OKSIGEN
Kelompok 3:
Kematian anak
Oksigen Jaringan
> 5,9 juta anak/tahun
95% kematian ↓
Di Negara Berkembang kehidupan
TERAPI
OKSIGEN
Terapi oksigen Instruksi yang diberikan : ↑ tekanan O2 alveolar
pemberian oksigen dengan kecepatan aliran, cara ↓ usaha nafas
konsentrasi > konsentrasi pemberian, lamanya mempertahankan
oksigen di udara (21%) pemberian, dan pemantauan tekanan O2 alveolar
mengatasi / mencegah efek terapi. ↓ kerja miokardium
gejala dan manifestasi mempertahankan
hipoksia tekanan O2 arteri
↑ tekanan O2 alveolar Efek toksik keracunan oksigen
↓ usaha nafas mempertahankan yang terjadi sekitar 5%, efek toksik
tekanan O2 alveolar terhadap sistem saraf pusat
↓ kerja miokardium sebesar 2% dengan kejadian kejang
mempertahankan tekanan O2 arteri sebesar 0,6%.
RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENULISAN
Bagaimana cara pemberian terapi Mengetahui dan memahami cara
oksigen pada anak? pemberian terapi oksigen pada
anak.
TUJUAN KHUSUS
Transportasi
Kaskade Oksigen
Oksigen
1. Nasal kanul
Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan
aliran 1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen (Fi-O2) antara 24-44%.Nasal
kanul tidak dapat digunakan pada pasien dengan obstruksi nasal.
● Indikasi
Pasien tanpa atau dengan distres pernapasan ringan, dan
penggunaan terapi oksigen jangka panjang.
● Kontraindikasi
Pasien dengan sumbatan hidung (sehingga pasien bernapas
dengan mulut), dan pasien dengan usaha napas yang berat,
apneu, dan hipoksia berat.
1. Nasal kateter
Nasal kateter mirip dengan nasal kanul di mana sama-sama
memiliki sifat yang sederhana, mudah serta Fraksi oksigen (FiO2)
yang dihasilkan sama.
- Pasien anak mengunakan kateter nomor 8-10 F
- Wanita nomor 10-12 F
- Pria kateter nomor 12-14 F.
2. Simple Mask
Simple mask mampu menyediakan fraksi oksigen (FiO2) sekitar 40-60%
dengan aliran sekitar 5-10 liter/ menit. Simple mask diguakan untuk pasien
yang membutuhkan fraksi oksigen (FiO2) yang lebih tinggi daripada nasal
kanul ataupun nasal kateter dalam jangka waktu yang singkat, seperti terapi
oksigen pada unit perawatan pasca anestesi.
3. Reservoir Mask
Terdiri ari 2 jenis, yaitu sungkup muka partial rebreathing dan sungkup muka
nonrebreathing. Perbedaannya adanya katup pada tubuh sungkup dan di antara
sungkup dan kantong penampung (nonrebreathing).
Reservoir mask dapat mengantarkan oksigen sebanyak 10-15 liter/ menit
dengan FiO2 sebesar 80-85% pada sungkup muka partial rebreathing bahkan
hingga 100% pada sungkup muka nonrebreathing.
● Indikasi
Pada kebutuhan oksigen sedang, distress pernapasan ringan-sedang, dan
penggunaan jangka pendek.
● Kontraindikasi
Pada kondisi usaha napas yang lemah atau apneu. Pada hipoksia berat,
dianjurkan penggunaan non-rebreathing mask.
●Keuntungan
kemudahan dan harganya yang murah, dan dapat memberikan aliran
oksigen sedang (lebih besar dari nasal kanul). Dapat digunakan pada
pasien dengan sumbatan hidung.
● Kerugiannya
1. Sungkup venturi
Sungkup venturi merupakan alat terapi oksigen dengan prinsip jet
mixing yang dapat memberikan fraksi oksigen (FiO2) sesuai dengan yang
dikehendaki. Alat venturi dapat dipergunakan dengan sungkup, nebulizer,
trakeostomi, tents dan hoods.
2. Nasal Kanul High Flow
Nasal kanul high flow merupakan terapi ventilasi non-invasif yang
relatif baru yang dapat ditoleransi pada anak-anak. Rata-rata
tekanan oksigen yang diberikan dengan alat ini adalah 2-8 cmH2O.
3. CPAP
Jenis tekanan jalan napas positif, aliran udara dimasukkan ke dalam saluran
udara untuk mempertahankan tekanan terus menerus agar saluran udara terbuka
secara konstan, pada orang yang bernapas secara spontan. CPAP adalah cara
memberikan PEEP tetapi juga mempertahankan tekanan yang disetel sepanjang
siklus pernapasan, baik selama inspirasi maupun ekspirasi
Sistem CPAP terdiri dari 3 komponen:
● Sebuah sirkuit yang mengalirkan gas terus menerus, untuk diisap.
● Sebuah alat untuk menghubungkan sirkuit ke saluran nafas neonatus.
● Sebuah alat untuk menghasilkan tekanan positif pada alat sirkuit
Indikasi CPAP:
● Frekuansi nafas > 60 kali permenit
● Merintih ( Grunting) dalam derajat sedang sampai parah
● Retraksi nafas
● Saturasi oksigen < 93% (preduktal)
● Kebutuhan oksigen > 60%
● Sering mengalami apneu
Kontraindikasi CPAP:
● Bayi dengan gagal nafas, dan memenuhi kriteria untuk mendapatkan ventilator
● Respirasi yang irreguler
● Adanya anomali kongenital
● Hernia diafragmatika
● Atresia choana
● Fistula tracheo-oeshophageal
● Gastroschisis
● Pneumothorax tanpa chest drain
● Trauma pada nasal, yang dapat memburuk dengan pemasangan nasal prong
● Instabilitas cardiovaskuler, yang akan lebih baik apabila mendapatkan ventilator
● Bayi yang lahir besar, yang biasanya tidak dapat mentoleransi penggunaan CPAP
Komplikasi CPAP:
● Cedera pada hidung
● Pneumothorak
● Impedasi aliran darah paru
● Distensi abdomen
4. Ventilasi mekanik (Ventilator)
upaya bantuan napas dengan alat bantu napas mekanik atau ventilator sebagai
alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan atau kegagalan.
Ventilasi mekanik ini diaplikasikan dengan alat khusus yang dapat mendukung
fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi melalui penggunaan gas dengan
konten tinggi oksigen dan tekanan positif.
Indikasi penggunaan ventilator mekanik sangat luas, meliputi penyebab primer
gangguan sistem pernapasan hingga indikasi lain di luar gangguan saluran
pernapasan.
a. Masalah Sistem Saraf
b. Masalah Sistem Pernafasan dan Jalan Nafas
c. Lain-lain
Menyapih (Weaning) Ventilator: menurunkan tunjangan ventilator secara bertahap bila
kondisi pasien memungkinkan.
Tujuannya: untuk menurunkan lama penggunaan ventilator
Kriteria penyapihan ventilator:
● Perbaikan kesadaran
● Refleks batuk positif
● Nafas spontan adekuat sesuai usia
● Hemodinamik stabil tanpa topangan vasoaktif atau topangan vasoaktif
minimal
● Tunjangan ventilator minimal: PEEP<7mmHg, FiO2<50%
● Tidak ada rencana operasi besar dalam 24 jam kedepan
● Laboratorium: PH 7,32-7,47, pCO2 35-45 mmHg, pO2 >80 mmHg
Komplikasi akibat penggunaan ventilator:
● Komplikasi terkait intubasi: trauma pada jalan nafas
● Ventilator induced lung injury (VILI): Barotrauma (pneumotoraks),
Atelectrauma
● Komplikasi terkait oksigen: Bronkopulmoner dysplasia
● Komplikasi akibat infeksi (ventilator associated pneumonia)
5. Oxygen Hood
Penyebab paling umum dari gagal napas hipoksemia yang membutuhkan ECLS
pada anak-anak di luar periode neonatal adalah pneumonia virus.
Indikasi umum extracorporeal life support (ECLS) pada neonatus: hipertensi
pulmonal persisten pada bayi baru lahir, hernia diafragmatika kongenital, dan
aspirasi mekonium digantikan oleh infeksi paru, aspirasi dan acute respiratory
distress syndrome (ARDS) pada anak yang lebih besar.
Pasien berisiko tinggi :
1. Bayi dengan pneumonia pertusis atau herpes simpleks diseminata
2. Infeksi sitomegalovirus
3. Kegagalan multiorgan yang parah
4. Koagulopati berat atau trombositopenia
Indikasi khusus:
VV-ECMO
1. ARDS primer dengan hipoksemia refrakter:
2. Status asmatikus atau obstruksi jalan napas reversibel yang tidak dapat diventilasi
secara konvensional atau cepat diperbaiki
3. Emboli paru (bila hemodinamik stabil).
VA-ECMO:
1. Setelah dilakukan bypass cardiopulmonary setelah operasi jantung
2. Transplantasi jantung
3. Miokarditis akut
4. Hipertensi pulmonal (setelah endarterektomi paru atau setelah operasi pada
kelainan jantung bawaan)
Kontraindikasi mutlak :
1. Kelainan kromosom yang mematikan (misalnya Trisomi 13 atau 18)
2. Gangguan neurologis berat (misalnya perdarahan intrakranial dengan efek massa)
3. Penerima transplantasi sumsum tulang alogenik dengan infiltrat paru
4. Keganasan yang tidak dapat disembuhkan
Kontraindikasi relatif :
1. Durasi ventilasi mekanis pra-ECLS >14 hari
2. Prosedur bedah saraf baru-baru ini atau perdarahan intrakranial (dalam 1-7
hari terakhir)
3. Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya dengan prognosis jangka
panjang yang buruk
Rumus Terapi Oksigen
Menghitung fraksi oksigen pada anak
Perkiraan fraksi inspirasi oksigen dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
FiO2 = total volume O2 / inspirasi volume tidal x 100%
Kontraindikasi mutlak :
1. Pasien yang tidak setuju menerima oksigen
2. Penggunaan beberapa alat terapi oksigen (nasal kanul) pada neonatus
dan pasien anak yang mengalami sumbatan hidung
Efek toksik pemberian terapi oksigen
1. Sistem pernafasan
● depresi napas biasanya terjadi pada pasien yang menderita
penyakit PPOK (Penyakit paru obstruksi kronis)
● keracunan oksigen terjadi apabila pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang lama.
● nyeri substernal terjadi akibat iritasi pada trakea yang
menimbulkan trakeitis akibat pemberian oksigen konsentrasi tinggi
2. Sistem saraf pusat
● apabila diberikan dengan konsentrasi yang tinggi maka dapat
menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada sendi.
3. Mata
● terutama pada bayi baru lahir yang tergolong premature, kejadian
hiperperoksia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
retina akibat proliferasi pembuluh darah yang disertai dengan
perdarahan dan fibrosis atau seringkali disebut sebagai retrolental
fibroplasia.
Menghentikan Terapi Oksigen
Terapi oksigen dihentikan secara klinis stabil dalam oksigen
konsentrasi rendah dan saturasi oksigen tetap dalam rentang yang
diharapkan pada duoa observasi yang berurutan
jika masih dalam rentang Jika setelah 1 jam saturasi dan klinis
yang diharapakan maka saturasi 02 dan klinis pasien harus tetap
lakukan pengecekan pasien tetap baik maka dimonitor secara berkala
ulang dalam 1 jam. terapi oksigen bisa sesuai dengan penyakit
dihentikan, yang mendasari.
pemberian oksigen
setelah 5 menit Berikan konsentrasi
dilanjutkan pada
tanpa terapi oksigen terendah yang
konsentrasi tersebut
oksigen, saturasi mempertahankan
jika saturasi tidak
O2 pasien turun pasien pada rentang turun lagi dan
dibawah rentang saturasi yang
penghentian terapi
yang diharapkan diharapkan dengan
dicoba lagi pada hari
maka mulai lagi monitor selama 5
lain dimana kondisi
terapi oksigen menit,
pasien secara klinis
stabil.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan