Anda di halaman 1dari 11

Resume Materi Pelatihan Keperawatan ICU Komprehensip Angkatan II

Kamis, 10 September 2020

1. PENGELUARAN JALAN NAFAS DASAR

KONSEP PENGELOLAAN JALAN NAFAS


Pengelolaan jalan nafas adalah suatu upaya atau tindakan pembebasan jalan nafas agar
terjaminnya pertukaran gas secara normal.
a. Tujuan :
membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal sehingga
menjamin kecukupan oksigen tubuh.
b. Indikasi pengelolaan jalan nafas
- Adanya obstruksi jalan nafas parsial
- Adanya obstruksi jalan nafas total
- Indikasi pemasangan ETT
c. Tanda-tanda kegawatan nafas
Kegawatan nafas dipengaruhi :
1. Parahnya sumbatan jalan nafas
2. Ada atau tidaknya upaya nafas
d. Tanda-tanda adanya sumbatan pada pasien tidak sadar
1. Mendengkur (snoring)
2. Berkumur (gargling)
3. Stridor (crowing)
Jika sumbatan tidak teratasi maka penderita akan
- gelisah karena hipoksia
- gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga)
- gerak dada dan perut paradoksal
- sianosis
- kelelahan dan meninggal
e. penatalaksanaan membuka jalan nafas tanpa alat bantu
- head tilt maneuver ( extensi kepala)
- chin lift maneuver ( tindakan mengankat dagu)
- jaw thrust maneuver ( tindakan mengangkat sudut rahang bawah )
Tekhnik cross finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari atau finger sweep
f. penatalaksanaan membebaskan jalan nafas dengan alat bantu
- pemasangan pipa orofaring (Oropharyngeal air way )
- pemasangan pipa nasofaring (nasofaringeal air way )
- pemasangan pipa endotracheal (endotracheal intubation)
- tracheostomy
- pengisapan benda cair ( suctioning)
g. indikasi pemasangan ETT
- henti jantung dan sedang dilakukan kompresi jantung luar
- pasien-pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat
- melindungi air way
kontraindikasi
trauma survival yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical sehingga sangat
sulit dilakuakan intubasi
keuntungan intubasi
- perlindungan air way adekuat
- air way lebih paten
- resiko aspirasi lebih rendah
- memungkinkan pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi
- dapat sebagai salah satu pilihan rute pemberian obat-obatan
komplikasi intubasi
- gigi patah
- bibir laserasi
- perdarahan
- hematom
- rupture trakea
Penyebab kesulitan intubasi:
 Penyebab kogenital
 Penyebab yang diperoleh
Prediksi kesulitan laringmoskopi
 Leher pendek
 Pergerakan kepala dan leher terbatas
 Pergerakan rahang
 Mandibula yang lebih maju kedepan
 Gigi tonggos
Penyebab kesulitan laringoskopi
 Tumor, abses atau hematom
 Luka bakar
 Angioneurotik edema
 Trauma
 Atritis rematoit
 Kelainan kongenital
 Operasi daerah mulut atau leher
Tekhnik pengelolaan kesulitan jalan nafas
Kesulitan intubasi:
- Alternative pemilihan blade laringoskop yang lebih sesuai
- Sniffing
- Intubasi sadar
- Blind intubasi (oral atau nasal)
- Fiberoptik
- Bougie
- LMA
- Retrograde intubasi
- Invasive ( surgical atau percutaneous tracheostomy)
LARYNGEAL MASK AIRWAY(LMA)
Jenis – jenis LMA
- LMA klasik
- LMA unique
- LMA Fleksible
- LMA proseal
- LMA fast track
- LMA C-Track
Ukuran LMA berdasarkan berat badan
Indikasi :
- Penanganan airway selama anastesi umum
- Situasi jalan nafas sulit
Kontra indikasi :
- Resiko meningkatnya regustrasi isi lambung
- Ventilasi paru tunggal
- Terbatasnya kemampuan membuka mulut atau ekstensi leher

h. suchtioning
suchtioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan secret pada clien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Indikasi :
- therapeutic
- diagnostic
kontra indikasi :
- relative
 kondisi klinis bertambah jelek setelah tindakan
 perdarahan aktif
- tidak ada kontra indikasi absolut
- jenis suction
 suction terbuka
dua orang penolong, disposable kateter ,lepas dari ventilator
 suction tertutup
satu orang penolong,kateter non disposable ,tidak lepas dari ventilator
- Indikasi pemilihan tekhnik suction
 Suction terbuka
Intubasi kurang 24 jam ,sekresi sedikit,suction tidak sering
 Suction cara tertutup
Produksi sekresi nya banyak,sering suction,secretnya campur darah,pemakaian
peep yang tinggi , penurunan saturasi saat suction,resiko terjadi
penularan(MRSA,TBC)

- Prinsip melakukan suction


 Aseptic
 Atromatik
 Acianotik
- Komplikasi
 Hypoxia/hypoxemia
 Trauma muklosa trakea dan bronkus
 Henti nafas atau henti jantung
 Perdarahan pada paru-paru
 Aritmia
 Atelectasis
 Bronkokontriksi/bronkospasme
 Hipotensi / hipertensi
 Meningkatkan tekanan intra kranial
 Gangguan ventilasi mekanis
- Monitoring
Selama dan setelah melakukan tindakan suctioning harus selalu diikuti dengan
melakukan monitor terhadap :
 Suara nafas
 Saturasi oksigen
 Frekuansi dan pola nafas
 Parameter hemodinamik
 Reflek batuk
 Sputum karakteristik (warna,jumlah,konsistensi)
 Ventilator parameter (PIP,VT,dan FIO2)
2. AIRWAY MANAJEMEN (LANJUTAN)

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN


Bag Mask Ventilation (BMV)
Ventilasi Bag Mask Ventilation (BMV) adalah komponen penting dari manajemen jalan nafas
ini memberikan oksigenasi dan ventilasi sebelum penempatan jalan nafas definitive dan dapat
digunakan sebagai manufer penyelamatan .
Faktor-faktor penyulit
- Indeks masa tubuh 30 kg/meter persegi atau lebih
- Kehadiran jenggot
- Skor mallampati dari 3 atau 4
- Usia 57 atau lebih tua
- Sangat terbatas rahang tonjolan dan riwayat mendengkur
Persiapan pasien :
- Kondisikan pasien dengan posisi telentang telinga sejajar dengan tulang sternum
- Apabila pasien tidak dicurigai adanya fraktur serfikal maka lakukan tekhnik head
tilt atau chin lift
- Gunakan alat bantu tambahan (OPA/NPA)
- Posisikan seal dengan rapat
- Lakukan manual bag dengan frekunsi 10-12 kali
- Perhatikan jumlah volume yang diberikan

Hypoxemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PAO2) atau saturasi O2 arteri (SAO2 dibawah nilai normal
Kebutuhan Oksigen
Istirahat 250ml 02/menit
Aktif >5 ltr 02/menit
Kebutuhan oxygen – kecepatan metabolism
Body temperature 1˚C consumtion Oxygen 14%
60% digunakan : brain &hepar
Tujuan Umum terapi oksigen adalah Untuk mencegah dan memperbaiki hypoxia jaringan
sedangkan tujuan khususnya untuk mendapatkan PAo2 lebih dari 90mmHg / SAO2 lebih dari
90%
Keberhasilan Terapi Oksigen dipengaruhi oleh:
 airway:
 Breating
 Circulation
 Kualitas oksigen terapi
 Tekhnik pemberia O2
Akibat kekurangan Oksigen
 Penurunan kemampuan tubuh membentuk ATF
 Efek terhadap organ:
- Otak disorientasi
- Otot kelemahan
- Kulit cyanosis
- System cardiovaskuler
- System respirasi
Transport Oksigen
Pengangkutan O2 Ke jaringan tergantung pada :
 Jumlah O2 yang masuk ke paru
 Pertukaran gas di paru yang adekuat
 Aliran darah menuju jaringan
 Kapasitas darah mengangkut O2
Jumlah O2 dalam darah ditentukan
 Jumlah O2 yang larut
 Jumlah hemoglobin dalam darah
 Afinitas hemoglobin terhadap O2
Metode Pengaliran Gas ( Oksigen )
System aliran rendah :
 Low flow concentration
- Kateter nasal
- Kanul binasal
 Low flow high concentration
- Sungkup muka sederhana
- Sungkup muka dengan kantong rebrithing
- Sungkup muka dengan kantong non rebirthing
System aliran tinggu :
 High Flow Low Concentration
- Sungkup venture
 High Flow High Concentration
- Sungkup CPAP
- Nasal CPAP
 Sungkup muka sederhana
- Aliran yang diberikan 5-8 liter/menit dengan konsentrasi 40-60%
- Merupakan pemberian oksigen dengan aliran rendah
 Rebreathing mask
- Aliran diberikan 6-10 liter/menit
- Konsentrasi oksigen 60-80%
- Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi
- 1/3 bagian volume ekspirasi masuk ke kantong
- 2/3 bagian volume ekspirasi melewati lubang pada bagian samping
Monitoring
1. System Respirasi
- Respiratory rate
- Tidal volume
- Retraksi dan cuping hidung
- Penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan
2. System Cardiovaskuler
- EKG & heart rate
- O2 saturasi
- Tekanan darah
- Warna kulit
- Temperature (sentral & verifier)
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU DASAR I PENOLONG DAN TIM
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang
mengalami henji nafas karena sebab-sebab tertentu
CPR bertujuan :
Untuk mengaktifkan kembali pompa jantung yang berhenti serta membuka kembali
jalan nafas yang menyempit atau tertutup sama sekali dan menghidupkan kembali atau
memulihakan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya
fungsi jantung dan paru-paru yang berorientasi pada otak
CPR menggunakan 5 komponen High Quality :
1. Kompresi adikurat
2. Kedalaman adikurat
3. Recoil maksimal diantara kompresi
4. Interupsi minimal
5. Hindari ventilasi berlebihan
Pada panduan CPR tshun 2016, AHA menambahkan beberapa perubahan :
1. Kompresi jantung dilakukan 100-120x/menit pada orang dewasa
2. Kedalaman kompresi hasruslah 2 Inci atau 5Cm untuk dewasa sedang
Pada dewasa lanjutan kompresi dilakukan dengan kedalaman 2x4 Inch atau 6Cm
3. Pada korban dewasa dengan henti jantung, preshock dan post shock penghentian
kompresi harus seminimal mungkin
Indikasi
Kasus kegawatan yang paling sering mengancam jiwa :
1. Tenggelam
2. Stroke
3. Obstraksi jalan nafas
4. Epiglottis
5. Overdosis obat-obatan
6. Tersengat listrik
7. Infrak miokard
8. Tersambar petir
9. Koma akibat berbagai macam kasus
Komplikasi
1. Fraktur iga dan sternum, sering terjadi terutama pada orang tua RJP tetap diharuskan
walaupun terasa ada fraktur iga
2. Pneumothorax, regutasi lambung
3. Hemothorax, perdarahan intra abdomen
4. Kontusio paru
5. Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus
xipoideur kearah hepar (limpa)
6. Emboli lemak
Aktifkan pertolongan :
Pertolongan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau orang akan terlatih yang selanjutnya
disebut prosedur LPR
Persiapan alat :
a. Atas resusitasi / Short Spine Board
b. Automatic external defibrillator (AED)
c. DPA/NPA
d. Oksigen Suply
e. Intubasi set dan perlengkapannya
f. Infuset dan perlengkapannya
g. Obat-obatan resusitasi dan cairan

Melakukan permintaan pertolongan sekaligus melakukan rangkaian chain of survival yang


pertama, dalam meminta pertolongan sekaligus meminta masyarakat untuk membantu
pertolongan dan menjadi saksi saat dilakukan RJP

CARA MELAKUKAN RESUSITASIS JANTUNG PARU


1. Denger.
Amankan diri, amankan pasien, amankan lingkungan
2. Respon.
Cek kesadaran, dengan cara memanggil namanya, menepuk pundak/bahu
3. Call for help.
Meminta bantuan
4. Compression (C)
Apabila penolong orang awam, langsung melakukan kompresi dada sebanyak 30x
Apabila petugas terlatih/medis
- Cek nadi carotis
Apabila tidak teraba berikan kompres (30:2 => 5 siklus) 2 tangan (2 telapak tangan)
berada di separuh bagian bawah tulang dada/shrnum
5. Airway.
a. Membuka jalan pernafasan
Adapun penyulit yang sering timbul
1. Obstruksi Total
2. Obstruksi Parsial
- Cairan (darah, secret, aspirasi lambung)
- Lidah yang jatuh kebelakang
- Penyempitan dilarink atau Irakhea
Pengelolaan jalan nafas
1. Penghisapan (Suction) => bila ada cairan
2. Menjaga jalan nafas secara manual
Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang dengan memakai :
1. Headlit, chin maneuver
2. Jaw thrust atau (angkat rahang)
Jika ada benda asing dalam mulut dapat dihindarkan dengan :
1. Cros finger
2. Finger sweep

B. Breating
Pemberian bantuan nafas buatan diberikan 2kali dengan tidal volume sebesar penolong
berkisar 500-700ml
Pernafasan normal Dewasa : 12.20x/mnt (20)
Anak-anak : 15-30x/mnt (30)
Pada orang dewasa abnormal bila pernafasan .30 atau , 10 kali/menit
Pernafasan buatan
a. Mouth to mouth ventilation (mulut ke mulut)
Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 16% (konsentrasi udara paru
saat exprasi)
Frekuensi ventilasi buatan :
Dewasa : 10-20x/mnt
Anak : 20x/mnt
Bayi : 20x/mnt

HENTI JANTUNG DALAM KEHAMILAN


Kehidupan Ibu dan janin sejak kelangsungan hidup janin tergantung pada kelangsungan hidup
Ibu.
Kunci intervensi untuk pengelolaan henti jantung pada Ibu Hamil :
1. Respon pertama atau penyelamat tunggal melalui RJP dengan kempresi dada (dengan
CAB bukan ABC)
2. Tempatkan wanta pada posisi lateral
3. Berikan ventilasi dengan Remb Oksigen 100%
4. Remberran cairan secara intravena
5. Pertimbangkan kemungkinan penyebab henti jantung untuk kemudahan penanganan

Posisi interal kiri


Tempatkan pasien pada permukaan yang keras dengan posisi 15-30 derajat miring kiri lateral
atau tempatkan uterus dibagian samping

LAKUKAN RJP SESUAI SOP


1. Cek nadi carotis dan apa bila tidak teraba berikan kompresi (30:2) lakukan 5 siklus
2 tangan atau telapak tangan berada diseparuh bagian tulang dada / stermum
2. Kecepatan 100-120x/mnt, kedalaman 5-6cm
3. Kesempurnaan recoil saat kompresi
4. Berikan 2 ventilas setiap siklus

Setelah melakukan CPR dengan baik segera lakukan evaluasi sesuai dengan C-A-B evaluasi
dilakukan dengan langkah :
a. Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien di evaluasi kembali
b. Cek nadi carotis, jika tida ada nadi carotis dilakukan kembali kompresi dan bantuan
nafas dengan rasio 30:2 jika nadi ada pernafasan tidak efektif lakukan ventilasi 10-
12x/mnt dan monitor tiap 10detik
c. Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi sisi mantap
d. Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba jaga agar jalan
nafas tetap terbuka

METODE TIM DALAM BANTUAN HIDUP DASAR DIRUANG INTANSIF


Metode tim dalam pertolongan bantuan hidup dasar
Keuntungan CPR dalam tim biasanya :
1. Terjaminnya High Quality Compression dengan kompresi bergantian tiap 2menit
2. Masing-masing tugas dibagi sesuai kompetensi dan lebih berfokus pada tugas utamanya
dan masalah pasien
3. Dipimpin oleh seorang leader dan dikoreksi oleh semua Tim CPR mengurangi resiko
kesalahan
4. Teroganisir setiap tindakan dan tahapan CPR lebih terukur baik sesuai standar
5. Optimalisasi penggunaan alat bantu lebih efektif sesuai prosedur dan kebutuhan
6. Evaluasi dilakukan bersama, disimpulkan leader dan perintah menuju tahapan
berikutnya

Anggota tim terdiri atas 5-6 orang petugas, setiap petugas memiliki pekerjaan spesifik yang
harus dikuasai dan dilakukan dengan optimal sesuai dengan perintah leader.
1. Pemimpin atau leader
Harus mampu menilai kondisi pasien dengan cepat, memiliki jiwa leadership dalam
mengintruksikan dan mengarahkan anggota timnya.
2. Kompresor
Seorang petuga yang memberikan bantuan kompresi secara continue dengan ketentuan
kompresi mengikuti algoritma dan printah leader.
3. Ventilator
Seorang yg memiliki kemampuan melakukan manipulasi airway, memberikan inflate
breating yang adekuat dengan mempertimbangkan tidal volume pasien serta pemberian
nafas bantuan mencapai target kebutuhan pasien
4. Drug administrator
Seorang petugas yang memiliki penguasaan obat-obatan, kardiovascular dan
emergency, bertangung jawab pada saat pencairan IV line pengambilan sample darah
dan status cairan pasien
5. Dokumentator
Bertugas untuk mendokumentasikan setiap tindakan yang telah dikerjakan :
Nama tindakan, waktu, dosisi dan membantu memenuhi kebutuhan anggota tim yang
lain

Obat-obatan
1. Adrenalin diberikan setelah 3 kali syok dan kemudian 3-5 menit (selama siklus RJP)
2. Amiodarone 300mg setelah 3x syok
3. Atropine sudah tidak lagi direkomendasikan pemakaiannya dalam asistole atau
pulseless electrical activity (PEA) untuk mengatasi hipotensi diberikan dopamine
dilarutkan dalam 250-500 ml garam fisiologis

RJP dihentikan
1. Kembalinya ventilasi dan sirkulasi spontan
2. Ada bantuan yang lebih ahli dating menolong
3. Penolong lelah atau over exhausted
4. Adanya DNAR
5. Tanda kematian yang inreversibel/ waktu sudah 30menit lebih

RJP tidak dilakukan


1. DNAR (DO NOT ATTEMP , RESUSCITATION)
2. Tanda kematian : Regor Mortis, Dekapitasi
3. Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dan terapi maksimal
4. Bila menolong korban akan membahayakan penolong.

Anda mungkin juga menyukai