Anda di halaman 1dari 84

TERAPI

OKSIGEN
Kelompok 3:

PADA ANAK Eka Putri Kurnia


Della Sri Resky
PRESEPTOR: Fira Wahyuni
Dr. dr. Mayetti, Sp.A (K) Nesa Chairani
M. Amirul Ihsan Saputra
Rezi Oktaviani
BAB 1
PENDAHULUA
N
Latar Belakang

Kematian anak
Oksigen  Jaringan
> 5,9 juta anak/tahun

95% kematian ↓
Di Negara Berkembang kehidupan

Ventilasi Difusi Perfusi

TERAPI
OKSIGEN
Terapi oksigen  Instruksi yang diberikan : ↑ tekanan O2 alveolar
pemberian oksigen dengan kecepatan aliran, cara ↓ usaha nafas 
konsentrasi > konsentrasi pemberian, lamanya mempertahankan
oksigen di udara (21%)  pemberian, dan pemantauan tekanan O2 alveolar
mengatasi / mencegah efek terapi. ↓ kerja miokardium 
gejala dan manifestasi mempertahankan
hipoksia tekanan O2 arteri
↑ tekanan O2 alveolar Efek toksik keracunan oksigen
↓ usaha nafas  mempertahankan yang terjadi sekitar 5%, efek toksik
tekanan O2 alveolar terhadap sistem saraf pusat
↓ kerja miokardium  sebesar 2% dengan kejadian kejang
mempertahankan tekanan O2 arteri sebesar 0,6%.
RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENULISAN
Bagaimana cara pemberian terapi Mengetahui dan memahami cara
oksigen pada anak? pemberian terapi oksigen pada
anak.
TUJUAN KHUSUS

Definisi Terapi Indikasi Tujuan Jenis


Oksigen

Teknik Pemberian Menghitung Fraksi Efek toksik Cara penghentian


Oksigen
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
Sistem Pernapasan
Anatomi Pernapasan
Fisiologi Pernapasan
● Ventilasi
Ventilasi merupakan masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli
paru. Pergerakan udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
1. Tekanan pleura ; -5 cm H2O sampai -7,5 cm H2O
2. Tekanan alveolusi ; -1 cm H2O
3. Tekanan transpulmonal ; tekanan daya lenting paru
Fisiologi kendali
persarafan pada
pernafasan
Gas-gas dalam udara pernapasan
Volume udara pernapasan
Proses pertukaran O2 dan CO2
Definisi

● Terapi oksigen  pemberian oksigen dengan konsentrasi lebih besar dari


konsentrasi oksigen di udara (21%) untuk mengatasi atau mencegah gejala
dan manifestasi hipoksia jaringan, serta mempertahankan oksigenasi
jaringan agar tetap adekuat.

● Dalam penggunaannya sebagai modalitas terapi, oksigen dikemas dalam


tabung bertekanan tinggi dalam bentuk gas, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa dan tidak mudah terbakar.
Indikasi terapi oksigen
● Pasien dewasa, anak-anak, dan bayi (usia diatas 1 bulan) dengan saturasi
oksigen kurang dari 90% saat pasien beristirahat dan bernapas dengan udara
ruangan.
● Pada neonatus dengan saturasi kurang dari 88% atau nilai tekanan parsial
oksigen kurang dari 50 mmHg.
● Pada pasien dengan kecurigaan klinis hipoksia.
Indikasi terapi oksigen
● Pasien dengan infark miokard, edema paru, cidera paru akut, ARDS, fibrosis
paru, keracunan sianida atau inhalasi gas karbon monoksida
● Peningkatan kebutuhan jaringan terhadap oksigen, seperti pada luka bakar,
trauma ganda, infeksi berat, penyakit keganasan, kejang demam.
● Pasca anesthesia umum.
Selain dengan pulse oxymetri dapat juga menilai manifestasi klinis sebagai
pedoman untuk memberikan terapi oksigen. Pada anak dapat ditemukan tanda-
tanda hipoksemia sebagai berikut :
● Sianosis sentral
● Napas cuping hidung
● Tidak mampu minum atau menyusui
● Mengerang atau merintih setiap bernafas
● Penurunan status mental (seperti mengantuk, letargi)
Beberapa anak juga ditemukan tanda-tanda yang tidak spesifik yang
mungkin juga mengarah pada hipoksemia :
● Retraksi dinding dada
● Laju nafas lebih atau sama dengan 70 kali per menit
● Head nodding, yaitu gerakan kepala mengangguk yang sinkron dengan
pernapasan.
Indikasi terapi oksigen
Tujuan Terapi Oksigen

Mengatasi Hipoksia dan Menurunkan Usaha Mengurangi Kerja


Hipoksemia Nafas MIokardium
Hipoksia Hipoksemia

Hipoksia merupakan suatu kondisi Sedangkan hipoksemia merupakan


dimana jumlah oksigen yang tekanan parsial O2 (PaO2) kurang
tersedia untuk sel tidak cukup untuk dari rentang normal sesuai usia.
memenuhi kebutuhan metabolism.
Cara Kerja Terapi Oksigen

Transportasi
Kaskade Oksigen
Oksigen

Pertukaran Gas Difusi Normal


Oksigen Oksigen
Difusi gas pada
sistem sirkulasi
Faktor Patologis yang mempengaruhi
pertukaran gas

• Aliran oksigen ke paru-paru (hipoventilasi dan hiperventilasi)


• Aliran darah ke paru-paru (vasokontriksi dan trombosis)
• Kesesuaian aliran darah dan aliran gas ke paru-paru
• Ketidaksesuaian ventilasi paru (pneumothorax), penurunan curah jantung
• Kandungan sel darah (SaO2 dan PaO2)
• Gradien tekanan untuk difusi O2
• Ketebalan membran alveolus-kapiler
• Ketebalan mikrovaskular pada jaringan
Jenis Terapi Oksigen
Sistem pemberian oksigen dibagi menjadi 2:

a. Sistem aliran rendah (low flow)

b. Sistem aliran tinggi (high flow)


ALAT TERAPI OKSIGEN (O2) ARUS RENDAH

1. Nasal kanul
Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan
aliran 1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen (Fi-O2) antara 24-44%.Nasal
kanul tidak dapat digunakan pada pasien dengan obstruksi nasal.
● Indikasi
Pasien tanpa atau dengan distres pernapasan ringan, dan
penggunaan terapi oksigen jangka panjang.

● Kontraindikasi
Pasien dengan sumbatan hidung (sehingga pasien bernapas
dengan mulut), dan pasien dengan usaha napas yang berat,
apneu, dan hipoksia berat.
1. Nasal kateter
Nasal kateter mirip dengan nasal kanul di mana sama-sama
memiliki sifat yang sederhana, mudah serta Fraksi oksigen (FiO2)
yang dihasilkan sama.
- Pasien anak mengunakan kateter nomor 8-10 F
- Wanita nomor 10-12 F
- Pria kateter nomor 12-14 F.
2. Simple Mask
Simple mask mampu menyediakan fraksi oksigen (FiO2) sekitar 40-60%
dengan aliran sekitar 5-10 liter/ menit. Simple mask diguakan untuk pasien
yang membutuhkan fraksi oksigen (FiO2) yang lebih tinggi daripada nasal
kanul ataupun nasal kateter dalam jangka waktu yang singkat, seperti terapi
oksigen pada unit perawatan pasca anestesi.
3. Reservoir Mask

Terdiri ari 2 jenis, yaitu sungkup muka partial rebreathing dan sungkup muka
nonrebreathing. Perbedaannya adanya katup pada tubuh sungkup dan di antara
sungkup dan kantong penampung (nonrebreathing).
Reservoir mask dapat mengantarkan oksigen sebanyak 10-15 liter/ menit
dengan FiO2 sebesar 80-85% pada sungkup muka partial rebreathing bahkan
hingga 100% pada sungkup muka nonrebreathing.
● Indikasi
Pada kebutuhan oksigen sedang, distress pernapasan ringan-sedang, dan
penggunaan jangka pendek.

● Kontraindikasi
Pada kondisi usaha napas yang lemah atau apneu. Pada hipoksia berat,
dianjurkan penggunaan non-rebreathing mask. 
●Keuntungan
kemudahan dan harganya yang murah, dan dapat memberikan aliran
oksigen sedang (lebih besar dari nasal kanul). Dapat digunakan pada
pasien dengan sumbatan hidung.
● Kerugiannya

Segi kenyamanannya (menutupi hidung dan mulut, dan membutuhkan


pemasangan yang ketat untuk mengurangi kebocoran), sehingga
penggunaan jangka panjang sering kali tidak ditoleransi anak kecil. Selain
itu, ada resiko aspirasi bila pasien muntah saat menggunakan masker
sederhana.
ALAT TERAPI OKSIGEN (O2) Aliran Tinggi

1. Sungkup venturi
Sungkup venturi merupakan alat terapi oksigen dengan prinsip jet
mixing yang dapat memberikan fraksi oksigen (FiO2) sesuai dengan yang
dikehendaki. Alat venturi dapat dipergunakan dengan sungkup, nebulizer,
trakeostomi, tents dan hoods.
2. Nasal Kanul High Flow
Nasal kanul high flow merupakan terapi ventilasi non-invasif yang
relatif baru yang dapat ditoleransi pada anak-anak. Rata-rata
tekanan oksigen yang diberikan dengan alat ini adalah 2-8 cmH2O.
3. CPAP
Jenis tekanan jalan napas positif, aliran udara dimasukkan ke dalam saluran
udara untuk mempertahankan tekanan terus menerus agar saluran udara terbuka
secara konstan, pada orang yang bernapas secara spontan. CPAP adalah cara
memberikan PEEP tetapi juga mempertahankan tekanan yang disetel sepanjang
siklus pernapasan, baik selama inspirasi maupun ekspirasi
Sistem CPAP terdiri dari 3 komponen:
● Sebuah sirkuit yang mengalirkan gas terus menerus, untuk diisap.
● Sebuah alat untuk menghubungkan sirkuit ke saluran nafas neonatus.
● Sebuah alat untuk menghasilkan tekanan positif pada alat sirkuit
Indikasi CPAP:
● Frekuansi nafas > 60 kali permenit
● Merintih ( Grunting) dalam derajat sedang sampai parah
● Retraksi nafas
● Saturasi oksigen < 93% (preduktal)
● Kebutuhan oksigen > 60%
● Sering mengalami apneu
Kontraindikasi CPAP:
● Bayi dengan gagal nafas, dan memenuhi kriteria untuk mendapatkan ventilator
● Respirasi yang irreguler
● Adanya anomali kongenital
● Hernia diafragmatika
● Atresia choana
● Fistula tracheo-oeshophageal
● Gastroschisis
● Pneumothorax tanpa chest drain
● Trauma pada nasal, yang dapat memburuk dengan pemasangan nasal prong
● Instabilitas cardiovaskuler, yang akan lebih baik apabila mendapatkan ventilator
● Bayi yang lahir besar, yang biasanya tidak dapat mentoleransi penggunaan CPAP
Komplikasi CPAP:
● Cedera pada hidung
● Pneumothorak
● Impedasi aliran darah paru
● Distensi abdomen
4. Ventilasi mekanik (Ventilator)
upaya bantuan napas dengan alat bantu napas mekanik atau ventilator sebagai
alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan atau kegagalan.
Ventilasi mekanik ini diaplikasikan dengan alat khusus yang dapat mendukung
fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi melalui penggunaan gas dengan
konten tinggi oksigen dan tekanan positif.
Indikasi penggunaan ventilator mekanik sangat luas, meliputi penyebab primer
gangguan sistem pernapasan hingga indikasi lain di luar gangguan saluran
pernapasan.
a. Masalah Sistem Saraf
b. Masalah Sistem Pernafasan dan Jalan Nafas
c. Lain-lain
Menyapih (Weaning) Ventilator: menurunkan tunjangan ventilator secara bertahap bila
kondisi pasien memungkinkan.
Tujuannya: untuk menurunkan lama penggunaan ventilator
Kriteria penyapihan ventilator:
● Perbaikan kesadaran
● Refleks batuk positif
● Nafas spontan adekuat sesuai usia
● Hemodinamik stabil tanpa topangan vasoaktif atau topangan vasoaktif
minimal
● Tunjangan ventilator minimal: PEEP<7mmHg, FiO2<50%
● Tidak ada rencana operasi besar dalam 24 jam kedepan
● Laboratorium: PH 7,32-7,47, pCO2 35-45 mmHg, pO2 >80 mmHg
Komplikasi akibat penggunaan ventilator:
● Komplikasi terkait intubasi: trauma pada jalan nafas
● Ventilator induced lung injury (VILI): Barotrauma (pneumotoraks),
Atelectrauma
● Komplikasi terkait oksigen: Bronkopulmoner dysplasia
● Komplikasi akibat infeksi (ventilator associated pneumonia)
5. Oxygen Hood

Oxygen hood biasanya digunakan untuk:


- mengontrol FiO2 pada bayi dan anak yang lebih kecil
- mengontrol FiO2 dan meningkatkan kelembaban
- mengontrol FiO2 pada keadaan dada, abdomen dan ekstremitas masih butuh
perawatan
- memberikan konsentrasi oksigen yang diperlukan untuk tes hiperoksia pada
neonates dengan napas spontan.
6. ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation)

Jenis ECMO yang tersedia:


-ECMO venovenous (VV-ECMO)
-ECMO arteri vena (VA-ECMO)
-ECMO arteriovenosa (AV-ECMO)

Penyebab paling umum dari gagal napas hipoksemia yang membutuhkan ECLS
pada anak-anak di luar periode neonatal adalah pneumonia virus.
Indikasi umum extracorporeal life support (ECLS) pada neonatus: hipertensi
pulmonal persisten pada bayi baru lahir, hernia diafragmatika kongenital, dan
aspirasi mekonium digantikan oleh infeksi paru, aspirasi dan acute respiratory
distress syndrome (ARDS) pada anak yang lebih besar.
Pasien berisiko tinggi :
1. Bayi dengan pneumonia pertusis atau herpes simpleks diseminata
2. Infeksi sitomegalovirus
3. Kegagalan multiorgan yang parah
4. Koagulopati berat atau trombositopenia
Indikasi khusus:
VV-ECMO
1. ARDS primer dengan hipoksemia refrakter:
2. Status asmatikus atau obstruksi jalan napas reversibel yang tidak dapat diventilasi
secara konvensional atau cepat diperbaiki
3. Emboli paru (bila hemodinamik stabil).
VA-ECMO:
1. Setelah dilakukan bypass cardiopulmonary setelah operasi jantung
2. Transplantasi jantung
3. Miokarditis akut
4. Hipertensi pulmonal (setelah endarterektomi paru atau setelah operasi pada
kelainan jantung bawaan)
Kontraindikasi mutlak :
1. Kelainan kromosom yang mematikan (misalnya Trisomi 13 atau 18)
2. Gangguan neurologis berat (misalnya perdarahan intrakranial dengan efek massa)
3. Penerima transplantasi sumsum tulang alogenik dengan infiltrat paru
4. Keganasan yang tidak dapat disembuhkan
Kontraindikasi relatif :
1. Durasi ventilasi mekanis pra-ECLS >14 hari
2. Prosedur bedah saraf baru-baru ini atau perdarahan intrakranial (dalam 1-7
hari terakhir)
3. Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya dengan prognosis jangka
panjang yang buruk
Rumus Terapi Oksigen
Menghitung fraksi oksigen pada anak
Perkiraan fraksi inspirasi oksigen dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
FiO2 = total volume O2 / inspirasi volume tidal x 100%

●FiO2 = fraksi inspirasi oksigen

●Total volume O2 inspirasi = volume dari suplementasi oksigen + volume


oksigen dalam reservoir anatomis + volume oksigen dari udara bebas
●Volume tidal = neonatus = 4-6 mL/kgBB; 1 bulan-8 tahun = 6-8 ml/kgBB; 8-18
tahun = 8-10 mL/kgBB
●Volume reservoir anatomis = 0,75-3 x kgBB (bergantung usia pasien)
● Pada prinsipnya, besarnya FiO2 dapat dihitung jika kita tahu volume
tidal, volume aliran oksigen dan volume reservoir
● Untuk dapat memilih modalitas terapi oksige nyang optimal, perlu
diketahui komponen, cara kerja, dan keterbatasan setiap alat.
Tabel. Contoh kasus dan perhitungan FiO, menggunakan nasal kanul

Contoh: Volume Kadar Oksigen


Pasien 8 th, BB 30 Volume reservoir 22,5 mL 22,2 mL / 22,5 mL =
kg, Volume tidal = anatomis (pengisian 98%
180 mL 1/3 saat ekspirasi)*
Inspirasi : Ekspirasi Volume aliran 33,3 mL/ detik 100%
= 1:2 oksigen 100%
Oksigen terapi: Volume udara bebas 180 mL – 33,3 mL – 21%
Nasal kanul 2 LPM 22,5 mL = 124,2 mL
FiO2 yang diberikan {(22,5 (98%) + 33,3 (100%) 124,2 (21%)} /
180 mL = 45%
Tabel 3. Contoh kasus dan perhitungan FiO, menggunakan simple maske

Contoh: Volume Kadar oksigen


Pasien 9 th, BB 35 Volume reservoir 26,3 mL 55,6 mL / 26,3 mL =
kg, Volume tidal = 280 (pengisian oksigen 100%
mL 1/3 saat ekspirasi)
Inspirasi:ekspirasi = Volume aliran dengan 83,3 mL/ detik 100%
1:2 100%
Oksigen terapi: Volume reservoir 85 mL (tergantung 83,3 mL / 85 mL =
Simple mask 5 LPM tambahan (pengisian ukuran masker) 98%
terus menerus)
Volume udara bebas 85,4 mL 21%
FiO2 yang diberikan {(26,3 (100%) + 83,3 (100%) + 85 (98%) +
85,4 (21%)} / 280 mL = 75%
Tabel. Contoh kasus dan perhitungan FiO, menggunakan non-rebreathing
Contoh: Volume Kadar oksigen
Pasien 9 th, BB 35 Volume reservoir anatomis 26,3 mL 111,1 mL / 26,3 mL =
kg, Volume tidal = (pengisian oksigen 1/3 100%
280 mL saat ekspirasi)*
Inspirasi: Ekspirasi = Volume aliran oksigen 166,7 mL/ detik 100%
1:2 100%
Oksigen terapi : Volume reservoir 85 mL + 100 mL 166,7 mL / 185 mL =
NRM 10 LPM tambahan (pengisian terus (reservoir masker + 90%
menerus) kantung reservoir)
Volume udara bebas 0 -
oksigen 21%
FiO2 yang diberikan {(26,3 (100%) + 166,7 (100%) + 87 (90%)} / 280
mL = 97%
Tabel. Target FiO,, minimum aliran oksigen, entrainment ratio, dan total flow
menggunakan venturi mask

FiO2 Minimum O2 flow (LPM) Entrainment ratio Total flow


(O2 100% : udara bebas) (LPM)

0,24 4 1:25 104


0,28 4 1:10 44
0,31 6 1:7 48
0,35 8 1:5 48
0,40 8 1:3 32
0,50 12 1:1,7 32
0,60 12 1:1 24
0,70 12 1:0,6 19
Pemantauan terapi oksigen

1. Pantau status kardiopulmoner (tanda vital, saturasi oksigen)


2. Pantau status pernapasan anak dan kebutuhan akan peningkatan atau
penurunan terapi oksigen
3. Pantau tanda-tanda hiperkarbia
4. Penilaian terhadap kulit
5. Pantau tanda-tanda selaput lendir yang keringg
6. Asses, obati dan nilai kembali nyeri
Kontraindikasi terapi oksigen

Kontraindikasi mutlak :
1. Pasien yang tidak setuju menerima oksigen
2. Penggunaan beberapa alat terapi oksigen (nasal kanul) pada neonatus
dan pasien anak yang mengalami sumbatan hidung
Efek toksik pemberian terapi oksigen

1. Sistem pernafasan
● depresi napas  biasanya terjadi pada pasien yang menderita
penyakit PPOK (Penyakit paru obstruksi kronis)
● keracunan oksigen  terjadi apabila pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang lama.
● nyeri substernal  terjadi akibat iritasi pada trakea yang
menimbulkan trakeitis akibat pemberian oksigen konsentrasi tinggi
2. Sistem saraf pusat
● apabila diberikan dengan konsentrasi yang tinggi maka dapat
menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada sendi.
3. Mata
● terutama pada bayi baru lahir yang tergolong premature, kejadian
hiperperoksia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
retina akibat proliferasi pembuluh darah yang disertai dengan
perdarahan dan fibrosis atau seringkali disebut sebagai retrolental
fibroplasia.
Menghentikan Terapi Oksigen
Terapi oksigen dihentikan  secara klinis stabil dalam oksigen
konsentrasi rendah dan saturasi oksigen tetap dalam rentang yang
diharapkan pada duoa observasi yang berurutan

Saturasi oksigen pasien harus dicek kembali setelah 5 menit tanpa


terapi oksigen

jika masih dalam rentang Jika setelah 1 jam saturasi dan klinis
yang diharapakan maka saturasi 02 dan klinis pasien harus tetap
lakukan pengecekan  pasien tetap baik maka  dimonitor secara berkala
ulang dalam 1 jam. terapi oksigen bisa sesuai dengan penyakit
dihentikan, yang mendasari.
pemberian oksigen
setelah 5 menit Berikan konsentrasi
dilanjutkan pada
tanpa terapi oksigen terendah yang
konsentrasi tersebut
oksigen, saturasi mempertahankan
jika saturasi tidak
O2 pasien turun  pasien pada rentang  turun lagi dan
dibawah rentang saturasi yang
penghentian terapi
yang diharapkan diharapkan dengan
dicoba lagi pada hari
maka mulai lagi monitor selama 5
lain dimana kondisi
terapi oksigen menit,
pasien secara klinis
stabil.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan

Terapi oksigen bertujuan untuk


• meningkatkan konsentarasi O2 pada darah arteri dan masuk
ke jaringan sehinggan akan mengatasi keadaan hipoksemia
• menurunkan usaha napas
• mengurangi kerja miokardium
Kesimpulan

Indikasi terapi oksigen


• Pasien dewasa, anak-anak, dan bayi (usia diatas 1 bulan)
dengan saturasi oksigen kurang dari 90%, pada neonatus
dengan saturasi kurang dari 88%, pada pasien dengan
kecurigaan klinis hipoksia.
Kesimpulan

• Pilihan jenis terapi dan dosis terapi bergantung pada


berapa besar kandungan oksigen (FiO2) dan tingkat
kelembaban yang dibutuhkan.
Kesimpulan

Efek toksisitas oksigen


• Sistem pernafasan : dapat menyebabkan depresi napas,
keracunan oksigen dan nyeri substernal
• Susunan saraf pusat : keluhan parestesia
• Mata : hiperperoksia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada retina akibat proliferasi pembuluh
Kesimpulan

• Evaluasi dan monitoring terapi oksigen dapat dilakukan


dengan memperhatikan pemeriksaan fisik sistem
kardiopulmonal, penilaian analisa gas darah dan pulse
oksimeter.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai