahuan, pengalaman, kebijaksanaan, dan

pengertian yang ia miliki saat dewasa sekarang.

Hal ini memberikan kesempatan kepada klien untuk melihat

kejadian itu dengan perspektif yang berbeda, memberikan makna

baru, mendapatkan kebijaksanaan dari pengalaman traumatik itu,

melakukan pelapasan (release), dan melakukan pembelajaran ulang

(re-learning) sesuai dengan yang diinginkannya

g. Gestalt Therapy

Ini adalah teknik terapi yang dilakukan dengan menggunakan

permainan peran atau role play. Dalam teknik ini, klien diminta

memainkan peran secara bergantian, baik sebagai dirinya sendiri

maupun sebagai orang lain penyebab trauma atau luka batin. Dengan

demikian, masalahnya dapat terselesaikan dan muatan emosi negatif

bisa di-release.

h. Rewriting History (Reframing)

Bagian pertama dari teknik ini dilakukan dengan the informed

child technique. Bagian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan

Gestalt therapy yang memungkinkan klien untuk menyampaikan apa

yang ingin ia katakan pada orang yang menyebabkan luka batin.


i. Rewriting History (Reframing)

Teknik ini menggunakan layar bioskop. Klien diminta untuk

masuk ke gedung bioskop, duduk di depan layar, di posisi tengah.

Selanjutnya klien diminta membayangkan hasil yang ingin ia capai

atau dapatkan. Seluruh skenario film yang diputar di layar bioskop

mental ini di tentukan oleh klien.

j. Positive Programmed Imagery

Teknik ini dapat digunakan sebelum klien dibangunkan dari

kondisi trance. Mintalah klien untuk membayangkan dirinya

nyaman, tenang, dan santai dalam menghadapi situasi yang sama

seperti saat sebelum dilakukan terapi. Sebelumnya klien mengalami

rasa takut dan cemas akibat phobia. Mintalah klien untuk

memberikan tanda bahwa ia telah selesai melakukan Positive

Programmed Imagery dengan menggerakkan jarinya atau dengan

tanda lain. Teknik ini hanya efektif bila dilakukan setelah teknik-

teknik lainnya terlebih dahulu.

k. Verbalizing

Dalam teknik ini, klien diminta untuk berbicara atau

mengucapkan pemahaman baru atau apa yang menurutnya harus


dilakukan. Apabila klien yang mengucapkannya, efeknya akan

menjadi sangat kuat daripada bila hal yang sama diucapkan oleh

terapis. Saat seseorang memberi tahu dirinya sendiri dalam kondisi

trance, terbuka peluang besar untuk re-learning. Hal ini selanjutnya

dapat meningkatkan reseptivitas atau penerimaan post hypnotic

suggestion yang diberikan oleh terapis.

l. Direct Suggestion

Sugesti yang bersifat langsung (direct suggestion) diberikan

berdasarkan apa yang diucapkan oleh klien (verbalizing).

m. Indirect Guided Imagery (Ericksonian Methapors)

Karena teknik ini menggunakan metafora, terapis mempunyai

script atau cerita yang telah di siapkan sebelumnya. Cerita yang

disampaikan sepenuhnya tergantung pada terapis. Namun,

penyimpulan makna cerita itu dilakukan pada klien.

n. Inner Guide

Yang di maksud inner guide bisa berupa penasihat spiritual,

malaikat, mentor, orang, atau bagian dari diri klien yang bijaksana.

Dalam teknik ini, klien dibantu oleh Inner Guide untuk

menyelesaikan masalahnya.

o. Parts Therapy
Teknik ini digunakan untuk membantu klien menyelesaikan

inner conflict atau konflik yang timbul dari pertentangan di antara

“bagian-bagian” dari klien.

p. Dream Therapy

Terapi ini menggunakan mimpi sebagai simbol yang

dikomunikasikan oleh pikiran bawah sadar. Mimpi yang digunakan

untuk analisis dan terapi adalah mimpi yang terjadi selama lebih

kurang sepertiga waktunya menjelang bangun. Misalnya, bila klien

tidur selama enam jam, yang di analisis adalah mimpi yang terjadi

pada dua jam terakhir sebelum ia bangun.

D. Kerangka Teori
Gambar 2.1

Sumber : Adaptasi dari Mubarak dkk ,(2015); Suardi, (2011); Kozier, et al (2010); Edelman &
Mandle, (2010); Potter & Perry, (2010); Pitaloka, et al (2015); Nurdin, (2010); Smeltzer, (2010);
Taylor, (2011); Primadona, (2010)

E. Kerangka Konsep

Kelompok Intervensi
Variabel bebas Variabel terikat

Hipnoterapi Kualitas Tidur

Kelompok Kontrol
Gambar 2.2

F. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (H0) :

Tidak adanya pengaruh hipnoterapi terhadap kualitas tidur pada

pasien pre operasi vitrektomi di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata

Cicendo Bandung.

2. Hipotesis Alternatif (Ha/H1):

Ada pengaruh hipnoterapi terhadap kualitas tidur pada pasien pre

operasi vitrektomi di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

Bandung.

G.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan desain penelitian Non-equivalent

Control Group ………………………………………………………………….

Penggunaan desain ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu untuk

mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap kualitas tidur pada pasien pra operasi

Vitrektomi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

C. Waktu dan Tempat Penelitian

D. Variabel Penelitian

E. Definisi Operasional

F. Instrumen Penelitian

G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

H. Prosedur Penelitian dan Pengolahan Data

I. Analisa Data

J. Etika Penelitian

K. Keterbatasan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Afriani. (2015). Pengaruh Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas 5, SDN

Purwoyoso02, Ngaliyan Semarang. In Program Pascasarjana Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Wali Songo Semarang.

Anggarwati, E. S. B., & Kuntarti, K. (2016). Peningkatan Kualitas Tidur Lansia

Wanita melalui Kerutinan Melakukan Senam Lansia. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 19(1), 41–48. https://doi.org/10.7454/jki.v19i1.435

Apriansyah, A., Romadoni, S., & Andrianovita, D. (2015). Hubungan antara

tingkat kecemasan pre-operasi dengan derajat nyeri pada pasien post sectio

caesaria. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(1), 1–9.

Gehrman, P., & Ancoli-Israel, S. (2016). Insomnia in the elderly. Insomnia:

Diagnosis and Treatment, 224–234.

Hari Prasetiyo, S. I. P. A. I. R. R. (2018). Pengaruh Spiritual Emotional Freedom

Technique (SEFT) Terhadap Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap Kelas III di

RSUD Sleman Yogyakarta. Goldenday, 4(3), 76–86.

Irianto, A. D., Kristiyawati, S. P., & Supriyadi. (2014). Pengaruh hipnoterapi

terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani

kemoterapi di rs telogorejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan

Kebidanan, 1(1), 1–10.

Kahija, Y. La. (2007). Hipnoterapi PRINSIP-PRINSIP DASAR PRAKTIK

PSIKOTERAPI. PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA JAKARTA, 215.

Mading, F. (2015). Gambaran karakteristik lanjut usia yang mengalami insomnia


di panti wreda dharma bakti pajang surakarta. Jurnal Keperawatan, 1–15.

eprints.ums.ac.id/36768/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf

Moi, M. A., Widodo, D., & Sutriningsih, A. (2017). Hubungan Gangguan Tidur

Dengan Tekanan Darah Pada Lansia. Nursing News : Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Keperawatan, 2(2), 124–131.

Purnawinadi, I. G., & Salii, S. (2020). Durasi Penggunaan Media Sosial Dan

Insomnia Pada Remaja. Klabat Journal of Nursing, 2(1), 37.

https://doi.org/10.37771/kjn.v2i1.430

Rajin, M. (2017). Terapi Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) Untuk

Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi di Rumah sakit. Jurnal

Lembaga Penelitian Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, 1(2), 1–5.

Setyandriana, Y. (2016). Vitrektomi pada Pasien dengan Retinopati Diabetik.

Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 10(1), 80–85.

Setyawan, A. B. (2017). Hubungan Tingkat Ruang Angsoka Rumah Sakit. Jurnal

Ilmiah Sehat Bebaya, Vol.1 No.

Sinaga, R. T., Rares, L., & Sumual, V. (2016). Indikasi Vitrektomi Pada Kelainan

Retina Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (Bkmm) Propinsi Sulawesi

Utara Periode Januari 2014-Desember 2014. E-CliniC, 4(1), 2014–2017.

https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10983

Spreckhelsen, T., Jalaluddin, M., Chalil, A., Muhammadiyah, U., & Utara, S.

(2021). JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 5 No. 4 Oktober 2021. 5(4), 32–41.

Ulfa, E. H. (2020). KARAKTERISTIK PASIEN PROLIFERATIVE DIABETIC

RETINOPATHY YANG DIBERIKAN TINDAKAN VITREKTOMI DI


RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERIODE JANUARI DESEMBER 2019. SELL Journal, 5(1), 55.

Anda mungkin juga menyukai