Oleh :
Supriadinata P07120721033
1. Definisi
AIDS merupakan penyakit yang ditandai sejumlah gejala dan infeksi yang timbul
karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV. HIV
sendiri merupakan virus yang menginfeksi serta menghancurkan sel darah putih
manusia.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya AIDS berasal dari infeksi virus HIV. Virus ini disebut virus
limfotik sel T manusia tipe III ( Human T Lympotrophic Virus III / HTVL III)
atau virus limfadenopati, adalah suatu retrovirus manusia dari family lentivirus
( PRICE & WILSON , 2006 )
Terdapat 2dua tipe virus HIV yang sudah teridentifikasi berdasarkan susunan
genom dan hubungan filogeniknya, yaitu HIV – 1, dan HIV -2.
Virus HIV -1 merupakan tipe yang paling umum dan virulen menginfeksi
manusia.
3. Patofisiologi
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen dan
secret vagina. HIV tergolong virus retsovirus yang mempunyai genetik RNA yang
mampu menginfeksi limfosit CD4 ( cluster differential four ). Virus HIV
menyerang sel yang mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4 yang
memegang peranan penting dalam mengatur kekebalan tubuh.
Kejadian awaal yang timbul setelah terinfeksi HIV disebut syndrome retroviral
akut. Diikuti dengan penurunan jumlah CD4dan peningkatan kadar RNA
HIVdalam plasma. Viral load cepat meningkat dan akan ditemukan jumlah CD4 <
200/mm3, diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat
dan muncul komplikasi neurologis.
4. Cara penularan
Virus HIV berada dalam cairan tubuh manusia, seperti darah, cairan sperma,
cairan vagina, dan air susu ibu ( wijaya, 2010 ).
Terdapat cairan utama dalam tranmisi virusHIV yaitu transmisi seksual dan
nonseksual. Tranmisi seksual melalui hubungan seksual, tansmisi nonseksual
dibedakan menjadi parenteral dan non parenteral
5. Manifestasi klinis
AIDS memiliki beragam manifestasi klinis dalam bentuk keganasan dan infeksi
opurtunistik. Keganasan yang sering dijumpai adalah myeloma multiple,
leukemia limfosit akut sel B, penyakit hodgkin, karsinoma anus, kardinoma di
lidah, karsinoma paru, karsinoma kolon, karinoma pancreas, kanker serviks,
kanker testis ( price & Wilson 2006 ; semlztzer 7 bare 2010)
Pasien AIDS rentan terhadap infeksi protozoa, bakteri, fungus,, dan virus.
Pneumonia Penumcytis Carinii paling sering dijumpai dengan gejala panas, sesak
nafas, batuk, nyeri dada.
6. Penatalaksanaan
B. PERTIMBANGAN ANESTESI
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Labortorium darah rutin, faal koagulasi, kadar gula darah, fungsi hati dan fungsi
hepar
2. Foto Ro
3. EKG
4. Pada pasien dengan gangguan jantung atau paru dilakukan pemeriksaan AGD,
echocardiograpi
1. GENERAL ANESTESI
Ekstraluminal
Intriksik dinding usus
Intraluminal
EKPLORASI LAPARATOMI
Nyeri
Pre anestesi Ansiets
ANESTESI Risiko cidera anestesi
General
anestesi Teknik: ETT
EFEK/RISIKO
ANESTESI
Intra anestesi post anestesi
P/K
B. disfungsi
Tinjauan pernapasan
Teori Askan Pre Intra Pasca Anestesi dan Pembedahan Umum
P/K disfungsi
1. Pengkajian P/K disfungsi pernapasan
jantung/kardiovaskular P/K disfungsi
a. Data Subjektif
P/K disfungsi sirkulasi jantung/kardiovaskular
Pada umumnya
P/K disfungsi termoregulasi pasien mengeluh nyeri perut terusdisfungsi
P/K menerussirkulasi
saat dilakukan
p/k disfungsipengkajian,
neuromuskular p/k
demam, susah BAB dan flatus, mual dandisfungsi
muntah neuromuskular
risiko cidera akibatObjektif
b. Data posisi risiko aspirasi
perioperatif nyeri post operasi
Pada pemeriksaan fisik
Askultasi : kontraktilitas usus meningkat, kemudian kontaksi usus berkurang
sampai hilang
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : nyeri tekan
3. Rencana Intervensi
a. Pre Anestesi
1) Nyeri
a) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan anestesi diharapkan nyeri dapat
teratasi atau berkurang,
b) Kriteria hasil:
1) TTV dalam rentang normal
2) Skala nyeri <4
3) Pasien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi dan napas dalam
c) Rencan intervensi
1) Observasi TTV
2) Observasi lokasi, karakteristik, awitan, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyer atau keparahan dan faktor presipitasi nyeri.
3) Ajarkan teknik distraksi relaksasi dan napas dalam
4) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat apa
bila pereda nyeri tidak dapat dicapai.
5) Kolaborasi pemberian analgesik dengan ahli anestesi
d) Evaluasi
S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O : 1). wajah tampak ceria,
2). skala nyeri dalam batas normal (VAS :1-3 skala nyeri ringan)
3). Tanda-tanda vital dalam batas normal
- TD : >90/60 mmHg,<140/90 mmHg
- N : 60-80 x/menit
- RR : 16-20 x/menit
2) Ansietas
a) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan anestesi diharapkan pasien akan
menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis
b) Kriteria hasil
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Golongan darah : B
Alamat : Lebani
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Lebani
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Perut membesar
Neri perut dan kembung
2) Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan perut membengkak ± 4 hari, nyeri
perut, tidak ada BAB ± 10 hari
5) Riwayat Kesehatan:
a) Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada
b) Riwayat masuk rumah sakit Sebelumnya :tidak ada
c) Pengobatan : -
d) Obat yang di konsumsi : -
e) Riwayat operasi, anestesi dan komplikasi anestesi sebelumnya : belum pernah
f) Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan
terlarang) : pasien mengatakan sudah lama tidak merokok
g) Riwayat alergi : tidak ada
c. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1) Udara atau oksigenasi
a) Gangguan pernafasan : tidak ada
b) Alat bantu pernafasan : tidak ada
c) Sirkulasi udara : baik
d) Letak tempat tinggal : perkotaan
2) Air
a) Sebelum sakit
Minum air
(1) Frekuensi : 5-6 gelas/hari (±250ml/gelas)
(2) Jenis : air putih
(3) Cara : enteral
(4) Keluhan : tidak ada
b) Saat sakit :
Minum air
(1) Frekuensi : 2-3 gelas/hari (±250ml/gelas)
(2) Jenis : air putih
(3) Cara : enteral
(4) Keluhan : kurang minum karena perut terasa kepenuhan
3) Nutrisi/ makanan
a) Sebelum sakit
(1) Frekuensi : 2-3/hari
(2) Jenis : nasi, sayur dan daging
(3) Porsi : 1 porsi dihabiskan
(4) Diet khusus : tidak ada
(5) Makanan yang disukai : semua makanan disukai
(6) Pantangan : tidak ada
(7) Nafsu makan : baik
b) Saat sakit
(1) Frekuensi : 1-2
(2)Jenis : bubur air
(3)Porsi : ¼ porsi
(4)Diet khusus :-
(5)Makanan yang disukai :-
(6)Pantangan :-
(7)Nafsu makan : kurang napsu makan karena
perut kepenuhan
4) Eliminasi
a) BAB
(1) Sebelum sakit
(a) Frekuensi : tidak menentu
(b) Konsistensi : padat
(c) Warna : kuning
(d) Bau : bau khas
(e) Cara : mandiri
(f) Keluhan : tidak ada
(2) Saat Sakit
(a) Frekuensi : selama dirawat belum pernah BAB
(b) Konsistensi : -
(c) Warna :-
(d) Bau :-
(e) Cara :-
(f) Keluhan : -
b) BAK
(1) Sebelum sakit
(a) Frekuensi : 2-3x/hari
(b) Konsistensi : tidak ada endapan
(c) Warna :-
(d) Bau :-
(e) Cara : mandiri
(f) Keluhan : tidak ada keluhan
(2) Saat sakit
(a) Frekuensi : terpasang kateter
(b) Konsistensi : tidak ada endapan
(c) Warna : warna khas urine
(d) Bau :-
(e) Cara : menggunakan DC
(f) Keluhan :-
2) Pemeriksaan Telinga
a) Inspeksi dan palpasi
(1) Bentuk : Simetris
3) Pemeriksaan Hidung
a) Inspeksi dan palpasi
(1) Bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris,
(2) Pembesaran : Tidak ada pembesaran polip
(3) Terpasang NGT dekompresi
5) Pemeriksaan Leher
a) Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan
(1) Bentuk leher : Bentuk simetris
(2) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
(3) Vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis
(4) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak teraba
(5) posisi trakea : Simetris
(6) Pemeriksaan ukuran tyromentalis : >3 jari
8) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi
(1) Bentuk abdomen : Tampak distensi abdomen
(2) Bayangan pembuluh darah vena : Tidak ada
b) Auskultasi : Peristaltik usus tidak ada
c) Perkusi : Hipertimpani
d) Palpasi : Nyeri tekan pada semua lapang abdomen
b) Palpasi
b) Ekstremitas Bawah :
(1) Inspeksi : Bentuk kiri dan kanan simetris, tidak ada luka atau lesi.
e. Pemeriksaan neurologis
1) Menguji tingkat kesadaran secara kuantitaif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
a) E : 4
b) V : 5
c) M : 6
2) Tingkat kesadaran secara kualitatif : Composmentis
3) Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : Tidak ada
4) Memeriksa nervus cranialis
a) Nervus I , Olfaktori : dapat membedakan bau
b) Nervus II, Optik : Pandangan mata kabur
c) Nervus III, Okulamotor : Terjadi penurunan fungsi pendengaran telinga kiri
dan kanan
d) Nervus IV, Throclearis : Dapat menggerakkan bola mata keatas dan kebawah
e) Nervus V, Trigeminus
(1) Cabang Optalmikus : Dapat meresakan rangsangan halus pada kornea
(2) Cabang maxilaris : Dapat menggerakkan rahang atas
(3) Cabang Mandibularis : Dapat mengunyah dan menggerakkan rahang
bawah
f) Nervus VI, Abdusen : Terjadi penurunan penglihatan lapang pandang kiri dan
kanan
g) Nervus VII, Facialis : Dapt mengerutkan dahi dan mengangkat alis
h) Nervus VIII, Auditorius : Terjadi penurunan fungsi Pendengaran telinga kiri
dan kanan
i) Nervus IX, Glosopharingeal : Dapat membedakan rasa manis dan asam.
j) Nervus X, Vagus : Kemampuan menelan baik
k) Nervus XI, Accessorius : sedikit Melawan tahanan dan mengangkat bahu
l) Nervus XII, Hypoglosal : Dapat membuka mulut dan menjulurkan lidah
2. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Hemoglobin 11,0 13,5 15 g/dl
2. Hematokrit 32 41 50 %
3. Jumlah leukosit 6,1 4,5 11,0 103/ul
4. Granulosit 79 40 81
5. Limposit 11 24 44%
6. Monosit 10 36%
7. Trombosit 386 150 450 103/ul
8. Eritrosit 3,6 4,5 5,5 juta /ul
+
9. Natrium (Na ) 148 136 145 minol / L
10. Kalium (K+) 3,8 3,5 5,3 minol / L
-
11. Clorida (Cl ) 89 98 106 minol / L
Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium: masih dalam batas toleransi
b. Pemeriksaan Radiologi : Thorax abdomen 3 posisi
Evaluasi hasil pemeriksaan radiologi : Kesan : - RO Cord an pulmo normal
- Observasi ileus obstruktif letak tinggi
3. Therapi
- Pasang NGT
- Pasang DC
- Injeksi ceftriaxone 1 gr, omeprazole 40 mg, metro nedacole 500 mg, injeksi
santagesik 1.000 mg, dul colax 2 tab SUPP, aminofluid 1.000 cc / 24 jam
4. Pertimbangan Anestesi
c. Obat-obatan
1) Premedikasi :
- Ondasetron 4 mg/IV
- Midazolam 1,5 mg/IV
2) Induksi :
- Fentanyl 50 mcg/IV
- Propofol 150 mg/IV
3) Pelumpuh otot
- Atrakurium 20 mg?IV
4) Rumatan anestesi
- Sevoflurane 2 %
- N20 : 02 = 70 : 30
5) Obat Emergensi
- Ephedrin Hcl 50 mg
- Sulfas Atropin 0,5 mg
6) Analgetik post op
- Drip fentanyl 200 mcg dan ketorolac 60 mg dalam 500ml cairan D5% : 20 tetes
micro/menit
5. Kesimpulan status fisik pasien : ASA II (pasien geriatri)
B. Analisa Data
INTRA ANESTESI
4 DS : - Agen anestesi Potensi kolaboratif
DO : pasien teranestesi, stadium ↓ disfungsi pernapasan
anestesi: stadium III plana Depresi pusat napas/medula
3.RR: 24x/menit, Spo2 : oblongata
100%. ↓
Disfungsi pernapasan
5 DS :- Agen anestesi Potensi kolaboratif
DO : pasien teranestesi, stadium ↓ disfungsi
Depresi miokard jantung/vaskular
anestesi: stadium III plana 3.
↓
TTV : N: 92x/mnt. Td: 130/100
disfungsi jantung/vaskular
mmHg. MAP: 65
6 DS : - Situasional Potensi kolaboratif
DO : pasien teranestesi, stadium disfungsi termoregulasi
anestesi: stadium III plana 3.
Tampak menggil, kulit teraba
dingin. TTV : TTV : N: 92x/mnt,
S:36oC. Td: 130/100. mmHg,
RR: 14 x/mnt. Spo2 : 100%.
POST ANESTESI
7 DS : - Agen anestesi Potensi kolaboratif
DO : Pasien dalam pengaruh obat ↓ disfungsi pernapasan
anestesi. RR: 24x/menit, Depresi pusat napas/medula
Spo2 : 100%. oblongata
↓
Disfungsi pernapasan
8 DS : - Situasional Potensi kolaboratif
DO : pasien dalam pengaruh obat disfungsi termoregulasi
anestesi
Pasien tampak kedinginan dan
menggigil
S : 350C
Permukaan tubuh teraba dingin
D. Rencana Intervensi
Nama : Tn. M
Umur : 40 Tahun Diagnosa : Ileus Obstruktif
Jenis kelamin : Laki - Laki Ruang : krisan
1. Prioritas Masalah Kesehatan Anestesi
Pre Anestesi
a) Ansietas
b) Nyeri
c) Risiko cidera anestesi
Intra Anestesi
a) Potensi kolaboratif disfungsi pernapasan
b) Potensi kolaboratif disfungsi jantung/vaskular
c) Potensi kolaboratif disfungsi termoregulasi
Pasca Anestesi
a) Potensi kolaboratif disfungsi pernapasan
b) Potensi kolaboratif disfungsi termoregulasi
2. Rencana Intervensi
No Problem (Masalah Perencanaan
Kesehatan
Anestesi Tujuan Intervensi
PRE ANESTESI
Ansietas Setelah dilakukan 5) Lakukan kunjungan pra operasi
implementasi diharapkan sebelum dilakukannya tindakan operasi
kecemasan pasien dapat
teratasi atau 6) Beri kesempatan pasien untuk
berkurang,dengan kriteria mengungkapkan perasaan kekhawatiran
hasil ; untuk mengurangi kecemasan.
5) Tanda-tanda vital
dalam batas normal.
6) Pasien tidak gelisah 7) Jelaskan tentang prosedur pembedahan
7) Pasien mengerti sesuai jenis pembedahan dan prosedur
tentang prosedur anestesi.
operasi dan anestesi 8) Kolaborasi dengan dokter anestesi
8) Pasien siap dan setuju dalam pemberian premedikasi
untuk dilakukan benzodiazepine.
operasi
2 Nyeri Setelah dilakukan 1) Observasi TTV
implementasi diharapkan 2) Observasi lokasi, karakteristik, awitan,
nyeri dapat teratasi atau durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
berkurang, dengan kriteria nyeri atau keparahan dan faktor
hasil; presipitasi nyeri.
4) TTV dalam rentang 3) Ajarkan teknik distraksi relaksasi dan
normal napas dalam
5) Skala nyeri <4 4) Instruksikan pasien untuk
6) Pasien dapat menginformasikan kepada perawat apa
mendemonstrasikan bila pereda nyeri tidak dapat dicapai.
teknik distraksi dan 5) Kolaborasi pemberian analgesik dengan
napas dalam ahli anestesi
3 Risiko cidera Setelah dilakukan 1) Lakukan pengkajian 6B
anestesi
Implementasi diharapkan - Breathing
pasien tidak terjadi cidera - Blood
selama anestesi, dengan - Brain
kriteri hasil; - Bowel
3) TTV dalam batas - Blader
normal: - Bone
TD: 110/70 mmHg 2) Lakukan pengkajian ABCDE
Nadi: 60-100 x/menit - A (Alergi)
RR: 16-20 x/menit - B (Bleeding tendencies)
Suhu: 36,5oC-37,5oC - C (Cortison or steroid use)
SpO2: 95-100 % - D (Diabetes melitus)
4) Tidak terjadi - E (Emboli)
penyulit saat 3) Lakukan pengkajian AMPLE
dilakukan tindakan - A (Alergi)
anestesi - M (Medikasi)
- P (Past illness/penyakit
penyerta)
- L (Last meal/Makan terakhir)
- E (ekposure)
4) Lakukan persiapan pasien sebelum
pembedahan
- Puasakan pasien (8jam)
- Pengosongan kandung
kemih/pemasangan DC
- Status nutrisi pasien/timbang
BB/TB
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Informed consent (persetujuan
tindakan anestesi)
5) Tetapkan kriteria mallampati dan
pemeriksaan tiromentalis
6) Tentukan status fisik pasien
7) Tanggalkan segala aksesoris pasien
8) Kolaborasi pemberian premedikasi
INTRA ANESTESI
4 Potensi Setelah dilakukan 1) lakukan pengkajian pra anestesi
kolaboratif
implementasi,fungsi meliputi: pemeriksaan jalan napas dan
disfungsi
pernapasan pernapasan pasien tetap riwayat batuk lendir, riwayat asma dan
terjaga, dengan kriteria pemeriksaan fungsi paru
hasil; 2) kaji riwayat alergi
1) Irama reguler dan 3) persiapkan alat dan obat anestesi sesuai
Frekuensi napas 16-20 dengan perencanaan teknik anestesi
kali/menit 4) lakukan tindakan anestesi sesuai
2) Saturasi oksigen >95% program kolaboratif dengan ahli
3) Tidak ada pernapasan anestesi
cuping hidung atau - preoksigenasi
penggunaan otot bantu - induksi
napas - intubasi
4) Tidak ada suara napas - rumatan anestesi
tambahan (gargling, 5) lakukan monitoring pernapasan
stridor, snoring, (prekuensi, irama pernapasan, saturasi
wizing) oksigen)
6) monitoring tanda-tanda vital intra
anestesi
7) pertahankan balance anestesi stadium
III plana 3
8) kolaborasi pemberian rumatan anestesi
O2:N2O dan agen inhalasi
5 Potensi Setelah melakukan 9) Lakukan pengkajian pra anestesi
kolaboratif
implementasi diharapkan meliputi pemeriksaan : riwayat penyakit
disfungsi
jangtung/vaskula pasien tidak terjadi jantung, penyakit hipertensi, riwayat
r disfungsi alergi, kelainan sistem pembekuan
jantung/vaskular, dengan darah.
kriteria hasil; 10) persiapkan alat monitoring tanda-tanda
6) Pasien tenang terjaga vital
7) EKG irama sinus 11) persiapkan alat dan obat anestesi sesuai
normal/tidak ada dengan perencanaan teknik anestesi
distritmia yang 12) lakukan rehidrasi cairan 1000-1500 cc
mengancam nyawa sesuai dengan program kolaboratif
8) TTV dalam batas dengan dokter anestesi
normal 13) hindari penggunaan agen anestesi yang
- TD >90/60,,140/90 meningkatkan respon saraf simpatik
mmHg, MAP >70 14) lakukan monitoring intra anestesi
- Nadi teratur - monitoring kardivaskular (tekanan
frekuensi 60-100 darah, irama dan frekuensi nadi,
kali/menit MAP)
- Palpasi nadi teraba - monitoring lead EKG
kuat - monitoring balance cairan
15) Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan atau
darah
- Kolaborasi pemberian obat
vassopresor
- Kolaborasi pemberian obat koagulasi
6 Potensi Setelah dilakukan - Monitoring suhu tubuh secara rutin
kolaborasi
implementasi, diharapkan sebelum pasien di pindahkan ke kamar
disfungsi
termoregulasi suhu tubuh pasien tetap operasi
dalam batas normal, - Selama proses persiapan pembedahan,
dengan kriteria hasil; tutupi seluas mungkin permukaan tubuh
a. Suhu tubuh dalam pasien
o
batas normal 36,5 C- - Persiapkan pemberian blanket warmer
o
37,5 C - Kolaborasi pemberian penghangat
b. Pasien tidak menggigil darah jika ada indikasi transfusi,
penghangat cairan intravena atau cairan
irigasi
POST ANESTESI
7 Potensi Setelah dilakukan 1) lakukan pengkajian post anestesi
kolaboratif
implementasi,fungsi meliputi :pemeriksaan jalan napas, suara
disfungsi
pernapasan pernapasan pasien tetap napas, penggunaan otot bantu napas,
terjaga, dengan kriteria pernapasan cuping hidung, irama dan
hasil; frekuensi napas
5) Irama reguler dan 2) persiapkan alat dan obat emergensi
Frekuensi napas 16-20 3) lakukan monitoring pernapasan
kali/menit (prekuensi, irama pernapasan, saturasi
6) Saturasi oksigen >95% oksigen)
7) Tidak ada pernapasan 4) lakukan manajemen jalan napas (head
cuping hidung atau tilt, chinlift, jawtrust)
penggunaan otot bantu 5) gunakan airway divice untuk membuka
napas jalan napas
8) Tidak ada suara napas 6) lakukan sucsion jika tidak ada kontra
tambahan (gargling, indikasi
stridor, snoring, 7) kolaborasi pemberian oksigen sesuai
wizing) kebutuhan
8 Potensi Setelah dilakukan 1) Monitoring suhu tubuh pasien post
kolaborasi
implementasi, diharapkan anestesi secara rutin
disfungsi suhu tubuh pasien tetap 2) Tutupi permukaan tubuh pasien dengan
termoregulasi
dalam batas normal, selimut
dengan kriteria hasil; 3) Persiapkan pemberian blanket warmer
a) Suhu tubuh dalam batas jika perlu
normal 36,5oC-37,5 oC 4) Kolaborasi pemberian penghangat
b) Pasien tidak menggigil cairan dan penghangat darah jika ada
indikasi transfuse.
E. Pelaksanaan
Nama : Tn. M
Umur : 40 Tahun Diagnosa : Ileus Obstruktif
Jenis kelamin : Laki - Laki Ruang : krisa
INTRA ANESTESI
Rabu Potensi kolaboratif - Melakukan persiapan Ds :-
25/5/202 disfungsi alat dan obat anestesi Do :alat-alat
1 pernapasan sesuai dengan S : stetoscop, laringo
perencanaan teknik scope
Pukul anestesi T : ETT no. 7.0
09.25
A : Guedel No. 5
wita
T : plester/hipaviks
I : stylet, magil forcep
C : conector
S : suction, kateter
suction, spuit cuff
Obat obat anestesi
- fentanyl 100
mcg
- propofol 200
mg
- antrakurium 25
- melakukan tindakan mg
- sulfas atropin
anestesi sesuai program
0,5 mg
kolaboratif dengan ahli - neostigmin 0,5
anestesi mg
melakukan
preoksigenasi
melakukan induksi :
Ds : -
- fentanyl 50mcg, Do : pasien tenang, O2 nasal
2lpm
- propofol 150 mg Ds : -
- atrakurium 20mg Do : pasien mulai teranestesi,
reflek bulu mata tidak ada.
melakukan intubasi
mengatur rumatan Ds : -
Do : terpasang ETT no.7
anestesi
kedalaman ETT : 21 cm
- sevoflurane 2%
Ds : -
- N2O:O2=50:50
Do : pasien teranestesi, Td :
130/90 mmHg. MAP:
71. N: 80x/menit. RR :
- melakukan monitoring
12x/menit. SpO2 :
pernapasan (prekuensi, 100%
irama pernapasan,
Ds : -
saturasi oksigen) Do : irama reguler, RR:
- melakukan monitoring 12x/menit. SpO2: 100%
POST ANESTESI
Pukul Potensi kolaboratif - melalakukan pengkajian Ds : -
11.00 disfungsi Do : RR : 14x/menit. SpO2:
post anestesi meliputi
wita pernapasan 96-97%. pasien masih dalam
:pemeriksaan jalan pengaruh obat anestesi,
adanya retraksi otot supra
napas, suara napas,
stenalis dan otot
penggunaan otot bantu supraclavicularis
napas, pernapasan
cuping hidung, irama
dan frekuensi napas
- melakukan tindakan
delegatif pemberian
neostigmine 0,5 mg dan
SA 0,25 mg/IV Ds : -
- melakukan monitoring Do : pasien masih dalam
pengaruh obat anestesi. RR :
pernapasan (prekuensi, 14x/menit. SpO2: 96-97%.
irama pernapasan, Ds : -
Do : posisi pasien supine
saturasi oksigen)
- melakukan manajemen dengan kepala ekstensi, bahu
diganjal bantal
jalan napas (head tilt,
Ds : -
chinlift, jawtrust) Do : pasien terpasang
oksigen facemask 6
- melakukan kolaborasi
liter/menit
pemberian oksigen
sesuai kebutuhan
Pukul Potensi kolaborasi - Melakukan monitoring Ds : -
11.15 disfungsi Do : pasien masih dalam
suhu tubuh pasien post
wib termoregulasi pengaruh obat anestesi,
anestesi permukaan tubuh pasien
teraba dingin, pasien tampak
- menutupi permukaan
menggigil
tubuh pasien dengan
selimut
F. Evaluasi
Nama : Tn. M
Umur : 40 Tahun Diagnosa : Ileus Obstruktif
Jenis kelamin : Laki - Laki Ruang : krisan
P : pertahankan Intervensi
Pukul 09.20 Nyeri S : Pasien mrengatakan nyeri pada seluruh lapang
perut
O : TTV : N: 92x/mnt, S:36oC. Td: 130/100. mmHg,
RR: 14 x/mnt. MAP: 65. Spo2 : 100%. Skala
nyeri 5 (nyeri sedang)
A : masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Pukul 09.25 Risiko cidera anestesi S:-
wita O : pasien sudah dipuasakan, mallampati II,
jarak buka mulut >2jari, ukuran tyromental
>3jari,pasien ASA II(usia pasien geriatrik),
persiapan alat dan obat sesuai prosedur.
A : Risiko cidera anestesi tidak terjadi
P : pertahankan intervensi
INTRA ANESTESI
Pukul 09.35 Potensi kolaboratif S:-
wita disfungsi pernapasan O : Pasien teranestesi stadium III plana 3.
Rumatan anestesi sevoflurane 2%
N2O:O2=50:50. TTV : 130/90 mmHg. MAP:
71. N: 80x/menit. RR : 12x/menit. SpO2 :
100%.
A : masalah tetap terpantau
P : lanjutkan intervensi
Nama : Tn. M
Umur : 40 Tahun Ruang : krisan
Jenis Kelamin : Laki - Laki Dx : Ileus Obstruktif
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ayem E, Bewes PC, Bion JF et al. Primary Anesthesia. Oxford University Press, 1986.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
American Association of Nurse Anesthetists (AANA) .2016. Standards for Nurse Anesthesia
Practice.
International Federation of Nurse Anesthetists (IFNA) 2016. Standards for Nurse Anesthesia
Practice.
Daphane Stannard, Dina Krensichek. 2012. Perianestesi Nursing Care: A Bedside for Safety
Recovery. St. Louis, Missouri.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.