PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep medis kanker serviks
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kanker serviks
BAB II
PEMBAHASAN
a. Mons veneris
disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di
bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga.
b. Bibir besar (Labia mayora)
merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua
bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum
permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris
2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak)
c. Bibir kecil (labia minora)
merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar tanpa rambut,
dibagian atau klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum
klitoridis. bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d. Klitoris
merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf
sensoris.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh : kedua
bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah)
pertemuan kedua bibir kecil. Kedua bibir kecil yaitu uretra dua
lubang saluran kelenjar skene.
f. Kelenjara Bartholin
1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina bersifat
rapuh dan mudah robek
2) pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g. Himen (Selaput dara)
1) merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat
rapuh dan mudah robek
2) himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir
yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi
3) bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah
mendapat menstruasi
4) setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis /
karunkel mirsiformis
2. Alat genitalia wanita bagian dalam
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva
1) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan
2) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3) Panjang bagian depannya sekitar 9cm dan dinding
belakangnya sekitar 11cm
4) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae dan terutama di bagian bawah
5) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian
uterus
6) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5
7) keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeks
8) Fungsi utama vagina:
- saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi
- alat hubungan seks
- jalan lahir pada waktu persalinan
b. Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor
diantara kandung kemih dan rectum
2) Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih
3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
- Corpus uteri: berbentuk segitiga
- Seviks uteri: berbentuk silinder
- Fundus uteri: bagian corpus uteri yang terletak di atas
kedua pangkal tuba
- Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: peritoneum, lapisan
otot, dan endometrium
c. Tuba Fallopi
Letak : terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah
lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim
Ukuran : panjang 12cm diameter 3-8 cm
Jenis :
a. pars interstitialis ( intramularis ) terletak diantara otot rahim
mulai dari osteum internum tubae
b. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit
c. pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk “s”
d. pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki
lumbai yang disebut fimbriae tubae
Fungsi :
a. untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
b. sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
c. tempat terjadinya konsepsi
d. Ovarium
Letak : Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium
Jenis : ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
- mengandung folikel primordial
- berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff
- terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
- terdapat pembuluh darah dan limfe
- terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua
lembar ligamentum latum
Batasan Parametrium:
- Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
- Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
- Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
- Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
C. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa
faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Pemakaian Celana Ketat
Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga
akan merusak daya hidup sebagian mikroorganisme, dan mendukung
perkembangan sebagian mikroorganisme lainnya. Akhirnya,
pertumbuhan mikroorganisme menjadi tidak seimbang. Kondisi
tersebut memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru
menyebabkan terjadinya infeksi.
2. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Hubungan sexual
pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda Umur Peningkatan
usia seseorang kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Dan itu
membuatnya relatif mudah terserang berbagai infeksi. Kanker rahim
berpotensi paling besar pada usia antara 35-55 tahun.
3. Paritas
Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal.
Pada proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim dan
ada kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut.
Pada kasus wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dan dengan
jarak yang terlalu dekat. Kerusakan jaringan epitel ini berkembang
kea rah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas.
4. Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh kita memiliki serangkaian system kekebalan yang secara
otomatis berusaha mengatasi gangguan-gangguan infeksi dan
pertumbuhan sel abnormal. Namun dalam kondisi tertentu, system
kekebalan ini dapat melemah sehingga pengendalian gangguannya
pun melemah. Kondisi semacam ini terdapat pada wanita yang
menjalani operasi gagal ginjal, atau pengiap virus HIV. Dengan
melemahnya sistem kekebalan, maka perkembangan infeksi tidak
terhambat, dan pertumbuhan sel abnormal terus meningkat hingga
mencapai tahap invasif (menyebar kemana-mana).
5. Pemakaian Pil KB
Pemakaian pil KB secara terus-menerus berpotensi menimbulkan
kanker serviks. Pada pemakaian lebih dari lima tahun, risiko ini
menetap menjadi 2 kali lebih besar disbanding wanita yang tidak
memakai pil KB.
6. Ras
Pola kehidupan sosioekonomi tiap-tiap ras dapat dapat berpengaruh
terhadap peningkatan risiko mengidap kanker rahim. Hasil penelitian
menunjukkan ras Afrika-Amerika paling berisiko tinggi mengidap
kanker rahim. Sementara Amerika-Hispanik cenderung di bawahnya.
Adapun ras Asia-Amerika relatif sama dengan Amerika-Hispanik.
7. Polusi Udara
Polusi udara baik yang berasal dari asap rokok, emisi kendaraan,
pabrik dan sebagainya memiliki banyak kandungan senyawa
karsinogen yang berpotensi memunculkan sel kanker.
8. Pemakaian obat DES
DES (Diethylstilbestrol) adalah obat penguat kehamilan yang
dikonsumsi untuk mencegah keguguran. Obat ini sekarang sudah
tidak popular. Para ahli menyimpulkan DES berpotensi menimbulkan
sel kanker di wilawah serviks.
9. Pemakaian Antiseptik di Vagina
Wanita modern ingin selalu tampil sempurna termasuk di wilayah
pribadinya. Kini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina yang
biasa membuat vagina lebih bersih dan selalu wangi. Namun
pemakaian antiseptik yang terlalu sering tidak baik. Antiseptik
tersebut dapat membunuh bakteri di sekitar vagina, termasuk bakteri
yang menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang
terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi
pada kulit bibir vagina yang sangat lembut. Iritasi ini biasa
berkembang menjadi sel abnormal yang berpontensi displasia.
10. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
11. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
12. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
13. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
14. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
15. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula
dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang
berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
D. Patofisiologi
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel
neoplastik terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia . Displasia
merupakan neoplasia serviks intraepithelial (CNI). CNI terbagi menjadi
tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat.
Tidak ada gejala spesifik untuk kanker serviks perdarahan merupakan
satu-satunya gejala yang nyata. Tetapi gejala ini hanya ditemukan pada
tahap lanjut. Sedang untuk tahap awal tidak. CNI biasanya terjadi
disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar dan mukosa
endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara panggul rutin,
pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan. Neoplastik hasil
apusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk memperoleh jaringan
guna memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik. Sedang alat
biopsy yang digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya mengarahkan
tindakan biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut juga harus
dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy
kerucut atau dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa
juga dengan histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya
anak. Kanker invasive
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi
keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan
gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
- Perdarahan vagina abnormal. Dapat berkembang menjadi ulserasi
pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada
- Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah. Menandakan bahwa
perkembangan penyakit sangat cepat.
- Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
- Keputihan yang menetap, dengari cairan yang encer, berwarna
merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau
busuk
2. Gejala kanker serviks stadium lanjut
- Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan
kelelahan
- Nyeri panggul, punggung dan tungkai
- Sekresi cairan dari vagina yang berbau tidak sedap
F. Klasifikasi
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi
kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2. Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3
mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3 mm tetapi
< 5 mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4
cm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4
cm
II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium
dan sepertiga proksimal vagina)
II A Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
II B Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak
mencapai dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke
parametrium dan atau sepertiga vagina distal)
III A Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
III B Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding
panggul
IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IV A Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke
mukosa vesika urinaria
IV B Lesi meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke
organ jauh
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher
rahim sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal
pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat
diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini
harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah
melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil
pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun.
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim
secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka
kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari
50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya
menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila
selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang
normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3
tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut :
- Normal
- Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
- Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
- Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar)
- Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang
lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear berdasarkan sistem
Bethesda
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam
skala besar mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV
yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir
100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan
umur di atas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan
dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan
ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65%
pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat
sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya
akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV
yang positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV
yang persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia yang
lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
3. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupa kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau
leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada
kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
4. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini
dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa
dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan
teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan
untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor
saja.
5. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan
kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.
6. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel
serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks
yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak
berubah karena tidak ada glikogen.
7. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya
gangguan pada saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker
serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi
pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan
untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi
sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan
sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT
abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari
tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.
H. Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la
njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher
rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia,
keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi
tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa
kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi),
pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa
melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical
excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan
serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat
dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena
kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat
kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.
Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya
(subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause,
atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang
berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari
penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan
hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada
serviks serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik.
Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan
radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu
tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah
mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya
atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap
mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di
sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada
stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga
panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan
secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk
mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah
panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar
berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat
di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi
internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan
selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek
samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina,
kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti
berfungsi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan
pemberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat
kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi
tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis.
Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi.
Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk
mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk
mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun
tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase
akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan
kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah
digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-
agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang
memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker
serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin),
PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain.
I. Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia
muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.
Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering
berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak
menutup kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada
satu pasangan saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai
anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau
menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk
mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya
akurat. Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun
atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali
dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan
negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun. Jika
menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan
terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan
teknologi Hybrid Capture II System (HCII).
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan
kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher
rahim.
4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan
hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua
dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin
C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga
kanker serviks. Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna
hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena
penyakit kanker mulut rahim.
5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi
HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin
ini bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan
menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain
membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja
ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang
menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi
ini baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9
sampai 26 tahun yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan
sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko
terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.
- Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy, MRI atau CT-Scan abdomen
ataupun pelvis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan agen cidera
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan berkurangnya jumlah leukosit
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan perkembangan
paru
5. Resiko cidera berhubungan degan perdarahan yang berulang
6. Gangguan harga diri berhubungan dengan penyakit yang dialami
C. Intervensi
Tujuan dan criteria
No Diagnosa (NANDA) Intervensi (NIC)
hasil (NOC)
1. Gangguan rasa Menunjukkan- Penatalaksanaan nyeri
nyaman : nyeri b.d agen tekhnik Lakukan pengkajian
relaksasi
cidera secara individual nyeri secara
untuk mencapai komprehensif
tingkat kenyamanan Observasi isyarat
Melaporkan ketidaknyamanan
eejahteraan fisik dan nonverbal
psikologis Berikan informasi
Mengenali factor tentang nyeri dan
penyebab dan penyebabnya
menggunakan - Pemberian anlgesik
tindakan untuk
mencegah nyeri
2. Deficit volume cairan Kekurangan volume Pengelolaan elektrolit
b.d perdarahan cairan akan teratasi, Pengelolaan cairan
dibuktikan Pantau status hidrasi
dengan
keseimbangan Pantau hasil
cairan, elektrolit, laboratorium yang
asambasa dan hidrasi relevan
yg adekuat Timbang BB
Keseimbangan Pengaturan cairan
elektrolit dan asam Tingkatkan asupan oral
basa akan tercapai Berikan cairan sesuai
kebutuhan
Berikan terapi IV
Pengelolaan syok,
volume
3. Resiko infeksi b.d Factor resiko infeksi Pemberian imunisasi
penurunan jumlah akan hilang
leukosit dibuktikan oleh Pengendalian resiko
keadekuatan Ajarkan pada pasien
status
imun pasien teknik mencuci tangan
Pasien yang benar
menunjukkan Ajarkan pada
pengendalian resiko pasien/keluarga tanda
Pengendalian dan gejala infeksi
infeksi Berikan terapi
antibiotic bila
diperlukan
Perlindungan terhadap
infeksi
4. Pola napas tidak efektif Menunjukkan pola Pengelolaan jalan
b.d gangguan pernapasan efektif napas
pengembangan paru Menunjukkan status Pemantauan
pernapasan : pernapasan
ventilasi
tidak Pantau kecepatan,
terganggu irama, kedalaman dan
usaha respirasi
Perhatikan pergerakan
dada, penggunaan otot
bantu nafas
Pantau pola pernapasan
Auskultasi bunyi napas
5. Resiko cidera b.d Resiko cidera akan Tindakan pencegahan
perdarahan yang menurun perdarahan
berulang Pengendalian resiko Pencegahan jatuh
Peningkatan keamanan
6. Gangguan harga diri b.d Harga diri Peningkatan harga diri
penyakit yang dialami meningkat
Bantu
Berani klien untuk
mengungkapkan meningkatkan penilaian
keinginan dirinya terhadap
Mempertahankan penghargaan diri
hubungan pribadi
yang dekat
7. Gangguan eliminasi Eliminasi defekasi : Penatalaksanaan
fekal : konstipasi b.d kemampuan saluran konstipasi
intake yang tidak gastrointestinal Pantau tanda dan gejala
adekuat untuk emmbentuk konstipasi
dan mengeluarkan Identifikasi factor yang
feses secara efektif dapat menyebabkan
Konstipasi teratasi knostipasi
Ajarkan pada pasien
tentang efek diet (spt :
cairan dan serat) pada
eliminasi
Tekankan
penghindaran mengejan
selama defekasi untuk
mencegah perubahan
pada tanda vital, sakit
kepala dan perdarahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada
jaringan serviks. Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan
dengan tujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan
membunuh sel secara langsung maupun denggan menghentikan pembelahan
selnya. Beberapa masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Ca
Serviks yang menjalani kemoterapi antara lain :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan pervaginam (efek kemoterapi).
2. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya Ca Cervix uteri stadium 3B.
3. Retensi urinarius berhubungan denganHambatan dalam urin (ada zat lain
abnormal dalam urin) : proteinuria, urobilinogen, bilirubinurea,
nitriturea, leukosit dan eritosit dalam urin tinggi.
4. Mual berhubungan dengan efek samping kemoterapi.
Penting bagi kita sebagai perawat maupun tenaga kesehatan lain untuk
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh
pasien.
3.2 Saran
Bagi Mahasiswa Keperawatan
a. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Ca Serviks secara menyeluruh.
b. Melalui laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran
dan pokok pembahasan/diskusi terkait dengan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Ca Serviks
Daftar Pustaka
Smeltzer C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex
Media Komputindo
https://www.academia.edu/17930780/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_NY.
P_DENGAN_CA_SERVIKS
https://id.scribd.com/doc/315267686/Dokumen-tips-Makalah-Askep-CA-Servik-
Nanda-Nic-Nocdocx