Anda di halaman 1dari 3

Mahasiswa : Muhammad Avicenna Abdul Syukur

Penguji : dr. Danu Soesilowati SpAn KIC


Materi Diskusi dan Pembelajaran Airway-Breathing

1. Resusitasi Kardiopulmoner (RKP)
RKP (atau RJP [resusitasi jantung paru] atau CPR [cardiopulmonary
resuscitation]) merupakan prosedur darurat yang dilakukan dalam upaya untuk
mempertahankan fungsi otak secara manual sampai tindakan lebih lanjut yang
diambil untuk mengembalikan sirkulasi darah dan pernapasan secara spontan
pada pasien henti jantung.

2. Pedoman RKP AHA 2010 berubah dari pedoman AHA 2005 (ABC
menjadi CAB) karena pada pasien yang kolaps sebagian besar karena
permasalahan pada jantung (cardiac arrest) dan pada darah masih terdapat
cadangan oksigen yang masih dapat dimanfaatkan dengan bantuan kompresi
jantung.

3. Pada kasus seorang pasien tiba-tiba jatuh, laki-laki berusia sekitar 20
tahun, tampak sesak, dari pemeriksaan nadi carotis ditemukan HR 150
x/. Bagaimana sikap kita sebagai seorang dokter?
Pertama-tama aktifkan sistem emergency pada lokasi kejadian dan minta
sediakan AED (automatic external defibrilator).
Lakukan assessment cepat terkait kondisi korban, periksa nadi karotis (hasil: +
150 x/). Maka tentukan apakah ada gangguan pada jalan napas (airway).
Gangguan jalan napas dibebaskan, lihat apakah ada perbaikan secara klinis dan
lanjutkan ke assessment pada breathing, kenali tanda-tanda ancaman gagal
napas dan atasi segera.

4. Hal-hal apa yang ditemui pada pasien dengan masalah airway?
Pasien dengan masalah airway, mengalami beberapa hal sebagai berikut
1. Sianosis
2. Retraksi interkosta
3. Napas cuping hidung
4. Bunyi napas abnormal (gargling bila ada benda cair, snoring bila benda
padat)
5. Tak ada hembusan udara

5. Hal-hal apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah pada airway?
a. Singkirkan sumbatan jalan napas
- Sumbatan padat total yang dalam dengan Heimlichs Maneuver
- Sumbatan padat dangkal dengan diambil langsung (bila
memungkinkan) dengan finger sweep (perhatikan proteksi diri)
- Sumbatan cair dengan suction
- Pasang ET bila perlu, pertimbangkan krikotirotomi bila sumbatan gagal
disingkirkan
b. Cegah pasien agar tak mengalami jatuh lidah yang berakibat pada sumbatan
jalan napas dengan
- Alat (Pipa orofaring untuk GCS <9, dan pipa nasofaring untuk GCS <
9)
- Tanpa alat (manuver head tilt chin lift atau jaw trust)
- Pasang endotracheal tube bila perlu (dengan keunggulan dapat
mencegah aspirasi)

6. Apa beda pipa nasofaring dan dan pipa endotrakeal?
Pipa nasofaring mencegah lidah jatuh, pemasangan melalui hidung, dan
ujungnya berada pada depan epiglotis.
Pipa ET dapat memastikan patensi jalan napas karena membentuk saluran
napas paten dari mulut atau hidung hingga masuk ke trachea sampai di bawah
pita suara. ET juga memiliki kemampuan untuk mencegah aspirasi dan dapat
digunakan untuk memasukkan agen inhalasi pada setting operasi serta pada
setting rawat intensif dengan ventilator mekanik.

7. Hal-hal apa yang ditemui pada pasien dengan masalah ancaman
(impending) gagal napas?
Dari metode (look listen and feel) didapatkan tanda-tanda sebagai berikut
- Respiratory rate meningkat
- Napas cuping hidung
- Sianosis pada bibir dan ujung jari tangan
- Suara tambahan dalam napas atau tak ada suara napas
- Penggunaan otot bantu napas (retraksi interkostal, suprasternal, dan
infraklavikular)
- Gerakan respirasi inspirasi abnormal (simetri, lama ekspirasi dan
inspirasi)
- Hembusan napas melemah/tak ada
- Pasien tampak kelelahan dalam bernapas
- HR meningkat
- Kesadaran menurun

8. Sebutkan parameter normal dalam analisa gas darah!
Arterial Venous
pH 7.35 - 7.45 7.32 - 7.42
pCO
2
35 - 45 38 - 52
pO
2
70 - 100 28 - 48
HCO
3
19 - 25 19 - 25
O
2
Sat % 90 - 95 40 - 70

Anda mungkin juga menyukai