Anda di halaman 1dari 33

GENERAL ANESTESI

PADA TUMOR COLLI


DEXTRA
Oleh :
M. Heru Nanding Kusuma
Pembimbing :
dr.Sahat Simarmata Sp. An
BAB I
Pendahuluan

 Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang
meliputi pemberian anestesia ataupun analgesia, pengawasan keselamatan pasien
dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien
gawat, pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun
 Definisi massa leher adalah pembesaran, pembengkakan atau pertumbuhan abnormal
diantara dasar tengkorak hingga klavikula. Massa leher pada pasien dewasa harus
dianggap ganas sampai terbukti sebaliknya.
 Anastesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat reversible.
 Dengan anestesi umum, akan diperoleh triad (trias) anestesia, yaitu : Hipnosis (tidur),
Analgesia (bebas dari nyeri), Relaksasi otot.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. Perdiansyah
 Jenis kelamin : laki-laki
 Usia : 25 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : arizona
 Pekerjaan : wiraswasta
 Tanggal MRS : 3 Juli 2018
 Diagnosa : tumor colli dextra
 Jenis pembedahan : pro eksisi biopsi
 Teknik Anestesi : General Anestesi
Keluhan Utama
Benjolan pada leher sebelah kanan sejak 2 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Abdul Manap dengan keluhan benjolan di
leher kanan yang dirasakan sejak ± 2 bulan yang lalu. Awalnya benjolan
tersebut hanya kecil kemudian makin lama makin membesar. Menurut
pasien benjolan tersebut tidak nyeri, hanya ada rasa sedikit tidak nyaman
pada benjolan tersebut. Riwayat benjolan di selangkangan atau di bagian
tubuh lain (-), penurunan berat badan, dan keluhan sesak disangkal
pasien
Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat hipertensi: disangkal
 Riwayat DM: disangkal
 Riwayat penyakit alergi : disangkal
 Riwayat penyakit asma : disangkal
 Pasien tidak pernah dirawat dan dioperasi sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga : -
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Composmentis
 GCS : E4M6V5→15
 BB : 60 kg
 Vital Sign : TD : 120/70mmHg
Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,6ºC
Kepala : Normocephali
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil Isokhor, RC +/+
THT : discharge (-), dbn
Mulut : Mukosa tidak anemis, lidah kotor (-), dbn
Leher : JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba membesar
Thorax :
Paru
Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Vocal Fremitus normal, kanan kiri sama
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Status Lokalis: Regio Coli dextra et sinitra
 Inspeksi : Benjolan pada regio coli dextra , sewarna kulit sekitar, venektasi tidak
terlihat, berbatas tegas.
 Palpasi : Benjolan padat ukuran 5 cm x 6cm, batas tegas, bentuk bulat, nyeri
tekan (-), suhu sama seperti sekitar, imobile.
Jantung : BJ I/II regular, murmur (-
), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : datar Ekstremitas:

Auskultasi : BU (+) Normal Superior : akral hangat, sianosis (-/-),


edema (-)
Palpasi : Supel, Nyeri Tekan (-), Inferior : akral hangat, sianosis (-/-),
nyeri lepas (-), massa (-), bising usus edema (-)
(+) normal

Pekusi : Timpani
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Ekg : normal KIMIA DARAH

 Laboratorium  Faal Hati


 WBC : 10,04 103/mm3  SGOT : 27 U/L
 RBC : 4,77 106/mm3  SGPT : 17 U/L
 HGB : 12,2 g/dl
 HCT : 37 %  Faal Ginjal
 PLT : 324 103/mm3
 Ureum : 15,0 mg/dl
 Bleeding time : 1 menit
 Kreatinin : 0,7 mg/dl

 Clotting time : 4 menit


 PENYAKIT PENYERTA :-
 STATUS FISIK : ASA I
 RENCANA TINDAKAN ANESTESI
 Diagnosis pra bedah : Tumor colli dextra
 Tindakan bedah : Pro Biopsi Eksisi
 Status ASA : ASA I
 Mallampati :2
 Teknik tindakan anestesi : general anestesi
 PRA ANESTESI
 Persiapan Pra Anestesi:
 Pasien telah diberikan Informed Consent
 Puasa 6-8 jam
 IV line terpasang RL 500 cc
TINDAKAN ANASTESI  TINDAKAN ANASTESI
Jenis/Tindakan Anastesi Medikasi tambahan :
 General Anastesi  Ketorolac 30 mg
 Premedikasi : Granisentron 2  Tramadol 100 mg iv drip
mg
 Cairan : RL 500 ml
 Medikasi :
 Propopol 120 mg
 Phentanil 100 mcg
 Atracurium 30 mg
 Intubasi : ETT no. 7
 Maintenance : Sevoflurans + N2O : O2
Defisit Cairan Karena Puasa (P)
 P=8xM
 = 8 x 120 = 960 cc
Maintenance (M)
 M = BB x 2cc
 M = 60 x 2 cc = 120 cc
Stress Operasi (O)
 O = BB x 6 cc (operasi sedang)
 O = 60 x 6 = 360 cc
Kebutuhan cairan :
 Jam I : (½ P) + M + O = (½ x 960) + 120 + 360 = 960cc
Letak Penderita : supine
Intubasi :+
Penyulit intubasi :-
Perdarahan : ± 20 cc
Pemantauan TD dan HR : Terlampir
Monitoring tindakan operasi

Jam TD N RR
11.15 100/60 88 18
11. 45 95/60 85 16
12. 15 98/65 86 17
12. 45 100/65 90 15
13 . 15 100/60 92 16
RUANG PEMULIHAN
Masuk Jam : 13:15 WIB
Keadaan Umum : Composmentis
Kesadaran GCS : 15
TD : 100/60
RR : 16 x/menit
Monitoring TTV selama di ruang pemulihan :
Penyulit : Tidak ada
Pindah Ruang : 13.30 WIB Ruang rawat gabung
INTRUKSI ANASTESI

 Awasi KU dan tanda-tanda vital tiap 15 menit 1 jam pertama


 Tidur terlentang tanpa bantal selama 1X24 jam post operasi
 Boleh minum bertahap ½ gelas selama 1 jam
 Terapi sesuai operator.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

 Definisi massa leher/Colly adalah pembesaran, pembengkakan atau pertumbuhan


abnormal diantara dasar tengkorak hingga klavikula.2 Setiap massa leher pada
pasien dewasa harus dianggap ganas sampai terbukti sebaliknya. Massa leher yang
bersifat metastatis cenderung asimtomatik yang membesar perlahan-lahan. Gejala
yang terkait sering berhubungan dengan massa leher termasuk odinofagia, disfagia,
disfonia, otalgia dan penurunan berat badan.
Tatalaksana

 Eksisi bedah dilakukan kecuali untuk beberapa massa inflamasi, untuk diagnostik.
Ketika tanda-tanda peradangan yang terkait dengan massa, manajemen antibiotik
dengan observasi sampai 2 minggu dapat dilakukan.
 Pasien harus dilakukan pemeriksaan fisik kepala dan leher yang lengkap dan
berulang. Setelah pemeriksaan fisik, FNAB merupakan standar pemeriksaan bila tidak
ditemukan tumor primernya
Definisi Anestesi Umum

 Anestesi Umum adalah tindakan meniadakan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel). Komponen anestesi yang
ideal terdiri : hipnotik, analgesia, relaksasi otot.5
jenis analgetik umum :
1. Anestetik inhalasi : N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofluran
2. Anestetik Intravena (Anestetik Parenteral) : propofol, pentothal, ketamin, opioid,
benzodiazepin
The American Society of Anesthesiologist (ASA)

 ASA 1  pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik dan biokimia.


 ASA II  pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang.
 ASA III  pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas
rutin terbatas,
 ASA IV  pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan
aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya
setiap saat.
 ASA V  pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
 Teknik Anestesi Umum

 1. Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan

Indikasi :

 Tindakan singkat ( ½ - 1 jam)

 Keadaan umum baik (ASA I – II)

 Lambung harus kosong

Prosedur :

 Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik

 Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)

 Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat penenang) efek sedasi/anti-anxiety :benzodiazepine;
analgesia: opioid, non opioid, dll

 Induksi

 Pemeliharaan
 Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan
Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakeal tube)
kedalam trakea via oral atau nasal.
Indikasi
 Operasi lama
 Sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan kepala)
Prosedur :
 Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat (pelumpuh otot/suksinil dgn durasi
singkat)
 Intubasi setelah induksi dan suksinil
 Pemeliharaan
Intubasi Endotrakeal dengan napas kendali (kontrol)
 Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa bernafas dan pasien dikontrol
pernafasanya dengan kita memberikan ventilasi 12 - 20 x permenit. Setelah operasi
selesai pasien dipancing dan akhirnya bisa nafas spontan kemudian kita akhiri efek
anestesinya.
 Teknik sama dengan diatas
 Obat pelumpuh otot non depolar (durasinya lama)
 Pemeliharaan, obat pelumpuh otot dapat diulang pemberiannya
Rumatan Anestesia

 Rumatan anesthesia (maintenance) dapat dikerjakan dengan secara intravena


(anesthesia intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan campuran intravena
inhalasi. Rumatan anesthesia biasanya mengacu pada trias anesthesia yaitu tidur
ringan (hipnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien
selama dibedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien datang ke RSUD Abdul Manap dengan keluhan benjolan di


leher kanan yang dirasakan sejak ± 2 bulan yang lalu. Awalnya
benjolan tersebut hanya kecil kemudian makin lama makin membesar.
Menurut pasien benjolan tersebut tidak nyeri, hanya ada rasa sedikit
tidak nyaman pada benjolan tersebut. Riwayat benjolan di
selangkangan atau di bagian tubuh lain (-), penurunan berat badan, dan
keluhan sesak disangkal pasien. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan pada regio coli dextra , sewarna kulit sekitar, venektasi tidak
terlihat, berbatas tegas. Benjolan padat ukuran 5 cm x 6cm, batas
tegas, bentuk bulat, nyeri tekan (-), suhu sama seperti sekitar, imobile.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut, pasien didiagnosis
dengan Tumor Colly Dextra.
 Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa pasien termasuk dalam ASA I, yakni pasien dalam
kondisi sehat secara organik maupun psikologis.
 Menjelang operasi, pasein hanya tampak sakit ringan dan tampak
tenang. Pada pasien tersebut, dapat dilakukan anestesi general
 Tindakan premedikasi yaitu pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi
bertujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari
anestesia diantaranya untuk meredakan kecemasan dan ketakutan,
memperlancar induksi anestesia, mengurangi sekresi kelenjar
ludah dan bronkus, meminimalkan jumlah obat anestetik,
mengurangi mual-muntah pasca bedah, menciptakan amnesia,
mengurangi isi cairan lambung, mengurangi refleks yang
membahayakan.
 Sebagai obat premedikasi pada pasien ini yaitu: Graninsentron 2 mg.
 Pada pasien ini diberikan obat premedikasi sekitar 15 menit sebelum
dilakukan operasi.
 Pada pasien ini diberikan pre-medikasi Granisentron 1 mg IV.
 Granisentron merupakan suatu antagonis reseptor serotonin 5-HT3 selektif yang
diindikasikan sebagai obat pencegahan dan pengobatan mual dan muntah pasca
bedah.
 Granisentron diberikan pada pasien ini untuk mencegah komplikasi dari tindakan
anestesi general yaitu mual dan muntah yang bisa menyebebakan aspirasi.
 Pengelolaan anestesia pada kasus ini adalah dengan menggunakan general anestesi.
General anestesi pada pasien ini menggunakan teknik anestesia secara induksi
intravena dan rumatan inhalasi. Induksi pada pasien ini dengan injeksi Penthanil
,Propofol 120 mg, Maintenance : Sevoflurance + N2O : O2. .
 Infus Ringer Laktat diberikan pada penderita sebagai cairan
rumatan
 Kebutuhan total cairan pada pasien ini, yaitu 960 cc selama
operasi, terdiri dari jumlah cairan pengganti puasa 960 cc,
maintenance 120 cc, stress operasi 360 cc. pada jam I
dibutuhkan 960 cc.Cairan yang telah masuk RL sebesar
1000 cc. Kebutuhan cairan pada pasien ini telah tercukupi,
namun tetap harus dipantau dalam pengawasan ketat.
 Beberapa saat sebelum operasi selesai diberikan ketorolac 30 mg IV serta tramadol
100 mg IV drip sebagai analgesic setelah operasi.
 Tramadol merupakan analgetik kuat yang bekerja pada reseptor opiate. Tramadol
mengikat spesifik pada reseptor di system saraf pusat sehingga memblok sensasi
nyeri dan respon terhadap nyeri.
 Perawatan pasien post operasi dilakukan di recovery room dan setelah dipastikan
pasien pulih, pasien dibawah kembali ke ruang perawatan untuk dipantau lebih lanjut.
 Pasien dapat keluar dari RR apabila sudah mencapai skor Aldrete lebih dari 8.
Sedangkan pada pasien ini, didapatkan skornya 10 sehingga dapat keluar dari ruang
RR. Pasien pindah dan dibawa ke kelas III jam 13.30 WIB
BAB V
KESIMPULAN

 Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi melibatkan
anestesi. Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien dan
memperkirakan masalah yang mungkin timbul sehingga dapat mengantisipasinya.
 Anestesi umum adalah pilihan anestesi untuk eksisi. Status fisik pasien termasuk ASA I,
tidak didapatkan aspek-aspek yang dapat memperberat proses anestesi maupun
pembedahan.
 Tindakan premedikasi sendiri yaitu pemberian 1-2 jam sebelum induksi anestesia
bertujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia. Pasien dapat
keluar dari Recovery Room apabila sudah mencapai skor Lockherte/Alderette lebih dari
tujuh. Hal ini penting dilakukan untuk menilai kondisi paska operasi pasien.
 Dalam laporan ini disajikan kasus penatalaksanaan anestesia umum pada operasi Pro
eksisi Biopsi pada pasien Laki-laki berusia 25 tahun, status fisik ASA 1. Dengan Diagnosis
Tumor Colli Dextra dengan menggunakan metode General Anestesi. Secara umum
penatalaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung dengan baik tanpa ada
kendala yang berarti.
 .

Anda mungkin juga menyukai