BLOK RESPIRASI
I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK UNIBA
kegiatan Keterampilan klinik untuk mahasiswa semester 4 dilaksanakan pada blok
Respirasi. Setelah mahasiswa selesai mengikuti keterampilan klinik pada blok
Respirasi,
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter
sesuai dengan KIPDI III adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan pada
mahasiswa adalahketerampilan untuk melakukan :
1. Anamnesis Penyakit yang berhubungan dengan Sistem Respirasi
2. Pemeriksaan Fisik diagnosis sistem Respirasi
3. Pembacaan Foto Rontgen dada (normal)
4. Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam)
5. Teknik Nebulisasi
II. TUJUAN
Setelah mengikuti kegiatan Skills Lab pada blok Respirasi ini mahasiswa dapat
terampil melakukan komunikai dokter-pasien (anamnesis) penyakit yang
berhubungan dengan sistem respirasi, terampil melakukan pemeriksaan fisik paru
pada orang dewasa, terampil membaca foto Rontgen dada (normal), terampil dalam
pemeriksaan BTA dan Terampil dalam melakukan teknik nebulisasi dengan benar.
Gambar 1. Struktur dinding dada : A tampak dari depan .B, tampak dari belakang ( dikutip
dariSaedel chapter 13 chest and lungs).
Otot pernapasan utama adalah otot diafragma dan otot interkostalis. Otot diafragma
merupakan otot pernapasan yang paling utama, kontraksi otot diafragma saat inpirasi
mengakibatkan diafragma mendatar sehingga menyebabkan peningkatan kavasitas rongga
dada. Kontraksi otot interkostaslis ekterna meningkatkan diameter anteroposterior rongga dada
saat inspirasi dan kontraksi otot interkostalis interna mengurangi diameter lateral rongga dada
saat ekspirasi. Otot Sternoclaidomastoideus dan trapezius dan otot pernapasan tambahan yang
lain digunakan saat latihan atau ketika fungsi paru terganggu.
Gambar 2. Otot - otot pernapasan . A. Otot pernapasan bagian depan B. Otot pernapasan
bagian belakang
Rongga dada terdiri dari tiga rongga utama, sebelah kiri dan kanan terdapat rongga
pleura dan diantara kedua rongga pleuta terdapat rongga mediastinum, di dalam rongga pleura
terdapat paru dan dalam rongga mediastinum terdapat organ mediastinum diantaranya jantung
pembuluh darah dll. Rongga pleura dibatasi oleh pleura parietal dan pleura viseral.
Paru pada permukaannya dilapisi oleh pleura viseral, terdiri dari paru kanan dan kiri.
Peru kanan terdiri dari 3 lobus ; lobus atas, lobus medius dan lobus bawah dan paru kiri terdiri
dari dua lobus ; lobus atas dan lobus bawah. Setiap paru berbentuk kerucut puncak berbentuk
bulat dan meluas anterior sekitar 4 cm di atas iga pertama di dasar leher pada orang dewasa.
Proyeksi dari posterior, apek paru-paru berada setinggi T1 dan batas bawah paru turun pada
saat inspirasi setinggi T12 dan naik pada saat ekspirasi paksa setinngi T9. Bagian bawah setiap
paru meluas dan cekung sesuai bentuk permukaan cembung diafragma. Permukaan medial paru
pada batas tertentu berbentuk cekung sesuai kedudukan jantung.
Percabangan trakeobronkial adalah sistem tubulus yang menyediakan jalan untuk udara
yang sudah disaring, dilembabkan, dan dihangatkan ketika melewati saluran napas bagian atas
menuju alveoli. Trakea mmempunyai ukuran panjang 10 sampai 11 cm dan diameter sekitar 2
cm, yang terletak di anterior esopagus dan di posterior tiroid. Trakea terbagi menjadi bronkus
utama kanan dan bronkus utama kiri setinggi T4 atau T5 dan tepat di bawah angulus sterni.
Bronkus kanan lebih lebar , lebih pendek, dan lebih vertikal daripada bronkus utama
kiri ( dan karena itu lebih rentan terhadap aspirasi benda asing ) . Bronkus utama dibagi
menjadi tiga cabang di kanan dan dua di sebelah kiri, masing-masing cabang memasok satu
lobus paru. sampai kemudian membagi menjadi bronkiolus terminal dan akhirnya menjadi
bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris dan alveoli.
Gambar 4. Struktur saluran napas bawah dan pembagian generasi percabangan saluran napas
bawah
ANAMNESIS
Anamnesis merupakan teknik wawancara dengan pasien dalam rangka mengali
informasi terkait penyakit yang sedang diderita nya. Anamnsis didahului dengan membuat
hubungan emosional yang baik antara dokter dengan pasien. Hal yang ditanyakan pada
anamnesis meliputi; identitas pasien secara lengkap, keluhan utama yang menyebabkan pasien
datang berobat, keluhan penyakit sekarang, riwayat pengobatan & alergi obat, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi ( pekerjaan, kebiasaan dll).
Keluhan yang sering berhubungan dengan penyakit respirasi diantaranya, batuk, batuk
berdahak, datuk darah, sesak napas, nyeri dada, demam dan suara napas menciut. Pasien tidak
jarang datang dengan keluhan yang beragam misalnya ; adanya keluhan sesak napas disertai
demam dan batuk berdahak atau ada sesak napas menciut disertai batuk- batuk dan
sebagainya. Perlu ditanyakan keluhan mana yang paling menonjol yang menjadi alasan pasien
datang berobat yang menjadi keluhan utamanya.
Keluhan utama yang sudah di sampaikan oleh pasien harus di pertegas dengan beberapa
pertanyaan yang dapat mempertajam analisa dan dilengkapi dengan pertanyaan tentang riwayat
penyakit sekarang , riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan, riwayat penyakit keluarga,
riwayat pekerjaan sosial ekonomi.
INSPEKSI
Pada pemeriksaan inspeksi sistem respirasi dilakukan secara menyeluruh dan sistematis.
Prosedur pemeriksaan inspeksi toraks dilakukan dalam dua keadaan, yaitu inspeksi yang
dilakukan dalam keadaan statis dan dalam keadaan dinamis. Inspeksi diawali dengan
pengamatan pada keadaan statis, terhadap keadaan umum pasien, kepala (adanya edema di
muka), mata (cunjunctiva, kelopak mata), leher ( Jugular Venous Presure, deviasi trakea)
tangan (clabing finger, kuku), kaki (edema tungkai) dan kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan toraks seperti kelainan bentuk dinding toraks, dll.
Angulus sterni
Sudut yang dibentuk oleh pertemuan antara
manubrium sterni, corpus sternum dan iga 2.
Dari sini kita dapat menghitung sela iga
dengan mudah.
Prosesus Spinosus Vertebre Cervical 7 Yang
paling menonjol pada tulang belakang di
daerah leher yang merupakan tonjolan dari
prosesus spinosus vertebra cervical 7
Sela iga 7
Tepat berada di bawah ujung scapula.
Bentuk dada
Besar rongga toraks bervariasi berdasarkan umur, pada orang dewasa diameter anterior
– posterior lebih kecil dari diameter transversal, sedangkan pada anak diameter antero posterior
dengan diameter tranversal hampir sama.
5. Unilateral Flattening : salah satu hemi thoraks menjadi lebih pipih, contoh pada
fibrosis paru atau fibrosis pleura (schwarte)
6. Unilateral prominence, contoh :
Efusi Pleura yang banyak
Pneumo thorax
Tumor paru
7. Scoliosis dari vertebra thoracalis yaitu perubahan bentuk dari rongga
thoraks akibat vertebra bengkok ke kiri atau ke kanan.
Pada laki-laki dan anak diafragma lebih berperan dalam gerakan pernapasan, sehingga
yang menonjol gerakan pernapasan bagian atas abdomen dan toraks bagian bawah. Pada ♀
yang lebih berperan adalah musculus intercostal, gerakan pernapasan yang menonjol adalah
gerakan rongga toraks bagian atas.
Pernapasan Abnormal
1. Dyspnea: keluhan objektif dimana orang akan merasakan susah/sesak bernapas, dapat
terjadi pada:
a. Exercise
b. Obesitas
c. Penyakit jantung
Gangguan Respirasi Tahun 2013 16
d. Penyakit paru
e. Anemia
f. Hipertiroidisme
g. Neurosirkulatory
h. Asthenia
2. Orthopnea : sesak napas kalau posisi tidur dan berkurang kalau posisi duduk.
3. Kusmaull breathing; pernpasan cepat dan dalam, misal pada keadaan asidosis.
4. Asthmatic breathing ; pernapasan dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing
dapat ditemukan pada asma bronchial dan PPOK
5. Cheyne stokes breathing, pernapasan periodic secara bergantian antara pernapasan
cepat (hipernea) dengan apnea. Apnea dapat terjadi sampai 30 detik, pasien dapat
tertidur pada periode ini.
Contoh :
a. penyakit jantung
b. penyakit ginjal
c. asthma berat
d. peningkatan tekanan intra cranial
e. keracunan obat
6. Biot’s breathing ; pernapasan yang tak teratur, contoh
: a.Trauma capitis b. Meningo
ensefalitis
b. Tumor cerebral
A B
Gambar 17. A. pemeriksaan trakea, B pemeriksan kelenjer Getah Beninng ( KGB) supra
clavikula.
Pemeriksaa premitus
Pemeriksa menempelkan telapak tangan dan jari jari tangan pada dinding dada.
kemudian pasien disuruh mengucapkan kata kata seperti 77, dengan nada yang
sedang. Bandingkan getaran yang timbul antara hemithorax kiri dan kanan
secara simetris dengan cara menyilangkan tangan pemeriksa secara bergantian.
PERKUSI
Perkusi sistem respirasi (perkusi dinding toraks)
Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari suara yang
dihasilkan oleh ketokan pada dinding toraks. Metoda ini tetap penting walaupun pemeriksaan
radiologi toraks sudah makin berkembang, oleh karena dengan pemeriksaan fisik yang baik
bisa memprediksi kelainan yang ada dalam rongga toraks sebelum pemeriksaan radiologi
dilakukan.
Dengan pemeriksaan perkusi / ketot pada dinding toraks akan menggetarkan udara yang
ada dalam dalam paru. Bunyi yang dihasilkan tergantung dari banyak sedikitnya udara yang
ada dalam rongga dada. Penilaiananya dapat dikelompokan sebagai berikut;
Sonor
Hipersonor
redup
Pekak
Gangguan Respirasi Tahun 2013 19
Gambar 20. Lokasi berbagai bunyi perkusi didnding toraks dalam keadaan normal.
20
Gambar 22. Lokasi perkusi dinding toraks depan dan belakang
Gambar 23. Lokasi berbagai bunyi perkusi dinding toraks dalam keadaan normal.
Waktu inspirasi dalam, batas belakang paru akan turun 4-6 cm, oleh karena
terjadi peranjakan batas paru turun ke bawah yang ditandai oleh perobahan
suara perkusi redup menjadi sonor sejauh 4-6 cm.
22
Bagian anterior toraks, bunyi sonor mulai dari clavicula kearah arcus
costarum, kecuali pada daerah jantung dan hati yang memberikan perkusi
redup atau pekak
Pada daerah anterior kanan pada ruang intercostal 4 sampai 6 akan
didapatkan perkusi redup, dimana pada daerah ini didapatkan overlap antara
parenkim paru dengan hati (perkusi dilakukan pada linea medclavicularis
kanan.
Dari intercostal 6 sampai arcus costarum kanan, perkusi adalah pekak (daerah
hati) yang tidak ditutupi parenkim paru.
Pada bagian anterior kiri bawah, didapatkan perkusi timpani (daerah lambung)
2-3 cm diatas (superior) dari clavicula di sebut kronig’s isthmus. Suatu zona
sonor + 4-6 cm meluas melewati bahu kearah posterior sampai tonjolan
scapula, daerah ini bisa menyempit bila terjadi fibrosis dari apex paru.
Daerah dinding belakang thoraks, bunyi perkusi sonor dari apex paru sampai
batas bawah vertebrae thoracal X/XI.
Diatas scapula bunyi perkusi sonor agak melemah.
Batas jantung dengan perkusi :
Kanan : Ruang intercostal III-IV pinggir sternum kanan
Kiri atas : Ruang intercostal III kiri, 2-4 cm dari mid sternum
Kiri bawah : Intercostal V kiri, pada linea mid clavicularis.
AUSKULTASI PARU
Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai stetoskop. Sebelum
ditemukan stetoskop auskultasi dilakukan secara direct dengan menempelkan telinga pemeriksa
pada permukaan tubuh orang sakit. Ada dua tipe dari stetoskop yaitu Bell type untuk
mendengar nada-nada yang lebih rendah dan Bowel atau membran type untuk nada-nada yang
lebih tinggi. Umumnya setiap stetoskop dilengkapi dengan kedua tipe ini. Posisi penderita
sebaiknya duduk seperti melakukan perkusi. Kalau pasien tidak bisa duduk, auskultasi dapat
dilaksanakan dalam posisi tidur. Pasien sebaiknya disuruh bernapas dengan mulut tidak melalui
hidung.
Pemeriksa memberikan contoh bernapas terlebih dulu sebelum memeriksa pasien. Yang
diperiksa pada auskultasi paru adalah :
1. Suara napas utama (breath sounds)
23
2. Suara napas tambahan
24
Breath Sounds (Suara napas Utama)
Untuk mendengar suara napas perhatikan intensitas, durasi dan pitch (nada) dari
inspirasi dibandingkan dengan ekspirasi.
Gambar 25. Auskultasi dan lokasi pemeriksan auskultasi pada dinding toraks depan
dan belakang
Suara Napas Vesikuler.
Pada suara napas vesikuler, suara inspirasi lebih keras, lebih panjang dan pitchnya
(nada) lebih tinggi dari suara ekspirasi. Suara napas vesikuler terdengar hampir diseluruh
lapangan paru, kecuali pada daerah supra sternal dan interscapula. Suara vesikuler dapat
mengeras pada orang kurus atau post “exercise” dan melemah pada orang gemuk atau pada
penyakit-penyakit tertentu.
Suara Napas Bronkial / Trakeal
Pada suara napas bronkial, suara napas ekspirasi, intensitasnya lebih keras, durasinya
lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara inspirasi, terdapat pada daerah supra sternal.
25
Suara napas trakeal hampir sama dengan suara napas bronkial tetapi durasi ekspirasi hampir
sama antara ekspirasi dengan inspirasi, terdengar pada daerah trakea.
Ditemukanya bunyi napas bronkial pada daerah yang seharusnya suaran napas
vesikuler, hal ini dapat disebabkan oleh pemadatan dari parenkim paru seperti pada pneumonia
dan kompresive atelektase.
Gambar 26. A. Lokasi suara napas di diding depan toraks, B. lokasi suara napas di
diding toraks belakang.
26
Tabel 8. Resume Pemeriksaan Suara Napas
Contoh
Lamanya Intensitas dan pitch
lokasi
VESICULAR
BRONCHOVESICULAR
RIC 1 dan 2 area
Insp = exp Medium/medium
intrascapula
BRONCHIAL
Pada manubrium,
Exp > insp Loud/high pneumonia
lobaris
TRACHEAL
Insp = exp Very loud/high Pada trakea
Suara napas asmatik yaitu pernapasan dengan ekspirasi yang memanjang kadang
disertai bunyi yang menciut (mengi) atau wheezing didapat pada penderita asma bronkial atau
penderita PPOK.
Amphoric sounds
Suara napas Amporik dapat berasal dari kavitas atau pneumotoraks dengan fistel yang
terbuka. Bunyinya seperti mendengar botol kosong yang ditiup.
1. Ronki (Rales)
Adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran napas yang
berisi sekret / eksudat atau akibat saluran napas yang menyempit atau oleh oedema saluran
napas. Ada dua jenis ronchi yaitu ronki basah (moist rales) dan ronki kering (dry rales).
Ronki basah
Ronki basah adalah suara tambahan disamping suara napas, yaitu bunyi gelembung-
gelembung udara yang melewati cairan (gurgling atau bubling) terutama pada fase
inspirasi. Ronchi basah disebabakan oleh adanya eksudat atau cairan dalam
bronkiolus atau alveoli dan bisa juga pada bronkus dan trakea.
27
Ada ronki basah nyaring contohnya pada infiltrat paru dan ronchi basah tak
nyaring misalnya pada bendungan paru.
Ada ronki basah kasar, ini biasanya berasal dari cairan yang berada dibronkus
besar atau trakea.
Ada ronki basah sedang dan ada pula ronki basah halus yang terutama
terdengar pada akhir inspirasi, terdengar seperti bunyi gesekan rambut antara
jari telunjuk dengan empu jari.
Ronki kering
Ronki kering disebabkan lewatnya udara melalui penyempitan saluran napas,
inflamasi atau spasme saluran napas seperti pada bronchitis atau asma bronchial.
Ronchi kering lebih dominant pada fase expirasi terdengar squeking dan grouning,
pada saluran yang lebih besar adalah deep tone grouning (sonorous) dan pada
saluran yang lebih kecil terdengar squeking dan whistling (sibilant).
Ronchi kering dengan berbagai kwalitas frekwensi pitchnya disebut musical rales
(seperti pada penderita asma bronchial)
2. Pleural friction
Terjadinya bunyi pergeseran antara pleura parietal dengan pleura viseral waktu
inspirasi disebut Pleura friction. Dapat terjadi pada pleuritis fribrinosa. Lokasi
yang sering terjadi pleura friction adalah pada bagian bawah dari axilla, namun
dapat juga terjadi di bagian lain pada lapangan paru. Terdengar seperti menggosok
ibu jari dengan jari telunjuk dengan tekanan yang cukup keras pada pangkal
telinga kita, terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi.
4. Bronchophoni
28
29
Vocal sound (suara biasa) bila didengarkan pada dinding thorax (lapangan paru) akan
terdengar kurang keras dan kurang jelas dan terdengar jauh. Bila terdengar lebih keras, lebih
jelas dan pada pangkal telinga pemeriksaan disebut bronchoponi positif terdapat pada
pemadatan parenkim paru, misal pada infiltrat dan aktelektasis kompresif.
5. Eugophoni
Eugophoni yaitu bronchophoni yang terdengar nasal, biasanya disebabkan oleh
kompresif atelektasis akibat dorongan efusi pleura pada parenkim paru terdengar pada
perbatasan cairan dengan parenkim paru.
30
KETERAMPILAN KLINIK
ANAMNESIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM RESPIRASI
I. PENDAHULUAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan anamnesis pada pasien
sehingga mahasiswa mendapatkan informasi gejala dan riwayat penyakit pasien dan
mengarahkan diagnosa sementara pasien sebagai kelainan paru.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling
signifikan untuk ditetapkan sebagi keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus
diingat pada komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar
hasilnya sesuai dengan diharapkan.
Gejala Respirasi :
1. Batuk (kering/produktif)
2. Batuk darah
3. Sesak napas (akut, progresif,paroksimal)
4. Nyeri dada
5. Mengi
1. Demam
2. Suara serak
3. Keringat malam
k. Associated symtomps (yang berhubungan dengan gejala lainnya misal batuk, mengi,
batuk darah, sesak napas, nyeri dada, ortpnea)
l. Systemik symptom (gejala-gejala sistemik mis demam, malaise,anoreksia, penurunan
berat badan)
Kata-kata tesebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu : OLD CARTS atau :
Tahap I : Perkenalan
Ketika pasien masuk ke ruang periksa,
32
Tahap III :
Riwayat Sosioekonomi, pekerjaan dan
riwayat merokok dan konsumsi
alkohol.Menanyakan status sosial, pekerjaan
dan pendapatan.Menanyakan riwat merokok
dan konsumsi alkohol..
20-30 Instruktur Mahasiswa
menit Coacing oleh instruktur
Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil
(i kelompok terdiri dari 9 mahasiswa)
Tiap kelompok kecil memilikiinstruktur
Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2-3 orang mahasiswa dengan
dibimbing oleh instruktur.
Kepada mahasiswa diberikan satu kasus
simulasi
Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
90 menit mahasiswa. Instruktur Mahasiswa
Self Practice
Mahasiswa melakukan anamnesis sendiri
secara bergantian masing-masing selama 10
menit.
Mahasiswa diberikan 1 kasus dan mencata
hal-hal yang penting dari anamnesis dan
menyimpulkannya.Instruktur memberikan
penilaian pada lembar pengamatan
Diskusi Akhir:
Instruktur memberikan kesimpulan dari
kasus simulasi.
33
III.TUJUAN KEGIATAN
IV.1. PELAKSANAAN
V. RUJUKAN
1. Bahan Kuliah
2. Patel H, Gwilt C, Respiratory System 3rd edition, 2008.Elsevier,Philadelphia p 187-207
3. Talley N, O Connor S, Respiratory system dan breast examination.Clinical
examination.A Systemic a Guide to Physical Diagnosis 5th edition.Australia Elsevier
2006 P .93-125
34
LAMPIRAN
Nama Mahasiswa :
Grup :
Tanggal Anamnesa :
Instruktur : Paraf :
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien :
Alamat dan Tanggal Lahir :
Umur :
35
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Status perkawinan :
Agama :
Tanggal masuk ke RS :
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan
Telaah :
1. Batuk ( ) onset ( ) waktu (pagi/malam), (kering/produktif), warna ( ), bau ( ), volume (
), konsistensi ( ), jika batuk apakah yang berhubungan dengan gejala lainnya ( )
2. Batuk darah ( ), onset ( ), warna ( ), bercak darah ( ), darah kental ( ), intermitten (
), terus-menerus ( ), Frekuensi ( )
3. Sesak Napas ( ),onset ( ), pola ( ), tingkat keparahan ( ), berhubungan dengan cuaca (
), sesak napas ketika jalan ( ........meter), kerja ( ), olahraga ( ), cemas ( ), ketinggian (
), posisi berbaring ( ), sesak napas yang berhubungan dengan gejala lainnya (
), napas berbunyi ( )
4. Nyeri dada ( ), onset ( ), lokasi ( ), pola ( ) frekuensi ( ), durasi ( ), progression ( ),
karakter ( ), menyebar ( ), jika menyebar ke lokasi mana kah ( )
5. Demam ( ), onset (lokasi), waktu (pagi/malam), tingkat keparahan ( ), keringat malam ( )
6. Malaise ( ), kurang nafsu makan ( ), penurunan berat badan kg/bln
7. Suara serak ( ), onset ( )
Riwayat sosial :
Situasi tempat tinggal : rumah ( ), jika rumah terbuat beton ( ), gubuk ( ), apartemen ( ),
Berapa orang yang tinggal dirumah tersebut : tinggal pedesaan ( ), tinggal perkotaan ( )
Padat penduduk ( )
Peliharaan binatang ( ), jenis binatang :
Pendapatan : ˂ Rp. 500.000,- ( ), ˃ Rp.500.000,-1.000.000,-( ), ˃ Rp. 1.000.000,-
36
LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
TAHAP I : Komunikasi dokter dengan pasien yang berhubungan O 1 2
dengan gangguan respirasi
1. Menyapa dan mempekenalkan diri dengan pasien/keluarga
pasien
2. Menempatkanpasien pada posisi ang benar sesuai dengan
kondisinya
TAHAP II : Anamnesis pribadi
1. Menanyakan identitas penderita
TAHAP III : Anamnesis Penyakit
1. Menanyakan keluhan utama pada penderita atau keluarga pasien
:
a. Batuk :
b. Sesak napas
c. Batuk darah
d. Nyeri dada
e. Suara napas berbunyi (mengi)
2. Menelusuri/menelaah keluhan penyerta
a. Batuk : onset, waktu (pagi/malam), kering/produktif,warna
dahak,bau,volume
b. Sesak napas : onset, pola
(intermittent /terus-menerus), tingkat keparahan
ringan,sedang,berat),sesak napas (ketika berjalan,
kerja,olahraga, cemas,ketinggian,posisi berbaring)
c. Batuk darah : onset, warna,bercak darah, darah kental
d. Nyeri dada : onset,lokasi, pola, durasi, karakter (tarasa
ditekan,ditusuk), menyebar ke lokasi mana
e. Suara napas berbunyi (mengi)
3. Menanyakan keluhan tambahan pada penderita :
(Demam, Penurunan Berat Badan, Suara serak, Penurunan nafsu
makan)
4. Menelusuri/menelaah Riwayat penyakit terdahulu , Riwayat
pengobatan dan pemakaian obat sekarang, Riwayat alergi obat
5. Menanyakan riwayat penyakit keluarga :
(sma, atopi, Diabetes Melitus, Hipertensi, tumor, Kontak
dengan penderita TB Paru)
6. Menanyakan riwayat merokok
(Sejak kapan, Berapa batang/bungkus per hari,Jenis rokok
(kretek/filter)
7. Menelusuri status sosial-ekonomi
8. Menanyakan konsumsi alkohol : berapa botol per hari
9. Menanyakan riwayat pekerjaan
10. Menuliskan/merangkum data dalam status
11. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan
12. Mengucapkan salam dan terima kasih
38
I. PENDAHULUAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik toraks pada
pasien sehingga mahasiswa mendapatkan informasi kelainan pada pemeriksaan fisik pasien dan
mengarahkan diagnosa sementara pasien sebagai kelainan paru.
3. Palpasi
Leher & supraklavikula : meraba kelenjar pada
leher, supraklavikulas kanan dan kiri
Trakea : Posisi trakea ditentukan dengan
menempatkan ujung jari II dan jari III yang
membentuk hutuf V atau ujung jari II tangan kiri dan
kanan di incisura suprasternalis dan kemudian
menentukan kedudukan gelang-gelang trakes adalah
hubungan dengan sternum.Pergeseran trakea ke satu
sisi merupakan petunjuk yang peka pergeseran posisi
struktur mediastinum
Toraks : memeriksa stem fremitus toraks kiri
dibandingkan toraks kanan dari atas, tengah, hingga
bawah dengan menyuruh pasien mengucapkan 77
dan tangan pemeriksa diletakkan didinding dada
pasien sambil merasakan getaran yang
dihasilkan.Menilai ekspansi dinding toraks
Emfisema subkutis
Identifikasi daerah nyeri/lesi
Menilai tanda-tanda abnormalitas (tumor,abses,
peradangan dan fratur iga)
4. Perkusi
a. Menentukan kondisi perkusi paru
Sonor (resonant) : terjadi bila udara cukup
banyak dalam jaringan (alveolus) terdapat pada
orang normal
Pekak (dul) : terjadi pada jaringan tanpa udara
didalamnya, misalnya tumor paru,
41
penebalanpleura
Redup (stony dull) : bila bagian padat jaringan
lebih banyak dari udara didalamnya.misalnya
:infiltrat, konsolidasi, cairan di rongga pleura
Hipesonor (Hiperresonant) : bila udara lebih
banyak daripada jaringan padat, misalnya pada
emfisema paru, kavitas besar yang letaknya di
tepi pneumotoraks, bula yang besar
b. Disamping menentukan kelainan pada paru
dengan perkusi dapat ditentukan bats-batas paru
dengan organ sekitarnya
Batas paru jantung
Batas paru hati, bunyi sonor dari paru
selanjutnya menjadi redup pada garis
midklavikula yaitu pada sela iga 6. Peranjakan
antara ekspirasi dan inspirasi yang normal adalah
2 jari
Batas paru lambung : perubahan sonor ke
timpani apda garis aksila anterior, biasanya pada
sela iga 8, batas ini sangat tergantung dari ada
tidaknya isi lambung
Batas paru belakang bawah ditentukan pada garis
skapula.Biasanya setinggi vertebra torakalis 10
untuk paru kiri dan 1 jari lebih tinggi dari paru
kanan
5. Auskultasi
Meletakkan stetoskop pada dinding toraks dan
melakukan pemeriksaan paru secara sistematis
Suara napas : trakeal, bronkial, bronkovesikuler
dan vesikuler
Suara napas tambahan : ronki basah
(rales/crackles), wheezes, ronki kering (ronki)
Suara napas tambahan lainya : amforik, pleuiral
friction rub, succutio hipocrates, egofoni,
bronkofoni, whispered pectotiloquy.
6. Mencatat hasil pemeriksaa fisik secara baik dan
benar
42
IV.PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1 PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok besar dan kecil
Kelompok besar dipimpin para narasumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur
2. Cara pelaksanaan kegiatan choacing selam 20-30 menit, beberapa mahasiswa melakukan
pemeriksaan simulasi dibimbing intruktur dan peserta lain dapat melakukan pengamatan
Menggunakan pasien simulasi, mahasiswa.
Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan. Mahasiswa lainnya bertugas
sebagai pengamat.
Setiap mahasiswa harus mendapt kesempatan melakukan
3. Waktu pelaksanaan
Setiap sklils lab dilaksanakan selama 150 menit
Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa
4. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab
V.2. RUJUKAN
1. Bahan Kuliah
2. Patel H, Gwilt C, Respiratory System 3rd edition, 2008.Elsevier.Philadelphia: 187-297
3. Swartz M. Dada dalam buku ajar Diagnostik Fisik : Jakarta : Penerbit buku Kedokteran
EGC : 1995 :154-178.
4. Talley N, O’Connor S. Respiratory System and breast examination. Clinical Examination.
A Systemic Guide Physical Diagnosis 5th edition. Australia . Elsevier 2006 : 93 – 125
5. Wijaya T, Utami S. Pemeriksaan Fisik Toraks dan Paru Dalam buku Panduan Diagnosis
Fisik di Klinik : 63 – 86
43
6. Willms, J, Schneiderman Buku Fisik Diagnostik 2005, Jakarta Penerbit Buku Kedokteran
EGC 217 – 242.
LAMPIRAN
Nama Mahasiswa :
Kelompok :
Tanggal Anamnesis :
Instruktur :
VITAL SIGN :
(Dianggap sudah dikerjakan)
Kepala :
Mata : ikterus (+/-), anemia (+/-), pupil (konstriksi +/-), ptosis (+/-)
Mulut : lidah : sianosis sentral (+/-), mulut mencucu (pursed lip breathing (+/-)
Suara serak (+/-)
Leher :
Tekanan vena jugular (+/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (+/-)
Pembesaran kelenjar getah bening (+/-)
KETERAMPILAN KLINIK
PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM (BTA)
DENGAN TEKNIK ZIEHL NEEHLSEN
I. PENDAHULUAN
Bakteri tahan asam (BTA) sangat sukar diwarnai dengan zat warna anilin. Tetapi dengan
menggunakan larutan zat warna yang keras (umpamanya yang mengandung fenol) disertai
pemanasan (atau memasuki zat kimia tergitol), zat warna dapat memasuki sel bakteri tersebut. Dan
sekali zat warna sudah memasuki sel bakteri tersebut, sukar melepaskannya dengan zat peluntur
biarpun bahan pelarut lebih kuat.
II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu membuat preparat Bakteri Tahan Asam (BTA)
secara langsung.
II.2.TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Membuat preparat Bakteri Tahan Asam (BTA) dengan teknik Ziehl Neelsen.
2. Membaca preparat Bakteri Tahan Asam (BTA).
Catatan :
1. Pembacaan paling sedikit 100 lapangan pandang (1 preparat) setelah pemeriksaan kurang
lebih 10 menit, dengan cara menggeserkan sediaan menurut arah seperti gambar dibawah ini :
2. Bila ditemukan 1-3 BTA dalam 100 lapangan pandang, pemeriksaan harus diulang dengan
spesimen dahak yang baru. Bila ditemukan tetap 1-3 BTA, hasilnya dilaporkan negatif. Bila
ditemukan 4-9 BTA, dilaporkan positif.
47
PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
1. Membersihkan gelas objek dengan kain bersih agar tidak
berlemak, gelas objek dilayangkan di atas nyala api
2. Mendinginkan gelas objek itu dan beri tanda/label dengan pensil
kaca atau spidol
3. Memijarkan ose (sengkelit) dan setelah dingin dipakai
mengambil sediaan sputum yang akan diwarnai lalu disebarkan
agar rata seluas 1-2 cm2. Jangan lupa memijarkan kembali ose
yang telah digunakan mengambil sediaan yang mengandung
bakteri tadi.
4. Mengeringkan sediaan di udara, kemudian lewatkan di atas
nyala api sebanyak 3 kali agar sediaan melekat dengan
sempurna di atas permukaan gelas objek (bagian yang berisi
sediaan jangan terkena nyala api, jadi menghadap ke atas).
5. Menggenangi sediaan dengan larutan carbol fuchsin
KETERAMPILAN KLINIK
TEKNIK INHALASI ASMA BRONKIAL
Asma adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran pernapasan, sehingga pasien yang
mengalami keluhan sesak napas/kesulitan bernapas. Tingkat keparahan asma ditentukan dengan
mengukur kemampuan paru dalam menyimpan oksigen. Makin sedikit oksigen yang tersimpan
berarti semakin buruk kondisi asma. Dengan menggunakan spirometer dapat mengukur berapa
banyak udara yang tersimpan di paru-paru tersebut.
Tujuan pengobatan asma untuk menghentikan serangan secepat mungkin dan mencegah serangan
berikutnya. Untuk mencapat tujuan tersebut diberikan obat yang bersifat bronkodilator pada waktu
serangan dan obat anti inflamasi untuk menurunkan hiperaktivitas bronkus sebagai tindakan
pencegahan. Pemberian obat asma bisa dilakukan dengan cara perenteral, oral dan inhalasi.
Pemberian obat secara parenteral atau oral sering menimbulkan efek samping seperti gangguan
gastrointestinal atau efek samping lain.
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
penghisapan. Terapi pemberian ini, saat ini makin berkembang luas dan banyak dipakai pada
pengobatan penyakit-penyakit saluran napas. Berbagai macam obat seperti antibiotik, mukolitik,
anti inflamasi dan bronkodilator sering digunakan pada terapi inhalasi. Obat asma inhalasi yang
memungkinkan penghantaran obat langsung ke paru-paru, dimana saja dan kapan saja akan
memudahkan pasien mengatasi keluhan sesak napas. Untuk mencapai sasaran di paru-pari, partikel
obat asma inhalasi harus berukuran sangat kecil (2-5 mikron).
Keuntungan terapi inhalasi ini adalah obat bekerja langsung pada saluran napas sehingga
memberikan efek lebih cepat untuk mengatasi serangan asma karena setelah dihisap, obat akan
langsung menuju paru-paru untuk melonggarkan saluran pernapasan yang menyempit.
Selain itu memerlukan dosis yang lebih rendah untuk mendapatkan efek yang sama, dan harga
untuk setiap dosis lebih murah. Untuk efek samping obat minimal karena konsentrasi obat didalam
rendah
Inhaler/MDI/Metered-Dose Inhaler
Digunakan dengan cara menyemprotkan obat ke dalam mulut, kemudian dihisap agar masuk ke
dalam mulut, kemudian dihisap agar masuk ke paru-paru. Pasien perlu melakukan beberapa kali
agar dapat menggunakan inhaler dengan benar. Jika pasien kesulitan untuk melakukan gerakan
menyemprotkan dan menghisap obat secara beruntun, maka dapat digunakan alat bantu spancer.
Manfaat spancer adalah memungkinkan pasien menghisap obat beberapa kali, memaksimalkan
usaha agar seluruh obat masuk ke paru-paru, dan dapat membantu menekan inhaler untuk anak-
anak.
Untuk satu produk inhaler 60-400 dosis/semprotan. Contoh produk: Alupent, Becotide, Bricasma,
Seretide, Barotec, Ventolin.
49
Turbuhaler
Digunakan dengan cara menghisap, dosis obat ke dalam mulut, kemudian diteruskan ke paruparu.
Pasien tidak akan mendapat kesulitan dengan menggunakan turbuhaler karena tidak perlu
menyemprotkan obat terlebih dahulu. Satu produk turbuhaler mengandung 60-200 dosis. Ada
indicator dosis yang akan memberitahu anda jika obat hampir habis. Contoh produk: Bricasma,
Pulmicort, Symbicort
Rotahaler
Digunakan dengan cara yang mirip dengan turbuhaler. Perbedaan setiap kali akan menghisap obat,
rotahaler harus didiisi dulu dengan obat yang berbentuk kapsul/rotacap. Jadi rotahaler hanya berisi
satu dosis, rotahaler sangat cocok untuk anak-anak dan usia lanjut. Contoh produk:Ventolin
Rotacap
Nebulizer
Nebulizer digunakan dengan cara menghirup dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah
menjadi bentuk kabut. Nebulizer sangat cocok digunakan untuk anak-anak, usila dan mereka yang
sedang mengalami serangan asma parah. Dua jenis nebulizer berupa kompresor dan ultrasonic.
Tidak ada kesulitan sama sekali dalam menggunakan nebulizer, karena pasien cukup bernapas
seperti biasa dan kabut obat akan terhirup masuk ke dalam paru-paru. Satu dosis obat akan terhirup
habis tidak lebih dari 10 menit. Contoh produk yang bisa digunakan daengan nebulizer: Bisolvon
solution, Pulmicort respules, Ventolin nebulas.
Anak-anak usia kurang dari 2 tahun membutuhkan masker tambahan untuk dipasangkan ke
nebulizer Untuk memberikan medikasi secara langsung pada saluran napas untuk mengobati
bronkospasme akut, produksi mucus yang berlebihan, batuk dan sesak napas dan epiglottis
Keuntungan nebulizer terapi adalah medikasi dapat diberikan langsung pada tempat/sasaran aksinya
seperti paru-paru sehingga dosis yang diberikan rendah. Dosis yang rendah dapat menurunkan
absorpsi sistemik dan efek samping sistemik. Pengiriman obat melalui nebulizer ke paru-paru
sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat daripada rute lainnya seperti: subkutan/oral. Udara yang
dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat membantu mengeluarkan sekresi bronkus.
Peralatan:
1. Nebulizer dan tube penghubung
2. Cannula oksigen
50
Persiapan:
1. Tempatkan pasien pada posisi tegak/40-90 derajat yang memungkinkan klien ventilasi dan
pergerakan diafragma maksimal
2. Kaji suara napas, pulse rate, status respirasi, saturasi oksigen sebelum medikasi diberikan
3. Kaji heart rate selama pengobatan, jika heart rate meningkat 20x per menit, hentikan terapi
nebulizer, pada pasien hamil, heart fetus harus dikaji
4. Instruksikan pasien untuk mengikuti prosedur dengan benar, lakukan perlahan, napas dalam
dam tahan napas saat inspirasi puncak beberapa saat.
Tahapan prosedur
1. Berikan oksigen suplemen, dengan flow rate disesuaikan menurut kondisi/keadaan pasien,
pulse oxymetri/ hasil AGD. Inhalsi katekolamin dapat merubah ventilasi perfusi paru dan
memperburuk hipoksemia untuk periode singkat
2. Pasang nebulizer dan tube dan masukkan obat ke dalam nebulizer sesuai program (obatobat
bronchodilator ada yang berupa cairan untuk pengobatan hirup, cairan bronchodilator
sebanyak 0,3-0,5 ml.
3. Ditambahkan /dicampur sejumlah normal saline steril sebanyak 1 ml sampai 1,5 ml ke
nebulizer sesuai program
4. Hubungkan nebulizer ke sumber kompresi gas, berikan oksigen 6-8 liter/menit, sesuaikan
flow rate oksigen sampai kabut yang keluar sedikit tipis, jika terlalu kuat arusnya obat dapat
terbuang sia-sia
5. Pandu pasien untuk mengikuti tehnik bernapas yang benar
6. Lanjutkan pengobatan sampai kabut tidak lagi diproduksi
7. Kaji ulang suara napas, pulse rate, saturasi oksigen dan respiratory rate
8. Pemberian mungkin membutuhkan waktu selama 10-15 menit/30-40 menit
9. Komplikasi/efek samping obat berupa nausea, vomit, tremor, bronkospasme, takikardia
10. Masker Masker oksigen menutup hidung dan mulut dengan rapat, merupakan metode yang
paling efektif dalam pemberian oksigen tingkat tinggi dan dipilih pada kondisi perawatan
yang kritis.
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN ANAMNESIS PENYAKIT RESPIRASI
PETUNJUK
Berilah angka 0 dalam kotak penilaian jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan, angka 1 bila
belum memuaskan, dan angka 2 bila sudah memuaskan
PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS
0 1 2
TAHAP I : Komunikasi dokter dengan pasien yang berhubungan dengan gangguan
respirasi
3. Menyapa dan mempekenalkan diri dengan pasien/keluarga
pasien
4. Menempatkanpasien pada posisi ang benar sesuai dengan
kondisinya
TAHAP II : Anamnesis pribadi
2. Menanyakan identitas penderita
TAHAP III : Anamnesis Penyakit
13. Menanyakan keluhan utama pada penderita atau keluarga pasien
:
f. Batuk :
52
g. Sesak napas
h. Batuk darah
i. Nyeri dada
j. Suara napas berbunyi (mengi)
14. Menelusuri/menelaah keluhan penyerta
f. Batuk : onset, waktu (pagi/malam), kering/produktif,warna
dahak,bau,volume
g. Sesak napas : onset, pola
(intermittent /terus-menerus), tingkat keparahan
ringan,sedang,berat),sesak napas (ketika berjalan,
kerja,olahraga, cemas,ketinggian,posisi berbaring)
h. Batuk darah : onset, warna,bercak darah, darah kental
i. Nyeri dada : onset,lokasi, pola, durasi, karakter (tarasa
ditekan,ditusuk), menyebar ke lokasi mana
j. Suara napas berbunyi (mengi)
15. Menanyakan keluhan tambahan pada penderita :
(Demam, Penurunan Berat Badan, Suara serak, Penurunan nafsu
makan)
16. Menelusuri/menelaah Riwayat penyakit terdahulu , Riwayat
pengobatan dan pemakaian obat sekarang, Riwayat alergi obat
17. Menanyakan riwayat penyakit keluarga :
(sma, atopi, Diabetes Melitus, Hipertensi, tumor, Kontak
dengan penderita TB Paru)
18. Menanyakan riwayat merokok
(Sejak kapan, Berapa batang/bungkus per hari,Jenis rokok
(kretek/filter)
19. Menelusuri status sosial-ekonomi
20. Menanyakan konsumsi alkohol : berapa botol per hari
21. Menanyakan riwayat pekerjaan
22. Menuliskan/merangkum data dalam status
23. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan
24. Mengucapkan salam dan terima kasih
NIM:
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI
PETUNJUK
Berilah angka 0 dalam kotak penilaian jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan, angka 1 bila
belum memuaskan, dan angka 2 bila sudah memuaskan
PENILAIAN
NO. LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
1. Memperhatikan pasien saat masuk ruangan periksa, cara berjalan,
penampilan wajah dan penampilan fisik
2. Menyapa pasien dengan ramah, menjabat tangan pasien dan mempersilahkan
duduk
3. Menjelaskan kepada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta
persetujuannya
4. INSPEKSI
Bentuk toraks
Pola pernapasan
Gerakan dinding dada
5. PALPASI
Leher & supraklavikula: meraba kelenjar pada leher, supraklavikulas
kanan dan kiri
Trakea : menentukan posisi trakea
Toraks : memeriksa stem fremitus toraks kiri dibandingkan toraks
kanan dari atas, tengah, hingga bawah
Emfisema subkutis
Identifikasi daerah nyeri/lesi
Menilai tanda-tanda abnormalitas (tumor,abses, peradangan dan
fraktur iga)
6. PERKUSI
Menentukan kondisi perkusi paru
Menentukan batas paru-jantung dan paru-hati
7. AUSKULTASI
Meletakkan stetoskop pada dinding toraks dan melakukan
pemeriksaan paru secara sistematis
Menyebutkan suara napas dan suara napas tambahan bila ditemukan
8. Mencatat hasil pemeriksaan fisik secara baik dan benar
9. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik kepada pasien
10. Mengucapkan terima kasih
NIM:
54
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN MEMBACA FOTO THORAX
PETUNJUK
Berilah angka 0 dalam kotak penilaian jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan, angka 1 bila
belum memuaskan, dan angka 2 bila sudah memuaskan
PENILAIAN
NO. LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
1. Persilahkan pasien duduk di depan dokter, menyiapkan foto dan light box.
2. Lakukan pemeriksaan identitas pasien pada foto:
- nama
- umur
- jenis kelamin dan tanggal pembuatan foto/
3. Lakukan pemeriksaan ada tidaknya marker pada foto (R/L, D/S)
4. Pasang foto di light box dengan pasien berhadapan dengan pemeriksa
5. Tentukan posisi foto (PA, AP, lateral C/L, lateral decubitus R/L)
6. Lakukan penilaian foto apakah memenuhi syarat atau tidak
Inspirasi cukup
Mencakup seluruh lapangan paru
Simetris
Kondisi foto cukup
7. Lakukan pemeriksaan vaskuler parenkim paru, hati, mediastinum dan kedua sinus dan
diafragma
- Apakah ada kelainan/lesi pada paru, pleura diafragma dan mediastinum
- Apakah ada tanda-tanda pendorongan/penarikan terhadap hili,
diafragma, mediastinum dan penyempitan/pelebaran sela iga
- Pada anak-anak, apakah ada pembesaran kelenjar paratrakeal
8. Lakukan pemeriksaan jaringan lunak dan tulang-tulang
9. Buat diagnosa dari gambaran yang ditemukan
10. Usulkan pemeriksaan atau posisi lain yang dibutuhkan, untuk lebih
memperjelas diagnosa
NIM:
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PEWARNAAN ZIEHL-NEELSEN
PETUNJUK
Berilah angka 0 dalam kotak penilaian jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan, angka 1
bila belum memuaskan, dan angka 2 bila sudah memuaskan
PENILAIAN
NO. LANGKAH/KEGIATAN
0 1 2
1. Sediaan yang sudah direkatkan ke atas api bubuhi dengan cukup
banyak carbol fuchsin, kemudian dipanaskan dengan hati-hati di
atas apai sampai tampak uap, jangan sampai mendidih, selama 3
menit.
2. Cuci dengan air suling.
3. Bubuhi dengan alkohol asam sehingga tak ada warna merah dilepas
lagi oleh sediaan.
4. Cuci lagi dengan air suling.
5. Bubuhi metilen biru Loeffler selama 1,5 – 2 menit.
6. Cuci sekali lagi dengan air suling.
7. Keringkan dengan meletakkan miring di atas kertas kering.
NIM: