Anda di halaman 1dari 10

CASE METHODE 1

HAJARUL ASWAT

2012101010021

TERAPI OKSIGEN

Tanda-tanda Pernafasan Tidak Adekuat

Gangguan dalam oksigenasi berpotensi mempengaruhi semua sistem tubuh. Hal ini karena
sistem tubuh terdiri dari sel-sel yang bergantung pada oksigen untuk melakukan tugasnya.
Tanda-tanda pasti yang menunjukkan bahwa seorang pasien mempunyai masalah dengan
oksigenasi (Bennita W. Vaughans (2013) di antaranya:

a. Cemas, bingung, disorientasi

b. Perubahan tanda-tanda vital

c. Nafas pendek

d. Sianosis

e. Retraksi dinding dada

f. Suara napas abnormal

g. Batuk

h. Cairan dalam paru-paru dan meningkatnya produksi sputum

i. Sakit dada (disebabkan pernapasan atau jantung)

j. Desir jantung abnormal

k. Jari-jari dan tumit kesemutan (dengan kekurangan oksigen kronis)

l. Isi ulang kapiler >3 detik

m. Edema atau bengkak

n. Perubahan warna kulit gelap dan ulser (kekurangan oksigen pada jaringan periferal).
Pengkajian

Focused physical assessment

 Laju pernapasan selama 1 menit (kisaran normal, 10-20 napas/menit).


 Tanda-tanda ketidaknyamanan atau kesusahan yang jelas.
 Ketidakmampuan untuk berbaring atau batuk karena gangguan pernapasan.
 Ketidakmampuan untuk menyelesaikan kalimat lengkap.

Focused physical Assesment


Normal Abnormal
Inspeksi Merah muda,membrane Pucat atau sianosis’
lembab Selaput lender kering : ada
Simestris darah dalam sputum, purulen
Pola pernafasan trakea garis Asimetris pernafasan
tengah Dipsnea/takipnea
Penggunaan otot aksesori
Jaringan parut Deviasi trakea,
luka di dada
Palpasi Ekspansi dada bilateral Unilateral dan/ berkurang
ekspansi dada
Fremitus
Nyeri tekan di dada
Perkusi Timpani dan resonan di Hiper-reonan pada beberapa
semua lapang paru lapang paru
Auskultasi Jalan nafas paten Stridor
Bunyi nafas normal Bunyi nafas abnormal seperti
mengi,ronkhi
Suara nafas berkurang

Pulse Oximetry
Adalah alat pengukuran saturasi oksigen dalam darah arteri (SpO2,) non-invasif
secara terus-menerus. Oksimetri nadi digunakan untuk menilai hipoksemia, untuk
mendeteksi variasi dari baseline oksigenasi pasien (misalnya karena prosedur atau
tingkat aktivitas), dan untuk mendukung penggunaan terapi oksigen.

Metode
Sebuah probe ditempatkan di atas jari, daun telinga, pipi, atau pangkal hidung.
Memancarkan cahaya pada dua panjang gelombang tertentu-merah dan inframerah.
Cahaya melewati jaringan dan dirasakan oleh photodetector di dasar probe. Sebagian
besar cahaya yang dipancarkan diserap oleh kulit (termasuk pigmen), tulang, jaringan
ikat, dan pembuluh vena (pengukuran dasar). Jumlah ini konstan, sehingga satu-
satunya fluktuasi yang relevan disebabkan oleh peningkatan aliran darah selama
sistolik. Puncak dan palung penyerapan pulsatil dan dasar untuk setiap panjang
gelombang terdeteksi dan rasio masing-masing dibandingkan. Ini memberikan rasio
oksihemoglobin terhadap hemoglobin total (yaitu saturasi). Kandungan oksigen
terlarut dalam plasma 3% dan yang terikat hemoglobin 97%. Oksimetri nadi
mengukur kandungan oksigen yang terikat pada hemoglobin, bukan kandungan
oksigen terlarut dalam darah. Akibatnya pasien anemia mungkin masih memiliki
saturasi oksigen 100%. Itu juga tidak mengidentifikasi apakah pasien keracunan
oksigen pernapasan, atau retensi karbon dioksida.

Terapi Oksigen
Oksigen merupakan substrat yang penting bagi makhluk hidup (Rogayah &
Rasmin, 2010). Oksigen dibutuhkan oleh tubuh untuk menghasilkan energi.
Kekurangan oksigen dalam darah disebut dengan hipoksemia (West, 2013). Keadaan
hipoksemia yang berkelanjutan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan yang dapat
berakhir dengan kematian jaringan (West, 2013). Oksigen merupakan suatu obat.
Selayaknya obat, oksigen memiliki dosis tertentu dan efek samping (Rogayah &
Rasmin, 2010). Jika oksigen tidak diberikan dengan dosis yang adekuat, maka akan
terjadi ketidak seimbangan kebutuhan dan asupan yang berimbas pada hipoksi
jaringan, dan kerusakan organ.
Terapi oksigen adalah tindakan yang digunakan untuk mengatasi hipoksia
jaringan. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan pasokan oksigen dan
mengurangi kerja napas. Pada dasarnya, terapi oksigen digunakan untuk membuat
keseimbangan antara pasokan oksigen dan kebutuhan oksigen.
Tujuan Terapi Oksigen

Alimul & Uliyah (2005) menyatakan bahwa tujuan pemberian terapi oksigen meliputi:

1). Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien,

2). Mencegah terjadinya hipoksia,

3). Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard,

4). Serta Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah.

Proses respirasi merupakan proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui kerjasama
dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis. Oksigen diatmosfir mengandung
konsentrasi sebesar 20,9% atau 21% dan merupakan kebutuhan normal tubuh terhadap
oksigen. Kondisi tubuh berespon seperti sesak (dypsnoe), sianosis, hasil analisa gas darah
menunjukkan gangguan maka tubuh perlu terapi oksigen. Terapi oksigen paling sederhana
menggunakan kanul nasal, pemberian. 1 liter/menit mengandung konsentrasi 24 % dan setiap
kenaikan 1 liter/menit maka konsentrasi naik 4% (Potter & Perry, 2010).

Indikasi Pemberian Terapi Oksigen

1. Tarwoto & Wartonah (2010) bahwa terapi oksigen efektif diberikan pasien yang
mengalami perubahan pola nafas seperti sesak.

2. Potter & Perry (2010) bahwa indikasi pemberian terapi oksigen terutama dengan nasal
kanul efektif diberikan pada pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma,
PPOK, atau penyakit paru yang lain. Penyakit asma,emfisema dan PPOK dimana paru-paru
tidak mampu mengeluarkan karbondioksida secara adekuat sehingga membuat sesak nafas.

3. Tarwoto & Wartonah (2010) bahwa terapi oksigen efektif diberikan pasien yang
mengalami gangguan jantung. Pasien dengan gangguan jantung curah jantung atau cardiac
output menurun sehingga volume darah terpompa menurun sehingga hemoglobin yang
mengikat oksigen juga menurun,akibatnya pasien sesak nafas.
Pembagian Pemberian Terapi Oksigen

Pemberian 02 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan 02 tetapi
masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal
500 ml dengan kecepatan pernafasan 16- 20 kali permenit. Contoh system aliran rendah ini
adalah:

A. Sistem Aliran Rendah Konsentrasi Rendah

a) Kateter nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu dengan
aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

• Keuntungan

Pemberian O2 stabil, pasien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman
serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap

• Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, teknik memasuk
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lender nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri

sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter


mudah tersumbat.

b) Kanula nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1–
6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal (24 – 44 %). Digunakan ketika
pasien membutuhkan kosentrasi O2 aliran rendah sampai sedang. Menghasilkan laju aliran 6
L/mnt atau kurang (Curtis & Ramsden, 2016)
• Keuntungan

Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernapasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, pasien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir pasien dan nyaman.

• Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila
pasien bernapas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi
selaput lender. Jika aliran oksigen O2 diberikan diatas 6 L/menit, ada kemungkinan pasien
menelan udara dan mukosa
faring serta nassal menjadi
teriritasi. Selain itu, FiO2
tidak meningkat

B. Sistem Aliran Rendah Konsentrasi Tinggi

a) Simple Mask

Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 6 – 10 L/mnt dengan


konsentrasi O2 40 – 60%. Desain bertindak sebagai reservoir oksigen. Lubang di topeng
memungkinkan masuknya udara ruangan CO, terakumulasi dalam masker, sehingga laju
aliran oksigen minimal 5 L/menit diperlukan untuk menyiram CO, keluar dari topeng (Curtis
& Ramsden, 2016)

• Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.

• Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.

b) Rebreathing Mask

Suatu teknik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8
– 12 L/mnt

• Keuntungan

Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan


selaput lendir

• Kerugian

Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.

c) Non- Rebreathing Mask

Merupakan teknik pemberian O2 dengan konsentrasi O2 tertinggi selain intubasi atau


ventilasi mekanis yaitu mencapai 80 - 100% dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi. Dengan menggunakan masker ini, pasien
hanya bernapas dengan gas yang bersumber dari kantong. Katup satu arah pada kantung dan
di antara kantung reservoir dan masker mencegah udara ruangan dan udara yang
diekshalasikan pasien masuk ke kantong. Untuk mencegah bertambahnya CO2, kantong
nonrebreather tidak boleh mengempis seluruhnya selama inspirasi. Bila hal ini terjadi,
perawat dapat mengatasinya dengan meningkatkan aliran O2.
• Keuntungan

Konsentrasi O2 (FiO2) yang diperoleh >80% dan dapat mencapai 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.

• Kerugian

Kantong O2 bisa terlipat.

Masker non rebreathing digunakan pada kondisi hipoksia berat untuk menghantarkan
oksigen dengan konsentrasi tinggi

C. Sistem Aliran Tinggi Konsentrasi Rendah

a) Ventury Mask

Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke
sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan
negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
Aliran udara pada alat ini sekitar 2 – 15 L/mnt dengan konsentrasi 24 – 60%.

• Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola napas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol
serta tidak terjadi penumpukan CO2

• Kerugian

Kerugian sistem ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain
pada aliran rendah
Referensi :

Singer, M., & Webb, A. (2009). Oxford handbook of critical care. Oxford University Press.

Zuliani, Z., Rajin, M., Damayanti, D., Sinaga, R. R., Megasari, A. L., Nurdiansyah, T. E., ...
& Putri, N. R. (2022). Keperawatan Kritis. Yayasan Kita Menulis.

Ikha Yulia Widayanti, I. (2020). Studi Literatur: Faktor Yang Mempengaruhi Saturasi


Oksigen Pada Pasien Kritis (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma Husada
Surakarta).

Arifin, F. N., & Wiriansya, E. P. (2022). Terapi Oksigen di Rumah. Wal'afiat Hospital


Journal, 3(2), 172-189.
Hidayat, M., Fathana, P. B., Ramadhona, D., & Affarah, W. S. (2021). Pelatihan Terapi
Oksigen Pada Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Universitas
Mataram. Jurnal Abdi Insani, 8(3), 337-341.

Pamungkas, P. N., Istiningtyas, A., & Wulandari, I. S. (2015). Manajemen terapi oksigen
oleh perawat di ruang instalasi gawat darurat RSUD Karanganyar. Jurnal Keperawatan,
hlm, 3.

Anda mungkin juga menyukai