Anda di halaman 1dari 32

Askan Pada Pasien dengan

Penyakit Respirasi

I Ketut Sudiana, SST., M.Kes


POKOK BAHASAN

1. Pengertian jenis-jenis penyakit respirasi


2. Epidemiologi penyakit respirasi
3. Klasifikasi penyakit respirasi
4. Pemeriksaan penunjang penyakit
respirasi
5. Penatalaksanaan penyakit respirasi
6. Asuhan keperawatan anestesiologi pada
penyakit respirasi
EPIDEMIOLOGI

 Komplikasi paru paling tinggi pada op


kardiak,thorak, abdominal atas (9-76%)
 operasi abdomen bawah dan pelvis (2-5%)
 pembedahan exstremitas (kurang 1-3%)
Jenis komplikasi yang terjadi

Pneumonia
bronchospasme
atelektasis
hipoksemia
gagal nafas

ventilator
Faktor yang mempengaruhi fungsi
paru (ACTA BIOMED, 2006)

1. Karakteristik pasien
- umur
- kebiasaan merokok (>20 pak/th)
- obesitas, malnutrisi
2. Konsistensi paru
- hiperkapnoe
- broncospasme
- hipersekresi bronkial
Faktor yang mempengaruhi fungsi
paru (ACTA BIOMED, 2006)

3. Lokasi pembedahan
- abdomen atas
- abdomen bawah
- thorax
2. Prosedur pembedahan
- pre operatif yang kurang
- prosedur emergency
- tipe anastesi
- durasi op panjang (3-4 jam)
PATOFISIOLOGI PENYAKIT PARU
RISTRIKTIF

 ASMA
Pengertian : Sindrom obstruksi jalan nafas
berulang yg ditandai :

- konstriksi otot polos


- hipersekresi mukus
- inflamasi
FAKTOR PENCETUS

Instrinsik
•Infeksi
•Non alergi
•Usia > 35 tahun
•Idiopatik
Ekstrinsik
•Alergi : debu, udara dingin
•Lazim terjadi pada anak
•Akibat : reaksi antigen-antibodi
Zat iritan / infeksi

Produksi mukus & Σ sel goblet

Dinding bronkhus & bronkhioli


fungsi silia
Aliran udara inspirasi &
ekspirasi terhambat
Distribusi ventilasi
terganggu
PATOFISIOLOGI Aliran udara
ekspirasi
Penyempitan sal. Nafas

- Gangguan ventilasi (hipoventilasi)


- Distribusi ventilasi tidak merata dengan
sirkulasi darah paru
- Gangguan difusi gas

* Hipoksemia
* Hiperkapnea
* Asidosis Respiratori
PPOK
PATOFISIOLOGI PPOK
PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis,
empisema

1.Bronkitis kronis
Suatu keadaan yang ditandai dengan
adanya batuk produktif yang berlangsung
3 bulan dalam1 tahun, selama 2 tahun
berturut – turut.
11
Penyebab

Merokok
Pemajanan terhadap polusi
Patofisiologi

Asap mengiritasi jln nafas hipersekresi


akibat peningkatan jml sel goblet &fungsi
silia ,bronkiolus menyempit&tersumbat
alveoli rusak fibrosis perubahan fungsi
makrofag alveolar rentan infeksi
2. Bronkiektasis

Adalah dilatasi abnormal bronkus


dan bronkiolus kronis karena
destruksi komponen – komponen
elastik dan muskular dinding
bronkus.
Penyebab

 Infeksi paru (pneumonitis berulang)


 Obstruksi bronkus
 Aspirasi benda asing
 Penekanan oleh massa(neoplasma),
pembuluh darah yang dilatasi,pembesaran
nodus limpfe
 Post –op bila klien tidak dapat batuk
efektif
Patofisiologi
Infeksi merusak dinding bronkus hasil
sputum kental menyumbat bronki,
apabila klien batuk dinding bronkus teregang
secara permanen.

Retensi sekresi dan obstruksi alveoli


kolaps, sementara itu jar. Parut akibat proses
inflamasi menggantikan jaringan paru –paru
yang masih berfungsi difusi terganggu
hipoksemia
3. Empisema

Adalah distensi abnormal ruang udara


diluar bronkiolus terminalis dengan
kerusakan dinding alveolar

Penyebab
-Merokok (utama)
-Polutan
-Defisiensi enzim antitripsi alpha 1
Patofisiologi empisema

 Dinding alveoli mengalami kerusakan ruang


rugi meningkat kerusakan difusi O2
hipoksemia.
 Pada tahap akhir terjadi kegagalan pengeluaran
CO2 hiperkarbia asidosis respiratorik.
 Dinding alveoli terus mengalami kerusakan
kapiler paru berkurang sementara aliran darah
meningkat, beban ventrikel kanan meningkat
gagal jantung kanan.
RISIKO AKIBAT ANESTESI

 Bronkhospasme pre operatif, intraoperatif


( asma, ppok)
 Hipoksemia
 Hiperkarbia
 Postoperatif Pulmonary Complication
(PPC)
atelektasis, pneumonia, gagal nafas
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
DAN ANESTESI PADA PASIEN ASMA

1. Evaluasi keadaan pasien : fungsi jalan nafas,


keefektifan dari pengobatan asma, pastikan
tanda kepatenan jalan nafas tercapai atau gejala
minimal asma
2. Pertimbangkan apakah operasi hanya tindakan
satu – satunya, jika tidak gunakan terapi lain
3. Brokhospasme bisa terjadi akibat dari :
- penggunaan obat yg menyebabkan sekresi
histamin (thiopental curare, succinylcholin,
morphin)
Lanjutan penyebab bronchospasm……

- Stimulasi pada trakhea, carina dan bronkhus


(intubasi ET)
- rangsang refleks vagal
- hipothermia
- aspirasi
- anafilaksis
- kedalaman anestesi inadekuat
Lanjutan penatalaksanaan asma,,,,,,,,

4. Gunakan anestesi lokal, regional, general dengan


LMA
5. Berikan sedatif : benzodiazepin, fentanil
6. Induksi anestesi : propofol, ketamin (IM/IV)
7. Muscle relaxant : anticholinesterase +
agonismuscarinik (neostigmin + atropin 1mg)
8. Gunakan lidokain spray/ lidokain IV dan atropin
sebelum intubasi
9. Maintenance intraoperatif : observasi adanya
brokhospasme
Lanjutan penatalaksanaan asma,,,,,,,,

10. Brokhospasme intraoperatif ditandai :


- weezhing, penurunan tidal volume
Penanganan : mendalamkan anestesi,
pemberian bronkhodilator secara aerosol
atau inhaler
11. Pastikan hidrasi cairan cukup
12. Monitor kondisi pernafasan pasien
Penanganan post op pasien asma

- Pemberian brokhodilator dilanjutkan


dgn MDI ( Meteroid Dose Inhaler)
secara mandiri
- pengendalian nyeri sejak awal post
operasi
- nafas dalam dan latihan batuk
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN
ANESTESI PADA PASIEN COPD

 Pre operasi
- Pastikan Fungsi paru optimal, hentikan
merokok minimal 6 – 8 mg , 12 – 18 jam (emergency)
pengobatan penuh pada infeksi saluran nafas akut dan
inhalasi brokhodilator, jaga/ tingkatkan terapi steroid,
koreksi hipokalemia, tingkatkan gizi pasien, latihan
pernafasan (cadangan oksigen), penanganan gagal
jantung kanan ( bila ada)
- Tentukan teknik anestesi sesuai kondisi pasien
- Pnggunaan sedatif berisiko depresi nafasan
Intra operatif COPD

 observasi adanya brokhospasme


 observasi pH arteri
 observasi adanya hipoksia
 Penggunaan Nitrogen oksida dihindari pada
 hipertensi pulmonal
 observasi kondisi jantung ( resiko gagal
jantung)
Post operatif COPD

 risiko hipoksia ( pemantauan


ketat pulse oxymetri, analisa gas
darah)
 manuver ekspansi paru
(ventilator mekanik)
 PEEP, CPAP
ASKAN Pasien dengan gangguan
respirasi

Pengkajian
- anamnesis (auto/allo)
- pemeriksaan fisik
- pemeriksaan penunjang (thorax, Lab rutin,
AGD, spirometri, bronkoscopi)
- penentuan status fisik (ASA)
- penentuan teknik anastesi
Permasalahan yang sering muncul

 Bersihan jalan nafas/airway


 Pola nafas tidak efektif
 Peningkatan/penurunan frekuensi
nafas
 Masalah pertukaran gas
intervensi

 Observasi: pola nafas, retraksi dinding dada,


cianosis
 Therapi mandiri: therapi oksigen, rehidrasi,
pengaturan posisi
 Edukasi : nafas dalam dan batuk efektif,
penggunaan inhaler mandiri
 Colaborasi: therapi medikamentosa
(methylprednizolon, dexamethazone,
nebuleizer)

Anda mungkin juga menyukai