HAJARUL ASWAT
2012101010021
TERAPI OKSIGEN
Gangguan dalam oksigenasi berpotensi mempengaruhi semua sistem tubuh. Hal ini karena
sistem tubuh terdiri dari sel-sel yang bergantung pada oksigen untuk melakukan tugasnya.
Tanda-tanda pasti yang menunjukkan bahwa seorang pasien mempunyai masalah dengan
oksigenasi (Bennita W. Vaughans (2013) di antaranya:
c. Nafas pendek
d. Sianosis
g. Batuk
n. Perubahan warna kulit gelap dan ulser (kekurangan oksigen pada jaringan periferal).
Pengkajian
Pulse Oximetry
Adalah alat pengukuran saturasi oksigen dalam darah arteri (SpO2,) non-invasif
secara terus-menerus. Oksimetri nadi digunakan untuk menilai hipoksemia, untuk
mendeteksi variasi dari baseline oksigenasi pasien (misalnya karena prosedur atau
tingkat aktivitas), dan untuk mendukung penggunaan terapi oksigen.
Metode
Sebuah probe ditempatkan di atas jari, daun telinga, pipi, atau pangkal hidung.
Memancarkan cahaya pada dua panjang gelombang tertentu-merah dan inframerah.
Cahaya melewati jaringan dan dirasakan oleh photodetector di dasar probe. Sebagian
besar cahaya yang dipancarkan diserap oleh kulit (termasuk pigmen), tulang, jaringan
ikat, dan pembuluh vena (pengukuran dasar). Jumlah ini konstan, sehingga satu-
satunya fluktuasi yang relevan disebabkan oleh peningkatan aliran darah selama
sistolik. Puncak dan palung penyerapan pulsatil dan dasar untuk setiap panjang
gelombang terdeteksi dan rasio masing-masing dibandingkan. Ini memberikan rasio
oksihemoglobin terhadap hemoglobin total (yaitu saturasi). Kandungan oksigen
terlarut dalam plasma 3% dan yang terikat hemoglobin 97%. Oksimetri nadi
mengukur kandungan oksigen yang terikat pada hemoglobin, bukan kandungan
oksigen terlarut dalam darah. Akibatnya pasien anemia mungkin masih memiliki
saturasi oksigen 100%. Itu juga tidak mengidentifikasi apakah pasien keracunan
oksigen pernapasan, atau retensi karbon dioksida.
Terapi Oksigen
Oksigen merupakan substrat yang penting bagi makhluk hidup (Rogayah &
Rasmin, 2010). Oksigen dibutuhkan oleh tubuh untuk menghasilkan energi.
Kekurangan oksigen dalam darah disebut dengan hipoksemia (West, 2013). Keadaan
hipoksemia yang berkelanjutan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan yang dapat
berakhir dengan kematian jaringan (West, 2013). Oksigen merupakan suatu obat.
Selayaknya obat, oksigen memiliki dosis tertentu dan efek samping (Rogayah &
Rasmin, 2010). Jika oksigen tidak diberikan dengan dosis yang adekuat, maka akan
terjadi ketidak seimbangan kebutuhan dan asupan yang berimbas pada hipoksi
jaringan, dan kerusakan organ.
Terapi oksigen adalah tindakan yang digunakan untuk mengatasi hipoksia
jaringan. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan pasokan oksigen dan
mengurangi kerja napas. Pada dasarnya, terapi oksigen digunakan untuk membuat
keseimbangan antara pasokan oksigen dan kebutuhan oksigen.
Tujuan Terapi Oksigen
Alimul & Uliyah (2005) menyatakan bahwa tujuan pemberian terapi oksigen meliputi:
4). Serta Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah.
Proses respirasi merupakan proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui kerjasama
dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis. Oksigen diatmosfir mengandung
konsentrasi sebesar 20,9% atau 21% dan merupakan kebutuhan normal tubuh terhadap
oksigen. Kondisi tubuh berespon seperti sesak (dypsnoe), sianosis, hasil analisa gas darah
menunjukkan gangguan maka tubuh perlu terapi oksigen. Terapi oksigen paling sederhana
menggunakan kanul nasal, pemberian. 1 liter/menit mengandung konsentrasi 24 % dan setiap
kenaikan 1 liter/menit maka konsentrasi naik 4% (Potter & Perry, 2010).
1. Tarwoto & Wartonah (2010) bahwa terapi oksigen efektif diberikan pasien yang
mengalami perubahan pola nafas seperti sesak.
2. Potter & Perry (2010) bahwa indikasi pemberian terapi oksigen terutama dengan nasal
kanul efektif diberikan pada pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma,
PPOK, atau penyakit paru yang lain. Penyakit asma,emfisema dan PPOK dimana paru-paru
tidak mampu mengeluarkan karbondioksida secara adekuat sehingga membuat sesak nafas.
3. Tarwoto & Wartonah (2010) bahwa terapi oksigen efektif diberikan pasien yang
mengalami gangguan jantung. Pasien dengan gangguan jantung curah jantung atau cardiac
output menurun sehingga volume darah terpompa menurun sehingga hemoglobin yang
mengikat oksigen juga menurun,akibatnya pasien sesak nafas.
Pembagian Pemberian Terapi Oksigen
Pemberian 02 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan 02 tetapi
masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal
500 ml dengan kecepatan pernafasan 16- 20 kali permenit. Contoh system aliran rendah ini
adalah:
a) Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu dengan
aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
• Keuntungan
Pemberian O2 stabil, pasien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman
serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap
• Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, teknik memasuk
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lender nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri
b) Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1–
6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal (24 – 44 %). Digunakan ketika
pasien membutuhkan kosentrasi O2 aliran rendah sampai sedang. Menghasilkan laju aliran 6
L/mnt atau kurang (Curtis & Ramsden, 2016)
• Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernapasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, pasien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir pasien dan nyaman.
• Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila
pasien bernapas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi
selaput lender. Jika aliran oksigen O2 diberikan diatas 6 L/menit, ada kemungkinan pasien
menelan udara dan mukosa
faring serta nassal menjadi
teriritasi. Selain itu, FiO2
tidak meningkat
a) Simple Mask
• Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.
• Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
b) Rebreathing Mask
Suatu teknik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8
– 12 L/mnt
• Keuntungan
• Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
Konsentrasi O2 (FiO2) yang diperoleh >80% dan dapat mencapai 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
• Kerugian
Masker non rebreathing digunakan pada kondisi hipoksia berat untuk menghantarkan
oksigen dengan konsentrasi tinggi
a) Ventury Mask
Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke
sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan
negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
Aliran udara pada alat ini sekitar 2 – 15 L/mnt dengan konsentrasi 24 – 60%.
• Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola napas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol
serta tidak terjadi penumpukan CO2
• Kerugian
Kerugian sistem ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain
pada aliran rendah
Referensi :
Singer, M., & Webb, A. (2009). Oxford handbook of critical care. Oxford University Press.
Zuliani, Z., Rajin, M., Damayanti, D., Sinaga, R. R., Megasari, A. L., Nurdiansyah, T. E., ...
& Putri, N. R. (2022). Keperawatan Kritis. Yayasan Kita Menulis.
Pamungkas, P. N., Istiningtyas, A., & Wulandari, I. S. (2015). Manajemen terapi oksigen
oleh perawat di ruang instalasi gawat darurat RSUD Karanganyar. Jurnal Keperawatan,
hlm, 3.