Disusun oleh :
1. Annisa tifana (1811604045)
2. Dzunnatun Nafidah (1811604057)
3. Fuji Wara Nuricha (1811604022)
4. Yulita Intan Pratiwi (1811604015)
5. Mellynia Febriyandini Ziko (1811604033)
Disetujui pada:
Hari / tanggal : kamis 12 november 2020
Oleh :
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan perempuan adalah adanya kista pada ovarium. Ovarium
mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada
ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan
kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium,
sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.
Kista ovarium merupakan keadaan dimana terdapat benjolan yang berisi cairan,
nanah atau jaringan padat pada ovarium atau indung telur, sedangkan ovarium sendiri
merupakan dua buah kelenjar berukuran kecil berada pada kedua sisi kanan dan kiri
uterus, memproduksi hormon untuk fungsi tubuh dan berisi sel telur yang akan
dikeluarkan saat ovulasi (Ricci, 2009).
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2% kecenderungan
terjadi pada perempuan usia 20-50 tahun (Winkjosastro, 2005).
Kista ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik
abdominal maupun transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18%
yang sudah postmenopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista
jinak, dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan. Kista ovarium
fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada wanita
postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang spesifik mengenai usia
terjadinya kista ovarium.
Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko pertumbuhan
menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan USG pelvik. Ada
beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada
wanita-wanita yang mulai menopause.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kista ovarium?
2. Apa etiologi dari kista ovarium?
3. Apa patofisiologi dari kista ovarium?
4. Apa klasifikasi dari kista ovarium?
5. Apa saja tanda dan gejala dari kista ovarium?
6. Apa anatomi fisiologi dari ovarium?
7. Pathway dari kista ovarium!
8. Apa manifestasi klinis dari kista ovarium?
9. Apa faktor risiko dari kista ovarium?
10. Apa saja pengobatan dari kista ovarium?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kista ovarium?
12. Apa saja komplikasi dari kista ovarium?
13. Apa saja konsep teori dari laparatomi?
14. Apa saja konsep teori dari spinal anestesi?
C. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas keperawatan anestesiologi dan dapat mempelajari asuhan
keperawatan anestesiologi kista ovarium.
D. Waktu dan Tempat
RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo, tanggal 13 November 2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.
3) Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
4) Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2005).
2. Indikasi Laparatomi
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada selaput abdomen,
membuka selaput yang membuat irisan vertikal besar pada dinding perut ke dalam
rongga perut operasi yang di lakukan pada daerah abdomen. Prosedur ini
memungkinkan dokter melihat dan merasakan organ dalam membuat diagnosis apa
yang salah. Bedah dilakukan di daerah abdomen, bedah laparatomi merupakan
teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
bedah digestifdan perkemihan (Lakaman, 2013).
3. Komplikasi Laparatomi
Komplikasi yang seringkali ditemukan pada pasien operasi laparatomi berupa
ventilasi paru tidak adekuat, gangguan kardiovaskuler (hipertensi, aritmia jantung),
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan gangguan rasa nyaman dan
kecelakaan (Azis, 2010).
1) Tromboplebitis
Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati
dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, dan
ambulatif dini.
2) Infeksi
lnfeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus,
organisme gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
mempertahankan aseptik dan antiseptic.
3) Eviserasi
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor
penyebab eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu
pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat
dari batuk dan muntah.
C. KONSEP TEORI SPINAL ANESTESI
1. Pengertian
Spinal anestesi adalah prosedur yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat
anestetik lokal kedalam ruang subarachnoid dan mencegah permulaan
konduksirangsang syaraf dengan menghambat aliran ion (Pramono, 2015).
Spinal anestesi merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakan
bedahobstetrik, operasioperasi abdomenbagian bawah dan ekstremitas bawah
(Latief, Suryadi & Dachlan, 2009).
2. Indikasi
Menurut Latief (2010) indikasi dari tindakan spinal anestesi sebagai berikut:
1) Pembedahan pada ektermitas bawah.
2) Pembedahanpada daerah panggul.
3) Tindakan sekitar rektum-perineum.
4) Pembedahan perut bagian bawah.
5) Pembedahan obstetri-ginekologi.
6) Pembedahan urologi.
7) Pada bedah abdomen bagian atas dan bedah pediatrik, dikombinasikan
dengan anestesi umum ringan.
3. Kontra Indikasi
Menurut Morgan (2013) kontraindikasi spinal anestesi digolongkan sebagai
berikut :
1) Kontraindikasi absolut
a. Pasien menolak.
b. Infeksi pada tempat daerah penyuntikan.
c. Hipovolemia berat, syok.
d. Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan.
e. Tekanan intrakranial meninggil.
f. Fasilitas resusitasi minim.
g. Kurang pengalaman / tanpa didampingi konsultan anesthesia
2) Kontraindikasi relative
a. Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi).
b. Infeksi sekitar tempat suntikan.
c. Kelainan neurologis.
d. Kelainan psikis.
e. Penyakit jantung.
f. Hipovolemia ringan.
g. Nyeri punggung kronis.
h. Pasien tidak kooperatif.
i. Kontraindikasi kontroversial.
j. Tempat penyuntikan yang sama pada operasi sebelumnya.
k. Ketidakmampuan komunikasi dengan pasien.
l. Komplikasi operasi.
4. Komplikasi
Komplikasi spinal anestesi menurut Pramono(2017) yaitu :
a. Blokade saraf simpatis (hipotensi, bradikardia, mual, muntah).
b. Blok spinal tinggi atau blok spinal total.
c. Hipoventilasi.
d. Nyeri punggung.
e. Hematom pada tempat penyuntikan.
f. Post dural puncture headache (PDPH).
g. Meningitis.
h. Abses epidural.
i. Gangguan pendengaran.
j. Gangguan persyarafan.
k. Retensi urin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
A. AnalisaData
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1. DS: Kurang pengetahuan akan Ansietas
-Klien mengatakan takut prosedur invasif yang akan
akan dilakukan operasi dijalani
-klien mengatakan belum
pernah melakukan operasi
sebelumnya
DO :
Klien tampak gelisah
Td : 130/75 mmhg
N:115 x/mnt
Rr:24x/mnt
SPO2 :98 x/mnt
Suhu : 36,5 oc
II. INTRA ANESTESI
DO :
- pasien terlihat menggigil
- suhu ruangan 16 oc
- akral teraba dingin
II. PASCA ANESTESI
DO :
Tampak luka operasi di
payudara kanan
RR : 26 x / mnt,
TD : 130/90 mmHg.
PRIORITAS DIAGNOSA
PRE ANESTESI
1. ANSIETAS berhubungan dengan tindakan invasif ditandai dengan pasien
mengatakan belum pernah dioperasi sebelumnya dan takut menjalani operasi,
pasien terlihat pucat dan gelisah.
INTRA ANESTESI
2. HIPOTERMIA berhubungan dengan pajanan suhu dingin ditandai dengan
pasien mengatakan dingin, pasien terlihat menggigil dan akral dingin.
PASCA ANESTESI
3. NYERI AKUT berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan Pasien
mengatakan merasa pusing dan nyeri di luka operasi
RENCANA INTERVENSI
NO Problem Tujuan Intervensi
PRE ANESTESI
1. Ansietas Setelah dilakukan perawatan 1. Ajarkan pada pasien
anestesi selama 1x1 jam, teknik relaksasi
pasien diharapkan masalah napas dalam untuk
dapat teratasi dengan kriteria mengurangi
hasil : kecemasan.
1) Pasien lebih tenang 2. Jelaskan kepada
2) Pasien mengungkapkan pasien tentang
bahwa kecemasannya prosedur dan
berkurang tindakan yang akan
3) Jelaskan informasi secara dijalani selama
sederhana tentang operasi.
tindakan yang akan 3. Jelaskan pada pasien
dilakukan bahwa semua orang
4) Dampingi klien untuk pasti akan merasa
mengurangi rasa cemas cemas pada kondisi
tertentu.
4. Mendampingi pasien
dapat mengurangi
kecemasanklien
INTRA ANESTESI
2. Hipotermia Setelah dilakukan perawatan 1. Jelaskan kepada
anestesi selama 1x30 menit, pasien tentang
pasien diharapkan masalah penyebab rasa
dapat teratasi dengan kriteria dingin dan
hasil : menggigil yang
1) Pasien menyatakan dialami.
nyaman dan tidak merasa 2. Berikan selimut
kedinginan hangat.
PASCA ANESTESI
3. Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan 1 Observasi TTV
anestesi selama 1x1 jam, pasien
pasien diharapkan masalah 2 Kaji nyeri pada
dapat teratasi dengan kriteria pasien
hasil : 3 Jelaskan penyebab
1) Nilai NRS 4 dapat nyeri kepada
menurun individu dan
2) Obat terabsorbsi dalam berapa lama nyeri
waktu 30 menit akan berlangsung.
3) Pasien paham dan bisa 4 Ajarkan Teknik
melaksanakan Teknik relaksasi nafas
relaksasi dalam untuk
4) Keluarga memposisikan mengurangi
badan pasien dengan baik. ketegangan otot
rangka,yang dapat
menurunkan
intensitas nyeri.
5 kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian pereda
rasa sakit yang
optimal dengan
anelgesik
Analisis :
masalah ansietas
telah teratasi
Planning :
hentikan
intervensi
INTRA ANESTESI
Hipotermia a. Menjelaskan 09.45 WIB Subjektif: 10.00
kepada pasien Pasien
tentang mengatakan
penyebab rasa sudah
dingin dan merasa lebih
menggigil yang nyaman
dialami.
b. Memberikan Objektif :
selimut hangat. Pasien sudah
tidak
menggigil
TD : 130/80
mmHg
N :
75x/menit
Analisis :
masalah
hipotermia telah
teratasi
Planning :
hentikan
intervensi
PASCA ANESTESI
Nyeri akut a. Observasi TTV 10.10 WIB Subjektif:
pasien pasien mengatakan nyeri
b. Kaji nyeri pada di luka operasi dengan
pasien berkurang dengan skla
c. Jelaskan NRS 3
penyebab nyeri Objektif:
kepada individu TD : 120/70 , RR 17
dan berapa lama x/mnt, , SpO2 99%,
nyeri akan Nadi 74 x/mnt, suhu 36,4
berlangsung. Analisis:
d. Ajarkan Teknik Masalah nyeri akut telah teratasi
relaksasi nafas
dalam untuk Planing: Hentikan Intervensi
mengurangi
ketegangan otot
rangka,yang
dapat
menurunkan
intensitas nyeri.
e. kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
pereda rasa sakit
yang optimal
dengan anelgesik
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN JURNAL ILMIAH
Berdasarkan kasus kelolaan pada Ny. P di ruang IBS RSUD Dr. Harjono Ponorogo
dengan diagnosa Kista ovarium hal yang berkaitan dengan jurnal yang dilampirkan
mengatakan penatalaksanaan yang diberikan pada pasien kista ovarium yaitu dilakukan
laparotomi dan kistektomi. Hal ini telah sesuai dengan teori. Berdasarkan teori, jika kista
membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista
dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan
cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan
BAB V
KESIMPULAN
Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh dibagian
tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh dalam ovarium. Berdasarkan teori, jika kista membesar, maka
dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista dengan tindakan
laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien
mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Pada pasien Ny.P dilakukan asuhan
keperawatan anestesi dan didapatkan diagnose pre anestesi ansietas, intra anestesi
hipotermi, dan post anestesi nyeri akut. Setelah dilakukan intervensi masalah pasien
pre,intra,post, teratasi dengan hamper memenuhi kriteria hasil. Selanjutnya pasien
dipindahkan ke bangsal setelah dilakukan penilaian bromage skor dan didapatkan hasil 1
sehingga pasien dapat dipindah ke bangsal
DAFTAR PUSTAKA
Nurmansyah, N., Djemi, D., & Setyawati, T. Sebuah Laporan Kasus: Kista Ovarium.
JURNAL MEDICAL PROFESSION, 1(3), 226-229
Jones, D.L.Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, alih bahasa Hadyanto, Editor edisi bahasa
Indonesia, Y.Joko Suryono, edisi 6, Hipokrates, Jakarta, 2012
DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Obstetry and Gynecology Diagnosis and
Therapy.McGraw-Hill, 2013
Sebuah Laporan Kasus: Kista Ovarium
*Nurmansyah1, Djemi2, Tri Setyawati3,4
1
Medical Profession Program, Faculty of Medicine, Universitas Tadulako – Palu, INDONESIA – 94118
2
Departement of Obstetrian and Gynecology, Hospital – Anutapura Hospital Palu,INDONESIA,94111
3
Departement of Research on Tropical Diseases and Traumatology, Faculty of Medicine Tadulako
University
4
Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine Tadulako University
ABSTRACT
Ovarian cysts are benign or malignant tumors that are present in the ovary. In pregnant women,
ovarian tumors that are large enough can cause abnormalities in the location of the fetus and facilitate
the entry of the head into the pelvis. The ovarian tumors most often found during pregnancy are dermoid
cysts or brown cysts. This report is for reporting management in patients with Ovarian Cysts. Female
patients wait 27 years with an ovarian cyst. From the results of physical examination, the mass in the
inguinal area was obtained. US examination results Impression: extra ovarian cyst. In the patient,
pharmacotherapy and operative laparotomy + cystectomy are administered. This technique removes all
cysts.
ABSTRAK
Kista ovarium merupakan suatu tumor jinak atau ganas yang terdapat pada ovarium. Pada wanita
hamil, tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dan menghalangi
masuknya kepala ke dalam panggul. Tumor ovarium yang paling sering dijumpai selama kehamilan
adalah kista dermoid atau kista coklat. Laporan ini bertujuan untuk melaporkan manajemen pada pasien
dengan Kista Ovarium. Pasien perempuan berumur 27 tahun dengan Kista Ovarium. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan massa di area inguinal dextra. Hasil pemeriksaan penunjang USG kesan:
kista ovarium dextra. Pada pasien dilakukan penatalaksanaan farmakoterapi dan tindakan operatif operasi
laparotomi + kistektomi. Teknik ini membuang semua kista.
PENDAHULUAN
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat terjadi pada usia produktif dan relatif jarang
penting pada reproduksi dan menstruasi. pada wanita postmenopause. Secara umum,
Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan tidak ada persebaran umur yang spesifik
terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan mengenai usia terjadinya kista ovarium.(4,7)
kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom Pada wanita usia muda (biasanya kurang
ovarium polikistik, dan kanker ovarium.(1,2) dari 40 tahun) resiko pertumbuhan menjadi
ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat
Kista adalah pertumbuhan berupa kantung dikontrol dengan USG pelvik. Ada beberapa
(pocket, pouch) yang tumbuh dibagian tubuh yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung karsinoma terutama pada wanita-wanita yang
yang berisi cairan atau materi semisolid yang mulai menopause.(1)
tumbuh dalam ovarium.(3)
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu
Kista ovarium ditemukan saat pasien terjadinya gangguan pembentukan hormon pada
melakukan pemeriksaan USG baik abdominal hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri.
maupun transvaginal dan transrektal. Kista Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak
ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah berfungsi selama siklus menstruasi.(7)
postmenopause. Sebagian besar kista yang
ditemukan merupakan kista jinak, dan 10% Faktor resiko terjadinya kista ovarium:
sisanya adalah kista yang mengarah ke a. Riwayat kista ovarium sebelumnya
keganasan. Kista ovarium fungsional umumnya b. Siklus menstruasi yang tidak teratur