Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PRELOADING CAIRAN KRISTALOID


TERHADAP TEKANAN DARAH DAN HEART RATE PADA
PASIEN SECTIO CAESAREA MENGGUNAKAN
SPINAL ANESTESI DI RSUD
KOTA SALATIGA

ARI RISTIYADI
P.07.120.721.028

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


ANESTESIOLOGI ALIH JENJANG JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2022

I
PROPOSAL

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PRELOADING CAIRAN KRISTALOID


TERHADAP TEKANAN DARAH DAN HEART RATE PADA
PASIEN SECTIO CAESAREA MENGGUNAKAN
SPINAL ANESTESI DI RSUD
KOTA SALATIGA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi Alih
Jenjang

ARI RISTIYADI
P.07.120.721.028

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


ANESTESIOLOGI ALIH JENJANG JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2022

I
II
PERSETUJUAN PEMBIMBING

PROPOSAL SKRIPSI
“Efektivitas Pemberian Preloading Cairan Kristaloid terhadap Tekanan Darah dan
Heart Rate pada Pasien Sectio Caesarea Menggunakan
Spinal Anestesi di RSUD Kota Salatiga”

Disusun oleh :
ARI RISTIYADI
P.07.120.721.028

telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :


………………………….

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Atik Badi’ah, S. Pd., S.Kp., M.Kes Ns. Yusniarita, S.Kep., M.Kep
NIP196512301988032001 NIP 197102081993022001

Yogyakarta,

Ketua Jurusan Keperawatan

Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp. Kom

II
NIP 19720716199403100

III
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

“Efektivitas Pemberian Preloading Cairan Kristaloid terhadap Tekanan Darah dan


Heart Rate pada Pasien Sectio Caesarea Menggunakan
Spinal Anestesi di RSUD Kota Salatiga”

Disusun Oleh
ARI RISTIYADI
P.07.120.721.028
.

Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan


Penguji Pada tanggal :

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua,
Sarka Ade Susana, SIP, S. Kep. MA (.................................................)
NIP 196806011993031006

Anggota,
Dr. Atik Badi’ah, S. Pd., S.Kp., M.Kes
NIP 196512301988032001

Anggota,
Ns. Yusniarita, S.Kep., M.Kep (.................................................)
NIP 197102081993022001

Yogyakarta,……………………

Ketua Jurusan Keperawatan

Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp. Kom


NIP 19720716199403100

III
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ari Ristiyadi

NIM : P.07.120.721.028

Tanda Tangan : ...............................

Tanggal : .............................

IV
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI PROPOSAL
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:

Nama : Ari Ristiyadi


NIM : P.07.120.721.028
Program Studi : D-IV Keperawatan Anestesiologi Alih Jenjang
Jurusan : Keperawatan

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes


Kemenkes Yogyakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right)
atas Skripsi saya yang berjudul :
Efektivitas Pemberian Preloading Cairan Kristaloid terhadap Tekanan Darah dan Heart Rate
pada Pasien Sectio Caesarea Menggunakan Spinal Anestesi di RSUD kota salatiga
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga
Pada tanggal : …………………….

Yang menyatakan
Materai 10000

( ARI RISTIYADI )

V
VI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat dan rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan

Keperawatan Anestesiologi pada Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan

Anestesiologi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Penelitian

ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Joko Susilo, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

2. Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom., selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

3. Dr. Catur Budi Susilo,S.Pd., S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Prodi Sarjana

Terapan Keperawatan Anestesiologi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang

telah memberikan semangat, dukungan, bimbingan dan informasi selama

proses perkuliahan.

4. Dr Atik badiah S.Pd. S.Kp, M.Kes., selaku pembimbing utama yang senantiasa

memberikan masukan, dorongan, bimbingan, arahan, dan nasihat selama

penelitian ini.

5. Ns. Yusniarita, S.Kep., M.Kep., selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak mengarahkan dan memberi ide, bimbingan, arahan serta gagasan

selama penelitian ini.

6. Sarka Ade Susena, SIP., S.Kep., MA., yang telah menguji penelitian ini serta

memberikan masukan, arahan, serta bimbingan.

VI
7. Direktur RSUD Kota Salatiga yang telah memberikan izin studi pendahuluan

dan penelitian di RSUD Kota Salatiga.

8. Semua subyek penelitian dan semua pihak yeng telah membantu dalam

penelitian ini.

9. Orang tua tercinta, untuk semua kesabaran, perhatian serta do’a, dukungan

dan pengertian yang senantiasa diberikan.

10. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan do’a semangat dan

dukungannya.

11. Tim Anestesi RSUD Kota Salatiga , terimakasih banyak atas kebijakan dan

dukungan serta bantuannya.

12. Seluruh keluarga Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Salatiga terimakasih

banyak atas bantuannya.

13. Seluruh dosen Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang berguna dan

bermanfaat.

14. Rekan-rekan Alih Jenjang Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi

angkatan kedua atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak

memberikan bantuan dan dukungan semangat.

VI
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Januari 2022

Penulis

VI
VII
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................................VI
DAFTAR ISI......................................................................................................VII
DAFTAR GAMBAR........................................................................................VIII
DAFTAR TABEL...............................................................................................IX
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................X
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................5
E. Keaslian Penelitian..............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................10
A. Tinjauan Pustaka................................................................................................10
B. Kerangka Teori..................................................................................................36
C. Kerangka Konsep...............................................................................................37
D. Hipotesis.............................................................................................................37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................38
A. Jenis dan Desain Penelitian..............................................................................38
B. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................................38
C. Variabel Penelitian............................................................................................42
D. Populasi, Sampel, Teknik Sampling................................................................42
E. Definisi Operasional..........................................................................................43
F. Instrumen Penelitian..........................................................................................44
G. Prosedur Penelitian............................................................................................45
H. Cara Pengolahan Data.......................................................................................47
I. Analisa Data.......................................................................................................48
J. Etika Penelitian..................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................52
LAMPIRAN

VII
VII
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori..................................................................................36
Skema 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................37

VIII
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Level ketinggian blokade.....................................................................31
Tabel 3.1 Desain Penelitian.................................................................................38
Tabel 3.2 Definisi Operasional............................................................................43

IX
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Permohonan Menjadi Responden............................................ 53
LAMPIRAN 2 Surat Persetujuan Responden................................................... 54
LAMPIRAN 3 Lembar Observasi.................................................................... 55
LAMPIRAN 4 Rencana Anggaran Penelitian.................................................. 56
LAMPIRAN 5 Jadwal Penelitian..................................................................... 57

X
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian preloading pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal

dengan 1-2 liter cairan intravena (kristaloid atau koloid) sudah secara luas

dilakukan untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal. Pemberian cairan

tersebut secara rasional untuk meningkatkan volume sirkulasi darah dalam

rangka mengkompensasi penurunan resistensi perifer (Salinas, 2019).

Pencegahan hipotensi dapat dilakukan dengan memberikan cairan kristoloid

Ringer Laktat secara cepat 10-15 ml/kg BB (Sunatrio, 2014).

Data yang didapat di IBS RSUD Kota Salatiga mengenai pemberian

cairan sebelum dilakukan tahap pembiusann anastesi spinal intensitasnya

masih belum semuanya dilakukan preloading carian, sehingga pasien masih

banyak yang mengalami perubahan pada Tanda-tanda vital.

Penanganan status cairan pasien yang agresif telah terbukti dapat

mengurangi morbiditas dan mortalitas serta lama rawat inap di rumah sakit.

Akan tetapi, pilihan cairan yang sebaiknya digunakan untuk mengganti

kehilangan cairan dan darah intraoperatif masih belum dapat ditentukan

secara tuntas. Cairan kristaloid dan koloid dapat dipakai untuk tujuan

pengganti cairan dan darah tersebut, termasuk juga untuk pengisian volume

sirkulasi pada anastesi spinal (Sunatrio, 2012).

Komplikasi hemodinamik pada anestesi spinal yang paling sering terjadi

adalah perubahan tekanan darah yaitu hipotensi. Hal ini merupakan

perubahan fisologis yang sering terjadi pada anestesi spinal (Liguori, 2017).

1
2

Insidensi kejadian hipotensi pada anestesi spinal mencapai 8 – 33 %

(Liguori, 2017).

Data yang didapatkan di kamar bedah Rumah Sakit Pusat Pertamina pada

bulan September sampai dengan November 2017 dari 33 pasien yang

dilakukan seksio sesarea dengan anestesi spinal sebanyak 21 orang (70%)

mengalami hipotensi dibawah 100 mmHg atau 20% dari tekanan darah

sebelum dilakukan anestesi spinal (Handayani, 2017). Hipotensi pada ibu

adalah masalah serius yang paling umum terjadi setelah anestesi spinal pada

seksio sesarea, dengan angka kejadian mencapai 80% (Ouerghi, et al. 2012).

Hipotensi intraoperatif akibat hipovelemia dianggap sebagai penyebab

utama dari morbiditas dan mortalitas pasca bedah. Hipotensi yang

berlangsung lama dan tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan

hipoksia jaringan. Jika keadaan ini terus berlanjut, akan menyebabkan syok

hingga kematian (Leksana, 2016). Hipotensi sendiri dapat memberikan efek

langsung pada janin. Sistem uteroplasenta tidak memiliki autoregulasi, karena

sistem pembuluh darah plasenta sudah mengalami vasodilatasi maksimal,

sehingga perfusi uteroplasenta tergantung pada tekanan darah ibu hamil.

Tekanan darah terendah yang dapat dikompensasi untuk menjamin perfusi

uteroplasenta manusia yang masih baik sampai saat ini belum dapat

ditentukan (Baraka, 2016).

Berdasarkan pengalaman atau pengamatan peniliti dilapangan, bahwa

ketinggian blok anestesi di T12-L1 dapat menyebabkan ternjadinya hipotensi.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotensi pada pasien operasi dengan

spinal anestesi antara lain: ketinggian blok simpatis, posisi pasien, kondisi
3

pasien dan agent (obat) anestesi spinal. Berdasarkan survey di RSUD Kota

Salatiga, ternyata faktor dominan penyebab hipotensi adalah ketinggian blok

simpatis dan obat spinal anestesi. Beberapa cara dilakukan untuk menurunkan

angka kejadian hipotensi pasca anestesi spinal. Ada lima cara alternatif

pencegahan hipotensi pada anestesi spinal yaitu pemberian vasopresor,

modifikasi teknik anestesi regional, modifikasi posisi, kompresi tungkai

pasien, dan pemberian cairan intravena.

Anestesi spinal adalah salah satu jenis anestesi regional yang dilakukan

dengan menyuntikkan anestetik ke dalam ruang subarakhnoid dan merupakan

salah satu teknik yang paling sering dipilih pada bedah sesar (Samodro,

2013). Keuntungan anestesi spinal adalah ibu masih dalam keadaan sadar saat

pembedahan dilakukan, sehingga kecil sekali kemungkinan terjadi aspirasi isi

lambung. Dari segi janin, tindakan anestesi ini bebas dari obat-obat yang

mempunyai efek fetal distress.

Pada pasien yang mengalami operasi elektif, mereka akan dipuasakan

minimal 6 jam. Puasa ini akan menyebabkan pasien mengalami defisit cairan

±12 cc / kgBB. Preloading yang kita berikan seharusnya melebihi defisit

cairan itu sehingga apabila terjadi vasodilatasi karena blok simpatis oleh obat

anestesi, diharapkan cairan yang telah diberikan dapat mengkompensasinya

sehingga tidak terjadi hipotensi. Pemberian kristaloid saat dilakukan

anestesi spinal lebih efektif dalam menurunkan insidensi terjadinya

hipotensi, karena dengan cara ini kristaloid masih dapat memberikan volume

intravaskuler tambahan ( additional fluid ) untuk mempertahankan venous

return dan curah jantung (Mojica, et al. 2017).


4

Data yang didapatkan dari RSUD Kota Salatiga, diperoleh hasil: sejak

bulan Juni – Desember 2021 terdapat 438 kasus operasi, dimana 306 (70%)

kasus operasi dilakukan dengan anestesi spinal atau sekitar 51 kasus perbulan,

dengan rata-rata 33 (65%) adalah kasus bedah dan 18 (35%) kasus obstetri

ginekologi, yang mana dari 18 kasus obstetri ginekologi tersebut, tujuh

diantaranya merupakan kasus obstetri ginekologi non seksio sesarea.

Mengingat banyaknya kasus operasi dengan anestesi spinal dan tingginya

frekuensi komplikasi hipotensi pada teknik anestesi tersebut, serta adanya

perbedaan cara mengantisipasi terjadinya komplikasi hipotensi pada anestesi

spinal, membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang efektivitas pemberian

preloading cairan kristaloid terhadap tekanan darah dan heart rate pada

pasien Sectio Caesarea menggunakan spinal anestesi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan melakukan

penelitian untuk mengetahui “Bagaimana efektivitas pemberian preloading

cairan kristaloid terhadap tekanan darah dan heart rate pada pasien Sectio

Caesarea dengan spinal anestesi di RSUD kota Salatiga.”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas pemberian preloading cairan kristaloid

terhadap perubahan tekanan darah dan heart rate pada pasien Sectio

Caesarea menggunakan spinal anestesi di RSUD kota Salatiga.


5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tekanan darah dan heart rate sebelum pemberian

preloading cairan kristaloid pada pasien Sectio Caesarea dengan spinal

anestesi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Salatiga

b. Untuk mengetahui tekanan darah dan heart rate sesudah pemberian

preloading cairan kristaloid pada pasien Sectio Caesarea menggunakan

spinal anestesi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Salatiga

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan ilmu kepenataan

anestesi dalam memberikan asuhan kepenataan pre anestesi yang berkaitan

dengan pre loauding cairan sesuai kebutuhan pasien sectio caesarea.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Institusi RSUD Kota Salatiga

Sebagai bahan masukan untuk memantapkan kebijakan dalam melakukan

preloading cairan sesuai kebutuhan pasien pada pre operasi

menggunakan anestesi spinal untuk mencegah kejadian penurunan

hemodinamik pada intra anestesi.


6

b. Bagi Institusi Pendidikan D-IV Keperawatan Anastesi

Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam

bidang keperawatan anestesi di Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta dan tambahan referensi ilmiah di perpustakaan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

c. Bagi Profesi Penata Anestesi di IBS RSUD Kota Salatiga

Sebagai bahan pertimbangan bagi penata anestesi dalam melaksanakan

praktik kepenataan anestesi pada tahap pre operasi dalam pemberian

preloading cairan pada pasien pre anestesi spinal.

d. Bagi Pasien

Sebagai bahan informasi tentang pemberian preloading cairan pasien pre

anestesi spinal sehingga mampu mencegah komplikasi intra maupun

pasca anestesi spinal.

e. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai efektifitas pre

loading cairan pada pasien sectio caesarea menggunakan spinal anastesi

f. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai acuan dan sumber penelitian mengenai efektifitas pre loading

cairan pada pasien sectio caesarea menggunakan spinal anastesi.


7

E. Keaslian Penelitian

1. Fikran (2016), Tavianto, Tinni T. Maskoen. Perbandingan Efek Pemberian

Cairan Kristaloid Sebelum Tindakan Anestesi Spinal (Preload) dan Sesaat

Setelah Anestesi Spinal (Coload) terhadap Kejadian Hipotensi Maternal

pada Seksio Sesarea. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

pengaruh waktu pemberian cairan kristaloid terutama Ringerfundin yang

lebih baik antara preload dibanding dengan coload dalam mencegah

hipotensi maternal selama anestesi spinal pada seksio sesarea. Metode

penelitian ini merupakan eksperimental dengan analisis data uji chi square.

Teknik Sampling dalam penelitian ini menggunakan Simple Random

Sampling dengan jumlah sampling minimal 18 subjek untuk tiap

kelompok. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian cairan

kristaloid secara coload lebih efektif daripada preload untuk pencegahan

hipotensi maternal setelah anestesi spinal pada seksio sesarea. Persamaan

penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu terdapat

kesamaan dalam variabel terikatnya yaitu kejadian perubahan tekanan

darah terutama hipotensi, sedangkan perbedaannya yaitu pada analisis

data, dimana untuk penelitian ini hasil penelitian dianalisis dengan uji-t,

Uji Mann-Whitney, dan uji chi-kuadrat sedangkan analisis data pada

penelitian yang akan diteliti menggunakan paired T-Test. Pada penelitian

ini teknik pengambilan sampling menggunakan simple random sampling,

sedangkan teknik pengambilan sampling pada penelitian yang akan diteliti

menggunakan accidental sampling.


8

2. Wijaya (2014), Fithrah, Marsaban, Hidayat. Efektivitas Pemberian Cairan

Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam Puasa untuk Mencegah Mual

Muntah Pascaoperasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas

pemberian cairan praoperatif Ringer laktat 2 mL/kgBB/jam puasa untuk

menurunkan angka kejadian mual muntah pascamastektomi. Metode

penelitian ini merupakan eksperimental memakai analisis data uji chi

square. Teknik Sampling dalam penelitian ini menggunakan Simple

Random Sampling dengan jumlah sampling sebanyak 102 diacak ke dalam

kelompok hidrasi dan kelompok kontrol. Persamaan penelitian yang akan

dilakukan dengan penelitian ini yaitu dalam variabel bebasnya yaitu

Efektivitas Pemberian Cairan Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam

puasa, sedangkan perbedaannya yaitu pada analisis data, dimana untuk

penelitian ini hasil penelitian dianalisis dengan uji chi-kuadrat sedangkan

analisis data pada penelitian yang akan diteliti menggunakan uji paired T-

Test. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampling menggunakan

simple random sampling, sedangkan teknik pengambilan sampling pada

penelitian yang akan diteliti menggunakan accidental sampling.

3. Hermansyah (2015), Mardalena, Dewi. Perbedaan Efektifitas Antara

Coloading HES 6% 5 ml/kg BB dan Ringer Laktat 15 ml/kg BB dalam

Mencegah Hipotensi pada Anestesi Spinal di RSUD Harapan Insan

Sendawar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan efektifitas

antara Coloading HES 6% 5 ml/kg BB dan Ringer Laktat 15 ml/kg BB

dalam Mencegah Hipotensi pada Anestesi Spinal . Metode penelitian ini

yaitu menggunakan metode observasi analitik dengan desain penelitian


9

cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah uji chi square.

Teknik Sampling dalam penelitian ini menggunakan Total Sampling

dengan jumlah sampling sebanyak 64 sampel. Persamaan penelitian yang

akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu dalam variabel terikatnya

yaitu dalam mencegah hipotensi pada anestesi spinal, sedangkan

perbedaannya yaitu pada analisis data, dimana untuk penelitian ini hasil

penelitian dianalisis dengan uji chi-kuadrat sedangkan analisis data pada

penelitian yang akan diteliti menggunakan uji paired T-Test. Pada

penelitian ini teknik pengambilan sampling menggunakan total sampling,

sedangkan teknik pengambilan sampling pada penelitian yang akan diteliti

menggunakan accidental sampling.

Dari penelusuran hasil-hasil penelitian terdahulu, maka dapat ditarik

kesimpulan judul penelitian saya yang berjudul “Efektivitas Pemberian

Preloading Cairan Kristaloid terhadap Tekanan Darah dan Heart Rate

pada Pasien Sectio Caesarea menggunakan Spinal Anestesi” layak

dilakukan penelitiannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pre Loading Cairan


Pemberian preload pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal

dengan 1 – 2 liter cairan intravena (kristaloid atau koloid) sudah secara

luas dilakukan untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal. Pada

beberapa penelitian prehidrasi dengan larutan kristaloid 10 - 20 ml / kg

berat badan efektif mengkompensasi pooling darah di pembuluh darah

vena akibat blok simpatis atau pemberian cairan Ringer Laktat 500 - 1000

ml secara intravena sebelum anestesi spinal dapat menurunkan insidensi

hipotensi atau preload dengan 10 - 20 ml / kg berat badan cairan elektrolit

atau koloid digunakan secara luas untuk mencegah hipotensi karena

berpengaruh dalam meningkatkan cardiac output dalam rangka

mengkompensasi penurunan resistensi perifer (Tsai, 2017).

Pada beberapa penelitian sebelumnya dikatakan bahwa cairan koloid

lebih efektif dalam mengatasi hipotensi akibat anestesi spinal. Cairan

koloid ini dapat menurunkan resiko hipotensi karena didistribusikan dalam

ruang intravaskuler dan berat molekul yang relatif besar sehingga

mempunyai keunggulan dapat mempertahankan tekanan onkotik dan

cairan lebih lama berada dalam ruang intravaskuler dibandingkan dengan

cairan kristaloid. Tetapi koloid jarang dipakai sebagai cairan

profilaksis karena pertimbangan biaya dan bisa menyebabkan

anafilaksis walaupun sedikit kejadiannya (Zorco, 2019). Pada

10
penelitian lain menganjurkan

11
11

cairan kristaloid untuk digunakan sebagai preload pada tindakan anestesi

spinal. Hal ini dikarenakan cairan kristaloid ini mudah didapat, komposisi

menyerupai plasma (acetated ringer, lactated ringer), bebas reaksi

anafilaksis, dan dari segi biayanya lebih ekonomis. Untuk mengatasi

hipotensi secara efektif, penyebab utama dari hipotensi harus dikoreksi.

Penurunan curah jantung dan venous return harus diatasi, pemberian

kristaloid sering kali berguna untuk memperbaiki venous return.

Pemberian cairan juga harus dimonitor secara hati - hati, karena pemberian

cairan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya congestive heart

failure, oedem paru, ataupun keduanya (Tsai, 2017).

Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler.

Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan

mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak

menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan

dapat disimpan lama. Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup

(3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan

koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan

kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit (Kaswiyan, 2012).

Cairan Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium,

klorida). Kristaloid tidak mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak

terbatas dalam ruang intravascular dengan waktu paruh kristaloid di

intravascular adalah 20-30 menit. Beberapa peneliti merekomendasikan

untuk setiap 1 liter darah, diberikan 3 liter kristaloid isotonik. Kristaloid

murah, mudah dibuat, dan tidak menimbulkan reaksi imun. Larutan


12

kristaloid adalah larutan primer yang digunakan untuk terapi intravena

prehospital. Tonisitas kristaloid menggambarkan konsentrasi elektrolit

yang dilarutkan dalam air, dibandingkan dengan yang dari plasma tubuh.

Ada 3 jenis tonisitas kritaloid, diantaranya :

a. Isotonis.

Ketika kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit plasma, ia

memiliki konsentrasi yang sama dan disebut sebagai “isotonik” (iso,

sama; tonik, konsentrasi). Ketika memberikan kristaloid isotonis, tidak

terjadi perpindahan yang signifikan antara cairan di dalam

intravascular dan sel. Dengan demikian, hampir tidak ada atau

minimal osmosis. Keuntungan dari cairan kristaloid adalah murah,

mudah didapat, mudah penyimpanannya, bebas reaksi, dapat segera

dipakai untuk mengatasi defisit volume sirkulasi, menurunkan

viskositas darah, dan dapat digunakan sebagai fluid challenge test.

Efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya edema perifer

dan edema paru pada jumlah pemberian yang besar Contoh larutan

kristaloid isotonis: Ringer Laktat, Normal Saline (NaCl 0.9%), dan

Dextrose 5% in ¼ NS.

b. Hipertonis

Jika kristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma tubuh, itu lebih

terkonsentrasi dan disebut sebagai “hipertonik” (hiper, tinggi, tonik,

konsentrasi). Administrasi dari kristaloid hipertonik menyebabkan

cairan tersebut akan menarik cairan dari sel ke ruang intravascular.

Efek larutan garam hipertonik lain adalah meningkatkan curah jantung


13

bukan hanya karena perbaikan preload, tetapi 9 peningkatan curah

jantung tersebut mungkin sekunder karena efek inotropik positif pada

miokard dan penurunan afterload sekunder akibat efek vasodilatasi

kapiler viseral. Kedua keadaan ini dapat memperbaiki aliran darah ke

organ-organ vital. Efek samping dari pemberian larutan garam

hipertonik adalah hipernatremia dan hiperkloremia. Contoh larutan

kristaloid hipertonis: Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline, Dextrose

5% dalam Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5%

dalam RL.

c. Hipotonis

Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari

plasma dan kurang terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik” (hipo,

rendah; tonik, konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan

dengan cepat akan berpindah dari intravascular ke sel. Contoh larutan

kristaloid hipotonis: Dextrose 5% dalam air, ½ Normal Saline.

Sifat-sifat Cairan Secara umum diketahui dan disepakati bahwa

kristaloid hanya sebentar berada dalam ruang intravaskular dan ¼

bagian akan mengisi ruang ekstravaskuler yaitu interstisial. Apabila

kristaloid diberikan berlebihan dapat menyebabkan edema otak,

kinerja jantung berkurang, oksigenasi paru berkurang, menyebabkan

translokasi bakteri pada saluran cerna, dan penyembuhan luka

dihambat. Koloid akan mengisi ruang intravaskuler dan

mempertahankan volume intravaskuler lebih lama dibandingkan

kristaloid.
14

1) Cairan Kristaloid NaCI 0.9%

Cairan ini sedikit hipertonik karena mengandung Na 154

mmol/l (Na plasma 135- 147 mmol/l) dan Cl 154 mmol/l (Cl

plasma 94-111 mmol/l yang tidak fisiologis. Pemberian infus besar

dapat menyebabkan resiko asidosis metabolik. Uji klinis prospektif

terkontrol tersamar ganda (RCT) yang membandingkan efek

larutan koloid dan kristaloid seimbang dengan larutan yang

berdasarkan NaCI pada hiperkloremia, asidosis metabolik

hiperkloremia pasca bedah menunjukkan bahwa angka kejadian

asidosis metabolik lebih sering terjadi pada kelompok yang

mendapatkan NaCI 0.9% daripada yang mendapatkan cairan

kristaloid seimbang (67% vs 0%).

Penelitian oleh Mythen merupakan uji klinis RCT pertama

yang menunjukkan manfaat klinis potensial pemberian cairan

intravena dengan formulasi elektrolit seimbang. Mereka

membuktikan bahwa cairan ini menurunkan resiko asidosis

metabolik dan ketidak seimbangan elektrolit dan memperbaiki

perfusi organ. Tonometri gastrik menjadi predaktor penting sebagai

parameter perfusi organ. Penelitian oleh Mc Farlane dan Lee, dan

Scheingraber membuktikan bahwa pemberian NaCI 0.9% dalam

jumlah besar menyebabkan asidosis metabolik. Penelitian-

penelitian tadi membuktikan bahwa asidosis hiperkloremik dapat

mengganggu perfusi organ akhir dan berpengaruh pada mekanisme

pertukaran selular.
15

Macam kristaloid yang dikombinasikan dengan koloid juga

berpengaruh pada hasil akhir apabila diberikan dalam jumlah

besar. Suatu penelitian oleh Gan membuktikan bahwa profil

koagulasi pasien yang mendapatkan cairan koloid (Hextend yaitu

kanjiheta 464 6% dengan kombinasi kristaloid seimbang yaitu Na+

, K+ , Ca++, Mg++, dan Cl ) bufer laktat, dan glukosa kadar

fisiologis (90 mg/dl) mempunyai profit koagulasi lebih baik dan

kecenderungan kehilangan darah lebih sedikit daripada koloid

dengan kombinasi NaCI 0.9% (Hespan) dan sama efektifnya untuk

penatalaksanaan hipovolemia.

2) Larutan Ringer Laktat

Larutan ringer laktat dapat menyebabkan efek proakoagulan

dan kemungkinan tinibulnya kekerapan efek samping seperti

trombosis vena dalam, dan emboli paru. menunjukkan efek

prokoagulan akibat hemodilusi dan peningkatan trombosis vena

dalam pada pemberian kristaloid.

3) Larutan Ringer Asetat

Indikasi : Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada

kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka

bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi : Setiap liter asering mengandung:• Na 130

mEq• K 4 mEq• Cl 109 mEq• Ca 3 mEq• Asetat (garam) 28

mEq
Keunggulan:

a) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada

pasien yang mengalami gangguan hati

b) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis

laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus

c) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh

sentral pada anestesi dengan isofuran

d) Mempunyai efek vasodilator

e) Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10

ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus

sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral

2. Tekanan Darah dan Heart Rate, Sectio Caesarea menggunakan spinal

anestesi

a. Tekanan darah

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap

setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton & Hall, 2018). Tekanan

darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri saat darah

dipompakan keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah

berarti kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir dalam

pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh

manusia. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

curah jantung, volume, keadaan pembuluh darah dan kekentalan darah.

Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi

saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik sedangkan


17

tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung

beristirahat.

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik

terhadap tekanan diastolik. Tekanan darah normal orang dewasa pada

umumnya 120 / 80 mmHg. Batas diastole dikatakan normal adalah 60-

90 mmHg sedangkan sistole dikatakan normal diatas 90 – 140 mmHg

(Smeltzer, 2012).

Beberapa hal yang dapat meningkatkan aliran balik vena adalah

peningkatan volume darah. Pada kondisi tonus atau kontraktilitas

vaskuler berkurang serta adanya kelumpuhan otot seperti pada blok

anestesi venous return tidak terjadi secara maksimal, karena fisiologis

pooling terjadi akibat gaya gravitasi tidak teratasi (Guyton & Hall,

2018). Unit standart untuk pengukuran tekanan darah adalah

millimeter air raksa (mmHg) Tekanan darah berarti kekuatan yang

dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh

darah. Bila tekanan pada air raksa 50 mmHg itu berarti bahwa

kekuatan yang dihasilkan adalah cukup untuk mendorong kolom air

raksa sampai setinggi 50 mm. Demikian juga bila tekanan 100 mmHg

akan mendorong kolom air raksa setinggi 100 mm. Kadang – kadang

tekanan dinyatakan dalam centimeter air (cm H20), setiap kenaikan

tekanan 1,36 cm H2O akan menaikkan tekanan sebanyak 1 mm

tekanan air raksa (Guyton & Hall, 2018).

Pada saat terlentang tekanan rongga abdomen juga berpengaruh

terhadap curah jantung yang berasal dari ekstremitas bawah. Tekanan


18

normal rongga peritoneal pada seseorang yang terlentang rata – rata 6

mmHg, tetapi sewaktu – waktu dapat mengalami peningkatan sampai

15 mmHg akibat kehamilan, tumor besar dan kelebihan cairan di

rongga peritoneal. Bila hal ini terjadi tekanan di vena tungkai harus

naik diatas tekanan abdomen agar vena abdomen terbuka dan

memungkinkan darah mengalir ke tungkai jantung (Guyton & Hall,

2018).

1) Faktor fisiologis yang mempengaruhi tekanan darah antara lain

(Sekarsari, 2017):

a) Kelenturan dinding arteri

b) Kekentalan darah.

Semakin besar viskositas / kekentalan maka semakin besar

resistensi terhadap aliran

c) Kapasitas pembuluh darah. Semakin besar kapasitas

pembuluh darah maka makin tinggi tekanan darah.

2) Faktor patologis yang memengaruhi tekanan darah adalah:

a) Posisi duduk

Baroresptor akan merespon saat tekanan darah turun dan

berusaha menstabilkan tekanan darah.

b) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran

yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan

darah naik).
19

3) Hipotensi Pada Anestesi Spinal

Hipotensi adalah tekanan sistolik < 90 mmHg atau Mean

Arterial Pressure (MAP) < 65 mmHg (Sprigings, 2018).

Secara klinis diagnosa hipotensi ditegakkan bila ada

penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20-30% dari tekanan

darah sistolik semula atau tekanan darah sistolik kurang dari

90 mmHg (Kresnoadi, 2018).

b. Heart Rate

1) Definisi

Heart rate (HR) atau frekuensi nadi adalah detak jantung per

menit (Pramono, 2017). Heart rate dapat dipertahankan walaupun

tidak ada pengaruh ekstrenal, karena terdapat rangsang otonom ke

SA node. Heart rate tanpa pengaruh saraf adalah 100 kali/menit

(Keat, 2013).

2) Hal-hal yang mempengaruhi denyut nadi

Menurut Keat (2013), heart rate dapat dimodifikasi oleh:

a) Aksi parasimpatis (vagus nerve)

Aksi parasimpatis dapat menyebabkan penurunan frekuensi

nadi, memicu pengeluaran neurotransmitter (asetilkolin),

reseptor (muskarinik), dan kendali parasimpatis

mempertahankan frekuensi nadi pada saat istirahat sekitar 70

kali/menit. Influx Na+ ke dalam sel menurun menyebabkan

ambang potensial plasma membrane dicapai dengan lebih

lamban. Sebagai tambahan, inervasi parasimpatis menyebabkan


20

hiperpolarisasi membrane sel dengan meningkatkan

permeabilitas terhadap K+.

b) Aksi simpatis

Aksi simpatis menyebabkan peningkatan frekuensi nadi.

3) Faktor lain yang mempengaruhi frekuensi nadi adalah temperature,

pH dalam darah, adenosine, dan hormone.

Menurut Muffichatum via Reinaldi (2016), faktor-faktor yang

mempengaruhi denyut nadi adalah:

a) Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi

kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja,

denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada orang

dewasa efek fisiologis usia dapat berpengaruh pada sistem

kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa

penentuan nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi nadi pada

berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia

dewasa, frekuensi nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian

frekuensi nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.

b) Keadaan kesehatan

Pada seseorang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan

irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi

seseorang yang baru sembuh dari sakit frekuensi jantungnya

cenderung meningkat.
21

c) Riwayat kesehatan

Riwayat seseorang yang berpenyakit jantung, hipertensi,

atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga

pada penderita anemia (kurang darah) akan mengalami

peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan

peningkatan frekuensi nadi.

d) Intensitas lama kerja

Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap

denyut nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang

sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut

mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas

maksimal. Apabila melakukan pekerjaan yang berat dan waktu

yang lama akan mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat

cepat dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang ringan

dalam waktu singkat.

e) Sikap kerja

Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah.

Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar

dibandingkan dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada posisi

berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat melakukan

pekerjaan dengan posisi duduk.


22

f) Ukuran tubuh

Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk

ukuran tubuh seseorang. Semakin berat atau gemuk maka

frekuensi nadi akan lebih cepat.

g) Kondisi psikis

Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi

nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga

dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.

4) Denyut nadi normal

Denyut jantung atau frekuensi nadi normal berkisar 55-

120x/menit dengan irama yang teratur (Mangku, 2015). Menurut

Marilynn (2016), frekuensi nadi normal adalah 60-100 per menit.

5) Denyut nadi tidak normal

a) Takikardia

Menurut Bowo (2017), Marilynn (2016), takikardia

didefinisikan sebagai kondisi denyut jantung >100 kali/menit.

Denyut jantung yang cepat normal pada kondisi stress, seperti

hipoksia, demam, rasa sakit, kekurangan volume intravaskuler,

dan lain-lain. Tetapi denyut jantung yang cepat dapat

disebabkan oleh gangguan orama jantung (takiaritmia).

Takiaritmia yang ekstrim (>150 kali/menit) dapat menimbulkan

gejala klinis yang disebabkan oleh menurunnya curah jantung

dan meningkatnya kebutuhan oksigen miokardium. Takiaritmia


23

persisten (>150 kali/menit) menyebabkan hipotensi, penurunan

kesadaran, tanda-tanda syok, nyeri dada iskemik, dan gagal

jantung akut (Sudadi, 2017).

b) Bradikardia

Bradikardia didefinisikan sebagai laju nadi <60 kali/menit

(Marilynn, 2016). Secara umum, beradikardia disebabkan oleh

kegagalan pembentukan impuls oleh nodus sinoatrial (sinoatrial

node=SA node) atau kegagalan penghantaran (konduksi) impuls

dari nodus SA ke ventrikel (Bowo, 2017). Bradiartimia

menyebabkan hipotensi, penurunan kesadaran, tanda-tanda

syok, nyei dada, iskemik, dan gagal jantung akut (Sudadi, 2017).

6) Monitoring frekuensi nadi intra anestesi

Heart rate atau frekuensi nadi harus diobservasi setiap 5 menit

selama intra anestesi. Observasi atau pengkuran frekuensi nadi

dapat dilakukan dengan pulse oximetry atau dengan palpasi

(Conlay, 2012). Sumber lain mengatakan pengukuran dapat

dilakukan setiap 3 sampai 5 menit itu sudah memenuhi syarat

(Soenarjo, 2013).

c. Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah melahirkan janin secara operatif dengan

sayatan bedah melalui dinding perut dan rahim (Prount, 2018). Sectio

caesarea adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga

rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim (Cuningham

dkk., 2012). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana


24

janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding

rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas

500 g (Prawiroharjo, 2012).

1) Indikasi Sectio Caesarea

a) Indikasi Ibu

b) Panggul sempit

c) Tumor – tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

d) stenosis pelvik / vagina

e) Plasenta previa

2) Indikasi Janin

a) Kelainan letak

b) Gawat janin

3) Sectio caesarea dibagi dalam 4 macam:

a) Sectio caesarea klasik atau corporal Insisi memanjang pada

segmen atas uterus.

b) Sectio Caesarea transperitonealis profunda Insisi pada segmen

bawah rahim

c) Sectio caesarea extra peritonealis Rongga peritonium tidak

dibuka

d) Caesarean section hysterectomy Setelah sectio caesarea

dikerjakan histerektomi dengan indikasi :

(1) Atonia uteri

(2) Plasenta akreta

(3) Myoma uteri


25

(4) Infeksi intra uterin yang berat

3. Spinal Anastesi

a. Konsep Anestesi Spinal

1) Definisi Anestesi Spinal

Anestesi spinal adalah anestesi regional yang dilakukan

dengan jalan menyuntikkan obat anestetik ke dalam ruang

subarachnoid melalui tindakan fungsi lumbal (Mangku, 2016).

Anestesi subarachnoid block adalah tindakan anestesi dengan

menggunakan obat anestesi yang disuntikan ke ruang subarachnoid

(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 02. 02

Tahun 2015).

2) Mekanisme Kerja Anestesi Spinal

Setelah masuknya obat anestesi ke ruang subarachnoid

kemudian memblok hantaran impuls saraf simpatis sehingga yang

dominan bekerja adalah saraf parasimpatis. Kemudian diikuti oleh

saraf untuk rasa dingin, panas, raba dan tekanan, blokade paling

terakhir yaitu serabut motorik dan rasa getar. Blokade simpatis

ditandai dengan meningkatnya suhu kulit tungkai bawah. Setelah

anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan terbalik yaitu

motorik akan pulih pertama kali. Serabut saraf yang mengatur

tonus otot polos dari arteri dan vena berasal dari vertebratorakalis

ke – 5 sampai lumbal ke – 4. Akibatnya interuspsi impul saraf

simpatis pada kardiovaskuler akan mengakibatkan perubahan

hemodinamik sesuai derajat blok simpatis.


26

Blokade pada sistem darah vena dapat menyebabkan

penurunan tonus pembuluh darah vena (vasodilatasi) sehingga

terjadi penumpukan darah pasca arteriole, mengakibatkan aliran

balik vena menuju ke jantung berkurang yang berdampak pada

penurunan cardiac output, volume sirkulasi menurun serta tekanan

darah menurun. Dengan adanya reflek kompensasi vasokontriksi

pembuluh darah darah yang tidak terkena blokade maka pasien

tidak mengalami syok meskipun curah jantung serta volume

sirkulasi menurun (Torik, 2016).

3) Indikasi Anestesi Spinal

a) Bedah ekstremitas bawah

b) Bedah panggul

c) Tindakan sekitar rectum – perineum

d) Bedah obstetri – ginekologi

e) Bedah urologi

f) Bedah abdomen bawah (Latief, 2014)

4) Indikasi Kontra Absolut

a) Pasien tidak kooperatif

b) Pasien menolak

c) Infeksi pada tempat suntikan

d) Hipovolemik berat, syok

e) Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan

f) Tekanan intrakranial meninggi (Latief, 2014)


27

5) Indikasi Kontra Relatif

a) Infeksi sistemik (sepsis, bakterimia)

b) Infeksi sekitar tempat suntikan

c) Kelainan neurologis

d) Kelainan psikis

e) Bedah lama

f) Penyakit jantung

g) Hipovolemik ringan

h) Nyeri punggung kronis (Latief, 2014)

6) Teknik Anestesi Spinal

Soenarto (2012) menyebutkan bahwa teknik anestesi spinal

meliputi:

a) Persiapan

Sebelum anestesi spinal dimulai, pasien harus disiapkan

seperti persiapan bila akan melakukan anestesi umum. Hal ini

bertujuan untuk antisipasi perubahan mendadak tekanan darah,

laju nadi, atau masalah oksigenasi. Adapun persiapan anestesi

spinal adalah sebagai berikut:

(1) Akses intra vena yang adekuat

(2) Perlengkapan monitor pasien (standart minimal EKG,

monitor tekanan darah non invasif, pulse oxymeter).

(3) Monitor suhu badan (sebaiknya disiapkan, karena pasien

dapat terserang hipotermia selama spinal terutama pada

operasi yang lama).


28

(4) Mesin anestesi

(5) Sungkup muka dan Sumber O2

(6) Suction

(7) Obat – obatan (obat sedasi, induksi, emergensi, dan

pelumpuh otot harus tersedia meskipun tidak langsung di

dalam spuit).

(8) Alat-alat manajemen jalan nafas (pipa endotrakea,

laringoskop, pipa orofaringeal)

b) Posisi Pasien

Ada tiga posisi utama yang biasa dilakukan pada teknik

penyuntikan obat anestetik lokal pada anestesi spinal.

Pemilihan masing – masing posisi ini tergantung dari situasi

dan kebutuhan dari pasien.

(1) Posisi lateral dekubitus

Penderita tidur miring di atas meja operasi dengan

membelakangi dokter anestesi. Pinggul dan lutut

difleksikan secara maksimal, dan dada serta leher

difleksikan mendekat ke arah lutut.

(2) Posisi Duduk

Pasien memeluk bantal, diposisikan duduk dengan

punggung belakang difleksikan maksimal.

7) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketinggian Blok Anestesi

Spinal
29

Soenarto (2012) menyebutkan bahwa ketinggian blok anestesi

spinal dipengaruhi oleh:

a) Umur

Pada usia tua, penyebaran obat anestesi spinal lebih ke

sefalat akibat dari ruang subarachnoid menjadi lebih kecil dan

terjadi penurunan progresif jumlah cairan serebrospinal.

b) Tinggi badan

Makin tinggi pasien, makin panjang medula spinalisnya dan

volume cairan serebrospinal di bawah L2 makin banyak

sehingga pasien memerlukan dosis yang lebih besar dari pada

yang pendek.

c) Berat badan

Pada pasien gemuk terjadi terjadi penurunan volume cairan

serebrospinal berhubungan dengan penumpukan lemak dalam

rongga epidural, sehingga mempengaruhi penyebaran obat

anestesi spinal ke dalam ruang subarachnoid.

d) Tekanan Intraabdominal

Peningkatan tekanan intraabdominal sering dikaitkan

dengan peningkatan penyebaran obat anestesi spinal ke dalam

ruang subarachnoid.

e) Anatomi Kolumna Vertebralis

Lekukan kolumna vertebralis mempengaruhi penyebaran

obat anestesi spinal ke dalam ruang subarachnoid.


30

f) Tempat Penyuntikan

Penyuntikan obat pada ketinggian L2-3 atau L3-4

memudahkan penyebaran obat ke arah kranial, sedangkan

penyuntikan pada L4-5 karena bentuk vertebra memudahkan

obat berkumpul di daerah sakral

g) Kecepatan Penyuntikan

Semakin cepat penyuntikan obat anestesi spinal semakin

tinggi tingkat anelgesia yang tercapai

h) Dosis

Semakin besar dosis semakin besar intensitas hambatan.

i) Berat Jenis

Penyebaran obat hiperbarik dan hipobarik dalam cairan

serebrospinal dipengarui oleh posisi pasien

j) Manuvel Valsava

Mengejan akan meninggikan tekanan cairan serebrospinal,

sehingga anelgesia yang dicapai lebih tinggi, terutama apabila

dilakukan pasien segera setelah penyuntikan obat ke dalam

ruang subarachnoid.
31

Tabel 2.1: Level Ketinggian Blokade Anestesi Spinal Pada Berbagai


Prosedur Pembedahan Umum (Soenarto, 2012)
Level Prosedur Pembedahan
T 4 – 5 (nipple) Abdomen bagian atas
T 6 – 8 (xiphoid) Pembedahan intestinal (termasuk appendiktomi),
Pelvis – ginekologik, ureter dan pembedahan
pelvis renalis
T 10 (umbilikus) TUR, obstetrik – vaginal, operasi panggul
L 1 (inguinal ligament) TUR (jika tidak ada distensi buli - buli),
pembedahan pada paha, amputasi kaki bagian
bawah.
L 2- 3 (lutut bawah) Pembedahan kaki
S 2- 5 (perineal) Pembedahan perineal, haemoroidektomi dan
dilatasi anal.

8) Efek Fisiologis Anestesi Spinal

a) Efek Pada Sistem Kardiovaskular

(1) Hipotensi

Ligouri (2007) dikutip Baskoro (2012) Hipotensi

adalah suatu keadaan tekanan darah yang rendah yang

abnormal, yang ditandai dengan tekanan darah sistolik yang

mencapai dibawah 80 mmHg atau 90 mmHg, atau dapat

juga ditandai dengan penurunan sistolik atau MAP (mean

arterial pressure) mencapai dibawah 30% dari basalin.

Penurunan tekanan darah terjadi akibat penurunan

frekuensi laju jantung dan kontraktilitas miokard. Ini adalah

efek normal terjadi akibat blok aktivasi simpatis. Tonus

vasomotor primer diatur oleh serat saraf simpatis yang

keluar dari T5 – L1 untuk kemudian mempersarafi otot

polos arteri dan vena. Blokade berkas saraf ini


32

menyebabkan vasodilatasi pembuluh- pembuluh darah

vena, penurunan pengisian darah dan penurunan venous

return ke jantung. Di perifer juga juga akan terjadi

penurunan resistensi sistemik vaskuler (SVR) akibat

vasodilatasi arterial. Blok simpatis yang tinggi tidak hanya

menghilangkan kompensasi melalui vasokontriksi tetapi

juga memblok saraf simpatis akselerator jantung yang

berasal dari T1 – T4. Apabila tidak ada pencegahan atau

penanganan yang tepat terhadap efek- efek tersebut,

iskemia miokard akan terjadi terutama pada pasien dengan

riwayat gangguan koroner. Penurunan tekanan darah lebih

besar terjadi pada ibu hamil dibandingkan pada orang

normal karena penekanan pembuluh darah besar oleh uterus

yang membesar.

Penurunan tekanan darah umumnya terjadi dalam

waktu 20 – 30 menit dari saat obat disuntikkan. Perubahan

tekanan darah tidak berhubungan dengan gerakan atau

rangsangan operasi. Bila dibandingkan dengan anestesi

umum, begitu rangsangan operasi diberikan biasa terjadi

peningkatan tekanan darah dan laju jantung.

(2) Bradikardi

Terjadi pada anestesi spinal disebabkan oleh karena

blok saraf simpatis dan menurunnya rangsangan terhadap

stretch receptor yang ada pada dinding atrium. Stretch


33

receptors ini berfungsi mengatur tekanan darah dan laju

jantung.

b) Efek Pada Sistem Respirasi

Gangguan respirasi yang timbul akibat anestesi spinal

adalah hipoventilasi, apneu, batuk, gangguan ponasi. Batuk

terjadi karena ekspirasi reserve menurun, sedangkan gangguan

ponsi oleh karena residual capacity menurun. Hipoventilasi

dan apneu terjadi karena menurunnya aliran darah ke

medullary (pusat nafas), lumpuhnya otot intercostal dan

diafragma karena terjadi spinal tinggi. Tingginya level anestesi

spinal tergantung dari besarnya dosis, posisi penderita dan

kecepatan penyuntikan (Kresnoadi, 2018).

c) Efek Pada Sistem Pencernaan

Sistem saraf simpatisnya yang keluar dari level T 5 – L 1

mengakibatkan penurunan peristaltik, mengatur tonus

sphingter, dan menyeimbangkan aktifitas vagal. Blokade

simpatis menyebabkan dominasi sistem parasimpatis / vagal

dan menghasilkan kontraksi usus dengan peningkatan

peristaltik (Soenarto, 2012).

d) Efek Pada Temperatur Tubuh

Anestesi spinal menyebabkan penurunan suhu tubuh akibat

vasodilatasi sehingga memudahkan terjadinya penguapan

panas. Anestesi spinal menghambat pelepasan hormon


34

katekolamin sehingga akan menekan produksi panas akibat

metabolisme (Kresnoadi, 2018).

9) Pencegahan Hipotensi Pada Anestesi Spinal

Beberapa cara untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal

adalah:

a) Pemberian cairan

Morgan (2013) dikutip Torik (2016) pemberian cairan

intravena secara luas digunakan untuk mencegah penurunan

tekanan darah / hipotensi. Dengan pemberian cairan intravena

akan meningkatkan volume sirkulasi darah untuk

mengkompensasi penurunan tekanan vaskuler perifer. Cairan

koloid berada di intravaskuler lebih lama, tetapi lebih mahal

dan resiko anafilaksis.(Morgan, 2013).

Untuk mengurangi hipotensi setelah anestesi spinal pada

pasien sectio caesarea adalah dengan pemberian cairan

preloading dan coloading (Prount, 2018). Soenarto (2012)

mengatakan pemberian cairan koloid sesaat sebelum anestesi

terutama anestesi regional dapat menurunkan kejadian

hipotensi, memperbaiki curah jantung dan sirkulasi

uteroplasental.

b) Pemberian vasopresor

Efedrine merupakan vasopressor yang paling sering

digunakan untuk mencegah terjadinya hipotensi pada anestesi

spinal, pertama digunakan pada tahun 1972. Efedrine


35

merupakan golongan fenilisopropanolamin non katekolamin

yang mempunyai mekanisme aksi langsung dan tidak langsung

dan merangsang receptor α dan β untuk meningkatkan curah

jantung, denyut jantung, tekanan darah baik sistolik maupun

diastolik. Efedrine mempunyai efek minimal terhadap aliran

darah uterus. Namun, memulihkan aliran darah uterus jika

digunakan untuk mengobati hipotensi epidural atau spinal pada

pasien hamil (Omoigui, 2012).

Efedrine bisa diberikan secar oral 25 – 50 mg setiap 3 – 4

jam, intramuskular (IM) 25 – 50 mg, dan intravena (IV) 5 – 20

mg. Pada pemberian IV onsetnya terjadi hampir lansung,

dengan lama aksi 10-60 menit, efek puncak 2 – 5 menit

(Omoigui, 2012).

c) Pengaturan Posisi

Pengaturan posisi tubuh segera setelah injeksi spinal

anestesi. Mengangkat kaki lebih tinggi dari jantung diharapkan

penumpukan darah di ekstremitas bawah tidak terjadi karena

darah akan mengalir dari kaki ke jantung, darah balik akan

terpelihara, tekanan darah tidak turun. Hal ini dimungkinkan

karena dengan posisi kaki lebih tinggi daripada jantung maka

energi gravitasi di kaki lebih besar, tahanan pembuluh darah

vena sentral lebih rendah dari pada vena perifer dan adanya

sistem katup yang senantiasa memungkinkan darah selalu

mengalir ke jantung (Morgan, 2013).


36

B. Kerangka Teori

Pasien Pasien Sectio Anastesi Spinal


caesarea

Resiko Perdarahan Dan Hipotensi Rangsangan simpatis

Cairan Koloid
Volume preload

Cairan Kristaloid
Asering
jantun

Freku

sekun
ensi

cup

Isi
g

Aliran
Curah

Darah
Jantu

Laju
ng

Perubahan Tekanan Darah

(Sumber : Guyton & Hall, 2018 ; Baskoro, 2012 ;


Pramono, 2017 ; Prount, 2018 ; Torik, 2016)
Skema 2.1 Kerangka Teori
37

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang

akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Preloading Cairan Kristaloid

Tekanan Darah dan Heart Tekanan Darah dan Heart


Rate yang diberikan Rate yang tidak diberikan
Preloading Cairan Asering Preloading Cairan Asering

Skema 2. 2. Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pendapat yang kebenarannya masih diragukan.

Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu

hipotesis harus diuji atau dibuktikan kebenarannya.

Hipotesis penelitian ini adalah :

H0: pemberian preloading cairan kristaloid Asering tidak efektif terhadap

perubahan tekanan darah dan heart rate pada pasien sectio caesaria dengan

spinal anestesi.

Ha: pemberian preloading cairan kristaloid Asering efektif terhadap

perubahan tekanan darah dan heart rate pada pasien sectio caesaria dengan

spinal anestesi.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode

quasi eksperimental dengan pendekatan pre - post test without control

group. Pre - post test without control group adalah suatu rancangan

penelitian yang diukur pre dan post intervensi (Donsu, 2016; Sugiyono,

2013), yaitu pada kelompok pasien sectio caesarea sebelum dan sesudah

dilakukan pemberian preloading cairan kristaloid Asering saat dilakukan

anestesi spinal.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan

tekanan darah dan heart rate setelah dilakukan pemberian preloading cairan

kristaloid Asering terhadap pasien sectio caesaria dengan spinal anestesi

dibandingkan kelompok pasien yang tidak dilakukan pemberian preloading

cairan kristaloid Asering.

Tabel 3.1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2013)

O1 X1 O2

Keterangan :

O1 : Pretest untuk kelompok intervensi untuk mengetahui keadaan awal

X1 : Treatment atau perlakuan untuk kelompok intervensi yaitu kelompok

pasien sectio caesarea yang dilakukan pemberian preloading cairan

kristaloid Asering sebelum dilakukan anestesi spinal

O2 : Posttest untuk kelompok intervensi untuk mengetahui keadaan awal

38
39

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Nursalam, Pariani, & Utami, 2012).

Populasi pada penelitian ini termasuk dalam kategori populasi infinit,

yaitu populasi yang Jumlahnya tidak pasti (Machfoedz, 2015). Populasi

pada penelitian ini adalah seluruh ibu sectio caesarea dengan anestesi

spinal di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Salatiga dengan

jumlah 28 pasien.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam

et al., 2012).

Sampel penelitian ini adalah ibu yang akan menjalani Sectio

Caesarea di RSUD Kota Salatiga. Sampel penelitian dengan desain

quasi eksperimental ini ditetapkan sebagai berikut:

Keterangan:

n: Besar sampel

Zα : Harga kurva normal tingkat kesalahan yang ditentukan dalam

penelitian pada CI 95 % (α = 0,05), maka Zα = 1,96

Z ß : Bila α = 0,05 dan power = 80% maka Z ß = 1,282


40

: Rata-rata pada keadaan sebelum intervensi

: Rata-rata pada keadaan setelah intervensi

σ: Standar deviasi dari beda 2 rata-rata berpasangan dari penelitian

terdahulu (Siela Setianing, 2019).

Berikut penghitungan sampel yang dibutuhkan:

N = 28 + 10% = 28+3 responden

Sampel dalam penelitian ini adalah 31 orang ibu sectio cesarea

dengan anestesi spinal di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota

Salatiga selama Bulan Maret-april 2022.


41

3. Teknik sampling

Cara pengambilan sampel menggunakan teknik accidental

sampling. Cara ini merupakan suatu metode penentuan sampel dengan

mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Sampel pada penelitian ini dibagi menjadi kelompok, yaitu:

Kelompok intervensi, yaitu kelompok pasien yang mendapatkan

preloading cairan kristaloid asering 20 ml / kg berat badan

Populasi yang bersifat homogen dianggap memiliki tujuan penelitian

yang signifikan (Nursalam et al., 2012). Sampel dapat dimasukkan atau

yang layak diteliti kriteria inklusi yaitu:

a. Ibu yang menjalani operasi SC elektif dengan

anestesi spinal

b. Status fisik ASA I - II

c. Ibu dengan kondisi composmentis pada saat pre

operasi.

d. Pasien yang diberikan terapi carian preload Asering

e. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti) dalam penelitian

ini adalah :

a. Terjadi kontra indikasi spinal

b. Pasien yang tiba-tiba mengalami kejadian kegawatdaruratan saat

dilakukan tindakan anestesi spinal

c. Menolak untuk dilakukan anestesi spinal


42

d. Menolak untuk diikutkan dalam penelitian

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret-April 2022 di Ruang

Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Salatiga.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan variabel

penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel tersebut merupakan

variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) (Sugiyono,

2018). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent atau

variabel terikat (Sugiyono, 2018). Variabel bebas pada penelitian ini

Efektivitas Pemberian Preloadig Cairan Kristaloid.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Variabel

terikat pada penelitian ini adalah perubahan tekanan darah dan heart rate

pada pasien sc Dengan spinal anestesi.


43

E. Definisi Operasional

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Skala
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variabel
Independen:
1 Preloading Pemberian larutan Lembar Volume cairan -
cairan kristaloid asering observasi 10-15 ml / kg BB
kristaloid 10 - 20 ml / kg
berat badan
sebelum dilakukan
anestesi spinal
pada pasien
section caesarea.

2 Tekanan Tekanan darah Menggunakan Untuk keperluan Interval


darah biasanya bed site analisis univariat,
digambarkan monitor hasil ukur
sebagai (blood dikategorikan
perubahan rasio pressure) menjadi:
tekanan sistolik 1) Normal jika
terhadap tekanan tekanan
diastolik yang sistolik > 90-
diukur dalam 140 mmHg
keadaan istirahat dan tekanan
di ruang diastolik > 60
persiapan – 90 mmHg.
sebelum dan 2) Hipotensi jika
sesudah preload. tekanan
sistolik < 90
mmHg dan
tekanan
diastolik < 65
mmHg.
3) Hipertensi
jika tekanan
sistolik > 140
mmHg dan
tekanan
diastolik > 90
mmHg.
44

Skala
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
3. Heart rate Heart rate Menggunakan Hasil ukur Interval
digambarkan Bed site dikategorikan
sebagai monitor menjadi:
perubahan detak (pulse rate) 4) Normal jika
jantung diukur denyut nadi
dalam keadaan 60x –
istirahat di ruang 100x/menit
persiapan 5) Bradikardia
sebelum dan jika denyut
sesudah preload. nadi <
60x/menit
6) Takikardia
jika denyut
nadi >
100x/menit

F. Instrumen penelitian

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Wawancara dan Observasi.

a. Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Sugiono,

2013). Wawancara yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui identitas, dan data riwayat kehamilan serta

persalinan pasien.

b. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap subjek

ataupun kejadian yang dilakukan dengan cara sistematis (Prof. Dr.

Sofyan S, Wilis, 2012). Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa

lembar observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

cara mengamati dan mencatat aspek-aspek yang diteliti atau

diselidiki secara sistematis, logis, objektif, dan rasional dari


45

berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun di

dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Lembar

observasi tersebut berisi data identitas pasien, riwayat kehamilan

dan persalinan pasien, data tekanan darah dan heart rate pasien

baik kelompok intervensi ataupun kontrol.

G. Prosedur Penelitian

1. Cara Pengumpulan Data

a. Jenis pengumpulan data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

responden seperti identitas, dan data riwayat kehamilan serta

persalinan pasien

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data sekunder, diperoleh

dari daftar hasil observasi tanda-tanda vital pasien.

b. Prosedur Pelaksanaan

1) Bahan dan Alat Penelitian

a) Buku tulis

b) Bolpoin

c) Bed Side Monitor

d) Cairan Asering

e) Lembar observasi
46

2) Tahap Persiapan

a) Peneliti mengajukan proposal kepada pembimbing

b) Peneliti melakukan perizinan ke Kepala Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kota Salatiga.

c) Peneliti menyerahkan surat pengantar ke RSUD Kota

Salatiga.

d) Peneliti membuat lembar observasi dan lembar

persetujuan responden (informed consent).

e) Peneliti melakukan penelitian di RSUD Kota Salatiga.

3) Tahap Pelaksanaan

a) Melakukan metode teknik sampling accidental sampling,

yaitu penentuan sampel dengan mengambil responden

dengan kata lain adalah ibu yang akan menjalani sectio

caesarea dengan spinal anestesi yang ada di Instalasi

Bedah Sentral RSUD Kota Salatiga.

b) Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan menjamin menjaga kerahasiaan responden serta

menghormati hak responden untuk menolak menjadi

responden.

c) Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dan

meminta persetujuan responden melalui informed consent.


47

d) Melakukan observasi pengukuran tekanan darah dan heart

rate menggunakan bed site monitor pada pasien sectio

caesarea kelompok intervensi, yaitu pasien yang diberikan

preloading cairan kristaloid Asering sebelum dan sesudah

dilakukan spinal anestesi.

e) Melakukan observasi pengukuran tekanan darah

menggunakan bed site monitor (blood presure, pulse rate )

pada pasien sectio caesarea kelompok kontrol, yaitu pasien

yang tidak diberikan preloading cairan kristaloid Asering

sebelum dan sesudah dilakukan spinal anestesi.

f) Dalam melakukan penelitian, peneliti dibantu oleh 2

enumerator, yaitu Penata Anestesi di RSUD Kota Salatiga

yang telah mendapatkan persamaan persepsi sebelum

dilakukannya penelitian.

4) Tahap Pelaporan

a) Melakukan pengumpulan data dari lembar observasi.

b) Menganalisa data hasil penelitian

c) Pengolahan data dan analisa data, selanjutnya membuat

kesimpulan

H. Cara Pengolahan Data

1. Editing (memeriksa)

Memeriksa kembali apakah isian dalam lembar pengumpulan data

sudah lengkap, keterbacaan tulisan, relevansi jawaban. Editing

dilakukan di tempat pengumpulan data. Hasil penelitian setelah diteliti,


48

semuanya lengkap dan jawaban responden terdapat kesinambungan.

2. Scoring (pemberian skor)

Peneliti memberikan skor pada hasil tekanan darah dan heart rate yang

telah diberikan intervensi preloading dan yang tidak diberikan

intervensi preloading.

3. Coding (pengkodean)

Memberikan tanda pada masing-masing data sebagai berikut:

a. Kurang dari 100/70 mmHg: Hipotensi

b. 100/70 – 140/90 mmHg: Tekanan darah Normal

c. Lebih dari 140/90 mmHg : Hipertensi

d. Kurang dari 60 x/menit: Bradikardi

e. 60 – 100 x/menit: Heart rate Normal

f. Lebih dari 100 x/menit : Takikardi

4. Entry data (memasukkan data)

Memasukkan data dari hasil penelitian kedalam sebuah tabel

berdasarkan kriteria yang sudah ada. Data yang sudah diperoleh

dimasukkan ke dalam lembar kerja komputer kemudian dilakukan

pengolahan data.

5. Cleaning (pembersihan data)

Cleaning merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah

dimasukan, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode.

Pembersihan data melihat variabel data sudah benar atau belum.

I. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini adalah:


49

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisis tiap variabel

dalam penelitian. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

perubahan tekanan darah dan heart rate pada kelompok yang diberikan

preloading cairan kristaloid Asering. Data hasil penelitian disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Donsu, 2016;

Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini analisis bivariat yang digunakan

adalah uji efektifitas untuk mengetahui perubahan tekanan darah dan

heart rate sebelum dan sesudah dilakukan pemberian preloading cairan

kristaloid Asering saat dilakukan anestesi spinal. Teknik analisis yang

digunakan adalah uji efektifitas pada kelompok yang sama

menggunakan uji nonparametric yaitu uji Wilcoxon karena datanya

berbentuk kategorik dengan skala ordinal.

Pengambilan keputusan uji Wilcoxon adalah Ho diterima atau

tidak ada perubahn yang bermakna apabila p-value lebih besar dari α

(0,05) dan Ho ditolak atau ada perubahan yang bermakna apabila p-

value lebih kecil dari α (0.05) (Santoso 2018).


50

J. Etika Penelitian

Etika penelitian yang digunakan adalah bahwa penelitian tidak boleh

bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti

mengajukan permohonan ijin kepada Direktur RSUD Kota Salatiga melalui

rekomendasi dari institusi pendidikan (Poltekkes Kemenkes Yogyakarta)

untuk mendapatkan persetujuan. Selanjutnya pengisian lembar observasi

kepada responden dengan menekankan kepada etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed

Consent)

Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden bertujuan untuk

mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti

selama pengumpulan data. Responden bersedia diteliti dan

menandatangani lembar persetujuan.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Informasi yang dikumpulkan dari subjek kerahasiaannya dijaga oleh

peneliti dengan tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan

data, cukup dengan memberikan inisial atau memberikan kode pada

masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari pihak subjek penelitian

dijamin oleh peneliti.

4. Beneficence
51

Selama proses penelitian, peneliti terlebih dahulu menanyakan kesiapan

responden mengikuti penelitian ini, sehingga responden mendapatkan

manfaat dari penelitian ini.

5. Protection from discomfort

Selama proses penelitian, peneliti berusaha tidak melakukan hal-hal yang

membuat responden tidak nyaman.

6. Justice

Selama penelitian, peneliti memberikan perlakuan yang sama pada setiap

responden, mengantisipasi agar tidak terjadi kecemburuan antara

responden.
52

DAFTAR PUSTAKA
1. Baraka, A. 2016; 20(5). Can We minimize hypotension following spinal
anesthesia for cesarean section?. Midlle East Journals Anesthesia.
2. Brugnolli, A, RN, MSN, Canzan F, RN, MSN, PhD. 2017. Fluid Therapy
Management in Hospitalized Patients: Results From a Cross-sectional Study
3. Handayari W, Chairani R. 2017; 4(1): 1-76. Pengaruh pemberian posisi miring
terhadap peningkatan tekanan darah setelah anestesi spinal pada pasien section
caesaria. Jurnal Health Quality.
4. Hasyim D, Samodro R, et al. 2013. Perbedaan pengaruh HES 6% (200) dalam
NaCL 0,9% dan dalam larutan berimbang pada base excess dan strong ion
difference pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal. Jurnal Anestesiologi
Indonesia.; 5(2): 84-91.
5. Kleiman W, Mikhail M. 2016. Spinal, epidural, & caudal blocks, clinical
anesthesiology.4th ed.,: 289 – 323.
6. Leksana E. 2016. SIRS, sepsis, keseimbangan asam-basa, syok dan terapi
cairan. CPD IDSAI Jateng: Bagian Anestesi dan Terapi Intensif FK Undip;.
7. Liguori, G.A. 2017. Hemodynamic Complications, complication in regional
anasthesia and pain medicine. 1st Ed.: 43 – 52.
8. Mojica JL,Bauer M, Kortgen A, Hartog C. 2017. The timing of intravenous
crystalloid administration and incidence of cardiovascular side effects during
spinal anesthesia: the results from a randomized controlled trial.Anesth
Analg.;94:432–7.
9. Ouerghi S, Bougacha MA, Frikha N, Mestiri T, Ammar MSB, Mebazaa MS.
2012. Combined use of crystalloid preload and low dose spinal anesthesia for
preventing hypotension in spinal anesthesia for cesarean delivery: a
randomized controlled trial. M E J Anesth.; 20(5): 667-672.
10. Sunatrio. 2012. Resusitasi Cairan. Jakarta: Media Aesculapius.
11. Sunatrio, 2014, Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi, Intensif,
FKUI, Jakarta.
12. Tsai T, Greengrass R. 2017. Spinal anesthesia, Textbook of regional
anesthesia and acute pain management ;: 193 – 221.
13. Zorco N. 2019. The effect of trendelenburg position, lactated ringer’s solution
and 6% hydroxyethyl starch solution on cardiac output after spinal

anesthesia.Anesth Analg.; 108:6559.


53

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada :

Bapak/Ibu Calon responden

di RSUD Kota Salatiga

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi Sarjana

Terapan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogayakarta,

Nama: Ari Ristiyadi

NIM : P07120721028

Akan melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pemberian Preloading Cairan

Kristaloid terhadap Tekanan Darah dan Heart Rate pada Pasien Sectio Caesarea

Menggunakan Spinal Anestesi di RSUD Kota Salatiga”. Penelitian ini tidak akan

menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak/ibu sebagai responden. Kerahasiaan

semua informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika

bapak/ibu tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada

ancaman bagi bapak/ibu untuk menandatangani lembar persetujuan saya dan

menjawab pertanyaan yang saya sertakan.

Atas perhatian dan kesediaannya sebagai responden saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

Ari Ristiyadi
54

Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
Setelah membaca dan mendapat penjelasan tentang maksud, tujuan dan
manfaat penelitian ini, maka saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian

yang dilakukan oleh saudara Ari Ristiyadi selaku mahasiswa DIV Sarjana Terapan

Keperawatan Anestesiologi Poltekes Kemenkes Yogyakarta dengan Judul “Efektivitas

Pemberian Preloading Cairan Kristaloid terhadap Tekanan Darah dan Heart Rate

pada Pasien Sectio Caesarea Menggunakan Spinal Anestesi di RSUD Kota Salatiga”

dengan sukarela dan tanpa adanya paksaaan dari siapapun Penelitian ini tidak akan

merugikan saya ataupun berakibat buruk bagi saya dan keluarga saya, maka jawaban

yang saya berikan adalah yang sebenar-benarnya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Salatiga,

Saksi Responden

(……………………………….) (…………………………….)
55

LAMPIRAN 3
Lembar Observasi Tekanan darah dan Heart rate
56

Lampiran 4

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN


No. Kegiatan Volume Satuan Unit Cost Jumlah
1. Seminar Proposal 1 Keg Rp. 100.000 Rp. 100.000
2. Perijinan Penelitian 1 Keg Rp. 300.000 Rp . 300.000
3. Ethical Clearance 1 Keg Rp. 50.000 Rp. 50.000
4. Uji Validitas 1 Keg Rp. 250.000 Rp. 250.000
5. Pelaksanaan Penelitian 1 Keg Rp. 500.000 Rp. 500.000
6. Seminar Skripsi 1 Keg Rp. 100.000 Rp. 100.000
7. Transportasi
a. BBM 20 Liter Rp. 9.500 Rp. 190.000
b. Parkir 6 Rp. 2.000 Rp. 12.000
8. ATK dan Pengadaan
a. Klip Kertas 10 buah Rp. 1.000 Rp. 10.000
b. Kertas 4 Rim Rp. 50.000 Rp. 200.000
c. Map 10 buah Rp. 1.000 Rp. 10.000
d. Fotocopy 2 Rim Rp. 80.000 Rp. 160.000
e. Jilid
9. Tanda Terimakasih 40 buah Rp. 10.000 Rp. 400.000
Responden
10. Biaya Tidak Terduga Rp. 300.000 Rp. 300.000
Total Rp. 2.582.000
57

Lampiran 5
RENCANA JADWAL PENELITIAN

NO KEGIATAN WAKTU
Okto 21 Nov 21 Des 21 Januari 22 Februari 22 Maret 22 April 22 Mei 22 Juni 22

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
Proposal Skripsi
2. Seminar Proposal
Skripsi
3. Revisian Proposal
Skripsi
4. Perizinan
Penelitian
5. Persiapan
Penelitian
6. Pelakasanaan
Penelitian
7. Pengolahan Data
8. Penyusunan
laporan skripsi
9. Sidang Skripsi
10. Revisi Skripsi

Anda mungkin juga menyukai