PENDAHULUAN
Studi dari literatur anestesiologi bahwa 1 dari 10.000 pasien memiliki jalan
napas sulit yang tidak dapat diprediksi, dan data dari IGD menunjukkan bahwa
1% dari pasienakan memiliki jalan napas yang gagal yaitu pasien yang tidak dapat
diintubasi dalam tiga kali percobaan oleh operator yang terampil. Penting untuk
manajemen jalan napas, dan paling baik dilakukan secara tertib, cara yang
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Difficult airway (Kesulitan Jalan Napas): Menurut ASA adalah adanya faktor-
faktor klinis yang menyulitkan baik ventilasi dengan masker atau intubasi yang
dari ahli anestesi yang berpengalaman untuk menjaga SO2 > 90 % saat ventilasi
bahwa tingkat saturasi oksigen pra ventilasi masih dalam batas normal.
Beard
Snoring
Edentulous
2
Prediksi Score = Mendekati positf 5 (+5) maka kemungkinan adanya Difficult
kali usaha intubasi atau usaha intubasi yang terakhir > 10 menit.
a. Mallampati
M = Mallampati
posterior.
3
M = Measurements 3-3-2-1 or 1-2-3-3 Fingers
2 - Fingers between the thyroid notch and the floor of the mandible
d. Malformation of the Skull (S), Teeth (T), Obstruction (O), Pathology (P)
STOP
mandibula)
4
P = Pathologi (kraniofacial abnormal & Syndromes: Treacher
intubasi
Kegagalan intubasi
Pemeriksaan fisik
Ciri-ciri anatomi tertentu (ciri-ciri fisik dari kepala dan leher) dan
5
Evaluasi tambahan
1. Laryngoscope bila kaku dengan beberapa alternatif desain dan ukuran dari
lubang tengah untuk jet ventilasi, senter panjang, dan mangil tang
tube.
dan combitube.
cricothyrotomy).
6
2.7 Strategi Intubasi pada Kesulitan Jalan Napas
1. Intubasi sadar,
Pada tahun 1993, ASA’s Task Force pada jalan nafas sulit pertama kali
menerbitkan algoritma yang menjadi pokok manajemen jalan nafas untuk klinisi.
Algoritma ini diterbitkan lagi pada tahun 2003. Perubahan paling dramatis pada
7
“ASA Difficult Airway Algorithm (ASA-DAA)” yaitu penempatan LMA dari
jalur emergensi menjadi rutin. ASA mengartikan “difficult airway” sebagai situasi
ventilasi masker atau keduanya. Berdasarkan data yang ada, insidens kegagalan
jalan nafas bagi perawat anestesi, dokter gawat darurat dan tenaga diluar rumah
manajemen pada kesulitan jalan nafas: “ Kesulitan jalan nafas mewakili interaksi
yang kompleks antara factor pasien, keadaan klinis dan ketrampilan personel.”
terdapat beberapa pertentangan sepert metode dan indeks nilai yang dievaluasi,
klinisi harus menggunakan seluruh data yang ada dan pengalaman klinis sendiri
untuk mencapai penilaian umum sebagai kesulitan jalan nafas pasien dalam hal
toleransi apnu.
pada satu dari dua poin dasar : A-“awake intubation”, atau B- usaha intubasi
setelah induksi anestesi umum. Ini menyoroti penamaan yang salah tidak hanya
untuk kesulitan jalan nafas, tapi relevan terhadap seluruh keadaan dimana jalan
8
kebanyakan intubasi trakea ( dan dapat diterapkan untuk masker wajah-dan SGA-
sedangkan
kotak B untuk situasi dimana kesulitan jalan nafas tidak diantisipasi. Keputusan
algoritme pendekatan jalan nafas (AAA). Pilihan cabang seperti pernyataan yang
9
ketrampilan dan pengalaman klinisi. Rincian AAA dapat ditemukan ditempat lain
harus dipertimbangkan
laringoskopi langsung, LMA, dll)bila sesuai klinis. Ini adalah esensi dari
kotak B ASA-DAA.
suatu alasan fisik bahwa ventilasi SGA (dengan facemask, LMA, atau alat
yang lain) akan sulit, suatu titik “tidak dapat diintubasi/tidak dapat
ini sulit dijawab dan sangat sangat tergantung pada ketrampilan dan
10
ditentukan kemampuannya untuk mentoleransi periode apnu. Faktor
demam), dan pilihan obat induksi akan mempengaruhi ini. Faktor ini telah
penerapan klinis AAA, jalur algoritme ini akan diikuti skenaro klinis pada
Pengecualian terhadap AAA yaitu pasien yang tidak dapat bekerjasama karena
Pasien ini mungkin masih memasuki kotak A, tetapi intubasi “awake” mungkin
induksi inhalasi)
dan kesabaran. Jika intubasi “awake” gagal, klinisi memiliki sejumlah pilihan.
regional, atau, jika situasi membutuhkan, jalan nafas bedah (mis, trakeostomi)
dapat diilih.
telah dinilai atau terbukti sulit untuk ditangani harus dipertimbangkan dalam hal
resiko dan benefit (table 22-15). ASA-DAA benar-benar berguna pada jalan nafas
sulit yang tidak diantisipasi (kotak B, tidak dapat diintubasi dengan laringoskopi
11
langsung setelah induksi anestesi). Jika obat induksi (dengan atau tanpa pelemas
otot) telah diberikan dan jalan nafas tidak dapat dikendalikan, keputusan
manajemen vital vital harus dibuat secara cepat. Secara tipikal, klinisi telah
yang berhasil atau gagal (kecuali induksi cepat sedang dilakukan). Bahkan jika
saturasi oksigen pasien tetap adequate dengan usaha ini, jumlah usaha
dapat berubah teknik ke yang paling nyaman dan/atau cocok untuk melakukan
intubasi jika dibutuhkan. Ini dapat termasuk, tapi tidak dibatasi, oral “blind” atau
LMA-Fastrach, bougie, lighted stylet, atau retrograde wire; atau jalan nafas bedah.
(Paling luas diterapkan pada prosedur ini, juga teknik baru, didiskusikan di
skenario klinis pada bagian selanjutnya bab ini). Jika ventilasi masker gagal,
trakea dapat digunakan, jika dibutuhkan (mis, mungkin ventilasi LMA adekuat
12
Pada suatu waktu, keputusan untuk membangunkan pasien sebaiknya
berdasar pada lebbih dari 12 tahun penggunaan klinis di Amerika (dan lebih dari
pada kegagalan ini: sudut oral-faring akut, sumbatan pada level hipofaring,
LMA pada jala nafas gagal telah dilaporkan. Walau studi control jarang, Parmer
subglotis iatrogenic) terjadi pada periode 2 tahun pada satu ruma sakit
Kata “jalan napas” (atau airway, dalam bahasa Inggris), mengarah kepada
saluran pernapasan atas, yang terdiri dari rongga hidung dan rongga mulut,
faring, laring, trakhea dan brokus. Jalan napas pada manusia merupakan suatu
saluran udara yang sangat penting dan saling berhubungan. Karena jalan
secara anatomis dan fungsional untuk melindungi jalan napas sublaringeal agar
13
pertumbuhan dan perkembangan saluran pernapasan atas sangat kompleks selama
masa neonatal dan anak-nak, dan berjalan sesuai dengan ukuran dan bentuk, dan
hal ini disesuaikan lagi dengan ukuran tulang servikal. Hal ini serupa dengan
sistem lainnya dalam tubuh, pertumbuhan dan perkembangan saluran napas atas
dipengaruhi oleh genetik, nutrisi dan hormonal. Tabel berikut ini menunjukan
14
DAFTAR PUSTAKA
Daniella, Dian. 2017. Penangan Jalan Napas Sulit Pada Neonates. Jakarta: Fakultas
Sood, J. (2005), Laryngeal Mask Airway and its Variant , Indian Journal of Anesthesia.
15