Anda di halaman 1dari 57

Kuntadi S - RSUP Dr.

Sardjito
Pendahuluan
• Pemeriksaan fisik sistem respirasi/paru
merupakan salah satu kompetensi yang harus
dikuasai oleh perawat.
• Modalitas untuk pemeriksaan fisik sistem
respirasi:
- Anatomi sistem respirasi
- Fisiologi dan patofisiologi sistem respirasi
- Pemeriksaan penunjang sistem respirasi
• Ketrampilan pemeriksaan fisik sistem respirasi
meliputi ketrampilan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
• Merupakan satu bagian dari pemeriksaan fisik
secara keseluruhan (head to toe)/ABCDE.
SISTEM RESPIRASI

1. ANATOMI
 Sistem pernafasan
atas
 Sistem pernafasan
bawah
Proses-proses fisiologis di jalan nafas
1. Penyaringan
2. Penghangatan
3. Pelembaban
2. Proses ventilasi

• Kontraksi otot-otot pernafasan dan kontraksi


diafragma menghasilkan peningkatan volume
rongga dada, dan menyebabkan penurunan
tekanan intrapleura dan tekanan intra
pulmonal dibandingkan tekanan atmosfer.
Selisih tekanan ini menghasilkan udara
mengalir masuk ke dalam paru sebagai
udara inspirasi sampai tekanan jalan nafas
sama dengan tekanan atmosfer pada akhir
inspirasi
Paru-paru mempunyai kecenderungan elastik
untuk mengempis akibat dari serabut elastik
dan tegangan permukaan cairan yang melapisi
alveoli. Setelah tekanan jalan nafas sama
dengan tekanan atmosfer, kontraksi berhenti.
Otot pernafasan mengalami relaksasi sehingga
dinding dada akan turun, otot diafragma juga
relaksasi mengecil melengkung ke atas, serabut
elastik paru mengempis menghasilkan proses
rekoil paru secara pasif, dan udara mengalir
keluar paru sebagai proses ekspirasi.
Gambar Proses Ventilasi
Intra
pulmonary
Pressure

Intra pleural
Pressure

Tidal Volume

Pressure changes during


inhalation and exhalation
3. Pengaturan pernafasan

• Otot-otot pernafasan diatur oleh pusat pernafasan


yang terdiri dari neuron dan reseptor pada pons
dan medulla oblongata. Faktor utama pada
pengaturan pernafasan adalah respon dari pusat
kemoreseptor terhadap tekanan parsial
karbondioksida (PaCO2) dan pH darah arteri.
Peningkatan tekanan parsial karbondioksida dan
penurunan pH akan merangsang pernafasan.
• Penurunan tekanan parsial oksigen (PaO2) dalam
darah arteri juga dapat merangsang pernafasan,
tetapi penurunannya harus cukup tinggi dari
kisaran normal 90 – 100 mmHg turun hingga
menjadi 60 mmHg
4. Pertukaran Gas
• Difusi
Proses difusi gas melintasi membran alveoli-kapiler
yang tipis karena adanya perbedaan tekanan parsial
gas di alveoli dan di dalam pembuluh darah
• Ventilasi-perfusi
Difusi gas secara efektif antara alveoli dan kapiler
paru membutuhkan distribusi yang merata antara
udara dalam paru (ventilasi) dengan aliran darah
(perfusi) dalam kapiler. Nilai rata-rata rasio ventilasi
dengan perfusi (V/Q) pada pernafasan normal adalah
0,8, didapatkan dari rata-rata laju ventilasi 4 L/menit
dibagi curah jantung rata-rata sebesar 5 L/menit.
• Ketidakseimbangan dapat terjadi pada beberapa
keadaan seperti hambatan ventilasi sehingga
ventilasi kecil dan akibatnya darah tidak mendapat
cukup oksigen dari alveoli, yang disebut sebagai
shunting.
• Atau sebaliknya, pada keadaan aliran darah yang
menurun, sehingga darah hanya bisa mengambil
sebagian kecil saja dari oksigen alveoli, tidak
semuanya, dan biasa disebut sebagai dead space.
Shunting Normal Ruang rugi
Difusi Oksigen-karbondioksida di paru
Fisiologi Pertukaran gas
5. Transportasi
 Oksigen diangkut oleh hemoglobin yang
terdapat dalam sel darah merah dalam bentuk
HbO2
 Sedangkan CO2 sebagai sampah metabolisme
diangkut dari jaringan ke paru dengan cara larut
dalam plasma (10%), berikatan dengan gugus
amino pada Hb menjadi karbaminohemoglobin
(20%), dan sekitar 70% diangkut dalam bentuk
bikarbonat plasma (HCO3), yang kemudian
dikeluarkan dari paru sebagai CO2.
Transport Oksigen dan Karbondioksida
Pemeriksaan Fisik Sistim
Respirasi
A. Kondisi tanpa alat
B. Kondisi pasien terpasang alat.

Prosedur yang digunakan:


1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
A. Pasien tanpa alat bantu nafas
Secara anatomis, terdiri atas 2 posisi:
1. Thoraks bagian depan (dada)
2. Thoraks bagian belakang (punggung)

1. Pemeriksaan thoraks bagian depan (dada):


a. INSPEKSI
 Pasien duduk/berbaring telentang
 Perhatikan muka (edema), mata (konjungtiva
anemis), bibir (sianosis), keringat, cuping hidung.
 Leher: posisi trachea: normal/ deviasi,
pembesaran KGB leher dan supra clavicula.
 Bentuk dada: diameter antero posterior dan
lateral, kelainan bentuk, benjolan tumor,
jaringan parut bekas operasi.
 Hitung frekwensi nafas
 Jenis pernafasan: normal, abnormal
(kusmaul, cheyne stokes, penggunaan otot
pernafasan, tampak berat)
 Pergerakan dinding dada kanan kiri: simetris,
ketinggalan gerak, retraksi sela iga.
b. Inspeksi Posterior
b. PALPASI
 Palpasi KGB supra klavikula dan leher:
pembesaran, deskripsi pembesaran
 Palpasi posisi trachea: benjolan, deviasi
 Palpasi seluruh dada bagian depan: nyeri
tekan, kripitasi
 Pengembangan dada: depan dan samping:
simetris
 Pemeriksaan taktil fremitus pada hemithoraks
kanan dan kiri, dari atas ke bawah, sambil
pasien menyebut 77 (tujuh-tujuh).
Palpasi anterior - posterior
c. PERKUSI
 Perkusi pada hemithoraks kanan dan kiri dari
atas ke bawah, bandingkan kiri dan kanan
 Tentukan batas paru hepar (diafragma kanan)
pada garis mid klavikula kanan (perubahan
suara perkusi dari sonor ke redup): normal
pada SIC V kanan, tentukan batas jantung
kanan.
 Tentukan batas paru lambung (diafragma kiri)
(perubahan suara dari sonor ke timpani),
tentukan batas kiri dan batas atas jantung.
d. AUSKULTASI
 Auskultasi suara nafas pada dada depan dari
apeks sampai basal secara simetris pada
paru kiri dan kanan: normal vesikuler.
 Auskultasi suara nafas tracheal (pada daerah
leher/trachea), suara nafas bronchial (pada
daerah supra sternal), dan suara nafas
bronkhovesikuler (pada IC I dan II linea
sternal).
 Auskultasi suara nafas tambahan (ronkhi,
whizing, amporik, dll.)
2. Pemeriksaan thoraks bagian belakang
(punggung)
a. INSPEKSI
 Perhatikan bentuk dinding thoraks bagian
belakang (kanan kiri simetris), bentuk tulang
belakang (kiposis, scoliosis, lordosis, dll.)
 Perhatikan pergerakan dinding thoraks
belakang: kanan dan kiri simetris
b. PALPASI
 Pengembangan rongga thoraks belakang:
simetris
 Pemeriksaan taktil fremitus thoraks belakng dari
atas ke bawah, kanan dan kiri secara simetris,
sambil pasien menyebut 77 (tujuh-tujuh)
c. PERKUSI
 Perkusi pada kedua hemithoraks belakang
kanan dan kiri mulai dari atas ke bawah,
bandingkan kanan dan kiri.
 Tentukan batas bawah paru belakang kanan
dan kiri (normal V.Th. X/XI)
 Tentukan peranjakan batas paru belakang/
diafragma: saat ekspirasi dan saat inspirasi
dalam (normal batas paru beranjak turun 2
jari + 4 cm).
d. AUSKULTASI
 Auskultasi suara nafas dari punggung mulai
dari bagian atas sampai ke bawah secara
simetris kanan dan kiri (normal suara nafas
vesikuler)
 Dengarkan suara nafas bronkhovesikuler
(normal di daerah interskapula)
 Dengarkan suara tambahan (ronkhi,
whizzing, dll)
B. Pasien dengan alat bantu sistem
pernafasan
Pasien yang dirawat di ruang intensif kebanyakan
menggunakan alat bantu pernafasan mulai dari
endotracheal tube sampai ventilator mekanik. Pasien
dengan menggunakan alat bantu sistem pernafasan
memerlukan pemeriksaan fisik sistem pernafasan untuk
mengkaji kondisi anatomi fisiologi paru, alat tambahan
sistim pernafasan, maupun efek dari adanya alat
tambahan tersebut.
Prinsip pemeriksaan sama dengan pasien tanpa
menggunakan alat, tetapi pemeriksaan menjadi lebih
terbatas karena kondisi pasien.
I. Pengkajian Fisik: Airway (A)
A. Definisi Airway
Airway (jalan nafas) adalah:
(1) Jalan dimana udara masuk dan keluar dari paru;
(2) Alat mekanis yang digunakan untuk mengamankan
jalan pernafasan agar tidak tersumbat saat pasien
tidak mampu mempertahankan patensi jalan nafas
atau tidak bernafas spontan.
Tanpa alat
bantu:
Dengan alat bantu:
B. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengkajian
fisik Airway (jalan nafas)
1. Apakah jalan nafas pasien paten dan aman?
 Dengarkan adanya pergerakan udara
 Observasi naik turunnya dada
 Pada pasien yang terpasang tube, selalu cek tube pada
posisi aman dan panjangnya selalu tepat sesuai
dengan saat pemasangan awal.
 Auskultasi suara nafas: vesikuler atau ada suara
tambahan (ronkhi, crakles, dll.).
2. Jalan Nafas Buatan (Artificial-Airway)
 Posisi Tube
 Auskultasi,
 Monitoring end tidal carbondioxide (eTCO2) dan

 Pemeriksaan radiologis (X ray).

 Keamanan Tube
 Menjaga posisi tube agar tetap aman dan
 Meminimalisir cedera ke jalan nafas yang diakibatkan
oleh pergerakan yang berlebihan.
 Status Cuff
 Meminimalisir resiko aspirasi karena under inflation
(pengembangan cuff yang kurang)
 Cedera mukosa pada trakea karena over inflation
(pengembangan cuff yang berlebihan).

Dua tehnik utama yang digunakan dalam setting klinis yaitu:


 diukur dengan manometer cuff

 tehnik sumbatan dan kebocoran minimal.


3. Kepatenan Jalan Nafas (Airway-Patency)
Apakah ada sumbatan atau tidak dalam jalan nafas
pasien.
 Pengkajian sekresi paru paru pasien meliputi
auskultasi, palpasi dada pasien, observasi airway
pressure, trend di pulse oximetry, pembacaan dari
eTCO2 serta review dari produk sekret dari pasien,
akan mengindikasikan kebutuhan suctioning pasien.

Sekresi paru-paru (sekret) dikaji dari warna,


konsistensi dan volume.
 Pengkajian keadekuatan humidifikasi
Pengkajian keadekuatan humidifikasi ini bisa dilakukan dengan
melihat kental atau tidaknya sputum pasien, ada tidaknya kerak
di tube pasien, air yang berada di sirkuit, dan juga perubahan
airway pressure(tekanan jalan nafas).
Sputum yang tebal, kerak di tube, jumlah air yang berlebihan di
sirkuit, peningkatan airway pressure bisa menunjukkan adanya
humidifikasi yang inadekuat.

Ada dua sistem humidifikasi yaitu


• Heated Humidification (HH) dan

• Heat and Moisture Exchanger(HME).


HH vs HME
C. Skills yang harus dikuasai
 Inspeksi
 Auskultasi
 Palpasi
 Membaca grafik eTCO2, pulse oximetry, airway pressure
 Membaca rontgen thoraks
 Mengamankan posisi ETT
 Mengecek tekanan cuff
 Suctioning
 Setting humidifier
II. Pengkajian Fisik: Breathing
A. Definisi Breathing
Breathing (bernafas) adalah
1) Proses menghirup udara dan mengeluarkan udara dari
paru-paru;
2) Mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida melalui proses alami.

Proses bernafas ini melibatkan pertukaran gas dalam


darah dan paru-paru.
B. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengkajian
fisik Breathing (pernafasan)
1. Apakah pasien bernafas atau tidak?
 Observasi pergerakan dada pasien
 Observasi warna atau penampakan pasien

2. Respiratory rate (RR), volume pernafasan dan


tekanan jalan nafas (airway-pressure), pola nafas
 Merefleksikan bantuan pernafasan yang diberikan, status
fungsi paru dan usaha pernafasan pasien.
 Menentukan adekuasi bantuan respirasi yang diberikan.
3. Tambahan: Analisa Gas Darah (AGD), Pulse
oximetry dan Capnometry
 Analisa gas darah adalah standar utama (gold
standard) untuk menentukan kadar O2 dan CO2
dalam darah arteri.
 Pulse oximetry dan capnometry adalah alat yang
relatif mudah dan efektif untuk memonitor
pertukaran gas.
C. Skills yang harus dikuasai
 Inspeksi
 Monitoring ventilator (RR, TV, MV, Airway pressure)
 Analisa Gas Darah, Pulse Oxymetri
 Capnography (eTCO2)
Referensi:
1. Guyton, arthur C, 1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Ed. 3,
Jakarta, EGC.
2. Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Edisi 6, Jakarta, EGC
3. Urban, Nancie dkk., 1995, Guidelines for Critical care nursing, First Ed.,
Missouri, Mosby.
4. Debra JL, Karen KC, 2001, AACN Procedure Manual for Critical Care,
4rd Ed., Philadelphia, Pennsylvania, WB Saunders Company.
5. Grossbach I, Chlan L, Tracy MF, 2011, Overview of Mechanical
Ventilatory Support and Management of Patient- and Ventilator-Related
Responses
6. Clare, M., & Hopper, K. Mechanical ventilation: Ventilator settings, patient
management, and nursing care. Compendium on Continuing Education for
the Practicing Veterinarian. 2005;27(4):256-269.

Anda mungkin juga menyukai