Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI

RESEKSI OTOT EKSTRAOKULER


STRABISMUS
Disusun oleh:
Kelompok 1
Agus Mulyadi Mirza Bisri
Afrizal Muammar
Alfianto Kae Ridwan
Andrias Matayani Sadam Supratomo
Al Islami Samuel Mandasa
Auvi Maulana Syahrinsyah
Erwin Krisna Yuda Yoh Emanuel Gemadi
Yusriani Yusuf
DEFINISI
Suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada arah atau jarak
penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi untuk penglihatan
jarak jauh saja atau ke arah atas saja, atau terjadi pada semua arah
dan jarak penglihatan
ETIOLOGI
1. Akibat kelainan okulomotor nervus, saraf/otot-otot ekstra okuler sendiri.
2. Penyebab antara lain trauma dan kelainan kongenital, infeksi neoplasma atau kelainan
vaskuler, SSP, tiroid, kelainan otot
3. Gangguan penglihatan yang akan mengakibatkan mata menjadi juling :
a. Kelainan ukuran kaca mata antara mata kanan dan mata kiri
b. Terdapatnya kelainan atau kekeruhan pada bagian mata yang dilalui sinar untuk melihat.
4. Gangguan persarafan untuk melihat dapat mengakibatkan gangguan pergerakan mata
TANDA DAN GEJALA
1. Gerak mata terbatas
2. Deviasi, jika mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata
yang sehat akan menjurus ke arah mata yang baik.
3. Diplopia
4. Okular torticollis
Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang lumpuh, kedudukan kepala yang
miring.
5. Proyeksi yang salah
6. Vertigo dan mual-mual disebabkan diplopia proyeksi yang salah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. E-chart / Snellen Chart
Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 - 3,5 tahun, sedangkan diatas umur 5
– 6 tahun dapat digunakan Snellen chart.
2. Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara:
a. Objektif dengan optal moschope (memeriksa bagian dalam mata)
b. Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnya
c. Dengan oklusi(pnyumbtan or hmbatan) / menutup mata
4. Menentukan anomaly refraksi
5. Retinoskopi
6. Cover Test : menentukan adanya heterotropia
7. Cover Uncovertest : menentukan adanya heterophoria
8. Hirsberg Test Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea.
a. Penderita melihat lurus ke depan
b. Letakkan sebuah senter pada jarak 1/3 m = 33 cm di depan setinggi kedua mata pederita
c. Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.
PENATALAKSANAAN
1. Non Operatif

a. Sangat penting deteksi dini (keturunan tipe mata)

b. Lakukan beberapa foto pada beberapa posisi dan perhatikan letak sentral titik cahaya kedua mata.

c. Latihan otot mata

d. Penyesuaian jenis makanan / keadaan umum (kesehatan umum)

e. Pemberian pelatihan aktif (keaktifan klien melakukan latihan)

f. Pelatihan pasif (dilakukan orang tua / perawat bayi nenek)

g. Pemberian kaca mata

h. Bila perlu tetes mata pelatihan (cycloplegira)

i. Penutupan mata yang sehat dengan harapan terjadi rangsangan dari mata sakit untuk dipakai.
2. Operatif

a. Dilakukan dengan melakukan tindakan pemotongan / pengurangan panjang otot mata


dan pembetulan letaknya.

b. Operasi sering dilakukan dengan alasan kosmetika dan psikologi untuk mengoreksi
juling yang disebabkan oleh esotropia dasar atau cacat esotropia akomodatif setelah
dikoreksi dengan kacamata, saat operasi berfariasi antara satu orang dan orang lain.

c. Operasi koreksi meliputi memindah / memendekkan otot preosedur baru adalah


menjahit luka yang dapat diatur
WOC
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
STRABISMUS

DATA SUBJEKTIF :
1. Pasien mengatakan merasa mata tidak lurus
2. Pasien mengatakan pusing
3. Pasien mengatakan mata seperti melihat ganda
4. Pasien mengatakan takut melakukan pergerakan bola mata
5. Pasien mengatakan mata tidak fokus ketika melihat suatu benda
DATA OBJEKTIF
6. Pergerakan bola mata tidak simetris
7. Lapang pandang kabur
8. Tampak mengedipkan mata saat berusaha memfokuskan pandangan
9. Tidak akurat mengikuti instruksi
10. Mata juling (strabismus)
PEMERIKSAAN FISIK

1. MATA
 kesimetrisan mata (-)

 Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)

 Kelopak mata / palpebra : oedem (-), ptosis (-), peradangan (-) luka (-), benjolan (-)

 Bulu mata (+)

 Konjunctiva (merah) dan sclera (tidak ikterik)

 Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor (+)

 Kornea : warna hitam

 Nigtasmus (-), Strabismus (+)

 Ketajaman Penglihatan (berkurang)

 Penggunaan kontak lensa: tidak

 Penggunaan kaca mata: tidak


2. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan amati dan rasakan :
Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna (-), massa (-)
Kelenjar tiroid, pembesaran (-)

Vena jugularis : pembesaran (-)

Pembesaran kelenjar limfe (-), posisi trakea (simetris)

Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (+), ekstensi : (+), fleksi : (+), menggunakan collar : (-)

Leher pendek: tidak

3. Pemeriksan Mulut dan Faring


Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal (tidak ada), warna bibir pucat, lesi (-), bibir pecah (-), bibir lembab
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries (-), Kotoran (-), Gingivitis (-), gigi palsu (-), gigi goyang (-), gigi maju (-).
- Kemampuan membuka mulut >3 cm : (+)
- Lidah : Warna lidah : merah pucat, Perdarahan (-), Abses (-)
- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : tidak sedap, uvula (simetris), Benda asing : (tidak)
- Tonsil : T 0
- Mallampati : I,II,III,IV
- Suara pasien (berubahtidak)
4. Penentuan status ASA
MASALAH KESEHATAN
ANESTESI
1. Pra Anestesi
a. Resiko Komplikasi Agent Anestesi
b. Ansietas
c. Gangguan Persepsi Sensori
2. Intra Anestesi
a. Resiko Trauma Pembedahan
b. Resiko Komplikasi Disfungsi Respirasi
c. Resiko Komplikasi Disfungsi Kardiovaskular
3. Pasca Anestesi
a. Ketidakefektifan bersihan Jalan Nafas
b. Nyeri
c. Resiko Jatuh
Pra Anestesi
Resiko Komplikasi Agent Anestesi Rencana Tindakan:
1)Tujuan
1. Berikan KIE Mengenai Prosedur Operasi Beserta Resiko.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi 2. Observasi Tanda-tanda Vital
persiapan pre operasi dalam 1x24 jam diharapkan 3. Lakukan Pengkajian Pra Anestesi
dapat mengurangi resiko komplikasi terhadap
4. Lakukan Pengkajian Penyulit Anestessi
agent anestesi yang diberikan.
5. Tentukan Status ASA
2)Kriteria Hasil : 6. Kolaborasi Dalam Pemberian Premedikasi
a) KIE tentang prosedur operasi beserta resiko
operasi
b) Kebutuhan pasien cukup
c) Aksesoris tubuh sudah terlepas (gigi palsu,
perhiasan, cat kuku)
d) Personal Hygine baik
e) Pengkajian pra anestesi dilakukan (Pemeriksaan
fisik, Penilaian TTV, Penilaian Mallampati,
Penilaian tiromentalis)
f) Penentuan status ASA
Pra Anestesi

Ansietas Rencana Tindakan


1. Kaji Tingkat Ansietas, Catat Verbal Dan Non Verbal Pasien.
1) Tujuan
2. Jelaskan Jenis Prosedur Tindakan Prosedur Yang Akan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas Dilakukan
berkurang/hilang. 3. Berikan Dorongan Pada Pasien Untuk Mengungkapkan

2) Kriteria hasil : Perasaan


4. Ajarkan Teknik Relaksasi
a) Pasien menyatakan tahu tentang proses kerja obat 5. Kolaborasi Untuk Pemberian Obat Sedasi
anestesi/pembiusan

b) Pasien menyatakan siap dilakukan pembiusan

c) Pasien mengkomunikasikan perasaan negative secara


tepat

d) Pasien tampak tenang dan kooperatif

e) Tanda-tanda vital normal


Intra Anestesi Rencana Tindakan
Resiko Cedera Trauma Pembedahan 1.Siapkan Peralatan Dan Obatobatan Sesuai Dengan Perencanaan Teknik

1) Tujuan Anestesi
2.Atur Posisi Pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi
diharapkan tidak terjadinya risiko cedera trauma 3.Bantu Pemasangan Alat Monitoring Non Invasif
pembedahan 4.Monitor Vital Sign

2) Kreteria Hasil 5.Pantau Kecepatan/Kelancaran Infus


6.Pasang Nasal Kanul 3 Lt/Menit
a) Tidak adanya tanda-tanda trauma pembedahan
7.Bantu Pelaksanaan Anestesi (General Anestesi) Sesuai Dengan Program
b) Pasien tampak rilaks selama operasi berlangsung
Kolaboratif Spesialis Anestesi
c) Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 – 120 8.Atur Pasien Dalam Posisi Pembedahan
/ 70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu : 36-
9.Lakukan Monitoring
37°C RR : 16 – 20 x/menit
10.
Tidak Adanya Komplikasi Anestesi Selama Operasi Berlangsung
d) Saturasi oksigen >95%
Perianestesi
e) Pasien telah teranestesi, relaksasi otot cukup, dan 11.
Atasi Penyulit Yang Timbul
tidak menunjukkan respon nyeri
12.
Lakukan Pemeliharaan Jalan Napas
f) Tidak adanya komplikasi anestesi selama operasi 13.
Lakukan Pemasangan Alat Ventilasi Mekanik
berlangsung
14.
Lakukan Pengakhiran Tindakan Anestesi
Intra Anestesi
Rencana Tindakan
Resiko Komplikasi Disfungsi Respirasi
1. Monitoring Vital Sign
1) Tujuan 2. Monitoring Saturasi Oksigen Pasien
3. Atur Posisi Pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi 4. Berikan Ventilasi 5-10 Menit
diharapkan tidak terjadi disfungsi respirasi 5. Kolaborasi Dengan Dokter Anestesi Dalam Pemasangan Alat

2) Kriteria hasil : Ventilasi Mekanik

a) Pasien dapat bernafas dengan ventilator

b) RR normal : 16-20 x/menit

c) Gurgling (-)

d) Retraksi dada (-)

e) SaO2 normal : 95–100 %


Intra Anestesi
Rencana Tindakan
Resiko Komplikasi Disfungsi Kardiovaskular 1. Observasi TTV

1) Tujuan 2. Observasi Kesadaran


3. Monitoring Cairan Masuk Dan Cairan Keluar
Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi diharapkan
4. Monitoring Efek Obat Anestesi
tidak terjadi disfungsi kardiovaskular
5. Kolaborasi Dengan Dokter Anestesi Dalam Tindakan

2) Kriteria hasil : Maintenance Cairan Intravena Dan Volatil Agent

a) Tanda – tanda vital dalam batas normal TD: 110 – 120


/ 70 – 80 mmhg Nadi : 60 – 100 x/menit Suhu : 36-
37°C RR : 16 – 20 x/menit

b) CM = CK

c) Tidak terjadi edema/asites

d) Tidak terjadi cyanosis

e) Tidak ada edema paru


Pasca Anestesi

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Rencana Tindakan

1) Tujuan 1. Ajarkan Batuk Efektif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan


2. Motitoring TTV
nafas pasien bebas : 3. Lakukan Fisioterapi Dada
2) Kriteria hasil : 4. Lakukan Suctioning
a) Jalan nafas bebas 5. Kolaborasi Pemberian Ventilasi 3-5 Menit
b) RR dalam batas normal (16-24x/mnt)

c) Ronchi (-)

d) Pernafasan cuping hidung (-)

e) Retraksi dada (-)


Pasca Anestesi
Rencana Tindakan
Nyeri
1. Observasi Tanda-tanda Vital
1) Tujuan 2. Identifikasi Derajat, Lokasi, Durasi, Frekwensi Dan
Karakteristik Nyeri
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan
3. Lakukan Teknik Komunikasi Terapeutik
nyeri hilang atau terkontrol, klien tampak rileks.
4. Ajarkan Teknik Relaksasi
2) Kriteria hasil : 5. Kolaborasi Dengan Dokter Untuk Pemberian Analgetic

a) Pasien mangatakan nyeri berkurang atau hilang

b) Pasien mampu istirahat atau tidur

c) Ekspresi wajah nyaman atau tenang

d) TTV dalam batas normal (TD : 100-120/70-80 mmHg,


N : 60-100 x/mnt R : 16-24 x/mnt, S : 36,5-37,5oC)
Pasca Anestesi
Rencana Tindakan
Resiko Jatuh
1. Monitoring TTV
1) Tujuan 2. Lakukan Penilaian Alderete Score
3. Berikan Pengaman Pada Tempat Tidur Pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Berikan Gelang Resiko Jatuh
diharapkan pasien aman setelah pembedahan.

2) Kriteria hasil :

a) TTV dalam batas normal

b) Alderete score <8

c) Pasien sadar penuh

d) Pasien tampak tidak lemah


EVALUASI
1. Patensi Jalan Nafas Tidak Efektif
2. Ventilasi Spontan
3. Tidak terjadi Aspirasi
4. Sirkulasi Spontan
5. Termoregulasi efektif
6. Hidrasi Cairan Terpenuhi
7. Tidak Terjadi Perdarahan
8. Nyeri ditoleransi
9. Tidak terjadi alergi
10. Tidak terjadi bahaya jatuh
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai