Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

DIAGNOSA KISTA OVARIUM PADA Ny. K YANG DILAKUKAN TINDAKAN


LAPARATOMI DENGAN SPINAL ANESTESI
DIRUANG IBS RSUD Dr HARJONO S. PONOROGO

Clinical Instructure : Isrom

Disusun oleh :
1. Annisa tifana (1811604045)
2. Dzunnatun Nafidah (1811604057)
3. Fuji Wara Nuricha (1811604022)
4. Yulita Intan Pratiwi (1811604015)
5. Mellynia Febriyandini Ziko (1811604033)

Homebase : RSUD Dr.Harjono S. Ponorogo

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
KASUS KISTA OVARIUM

Laporan Pendahuluan dan Askan Kasus Batu Ginjal

Disetujui pada:
Hari / tanggal : kamis 12 november 2020
Oleh :

Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan perempuan adalah adanya kista pada ovarium. Ovarium
mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada
ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan
kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium,
sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.
Kista ovarium merupakan keadaan dimana terdapat benjolan yang berisi cairan,
nanah atau jaringan padat pada ovarium atau indung telur, sedangkan ovarium sendiri
merupakan dua buah kelenjar berukuran kecil berada pada kedua sisi kanan dan kiri
uterus, memproduksi hormon untuk fungsi tubuh dan berisi sel telur yang akan
dikeluarkan saat ovulasi (Ricci, 2009).
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2% kecenderungan
terjadi pada perempuan usia 20-50 tahun (Winkjosastro, 2005).
Kista ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik
abdominal maupun transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18%
yang sudah postmenopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista
jinak, dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan. Kista ovarium
fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada wanita
postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang spesifik mengenai usia
terjadinya kista ovarium.
Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko pertumbuhan
menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan USG pelvik. Ada
beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada
wanita-wanita yang mulai menopause.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kista ovarium?
2. Apa etiologi dari kista ovarium?
3. Apa patofisiologi dari kista ovarium?
4. Apa klasifikasi dari kista ovarium?
5. Apa saja tanda dan gejala dari kista ovarium?
6. Apa anatomi fisiologi dari ovarium?
7. Pathway dari kista ovarium!
8. Apa manifestasi klinis dari kista ovarium?
9. Apa faktor risiko dari kista ovarium?
10. Apa saja pengobatan dari kista ovarium?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kista ovarium?
12. Apa saja komplikasi dari kista ovarium?
13. Apa saja konsep teori dari laparatomi?
14. Apa saja konsep teori dari spinal anestesi?
C. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas keperawatan anestesiologi dan dapat mempelajari asuhan
keperawatan anestesiologi kista ovarium.
D. Waktu dan Tempat
RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo, tanggal 13 November 2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI KISTA OVARIUM


1. Pengertian
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas,
cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.
(Andang, 2013) Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker
yang berisi material cairan atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014).
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung
cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi
rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas. (Manuaba, 2009) .
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara,
nanah, dan cairan kental.
2. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014).
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran
yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari
asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh
manusia, dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista,
Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang
mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme
sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang,
2013).
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat
mungkin terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor genetik Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu
kanker yang disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat
terjadi akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan
paparan radiasi.
2) Gangguan hormon Individu yang mengalami kelebihan hormon
estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon Individu yang mempunyai riwayat kanker
kolon, dapat berisiko terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker
tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian alat reproduksi
lainnya.
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh
manusia. Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan
di dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh
sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang
tidak dapat berfungsi dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan mengkonsumsi alkohol
merupakan gaya hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia.
Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan mengkonsumsi
alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu,
terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin,
dan lain-lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat Mengkonsumsi
makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang
tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan
yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat
yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia,
terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-
sel darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja
tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas,
konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah salah satu
faktor pemicu terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi
memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik sosial
ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko
terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup
sehat.
5) Sering stress Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista,
karena apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal
yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan
lain-lain.
3. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat
sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal.
Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah
satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi
dengan secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan
tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas
pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
4. Klasifikasi Kista Ovarium
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan
bersifat non-neoplastik.
Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium
yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-neoplastik dan
neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista dapat
didapati sebagai :
a. Kista Ovarium Non-neoplastik
1) Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari
kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara
sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya
sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan disertai kematian
ovum. Kista folikel dapat terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi.
Diameter kista berkisar 2cm (Yatim, 2008).
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam waktu
60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar
menstruasi yang sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista  4
cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam
waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista  4 cm atau kista menetap dapat
diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4- 8 minggu yang akan
menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008).
2) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar
kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus
luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada
masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah
korpus leteum hematoma yang berdinding tipis dan berwarna kekuning -
kuningan. Biasanya gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai
kehamilan ektopik (Yatim, 2008).
3) Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan
rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan
mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya
tampak folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak di temukan
korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut stain –
leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomaldominant (Yatim, 2008).
4) Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi. Kista
korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm. Kista
tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan
bisa pecah yang sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk
mengatasinya. Keluhan yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa
sakit yang berat di rongga panggul terjadi selama 14- 60 hari setelah periode
menstruasi terakhir (Yatim, 2008).
b. Kista Ovarium Neoplastik
1) Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan
di dalam kista jernih, dan berwarna putih. Terapi terdiri atas pengangkatan
kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang di keluarkan harus
segera di periksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan
atau tidak (Setiati, 2009).
2) Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana
stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen
entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid.
Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi
tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan
seperti kista berongga satu (Setiati, 2009).
3) Kista Endometriois
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya
lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat,
terutama saat menstruasi dan infertilitas.(Setyorini, 2014).
4) Kista denoma Ovarium Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista tersebut bisa
berasal dari suatu teroma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu, kista tersebut juga berasal
dari lapisan germinativum (Rasjidi, 2010). Penangan terdiri atas
pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga
tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di lakukan
pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi, 2010).
5) Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya
licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya
berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma
musinosum. Hanya berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan
keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang
dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu di periksa sediaan yang di
bekukan pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi (Rasjidi, 2010).
5. Tanda dan Gejala
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan.
Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh
yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh
darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan keluhan berupa
susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau
bengkak pada kaki (Andang, 2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus
menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar. Gejalanya tidak
menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian bawah. Pasien akan
merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh dan sering
sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya kista (Manuaba, 2009).
6. Anatomi Fisiologi Kista Ovarium
Ovarium atau indung telur merupakan organ yang berbentuk buah almond.
Ukuran ovarium cukup bervariasi, selama masa reproduksi panjang ovarium 2,5 cm
sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm. Berat dari ovarium
adalah 5 sampai 6 gram, ovarium terletak di bagian atas rongga panggul dan
bersandar pada lekukan dangkal dinding lateral pelvis diantara pembuluh darah
iliaka eksterna dan interna yang divergen.
Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Ligamentum
utero-ovarika memanjang dari bagian lateral dan posterior uterus, tepat di bawah
insersi tuba, ke uterus atau kutub bawah ovarium. Ovarium ditutupi oleh peritoneum
dan terdiri dari otot serta jaringan ikat yang merupakan sambungan dari uterus.
Ligamentum infundibulopelvikum atau ligamentum suspensorium ovarii
memanjang dari bagian atas kutub tuba ke dinding pelvis yang dilewati pembuluh
ovarika dan saraf.
Ovarium terdiri dari dua bagian, korteks dan medulla. Korteks, atau lapisan luar,
dalam lapisan ini terdapat ovum dan folikel de Graaf. Korteks ovarium berbentuk
kumparan yang diantaranya tersebar folikel primodial dan folikel de Graaf dalam
berbagai tahap perkembangan. Bagian paling terluar dari korteks, yang kusam dan
keputih-putihan, dikenal sebagai tunika albugenia, pada permukaannya terdapat
epitel kuboid yaitu epitel germinal Waldeyer. Medulla, atau bagian tengah dari
ovarium, terdiri dari jaringan ikat longgar yang merupakan kelanjutan dari
mesovarium. Terdapat sejumlah besar arteri dan vena dalam medulla dan sejumlah
kecil serat otot polos yang berkesinambungan dengan yang berasal dari ligamentum
suspensorium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon
yaitu hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. Hormon estrogen
bertanggung jawab atas pertumbuhan pola rambut aksila serta pubik dan berperan
dalam mempertahankan kalsium dalam tulang. Progesteron dipengaruhi oleh
estrogen sehingga dapat menimbulkan retensi cairan dalam jaringan, juga dapat
menyebabkan penumpukkan lemak.
7. Pathway

8. Faktor Risiko Kista Ovarium


Ada beberapa faktor penyebab kista, salah satunya disebabkan oleh kondisi
genetik, cacat pada organ yang berkembang, infeksi, tumor dan obstruksi pada
aliran cairan, serta minyak atau zat lainnya. Berikut ini beberapa penyebab kista
lainnya yang harus diketahui.
- Usia
Menurut U.S National Library of Medicine (NLM), wanita yang berusia
di antara usia pubertas sampai menopause menempati risiko paling tinggi
untuk terkena di bagian ovarium, karena pada masa ini wanita masih
mengalami periode menstruasi. Pada saat wanita mengalami menstruasi,
munculnya benjolan cairan di ovarium bisa saja terbentuk. Ini bukan menjadi
masalah selama benjolan di ovarium bisa hilang dengan sendirinya, tidak
membesar, dan tidak menyebabkan gejala.
Kondisi penyebab kista ovarium jarang terjadi pada wanita setelah
menopause. Namun, wanita yang sudah menopause dan mempunyai
benjolan berisi cairan di ovarium mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
terkena kanker ovarium.
- Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
Wanita yang memiliki sindrom ovarium polikistik mempunyai risiko
benjolan di ovarium yang lebih tinggi. Sindrom ovarium polikistik terjadi
ketika tubuh tidak memproduksi cukup hormon bagi folikel dalam ovarium
untuk melepaskan sel telur. Akibatnya, terbentuklah benjolan folikel.
Sindrom ovarium polikistik juga dapat mengganggu produksi hormon pada
wanita, sehingga banyak masalah yang dapat terjadi karena hal ini.
- Endometriosis
Endometriosis terjadi saat bagian dari jaringan yang melapisi rahim
(endometrium) terbentuk di bagian luar rahim, seperti pada tuba falopi,
ovarium, kandung kemih, usus besar, Miss V, ataupun rektum. Terkadang,
kantung berisi darah (benjolan/fibroid) terbentuk pada jaringan ini. Benjolan
berisi yang terbentuk karena endometriosis ini disebut dengan
endometrioma. Benjolan ini dapat menyebabkan pengidap merasa sakit saat
berhubungan intim dan selama periode menstruasi.
- Obat Penyubur Kandungan
Obat penyubur kandungan biasanya dipakai untuk membantu ovulasi
(melepaskan sel telur). Seperti gonadotropin, clomiphene citrate,
ataupun letrozole. Ini tentu dapat memengaruhi keseimbangan hormon
dalam tubuh. Sehingga, penggunaan obat penyubur kandungan juga dapat
meningkatkan risiko adanya benjolan di ovarium, seringnya dalam jenis
kista fungsional.
Penggunaan obat ini dapat menyebabkan terbentuknya kista dalam
jumlah banyak dan dalam ukuran besar pada ovarium. Kondisi ini disebut
dengan sindrom hiperstimulasi ovarium (ovarian hyperstimulation
syndrome).
- Kemoterapi dengan Tamoxifen
Wanita pengidap kanker payudara yang pernah menjalankan kemoterapi
dengan tamoxifen memiliki risiko adanya benjolan di ovarium yang lebih
tinggi. Tamoxifen dapat menyebabkan terbentuknya benjolan di ovarium
Namun, benjolan berisi cairan ini dapat hilang setelah pengobatan selesai.
9. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun
kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :
1) Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit.
2) Nyeri selama hubungan seksual.
3) Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh lainnya
sudah terkena.
4) Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi.
5) Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau
diare, obstruksi usus dan asietas.
10. Pengobatan
Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :
a. Pendekatan pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan
pengobatan nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres
hangat pada abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan
kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba,
2009)
c. Pembedahan Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera
mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi
dan laparatomi (Yatim, 2008).
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:
1) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut,
yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2008).
2) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar
serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).
3) Perawatan luka insisi / pasca operasi Beberapa prinsip yang perlu
diimplementasikan antara lain:
a) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
b) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
c) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa
pasca operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk.
d) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus yang sesuai dan
tidak lengket.
e) Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.
11. Pemeriksaan Penunjang
1) Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.

3) Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.

4) Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2005).

12. Komplikasi Kista Ovarium


Menurut Yatim (2008), komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada
kista ovarium adalah :
a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan
sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan
menimbulkan kondisi kurang darah (anemia).
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5
cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih
sering pada waktu persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air
besar (konstipasi).

B. KONSEP TEORI LAPARATOMI


1. Pengertian
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian abdomen
laparatomi terbentuk dari dua kata yunani, “Lapara” dan Tome" kata “Lapara”
berarti bagian lunak dari tubuh yang terletak diantara tulang rusuk dan pinggul
sedangkan “Tome” berarti pemotongan, jadi laparatomi merupakan salah satu
pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding
Abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah seperti
hemoragi, perforasi, kangker dan obstruksi (ANA, 2016).
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada selaput abdomen,
membuka selaput yang membuat irisan vertikal besar pada dinding perut ke dalam
rongga perut operasi yang di lakukan pada daerah abdomen. Prosedur ini
memungkinkan dokter melihat dan merasakan organ dalam membuat diagnosis apa
yang salah. Bedah dilakukan di daerah abdomen, bedah laparatomi merupakan
teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
bedah digestifdan perkemihan (Lakaman, 2013).

2. Indikasi Laparatomi
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada selaput abdomen,
membuka selaput yang membuat irisan vertikal besar pada dinding perut ke dalam
rongga perut operasi yang di lakukan pada daerah abdomen. Prosedur ini
memungkinkan dokter melihat dan merasakan organ dalam membuat diagnosis apa
yang salah. Bedah dilakukan di daerah abdomen, bedah laparatomi merupakan
teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
bedah digestifdan perkemihan (Lakaman, 2013).

3. Komplikasi Laparatomi
Komplikasi yang seringkali ditemukan pada pasien operasi laparatomi berupa
ventilasi paru tidak adekuat, gangguan kardiovaskuler (hipertensi, aritmia jantung),
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan gangguan rasa nyaman dan
kecelakaan (Azis, 2010).
1) Tromboplebitis
Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati
dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, dan
ambulatif dini.
2) Infeksi
lnfeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus,
organisme gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
mempertahankan aseptik dan antiseptic.
3) Eviserasi
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor
penyebab eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu
pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat
dari batuk dan muntah.
C. KONSEP TEORI SPINAL ANESTESI
1. Pengertian
Spinal anestesi adalah prosedur yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat
anestetik lokal kedalam ruang subarachnoid dan mencegah permulaan
konduksirangsang syaraf dengan menghambat aliran ion (Pramono, 2015).
Spinal anestesi merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakan
bedahobstetrik, operasioperasi abdomenbagian bawah dan ekstremitas bawah
(Latief, Suryadi & Dachlan, 2009).
2. Indikasi
Menurut Latief (2010) indikasi dari tindakan spinal anestesi sebagai berikut:
1) Pembedahan pada ektermitas bawah.
2) Pembedahanpada daerah panggul.
3) Tindakan sekitar rektum-perineum.
4) Pembedahan perut bagian bawah.
5) Pembedahan obstetri-ginekologi.
6) Pembedahan urologi.
7) Pada bedah abdomen bagian atas dan bedah pediatrik, dikombinasikan
dengan anestesi umum ringan.
3. Kontra Indikasi
Menurut Morgan (2013) kontraindikasi spinal anestesi digolongkan sebagai
berikut :
1) Kontraindikasi absolut
a. Pasien menolak.
b. Infeksi pada tempat daerah penyuntikan.
c. Hipovolemia berat, syok.
d. Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan.
e. Tekanan intrakranial meninggil.
f. Fasilitas resusitasi minim.
g. Kurang pengalaman / tanpa didampingi konsultan anesthesia
2) Kontraindikasi relative
a. Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi).
b. Infeksi sekitar tempat suntikan.
c. Kelainan neurologis.
d. Kelainan psikis.
e. Penyakit jantung.
f. Hipovolemia ringan.
g. Nyeri punggung kronis.
h. Pasien tidak kooperatif.
i. Kontraindikasi kontroversial.
j. Tempat penyuntikan yang sama pada operasi sebelumnya.
k. Ketidakmampuan komunikasi dengan pasien.
l. Komplikasi operasi.
4. Komplikasi
Komplikasi spinal anestesi menurut Pramono(2017) yaitu :
a. Blokade saraf simpatis (hipotensi, bradikardia, mual, muntah).
b. Blok spinal tinggi atau blok spinal total.
c. Hipoventilasi.
d. Nyeri punggung.
e. Hematom pada tempat penyuntikan.
f. Post dural puncture headache (PDPH).
g. Meningitis.
h. Abses epidural.
i. Gangguan pendengaran.
j. Gangguan persyarafan.
k. Retensi urin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
A. AnalisaData
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1. DS: Kurang pengetahuan akan Ansietas
-Klien mengatakan takut prosedur invasif yang akan
akan dilakukan operasi dijalani
-klien mengatakan belum
pernah melakukan operasi
sebelumnya

DO :
Klien tampak gelisah
Td : 130/75 mmhg
N:115 x/mnt
Rr:24x/mnt
SPO2 :98 x/mnt
Suhu : 36,5 oc
II. INTRA ANESTESI

1 DS : pasien mengatakan Pajanan suhu tinggi Hipotermia


kedinginan

DO :
- pasien terlihat menggigil
- suhu ruangan 16 oc
- akral teraba dingin
II. PASCA ANESTESI

1. DS : Pasien mengatakan Adanya luka post operasi Nyeri akut


merasa pusing dan nyeri di
luka operasi

DO :
Tampak luka operasi di
payudara kanan

RR : 26 x / mnt,

TD : 130/90 mmHg.

PRIORITAS DIAGNOSA

PRE ANESTESI
1. ANSIETAS berhubungan dengan tindakan invasif ditandai dengan pasien
mengatakan belum pernah dioperasi sebelumnya dan takut menjalani operasi,
pasien terlihat pucat dan gelisah.
INTRA ANESTESI
2. HIPOTERMIA berhubungan dengan pajanan suhu dingin ditandai dengan
pasien mengatakan dingin, pasien terlihat menggigil dan akral dingin.
PASCA ANESTESI
3. NYERI AKUT berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan Pasien
mengatakan merasa pusing dan nyeri di luka operasi
RENCANA INTERVENSI
NO Problem Tujuan Intervensi
PRE ANESTESI
1. Ansietas Setelah dilakukan perawatan 1. Ajarkan pada pasien
anestesi selama 1x1 jam, teknik relaksasi
pasien diharapkan masalah napas dalam untuk
dapat teratasi dengan kriteria mengurangi
hasil : kecemasan.
1) Pasien lebih tenang 2. Jelaskan kepada
2) Pasien mengungkapkan pasien tentang
bahwa kecemasannya prosedur dan
berkurang tindakan yang akan
3) Jelaskan informasi secara dijalani selama
sederhana tentang operasi.
tindakan yang akan 3. Jelaskan pada pasien
dilakukan bahwa semua orang
4) Dampingi klien untuk pasti akan merasa
mengurangi rasa cemas cemas pada kondisi
tertentu.
4. Mendampingi pasien
dapat mengurangi
kecemasanklien

INTRA ANESTESI
2. Hipotermia Setelah dilakukan perawatan 1. Jelaskan kepada
anestesi selama 1x30 menit, pasien tentang
pasien diharapkan masalah penyebab rasa
dapat teratasi dengan kriteria dingin dan
hasil : menggigil yang
1) Pasien menyatakan dialami.
nyaman dan tidak merasa 2. Berikan selimut
kedinginan hangat.

PASCA ANESTESI
3. Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan 1 Observasi TTV
anestesi selama 1x1 jam, pasien
pasien diharapkan masalah 2 Kaji nyeri pada
dapat teratasi dengan kriteria pasien
hasil : 3 Jelaskan penyebab
1) Nilai NRS 4 dapat nyeri kepada
menurun individu dan
2) Obat terabsorbsi dalam berapa lama nyeri
waktu 30 menit akan berlangsung.
3) Pasien paham dan bisa 4 Ajarkan Teknik
melaksanakan Teknik relaksasi nafas
relaksasi dalam untuk
4) Keluarga memposisikan mengurangi
badan pasien dengan baik. ketegangan otot
rangka,yang dapat
menurunkan
intensitas nyeri.
5 kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian pereda
rasa sakit yang
optimal dengan
anelgesik

Dx Implementasi Jam / paraf Evaluasi Jam / paraf


PRE ANESTESI
Ansietas a. Mengajarkan 08.30 WIB Subjektif : 09.00 WIB
pada pasien  Pasien
teknik relaksasi mengatakan
napas dalam sudah paham
untuk tentang
mengurangi prosedur
kecemasan. yang akan
b. Menjelaskan dilakukan.
kepada pasien  Pasien
tentang prosedur mengatakan
dan tindakan sudah tidak
yang akan cemas
dijalani selama
operasi. Objektif :
c. Menjelaskan  TD : 120/70
pada pasien mmHg
bahwa semua  N :
orang pasti akan 80x/menit
merasa cemas  Pasien
pada kondisi terlihat lebih
tertentu. tenang

Analisis :
masalah ansietas
telah teratasi

Planning :
hentikan
intervensi
INTRA ANESTESI
Hipotermia a. Menjelaskan 09.45 WIB Subjektif: 10.00
kepada pasien  Pasien
tentang mengatakan
penyebab rasa sudah
dingin dan merasa lebih
menggigil yang nyaman
dialami.
b. Memberikan Objektif :
selimut hangat.  Pasien sudah
tidak
menggigil
 TD : 130/80
mmHg
 N :
75x/menit

Analisis :
masalah
hipotermia telah
teratasi

Planning :
hentikan
intervensi
PASCA ANESTESI
Nyeri akut a. Observasi TTV 10.10 WIB Subjektif:
pasien  pasien mengatakan nyeri
b. Kaji nyeri pada di luka operasi dengan
pasien berkurang dengan skla
c. Jelaskan NRS 3
penyebab nyeri Objektif:
kepada individu  TD : 120/70 , RR 17
dan berapa lama x/mnt, , SpO2 99%,
nyeri akan Nadi 74 x/mnt, suhu 36,4
berlangsung. Analisis:
d. Ajarkan Teknik Masalah nyeri akut telah teratasi
relaksasi nafas
dalam untuk Planing: Hentikan Intervensi
mengurangi
ketegangan otot
rangka,yang
dapat
menurunkan
intensitas nyeri.
e. kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
pereda rasa sakit
yang optimal
dengan anelgesik
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN JURNAL ILMIAH

A. Cara penelusuran jurnal


Penelusuran jurnal dilakukan dengan membuka/mencari di google scholar
kemudian mengetik di keyword di bagian pencarian “Jurnal kista ovarium”
B. Uraian jurnal
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan menstruasi.
Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan
dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium,
sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.
Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh dibagian
tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh dalam ovarium
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon
pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel
yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikelde Graff. Pada pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit matur. Folikel
yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 –2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum
akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan
HCG.(2,6)Kista fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi
ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH), dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG
C. Kaitan jurnal dengan kasus pada Ny. P

Berdasarkan kasus kelolaan pada Ny. P di ruang IBS RSUD Dr. Harjono Ponorogo
dengan diagnosa Kista ovarium hal yang berkaitan dengan jurnal yang dilampirkan
mengatakan penatalaksanaan yang diberikan pada pasien kista ovarium yaitu dilakukan
laparotomi dan kistektomi. Hal ini telah sesuai dengan teori. Berdasarkan teori, jika kista
membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista
dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan
cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan
BAB V
KESIMPULAN
Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh dibagian
tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh dalam ovarium. Berdasarkan teori, jika kista membesar, maka
dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista dengan tindakan
laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien
mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Pada pasien Ny.P dilakukan asuhan
keperawatan anestesi dan didapatkan diagnose pre anestesi ansietas, intra anestesi
hipotermi, dan post anestesi nyeri akut. Setelah dilakukan intervensi masalah pasien
pre,intra,post, teratasi dengan hamper memenuhi kriteria hasil. Selanjutnya pasien
dipindahkan ke bangsal setelah dilakukan penilaian bromage skor dan didapatkan hasil 1
sehingga pasien dapat dipindah ke bangsal
DAFTAR PUSTAKA

Nurmansyah, N., Djemi, D., & Setyawati, T. Sebuah Laporan Kasus: Kista Ovarium.
JURNAL MEDICAL PROFESSION, 1(3), 226-229
Jones, D.L.Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, alih bahasa Hadyanto, Editor edisi bahasa
Indonesia, Y.Joko Suryono, edisi 6, Hipokrates, Jakarta, 2012
DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Obstetry and Gynecology Diagnosis and
Therapy.McGraw-Hill, 2013
Sebuah Laporan Kasus: Kista Ovarium
*Nurmansyah1, Djemi2, Tri Setyawati3,4
1
Medical Profession Program, Faculty of Medicine, Universitas Tadulako – Palu, INDONESIA – 94118
2
Departement of Obstetrian and Gynecology, Hospital – Anutapura Hospital Palu,INDONESIA,94111
3
Departement of Research on Tropical Diseases and Traumatology, Faculty of Medicine Tadulako
University
4
Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine Tadulako University

ABSTRACT
Ovarian cysts are benign or malignant tumors that are present in the ovary. In pregnant women,
ovarian tumors that are large enough can cause abnormalities in the location of the fetus and facilitate
the entry of the head into the pelvis. The ovarian tumors most often found during pregnancy are dermoid
cysts or brown cysts. This report is for reporting management in patients with Ovarian Cysts. Female
patients wait 27 years with an ovarian cyst. From the results of physical examination, the mass in the
inguinal area was obtained. US examination results Impression: extra ovarian cyst. In the patient,
pharmacotherapy and operative laparotomy + cystectomy are administered. This technique removes all
cysts.
ABSTRAK
Kista ovarium merupakan suatu tumor jinak atau ganas yang terdapat pada ovarium. Pada wanita
hamil, tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dan menghalangi
masuknya kepala ke dalam panggul. Tumor ovarium yang paling sering dijumpai selama kehamilan
adalah kista dermoid atau kista coklat. Laporan ini bertujuan untuk melaporkan manajemen pada pasien
dengan Kista Ovarium. Pasien perempuan berumur 27 tahun dengan Kista Ovarium. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan massa di area inguinal dextra. Hasil pemeriksaan penunjang USG kesan:
kista ovarium dextra. Pada pasien dilakukan penatalaksanaan farmakoterapi dan tindakan operatif operasi
laparotomi + kistektomi. Teknik ini membuang semua kista.

Kata Kunci : Kista ovarium, kistektomi

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat terjadi pada usia produktif dan relatif jarang
penting pada reproduksi dan menstruasi. pada wanita postmenopause. Secara umum,
Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan tidak ada persebaran umur yang spesifik
terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan mengenai usia terjadinya kista ovarium.(4,7)
kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom Pada wanita usia muda (biasanya kurang
ovarium polikistik, dan kanker ovarium.(1,2) dari 40 tahun) resiko pertumbuhan menjadi
ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat
Kista adalah pertumbuhan berupa kantung dikontrol dengan USG pelvik. Ada beberapa
(pocket, pouch) yang tumbuh dibagian tubuh yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung karsinoma terutama pada wanita-wanita yang
yang berisi cairan atau materi semisolid yang mulai menopause.(1)
tumbuh dalam ovarium.(3)
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu
Kista ovarium ditemukan saat pasien terjadinya gangguan pembentukan hormon pada
melakukan pemeriksaan USG baik abdominal hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri.
maupun transvaginal dan transrektal. Kista Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak
ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah berfungsi selama siklus menstruasi.(7)
postmenopause. Sebagian besar kista yang
ditemukan merupakan kista jinak, dan 10% Faktor resiko terjadinya kista ovarium:
sisanya adalah kista yang mengarah ke a. Riwayat kista ovarium sebelumnya
keganasan. Kista ovarium fungsional umumnya b. Siklus menstruasi yang tidak teratur

Vol. 3 | No. 3 | Desember 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 226


c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan
atas defekasi yang sering. Pasien juga mengeluhkan
d. Menstruasi dini ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada
e. Tingkat kesuburan.(5) penetrasi yang dalam. Pada tumor yang besar
Sedangkan pada tumor padat, etiologi dapat terjadi tidak adanya nafsu makan dan rasa
pasti belum diketahui, diduga akibat sesak. Pada umumnya tumor ovarium tidak
abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau mengubah pola haid. Ireguleritas siklus
sifat genetis kanker yang tercetus oleh radikal menstruasi dan pendarahan vagina yang
bebas atau bahan bahan karsinogenik.(2) abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat
menimbulkan menarche lebih awal.(9)
Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut LAPORAN KASUS
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 Seorang wanita berusia 27 tahun masuk
rumah sakit dengan keluhan adanya benjolan di
cm akan melepaskan oosit matur. Folikel yang
ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada area perut bagian kanan bawah. Benjolan
saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan dirasakan sejak sekitar 2 tahun yang lalu.
kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi Benjolan semakin lama semakin besar. Nyeri
perut (-), rasa penuh di perut (+), sesak nafas (-),
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara BAK lancar, BAB biasa. Riwayat haid: haid
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus teratur dengan siklus 28-30 hari, lama haid 4-6
luteum mula-mula akan membesar kemudian hari.
secara gradual akan mengecil selama Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan
kehamilan.(5,10) keadaan umum baik, konjungtiva anemis (-/-),
Kista ovari yang berasal dari proses tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82x/menit,
ovulasi normal disebut kista fungsional dan respirasi 18x/menit, suhu 36,6oC. Pada
pemeriksaan abdomen ditemukan adanya nyeri
selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan
luteal yang kadang-kadang disebut kista theca- tekan dan teraba massa di area inguinal dextra
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh dengan ukuran sekitar 20x15 cm.
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.(2,6) Hasil pemeriksaan penunjang darah rutin:
leukosit 11,5x103/μL, eritrosit 4,6 x106/μL,
Kista fungsional multipel dapat terbentuk
karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas hemoglobin 13 g/dL, platelet 395 x10 3/μL,
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pasien clotting time 7 menit, bleeding time 3 menit.
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan Hasil pemeriksaan penanda tumor: CEA 0,83
ng/mL, CA 125 10,14 u/mL. Hasil USG
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH),
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ditemukan adanya kista ovarium.
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.(7)

Kista neoplasia dapat tumbuh dari


proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau
jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi
kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. (8) Gambar 1. kista ovarium dextra

Kista ovarium dapat menyebabkan Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


obstipasi karena pergerakan usus terganggu atau fisik maka diagnosis kerja dari pada kasus ini

Vol. 3 | No. 3 | Desember 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 227


yaitu kista ovarium dextra. Pada kasus ini, x103/μL, clotting time 7 menit, bleeding time 3
penatalaksanaan dilakukan berdasarkan terapi menit. Pada pemeriksaan darah rutin, berfokus
dari bagian obsetric & gynecology. Pada pasien pada nilai hemoglobin untuk mengevaluasi
dilakukan tindakan operasi laparotomi + adanya anemia yang disebabkan oleh perdarahan
kistektomi. akut. Pada pasien ini kadar hemoglobinnya
dalam batas normal. Hasil pemeriksaan penanda
tumor: CEA 0,83 ng/mL, CA 125 10,14 U/mL.
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein
yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin
yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran
cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini
digunakan untuk mengetahui adanya kanker
usus besar. Peningkatan kadar CEA dilaporkan
pula pada keganasan oesophagus, lambung, usus
halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks,
sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal
ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca
operasi. CEA digunakan untuk menilai apakah
telah terjadi penyebaran sel kanker. Pada pasien
ini kadar CEA tidak meningkat. Cancer antigen
Gambar 2. Massa kista ovarium 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan
oleh membran sel ovarium normal dan
DISKUSI karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35
Pada kasus ini pasien masuk rumah sakit U/ml dianggap normal. Sementara kadar CA 125
dengan keluhan adanya benjolan di area perut dapat ditemukan meningkat pada 85% pasien
bagian kanan bawah. Benjolan dirasakan sejak dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang
sekitar 2 tahun yang lalu. Benjolan semakin CA 125 ditemukan meningkat pada kasus jinak
lama semakin besar. Nyeri perut (-), rasa penuh dan pada 6% pasien sehat. Pada kasus ini, nilai
di perut (+), sesak nafas (-), BAK lancar, BAB CA 125 tidak mengalami peningkatan.(3,18,10)
biasa. Riwayat haid: haid teratur dengan siklus Pada kasus ini, hasil USG
28-30 hari, lama haid 4-6 hari. Dari hasil (Ultrasonography) ditemukan adanya kista
pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum ovarium. USG perlu dilakukan untuk
baik, konjungtiva anemis (-/-), tekanan darah menentukan letak dan batas tumor kistik atau
120/80 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi solid, cairan dalam rongga perut yang bebas dan
18x/menit, suhu 36,6oC. Pada pemeriksaan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang
abdomen ditemukan adanya nyeri tekan dan utama untuk kista ovarium.(6)
teraba massa di area inguinal dextra dengan
ukuran sekitar 20x15 cm. Dari anamnesis dan Pada kasus ini penatalaksanaan yang
pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai diberikan yaitu dilakukan laparotomi dan
dengan teori mengenai tanda dan gejala kista kistektomi. Hal ini telah sesuai dengan teori.
ovarium. Banyak tumor ovarium tidak Berdasarkan teori, jika kista membesar, maka
menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor dilakukan tindakan pembedahan, yakni
ovarium yang kecil. Adanya tumor bisa dilakukan pengambilan kista dengan tindakan
menyebabkan pembenjolan perut. Rasa sakit laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista
atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien
Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista mengalami penurunan berat badan yang
tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat signifikan.(4,7)
juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-
alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak Pasien dipulangkan pada perawatan
nyaman, gangguan miksi dan defekasi.(8,9) hari 4 setelah dilakukan operasi dengan kondisi
Pada kasus ini, hasil pemeriksaan darah pasien yang membaik, tidak ditemukan adanya
rutin: leukosit 11,5x103/μL, eritrosit 4,6 tanda infeksi serta dianjurkan untuk melakukan
x106/μL, hemoglobin 13 g/dL, platelet 395 kontrol rutin sehingga pemantauan proses

Vol. 3 | No. 3 | Desember 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 228


penyembuhan menjadi lebih terkontrol dan jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
didapatkan hasil sesuai dengan harapan. kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling
sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista
KESIMPULAN lutein.
Kista ovarium merupakan suatu tumor,
baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat,

REFERENSI Treatment in Obstetrics and Gynaecologic


11th Edition. Mc Graw Hills. USA,2012.
1. Anwar, M, Baziad, A, Prabowo, RP. Ilmu
Kandungan Edisi Ketiga. Bina Pustaka 6. Sutoto J. S. M., Tumor Jinak pada Alat-alat
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2011 Genital dalam Buku Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
2. DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Prawirodihardjo, Jakarta. 2015.
Obstetry and Gynecology Diagnosis and
Therapy. McGraw-Hill, 2013. 7. Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi
T. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan
3. Schorge, J.O., Schaffer, J.I., Halvorson, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.
L.M., Hoffman, B.L., Bradshaw, K.D.,
Cunningham, F.G.(Eds). Williams 8. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Gnecology. Mc Graw Hills Companies. Revisi, EGC, l 1027; Jakarta, 2009
USA, 2009. 9. Schorge et al. William’s Gynecology
[Digital E-Book] Gynecologic Oncology
4. Jones, D.L. Dasar-dasar Obstetri dan Section. Ovarian Tumors and Cancer.
Ginekologi, alih bahasa Hadyanto, Editor McGraw-Hills..2010
edisi bahasa Indonesia, Y.Joko Suryono, 10. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. 4th ed. PT
edisi 6, Hipokrates, Jakarta, 2012. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta; P532-37, p554-59. 2013.
5. DeCherret, A., Nathan, L, Goodwin, M,
Laufer, N, Roman, A. Current Diagnosis &

Vol. 3 | No. 3 | Desember 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro) 229

Anda mungkin juga menyukai