• I DEWA GEDE BAYU ARTA WIBAWA (17D10070) • NI MADE AYU SARIANTHI (17D10096) • NI MADE KUSUMASTUTI (17D10098) • NI PUTU NINE INDAH KRISNAWATI (17D10103) Asuhan Keperawatan Intra Anestesi merupakan suatu rangkaian kegiatan pemberian asuhan di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang secara mandat oleh dokter spesialis anestesi selama anestesi yang dimulai sejak pasien berada diatas meja operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar.
Asuhan ini meliputi melakukan induksi,
melakukan intubasi, pemberian obat anestesi dan ekstubasi. PERAN PENATA ANESTESI PADA INTRA ANESTESI HAL WAJIB YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM TINDAKAN INTRA ANESTESI :
1. Memeriksa kembali nama pasien, data, diagnose dan rencana operasi.
2. Mengenalkan pasien kepada dokter spesialis anestesiologi, dokter ahli bedah, dokter asisten dan perawat instrument. 3. Memberikan dukungan moril, menjelaskan tindakan induksi yang akan dilakukan dan menjelaskan fasilitas yang ada di sekitar meja operasi. 4. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik anestesi 5. Memasang alat-alat pemantau antara lain : tensimeter, EKG, pulse oxymetri dan alat lainnya sesuai dengan kebutuhan. 6. Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai dengan posisi yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan. 7. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan. STATICS (PERSIAPAN INTUBASI) • Scope : Laryngoscope, Stetoscope • Tube : ETT, LMA, Spuit 10cc • Airway : Gudel/Mayo/OPA • Tape : Plaster, Hepafic • Introducer : Mandrein/Stilet & Gel, Magil Forceps • Connector : Connector L & Y • Suction : Suction Tube. PERSIAPAN OBAT-OBATAN Induksi a. Propofol b. Ketamine
Maintenance : c. Gas Inhalasi : Sevofluran, Isoflurane PERSIAPAN OBAT-OBATAN Muscle Relaxant : a. Atracurium b. Vecuronium
Emergency & Reverse :
c. Prostigmin, Neostigmin d. Sulfas Atrophine e. Ephedrine f. Ephinefrin HAL WAJIB YANG HARUS DILAKUKAN SELAMA TINDAKAN INTRA ANESTESI : 1. Mencatat semua tindakan anestesi. 2. Berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh pasien selama anestesi/ pembedahan. 3. Pemantauan meliputi sistem pernafasan, sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, perdarahan dan produksi urine dan lain- lain. 4. Berespon dan melaporkan pada dokter spesialis anestesiologi bila terdapat tanda-tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera. 5. Melaporkan kepada dokter yang melakukan pembedahan tentang perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anestesi. 6. Mengatur dosis obat anestesi atas pelimpahan wewenang dokter. 7. Menanggulangi keadaan gawat darurat. 8. Membantu pelaksanaan anestesi sesuai dengan program kolaboratif spesialis anestesi : Pre oksigenasi , Induksi, Intubasi, Rumatan anestesi 9. Monitoring perianestesi : a. Monitoring Kardiovaskuler : - Non Invasif : Nadi, Tekanan Darah - Invasif : Kanulasi arteri, kanulasi vena sentral, kanulasi arteri pulmonalis ( Swan-Ganz), pada bayi baru lahir digunakan ateri atau vena umbilikalis. - Perdarahan : Dilakukan dengan menimbang kain kasa ( 10 – 15 cc/kain kasa ), mengukur pada botol pengukur ditambah 10 – 20 % yang tidak dapat diukur b. Monitoring respirasi : - Tanpa alat : inspeksi gerakan dada – perut pada saat bernapas spontan atau napas kendali, warna mukosa bibir, warna kuku, warna darah pada luka ( kebiruan atau merah muda) - Stetoskop : prekordial atau esofagal untuk mendengar suara napas - Oksimetri denyut ( pulse oximetry) : mengetahui SaO2 - Kapnometri : mengetahui kadar CO2 dalam udara inspirasi dan ekspirasi c. Monitoring cairan dan elektrolit. Monitoring terhadap intake dan output cairan Pelepasan cairan intra operasi - Bedah besar : 6 – 8 ml/kgBB - Bedah sedang : 4 – 6 ml/kgBB - Bedah kecil : 2 – 4 ml/kgBB d. Monitoring suhu badan : oral, aksila, rectal Dilakukan pada bedah yang lama, anak kecil dan bayi. Pada bayi mudah sekali kehilangan panas secara radiasi, konveksi, evaporasi dan konduksi. e. Monitoring ginjal : Mengetahui sirkulasi ginjal, dengan monitor produksi urine ( normal 0,5 – 1 mg/kgBB/jam)
f. Monitoring Blokade Neuromuskuler : Mengetahui relaksasi otot dan
stelah anestesi apakah tonus otot sudah kembali normal
g. Monitoring sistem saraf : Monitoring refleks pupil, respon relaksasi otot
cukup atau tidak, respon motorik terhadap trauma pembedahan. MASALAH PADA INTRA ANESTESI SUMBATAN JALAN NAFAS 1) Penatalaksanaan : - Manuver jaw thrust (mendorong rahang) dan memiringkan kepala akan menarik lidah ke depan dan membuka jalan nafas. - Memasang pipa nasal atau oral - Jika manuver diatas gagal dipertimbangkan adanya spasme laring. Karakteristik dari spasme laring adalah suara tinggi nyaring dan mungkin juga diam jika glottis tertutup. - Suction untuk mengeluarkan sekret atau darah pada jalan nafas. - Intubasi endotrakeal diperlukan untuk menjaga kepatenan jalan nafas. HIPOVENTILASI 1. Penatalaksanaan : - Terapi sebaiknya langsung ditujukan pada penyebab yang mendasarinya, tetapi tanda-tanda hipoventilasi selalu memerlukan ventilasi terkontrol sampai faktor-faktor yang berperan diidentifikasi dan dikoreksi. - Adanya depresi sirkulasi, atau asidosis (pH darah arteri < 7,15) dapat diindikasikan untuk segera dilakukan intubasi endotrakeal. - Antagonis dari opioid penyebab depresi diberikan dengan naloxone untuk meningkatkan pernafasan, titrasi dengan dosis kecil (0,04 mg pada orang dewasa) HIPOKSEMIA 1. Penatalaksanaan : - Terapi oksigen dengan atau tanpa tekanan positif jalan nafas. Pemberian rutin 30-60% oksigen untuk mencegah hipoksemia dengan hipoventilasi sedang dan hiperkapnea. - Pasien-pasien dengan penyakit.paru atau jantung memerlukan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi. - Terapi oksigen sebaiknya dipandu dengan Sp02 atau analisa gas darah arteri. Konsentrasi oksigen harus dikontrol dengan ketat pada pasien dengan retensi C02 untuk menghindari gagal nafas akut. - Pasien-pasien dengan hipoksemia berat harus diberi 100% oksigen lewat NRM atau ETT sampai penyebabnya diketahui dan terapi lainnya dimulai dengan ventilasi mekanik dikontrol atau dibantu PENGAKHIRAN INTRA ANESTESI 1. Memantau tanda-tanda vital secara lebih intensif. 2. Menjaga jalan nafas supaya tetap bebas. 3. Menyiapkan alat- alat dan obat- obat untuk pengakhiran anestesi dan atau ekstubasi. 4. Melakukan pengakhiran anestasi dan atau ekstubasi sesuai dengan kewenangan yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI). Modul
Asuhan Kepenataan Anestesi Pra, Intra, Pasca Anestesi. Jakarta: Tim Sub Bidang Pendidikan IPAI, 2018. TERIMAKASIH