Anda di halaman 1dari 14

Manajemen Bronkospasme

durante General Anastesi


Oleh: Reza Endrawan
Pendahuluan
Bronkospasme durante General Anestesi (GA) dapat
berdiri sendiri atau menjadi pertanda anafilaksis
Karakteristik bronkospasme:
 Ekspirasi memanjang
 Wheezing
 Peningkatan Peak Airway Pressure (PAP) Selama Intermitten
Positive Pressure Ventilation (IPPV)
Insiden Bronkospasme pada pasien Asma sebesar 2%.
Insiden Bronkospasme pada seluruh pasien yang
menjalani operasi dengan GA sebesar 0,2%

(Loosley,2009)
Bronkospasme
Bronkospasme&WheezingPertanda hipereaktif airway
Pasien Asma&COPDRespon hipereaktif terhadap iritan
kimia dan mekanik
Paparan Asap rokok, Riwayat Atopi dan Infeksi Saluran
Nafas Atas Viral Risiko bronkospasme saat GA

(Loosley,2009)
Pertanda Bronkospasme
Manifestasi Bronkospasme:
 Ekspirasi memanjang
 Wheezing pada auskultasi dada
 Wheezing tidak ditemukan pada Bronkospasme berat
 Suara nafas yang menurun
 Peningkatan Peak Airway Pressure (PAP) Selama Intermitten
Positive Pressure Ventilation (IPPV)
Selain Bronkospasme, Wheezing dan peningkatan
PAP dapat diakibatkan oleh hal lain

(Loosley,2009)
Gambar
Gambar
Bronkospasme pada GA
Sebab tersering bronkospasme pada induksi Iritasi
Jalan nafas karena intubasi
Sebab bronkospasme saat maintenance anestesi
Anafilaksis (e.c Obat;Antibiotik, Neuromuscular
blocker,Produk Darah;PRC,Frozen Plasma)
Pertanda Alergi/Anafilaksis :
 Pertanda Kulit (Urtikaria, Angioedem,Eritem)
 Pertanda Cardiovaskuler (Bradikardi/Takikardi, Hipotensi)

(Loosley,2009)
Diagnosis Banding
Obstruksi Mekanis
 (Sumbatan Mukus, Herniasi Cuff,Posisi Endotrakeal Tube tidak sesuai,
Oklusi pada breathing circuit)
Laryngospasme Pasien non intubasi
Bronkial Hipereaktif
 Asma&COPD, Paparan asap rokok, ISPA, Riw Atopi
Anestesi kurang dalam
Pemberian agen farmakologis
 B Blocker, NSAID,Anticholinesterase(Neostigmin, Histamin Release
drug(Thiopentone,Atracurium), Agen Volatile(Desfluran)
Airway Soiling
 Pada Laryngeal Mask airway (LMA), Uncuffed ET, Riwayat
Gastroesophageal refluks
Pencegahan Bronkospasme
Hindari Agen farmakologis pencetus bronkospasme
Edukasi hindari paparan asap rokok 6-8 bulan sebelum Operasi
Pasien anak dengan ISPA Tunda operasi
Preoperative treatmentInhalasi beta agonis 30 min sebelum
op,induksi anestesi dengan propofol, Kedalaman anestesi yang cukup,
Penggunaan LMA&Anestesi Regional Bronkospasme

(Loosley,2009)
Gambar
Catatan Algoritma
1. Konsentrasi inspirasi agen volatile berefek
bronkodilatasi (exc: Desfluran) Bronkospasme berat, Agen
IV dapat membantu (Propofol, Ketamin)
2. Perhatikan obstruksi mekanis  kateterSuction melewati
tube trakeal untuk menilai patensi dan membersihkan sekresi
3. Terapi pertama B agonis Inhalasi seperti salbutamol.
Dapat melalui Heat and moisture exchange filter(HMEF),
Metered dose inhaler modifikasi
4. Salbutamol iv/ obat antikolinergik (inhalasi ip.bromid)
5. Bronkospasme unrresponpenggunaan epinefrin,
,magnesium sulphate, aminophylline/ketamin

(Loosley,2009)
Manajemen Sekunder
Manajemen sekunder pada penyebab mendasar
Corticosteroid dan antihistamin diberikan bila penilaian
dan tatalaksana awal tidak berhasil
Anafilaksis&Alerginilai tanda kulit&cardiovaskuler
Review riwayat medikasi perioperative
Pikirkan diagnosis alternatif (Edem pulmo, emboli pulmo, benda
asing, tension pneumothoraks)
Bila Indikasi pembedahan tidak mengancam jiwa, hentikan
prosedur pembedahan
Bila Bronkospasme teratasi pada tatalaksana
awalbangunkan pasien, perawatan di kamar recovery
(Loosley,2009)
Ventilasi Mekanis
Pencegahan / koreksi hipoksemia
Tidal volume mungkin dibutuhkan untuk mencegah
peak airway yang tinggi dan barotrauma
Hiperkapnea dapat ditoleransi bila oksigen adekuat,
selama asidosis berat tidak muncul
Minimalisir PEEP intrinsik dicapai dengan respiratory
rate yang lambat minimal 1:2, Insp:Exp
Bila bronkospasme berat cukup 3-4x permenit

(Loosley,2009)
Postoperative Care
Bila gejala berlanjut pertimbangkan radiograph
Exc: Edem pulmo & pneumothorax
Bila sesuai, pertimbangkan terapi
reguler(bronchodilator, kortikosteroid, fisioterapi)
Pelayana di Intensive care unit
Pada curiga kasus alergi&reaksi anafilaksisrefer
pada ahli alergi/immunologi

(Loosley,2009)

Anda mungkin juga menyukai